Anda di halaman 1dari 2

Nama: Frans Tandilolok

Nim: M011211109
Kelas: SISK B

Pada era modern ini pemotretan udara tidak hanya menggunakan pesawat berawak, namun
dapat juga menggunakan pesawat tanpa awak atau UAV (Unamanned Aerial Vechicle) pesawat
tanpa awak ini lebih dikenal dengan istilah drone yang saat ini dengan harga terjangkau, mudah
didapatkan serta memiliki kemapuan melakukan pemotretan seperti pesawat berawak. Kelebihan
utama dari drone, dibandingkan dengan pesawat berawak adalah bahwa drone dapat digunakan
pada situasi dengan resiko tinggi, tanpa perlu membahayakan nyawa manusia, dan pada area yang
tidak dapat diakses. Drone umumnya terbang pada ketinggian rendah sehingga foto yang
dihasilkan terbebas dari awan
.Drone mampu melihat kondisi kawasan hutan seperti identifikasi perubahan lingkungan dan
pemantauan area yang luas, sulit dan memakan waktu apabila dilakukan menggunakan kendaraan
darat atau berjalan kaki dapat dilakukan secara mudah dengan cukup menerbangkan
dronenya.Drone ini mampu membawa kamera untuk memotret dan merekam serta dapat
diterbangkan untuk jangkauan lokasi tertentu untuk menghasilkan informasi spasial berupa poto
udara secara cepat dan berkoordinat. Poto udara yang dihasilkan oleh drone ini diproses dengan
metode fotogrametri untuk menghasilkan peta poto udara yang dapat dipertanggung
jawabkan.Drone telah lama dimanfaatkan dalam dunia militer, namun baru-baru ini digunakan
untuk kepentingan sipil seperti pemantauan aktivitas manusia, keanekaragaman hayati, survei
ekosistem sungai, pemantauan hutan, dinamika penduduk dan penegakan hukum
Drone ini juga memiliki kemampuan menyediakan data yang akurat dengan resolusi pixel
high definition dan menghasilkan foto udara dengan resolusi pixel tinggi dan dapat melakukan
misi pemotretan secara auto pilot, yaitu dapat terbang secara otomatis mengikuti jalur terbang yang
telah direncanakan dan dapat take off dan landing pada posisi yang tidak membutuhkan jalur
pendaratan ketika misi terbang telah selesai. Dengan begitu risiko surveior menjadi aman, hasil
yang diharapkan adalah bisa membantu penyediaan data yang lebih baik berupa peta ortho photo,
Digital Surface Model (DEM), dan kontur
Masih kuat diingatan tentang kabut asap berwarna cenderung kuning dan pekat yang
mengepung Kota Cantik Palangka Raya dan kabupaten lainnya di Kalimantan Tengah pada
pertengahan Tahun 2015, kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan yang mengganggu
kesehatan dan sistem transportasi darat, laut dan udara. Dampak kebakaran hutan rawa gambut
juga menghasilkan emisi karbon yang disinyalir menaikkan panas bumi yang berdampak naiknya
tinggi muka air laut dan mencairnya es di kutub utara. Kawasan Taman Nasional Sebangau adalah
kawasan yang termasuk kedalam habitat dan areal gambut yang luas dan masuk kedalam Kesatuan
Hidrologis Gambut Sungai Sebangau Dari era ini, tidak hanya 66.000 hektar hutan terdegradasi,
namun perusahaan tersebut menggali 467 kanal dengan total panjang 797.504 km, melintasi taman
nasional dan menyebabkan pengeringan gambut yang berpotensi besar terjadi kebakaran hutan
rawa gambut yang hebat Taman Nasional Sebangau dan WWF Kalimantan Tengah saat ini
mengembangkan dan menerapkan pendekatan untuk mengembalikan keseimbangan air di lahan
gambut yang dikeringkan melalui kegiatan sekat kanal dan restorasi hutan untuk menaikkan muka
air agar gambut senantiasa basah untuk mengurangi dampak risiko kebakaran hutan rawa gambut.
Untuk melaksanakan dan mencapai target besar tersebut, BRG telah menyusun Rencana Restorasi
Gambut berbasis Kesatuan Hidrologi Gambut, dan mengadopsi pendekatan 3R guna merealisasi
targetnya

Anda mungkin juga menyukai