Anda di halaman 1dari 15

1

OPTIMALISASI ANALISA TOPOGRAPHY DALAM PERENCANAAN


JALAN HAULING BERDASARKAN INVESTIGASI DRONE
LOKASI IUP CV. TIGA UTAMA MOROWALI UTARA

SANG JAYA ARIEF


D062211009

PROGRAM STUDI MAGISTER


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2022
2

OPTIMALISASI ANALISA TOPOGRAPHY DALAM PERENCANAAN


JALAN TAMBANG HAULING BERDASARKAN INVESTASI DRONE
LOKASI IUP CV. TIGA UTAMA MOROWALI UTARA

PROPOSAL TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Masuk Magister (S2) Universitasi Hasanuddin

Oleh:

SANG JAYA ARIEF


D062211009

MAKASSAR
2022
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini perkembangan dalam permintaan akan informasi geospasial suatu wilayah dalam

berbagai macam bidang, semakin berkembang juga metode dalam melakukan kegiatan

pemetaan. Perkembangan teknologi terkait peralatan serta kompleksitas pekerjaan survey

pemetaan semakin hari semakin meningkat, salah satunya di tandai dengan berkembangnya

teknologi untuk menunjang kegiatan survei dan pemetaan adalah pesawat terbang tanpa awak

(PTTA) atau secara umum disebut dengan pengguanaan teknologi drone atau Unmanned

Aerial Vehicle (UAV). Pemetaan dengan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan suatu

strategi atau cara untuk pemetaan dengan skala besar dengan waktu yang lebih cepat dan

efisien dan tentunya kita dapat menghemat waktu dibandingkan dengan menggunakan

metode survey konvensional.

Teknik fotogrametri yang makin berkembang sekarang ini menjadikan Unmanned Aerial

Vehicle (UAV) sebagai salah satu platform yang semakin populer untuk pekerjaan pemetaan

karena kelebihannya dalam kemampuan akuisisi Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.10

No.1, Mei 2020 (47-58), ISSN: 2087-9334 48 foto udara dengan resolusi spasial yang tinggi.

Penggunaan Ground Control Point (tiitk kontrol tanah) tidak lepas dari pekerjaan

fotogrametri agar produk foto udara memiliki akurasi tinggi. Pemasangan dan Pengukuran

GCP telah diatur standarnya dalam dokumen SNI 19-6724-2002 serta Peraturan Kepala

Badan Informasi Geospasial No 6 tahun 2018 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar.

Teknologi drone itu sendiri sudah digunakan di berbagai negara bukan hanya untuk

mengambil gambar foto udara atau video, namun juga digunakan dalam proses penginderaan

jauh (Everaerts, 2008).

Terkait pemetaan ini akan dilakukan di wilayah IUP CV. TIGA UTAMA pada
4

perencanaan jalan hauling yang terletak di kabupaten Morowali PROVINSI Sulawesi

Tengah,

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tahapan dalam penggunaan Drone?

2. Bagaimana memilih jenis Drone yang efektif untuk digunakan?

3. Bagaimana pengaturan waktu dalam penggunaan Drone untuk pengambilan data

primer dilapangan?

4. Apakah monitoring dengan Metode Fotogrametri dapat mengukur elevasi dan volume

luasan wilayah perencanaan?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan pendidikan

tingkat strata dua (S2) pada Program Studi Magister Teknik Geologi, Jurusan Teknik

Geologi, Fakultas Teknik Departemen Geologi, Universitas Hasanuddin Makassar.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu ;

1. Menganalisis penggunaan Drone secara teknikal dan non teknikal dari awal persiapan

sampai dengan pengolahan data.

2. Menganalisis data output hasil pengambilan data fotogeometri hasil Drone.

3. Menganilisis ilustrasi data render Drone untuk mempermudah Analisa data survey

topography praktis dan efisien.

4. Menganalisis monitoring dengan Metode Fotogrametri dapat digunakan di daerah

survey.
5

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Lokasi penelitian yaitu berada di wilayah IUP CV. TIGA UTAMA

2. Ilustrasi penelitian hanya dilakukan pada titik wilayah perencanaan hauling IUP

CV. TIGA UTAMA

3. Analisa penggunaan Drone pada tahapan survey berasal dari metode kerja,

equipment, dan data output

4. Analisa dilakukan dengan metode fotogrametri

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun maanfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa perkembangan ilmu

geologi dalam bidang geospasial khususnya Fakultas Teknik Geologi Universitas

Hasanuddin dalam melakukan pengambilan gambar dengan menggunakan

Teknologi Drone

2. Dari hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau acuan teknis

untuk para surveyor, atau praktisi lapangan dalam membuat rencan yang matang

pada pengambilan data hingga sampai ke pengolahan data yang efektif dan

efisien sesuai kaidah Teknik dan aturan yang berlaku.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teknologi Drone atau UAV (Unmanned Aerial Vehicle)

Pemanfaatan drone ini sejak tahun 2005 hingga 2013 meningkat tiga kali lipat dan

meliputi berbagai bidang penggunaan seperti untuk militer, komersial, penelitian, maupun

kombinasi dari beberapa bidang (Colomina dan Molina, 2014). Dalam segi aspek keilmuan,

teknologi drone ini sudah digunakan di berbagai bidang keilmuan untuk mendukung

penelitian, seperti bidang kehutanan (Getzin, dkk., 2012; Koh dan Wich, 2012), pertanian

(Diaz-Varela, dkk., 2014), perikanan (Hodgson, dkk., 2013), konservasi satwa (Jones IV,

dkk., 2006), pantai (Klemas, 2015), hidrologi (d’Oleire-Oltmanns, dkk., 2012), dan bidang

Sabo (Turner, dkk., 2015; Rossi, dkk., 2016). Untuk pembuatan peta Digital Elevation

Model (DEM) atau peta topografi, penggunaan drone dengan menggunakan kamera masih

belum banyak dimanfaatkan secara luas. Yang lazim digunakan dalam pemetaan adalah

drone yang dilengkapi dengan LIDAR (Light Detection and Ranging) maupun TLS

(Terrestrial Laser Scanning Quedraogo, dkk 2014). Teknik yang digunakan dalam

pembuatan peta DEM dengan menggunakan kamera drone ini dinamakan photogrammetry

(Rock, dkk., 2011; Sze, dkk., 2015). Dengan teknik ini maka properti dari geometri suatu

obyek yang didapat dari banyak gambar dapat diketahui. Gambar-gambar tersebut harus di

tumpang tindihkan satu dengan yang lainnya pada bagian gambar yang sama. Semakin luas

daerah yang tumpang tindih, maka hasil yang diperoleh akan semakin akurat.

Pemerintah mengesahkan Peraturan (Perka) BIG 14 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Teknis Ketepatan Peta Dasar, yang mengatur ketelitian peta yang dapat diperhitungkan.
7

Spesifikasi memberikan gambaran tentang metode uji presisi yang digunakan untuk

menentukan tingkat kesalahan presisi dan toleransi untuk grafik pada skala tertentu.

Penggunaan drone di Indonesia masih jarang, yang menjadi indikasi keakuratan citra udara

yang diambil. Metode pengukuran akurasi geometris belum mudah dipahami oleh para

peneliti dan praktisi menggunakan data pencitraan dari survei drone. Bahwa kualitas posisi

horizontal foto udara UAV umumnya berada pada orde 2 x Ground Square Distance

(GSD), sedangkan akurasi vertikal umumnya berada pada orde 3 x GSD (Rokhmana, 2015).

2.2. Peta Geologi Bungku Morowali

Fisiografi Bungku

Morfologi di daerah Lembar Bungku dapat dibagi menjadi lima satuan, yakni dataran

rendah, dataran menengah, pebukitan menggelombang, kras serta pegunungan. Morfologi

dataran rendah umumnya mempunyai ketinggian antara 0-50 m mdpl. Morfologi dataran

menengah menempati daerah sekitar Desa Tokolimbu juga Tosea.

Sedangkan morfologi pebukitan menggelombang, berketinggian antara 100 - 400 m mdpl

dan morfologi karst, memiliki ketinggian antara 400-800 m mdpl, dicirikan oleh adanya

pebukitan kasar, sungai bawah tanah maupun dolina. Pola Aliran Sungai umumnya

meranting. Beberapa sungai memiliki pola hampir sejajar, yaitu S. Bahudopi, S.

Bahumahoni juga S. Wosu.


8

Gambar 1. Peta Geologi Bungku Morowali

2.3. Stratigrafi Lembar Bungku Morowali

Satuan batuan di Lembar Bungku dapat dikelompokkan atau ditempatkan dalam dua

mendala, yaitu Mendala Banggai-Sula dan Mendala Sulawesi Timur (Sukamto, 1975a).

Terdapat :

ALUVIUM (Qa) : lumpur, lempung, pasir, kerikil, serta kerakal.

FORMASI TOKALA (TRJt) : perselingan batugamping klastika, batu pasir sela, wake,

serpih, napal, lempung pasiran dengan sisipan argilit.

FORMASI NANAKA (Jn) : konglomerat, batupasir mikaan, serpih dan lensa batubara.

FORMASI MASIKU (JKm) : batusabak, serpih, flit, batupasir, batugamping dengan buncak

rijang. Batusabak, berwarna kelabu sampai coklat kehitaman, berlapis baik, padat.

FORMASI SALODIK (Tems) : kalsilutit, batugamping pasiran, napal, batupasir juga rijang.

FORMASI MATANO (Km) : kalsilutit, napal, serpih dan rijang. Kalsilutit, berbutir halus,
9

berwarna kelabu, padat-keras, lapisannya baik, tebal lapisan berkisar antara 10 - 15 cm.

FORMASI TOMATA (Tmpt) : perselingan batupasir konglomerat, batulempung, tufa dengan

sisipan lignit.

KOMPLEKS ULTRAMAFIK (Ku) : harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit,

dunit, diabas dan batuan gabro.

2.4. Tektonika dan Struktur Geologi

Struktur utama di lembar Bungku berupa patahan (sesar) dan lipatan. Sesar meliputi

sesar turun, sesar geser, sesar naik maupun sesar sungkup. Penyesaran diduga berlangsung

sejak Mesozoikum. Lipatan yang terdapat di Lembar ini tergolong lipatan terbuka, tertutup,

maupun pergentengan.

Kekar terdapat dalam hampir semua satuan batuan, tetapi terutama dalam batuan beku

maupun batuan sedimen Mesozoikum. Sejarah pengendapan batuan sedimen serta

perkembangan tektonik di Lembar Bungku diduga sangat erat hubungannya dengan

perkembangan Mendala Banggai-Sula yang sudah terkratonkan pada akhir Paleozoikum.


10

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di wilayah IUP CV. TIGA UTAMA kecamatan Mamosalato

Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Berada pada koordinat 121 1° 35'’ – 0° 57’ Lintang

Utara dan 121° 23’ – 125° 14’ Bujur Timur


11

3.2 Tahapan Penelitian

Secara umum metode penelitian yang dilakukan peneliti dibagi menjadi dua yakni metode

penelitian secara. Metode penelitian secara langsung yaitu menyediakan keperluan

kelengkapan saat flight mission pengambilan data drone, Metode kedua yaitu metode

penelitian lapangan dengan mempertimbangkan data – data geologi yang ditemukan di

lapangan. Tahapan penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan;

2. Tahap Studi Pendahuluan;

3. Tahap Pengumpulan Data Lapangan;

4. Tahap Analisis Dan Pengolahan Data Lapangan;

5. Tahap Akhir.
12

Gambar 3. Flowchart penelitian


13

Gambar 4. Rencana Flight Mission

Rencana Flight Mission Menggunakan Apllikasi drone deployed

Pada Flight Mission memiliki luasan 8km. Jarak terbang dan Overlay75%. Pada daerah

tersebut akan dilakukan pengambilan foto Drone.

Pengolahan Data Menggunakan Citra Drone

3. Software Agisoft Photoscan. (Foto hasil pemotretan drone di import terlebih

dahulu dan dimasukkan dalam satu project)

4. Melakukan proses align photos untuk menghasilkan model 3D awal.

5. Proses selanjutnya yaitu Build Mesh, (salah satu keluaran utama dari pemrosesan

foto udara di Agisoft Photoscan).

6. Proses Model texture berfungsi untuk melihat model fisik 3D dari kenampakan -

kenampakan yang ada di area liputan.

7. Global mapper pro

Rencana Hasil Pengolahan Foto Udara


14

Gambar 5. Rencana Hasil Penolahan Agisoft Metashape Pro

Gambar 6. Rencana Hasil Pengolahan Texture M


15

Gambar 7. Rencana Hasil Pengolahan texture dan penampang & DEM

Anda mungkin juga menyukai