DESKRIPSI LINGKUNGAN
Dari Tabel 2.25 diketahui bahwa kualitas udara dilokasi titik sampel (data
sekunder) berada di bawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dengan
kondisi rona lingkungan yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat
dianalogikan bahwa kualitas udaradi lokas rencana kegiatan masih berada
di bawah baku mutu.
5. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan yang berasal
dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapatmenimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyaman lingkungan. Kebisingan di lokasi Hotel Grand Zuri
lebih disebabkan karena mobilisasi kendaraa yang melintas Jalan
M.H Thamrin, serta suara genset pada aliran listrik terputus.
Dengan demikian, suara bising dilingkungan hotel dan
sekitarnyapada saat in lebih disebabkan karena aktifitas dari luar
hotel. Untuk suara bising yang disebabkan operasinal hotel yaitu
karena operasional genset,dilakukan pengelolaan dengan
meletakkan genset pada ruang khusus genset, melakukan
perawatan berkala genset sesuai dengan SOP dan memakai genset
jenis silent. Dengan demikian diharapkantingkatkebisingan yang
dihasilkan genset dapat memenuhi baku mutu berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun
1996 tentang baku tingkat kebisingan, yaitu 70 db (A).
6. Hidrologi
a. Kualitas Air Tanah
Air tanah merupakan sumber air utama operasional Hotel
Green. Sehingga dalam pemanfaatannya perlu diketahui
kualitasnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap air
tanah, diketahui kualitas airtanah jika dilihat dari kandungan
Coli Form dan Coli Tinja berada di atas baku mutu
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416
Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air.
Air tanah merupakan sumber utama proses operasional Hotel Green sehingga
dalam pemanfaatannya perlu diketahui kualitasnya. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap air tanah, diketahui kualitas air tanah jika dilihat dari
kandungan Coli Form dan Coli Tinja berada diatas baku mutu berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air. Kualitas air tanah jika dilihat dari kandungan
Coli Form dan Coli Tinja dapat dilihat pada Tabel 2.32
Tabel 2.32 Data Sekunder Kuakitas Air Bersih (Air Sumur Bor)
No. Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu
1 MPN Coli Form /100mL 93 50
2 MPN Coli Tinja /100mL 93 -
Sumber: Hasil Analisis Kualitas Air Bersih (Air Sumur Bor) Hotel Green, tahun 2016
Berdasarkan data sekunder Tabel 2.26, tingginya kandungan Coli Form dan
Coli Tinja diperkirakan disebabkan karena proses pengolahan air yang belum
baik ataupun pengambilan sampel yang kurang steril.
Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Kedalaman air tanah ditiap tempat tidak sama karena dipengaruhi oleh tebal
atau tipisnya lapisan permukaan diatasnya dan kedudukan lapisan air tanah
tersebut. Kedalaman air dapat dilihat dari sumur-sumur yang digali oleh
penduduk.
Kegiatan survey daerah resapan air tanah Kota Padang dimulai dengan
mempedomani Peta Hidrogeologi Lembar Padang dengan memperhatikan
Cekunngan Air Tanah (CAT) yang terdapat di wilayah administrasi Kota
Padang dan potensinya, batas vertical cekungan dan menentukan titik-titik
batas daerah resapan dan daerah luahan untuk masing-masing cekungan air
tanah dengan menggunakan Global Position System (GPS). Berdasarkan batas
vertikan cekungan air tanah, terdapat tiga alran cekungan air tanah yakni
cekungan air tanah Padang Pariaan, cekungan air tanah Solok dan cekungan air
tanah Painan Sungai Pinang.
Potensi air tanah didasarkan pada dua aspek yakni aspek kuantitas dan aspek
kualitas. Untuk lebih jelas disajikan seperti Tabel 2.33. Peta Hidrogeologi
lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.74
Tabel 2.33 Potensi Air Tanah Berdasarkan Aspek Kuantitas dan Aspek Kualitas
Kualitas
Memenuhi persyaratan air Tidak Memenuhi
Kuantitas
minum (KEPMENKES RI, persyaratan air inum
2000) (KEPMENKES RI, 2000)
Tinggi Qopt => 10L/dtk Tinggi
Sedang Qopt = 2- 10 L/dtk Sedang Nihil
Rendah Qopt =< 2 L/dtk Rendah
Sumber: Data Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kota Padang
Dilihat dari batas vertical air tanah Cekungan Air Tanah memasuki wilayah
administrasi Kota Padang meliputi Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh,
Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Barat,
Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Padang Selatan. Wilayah potensi
CAT Kota Padang merupakan potensi air tanah sedang dan potensi air tanah
rendah. Potensi air tanah sedang terdapat pada daerah bagian barat Kota
Padang pada daerah daratan pada ketinggian sampai pada 9 dari perukaan laut,
kecuali dari tanah teluk bayur dan daerah Air Manis. Litologi di wilayah
tersusun ini oleh Aluvium dan Kipas Aluvium berupa pasir dan batuan gunung
api/vulkanik Tua serta batuan gunung api muda berupa tuf batu apung dan
breksi.
Wilayah potensi air tanah sedang ini sedang dicirikan oleh beberapa parameter
akuifer penting seperti berikut:
8. Lalu Lintas
2 Kendaraan Ringan 1
Langkah berikutnya adalah konversi volume lalu lintas dalam satuan mobil
penumpang. Hasil konversi volume lalu lintas dalam satuan mobil
penumpang disajikan dalam Tabel 2.36
Selanjutnya diuraikan volume lalu lintas pada persimpangan Alang Lawas
untuk masing-masing lengan/ruas jalan sebagai berikut
1) Ruas Jalan Thamrin (Alang Lawas)
Berdasarkan perencanaan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di Ruas Jalan Thamrin (Alang
Lawas) pada hari libur adalah sebesar 1.859 smp/jam yang terjadi jam
17.00-18.00 WIB sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 2.361 smp/
jam yang terjadi pada jam 17.00-18.00 WIB. Fluktuaai volume lalu
lintas pada ruas jalan Thamrin (Alang Lawas) disajikan dalam gambar
berikut ini
2) Ruas Jalan Thamrin (Kodim)
Berdasrakan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di Ruas jalan Thamrin (Kodim)
pada hari libur adalah sebesar 2.329 smp/jam yang terjadi pada jam
17.00-18.00 WIB sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 2.420
smp/jam yang terjadi pada jam 17.00-18.00 WIB. Fluktuasi volume lalu
lintas pada ruas jalan Thamrin (Kodim) disajikan dalam Gambar 2.76
3) Ruas Jalan Bagindo Ais Chan
Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada ruas jalan bagindo Ais Chan pada
hari libur adalah sebesar 1.885 smp/jam yang terjadi pada jam 17.00-
18.00 WIB sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 1.546 smp/jam
yang terjadi pada jam 17.00-18.00 WIB. Fluktuasi volume lalu lintas
pada ruas jalan Bagindo Ais Chan disajikan dalam Gambar 2.77
b. Simpang Kodim
Berdasarkan hasil survey traffic count yan telah dilaksanakan pada hari
Sabtu 4 Februai 2018 dan hari kerja Senin 6 Februari 2018 didapatkan
fluktuasi kendaraan pada persimpangan Kodim. Dari data tersebut
dilakukan analisis terhadap volume kendaraan yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar dalam proses perhitungan.
Volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan Jl. M.H
Thamrin (Alang Lawas), untuk hari libur mencapai 6.877 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.434
kendaraan per jam pada jam 18.00-19.00 WIB.
Selanjutnya volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan Jl.
MH Thamrin (Nurul Iman), untuk hari libur mencapai 6.092 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 460
kendaraan per jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Kemudian volume kendaraan pesimpangan Alang Lawas pada lengan
Kampung Nias, untuk hari libur mencapai 3.523 kendaraan per jam pada
jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.118
kendaraan per jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Volume lalu lintas untuk masing-masing ruas jalan/lengan pada
persimpangan Kodim disajikan dalam Tabel 2.37.
3) Ruas Jalan Bagindo Azis Chan
Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di ruas Jalan Bagindo Azis Chan pada
hari libur adalah sebesar 1.885 smp/jam yang terjadi pada jam 17.00-18.00
WIB, sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 1.546 smp/jam yang terjadi
pada jam 17.00-18.00 WIB.
b. Simpang Kodim
Berdasarkan hasil survey traffic count yang telah dilaksanakan didapatkan
fluktuasi kendaraan pada persimpangan kodim. Dari data tersebut dilakukan
analisis terhadap volume kendaraan yang selanjutnya digunakan sebagai dasar
dalam proses perhitungan.
Volume kendaraan persimpangan Alang Laweh pada lengan JL. M.H Thamrin
(Alang Laweh), untuk hari libur mencapai 6.877 kendaraan per jam pada jam
18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.434 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB.
Selanjutnya volume kendaraan persimpangan Alang Laweh pada lengan JL.
M.H Thamrin (Nurul Iman), untuk hari libur mencapai 6.092 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerjamencapai 460
kendaraan per jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Kemudian volume kendaraan persimpangan Alang Laweh pada lengan
Kampung Nias, untuk hari libur mencapai 3.523 kendaraan per jam pada jam
18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.118 kendaraan per
jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Dalam analisis V/C rasio untuk menentukan tingkat pelayanan jalan, terlebih
dahulu dilakukan konversi volume lalu lintas dari satuan kendaraan per jam
(kend/jam) menjadi satuan mobil penumpang (smp/jam) sesuai dengan factor
ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing (jenis) kendaraan.
Volume lalu lintas yang digunakan dalam perhitungan analisis kapasitas
merupakan volume lalu lintas maksimum. Berdasarkan analisis kapasitas
untuk jalan perkotaan pada manual kapasitas jalan Indonesia tahun 1997, nilai
factor (emp) untuk volume lalu lintas yang digunakan ada berbagai
macamtergantung penggunaan hari libur dan hari kerjanya.
Selanjutnya diuraikan volume lalu lintas pada persimpangan alang laweh untuk
masing-masing lengan/ruas jalan sebagai berikut.
Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi dilakukan analisis untuk
mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur, komposisi kendaraan yang
melewati ruas jalan Kampung Nias didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebesar
60,25%, diikuti dengan jenis mobil pribadi dengan presentase 27,02%. Sedangkan untuk
Angkutan Umum (Angkot) presentasenya adalah sebesar 9,68%. Selanjutnya untuk
kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,26%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh kendaraan roda dua
yaitu sebesar 60,61%, diikuti dengan jenis kendaraan mobil pribadi sebesar 31,15%.
Sedangkan untuk angkutan umum komposisinya adalah sebesar 4,58%. Selanjutnya
untuk kendaraan pick ip komposisinya adalah sebesar 3,08%. Untuk jenis kendaraan
lainnya mempunyai komposisi dibawah 1%. Rincian komposisi dibawah 1%. Rincian
komposisi kendaraan dapat dilihat pada Gambar 2.86.
Secara umum tingginya penggunaan kendaraan sepeda motor dan mobil pribadi
mengindikasikan tingginya pertumbuhan penjualan sedang/MPV dan sepeda motor baik
di Indonesia maupun Sumatera Barat dimana rata-rata perjualan sepeda motor lebih dari
10%. Besarnya penggunaan kendaraan jenis sepeda motor disebabkan oleh kemudahan
aksebilitas dalam melakukan perjalanan dan waktu tempuh yang relatif singkat.
Selain itu, perbedaan biaya transportasi antara angkutan umum dan sepeda motor yang
tidak terlalu signifikan menyebabkan masyarakat lebih memilih kendaraan jenis sepeda
motor dibandingkan dengan kendaraan lainnya. Hal lainnya, dari segi akses untuk
mendapatkan kendaraan jenis sepeda motor sangat dijangkau oleh masyarakat.
e. Kecepatan Kendaraan
kecepatan perjalanan dari kendaraan bermotor merupakan salah satu parameter baik atau
tidak kinerja ruas jalan. Kecepatan perjalanan penting dilakukan dalam rangka melihat
karakteristik kecepatan dan anomali kecepatan dari kendaraan bermotor yang bertujuan
untuk memberikan rekomendasi penanganan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Teknik
observasi yang dilakukan untuk mendapat data kecepatan perjalanan kendaraan bermotor
adalah teknik observasi Space mean speed. Jumlah sampel yang diambil pada masing-
masing waktu tersebut ± 112 sampel kendaraan dengan jenis kendaraan yang berbeda
yaitu sepeda motor, mobil pribadi dan angkot. Dari observasi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2.40
Tabel 2.40 Kecepatan Perjalanan di Sekitar Kawasan Hotel Grand Zuri (km/jam)
N Jenis Waktu Sabtu/ 4 Februari 2017 Senin/ 6 Februari 2017
o Kendaraan
Dari hasil pembahasan karakteristik volume lalu lintas pada ruas jalan Thamrin (Alang
Lawas dan Kodim) serta Bagindo Azis Chan diperoleh jam perancangan di dalam
menghitung kinerja lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 2.41.
Tabel 2.41 Volume Jam Puncak Ruas Jalan Wilayah Kajian Pada Persimpangan
Alang Lawas
No Ruas Jalan Waktu Hari Jam Puncak Volume Lalu
Lintas (km/jam)
1 Thamrin (Alang Lawas) Pagi Libur 07.00-08.00 2.213
Kerja 07.00-08.00 2.096
N Nama Jalan Lebar Lebar Kapasitas FCw Fcsp FCsf Kapasitas Kapasita
o Jalan Efektif Dasar Perlajur s Jalan
(M) (m) Perlajur
1 Jl. Thamrin 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
(Nurul Iman)
2 Jl. Thamrin 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
(Alang Lawas)
3 Jl. Kampung 9 7 2900 1 1 0,92 2,658 5336
Nias
Sumber: Data Survey, Tahun 2017
Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk V/C rasio untuk rona awal pada masing-masing
ruas jalan, yang diselengkapnya disajikan pada Tabel 2.44 dan Tabel 2.45
Tabel 2.44 Perhitungan V/C Rasio Masing-Masing Ruas Jalan Pada Persimpangan
Alang Lawas
Berdasarkan Tabel 2.44 dan Tabel 2.45 dilakukan analisis kinerja pelayanan jalan
terhadap lalu lintas dengan menggunakan parameter V/C rasio. Parameter V/C rasio
tersebut dapat digambarkan keadaan kondisi lalu lintas dengan merujuk pada tabel
standar tingkat pelayanan jalan dalam Pengukuran V/C Ratio yang dikeluarkan Direktorat
Jendral Perhubungan Darat, 1995. Semakin randah nilai V/C rasio maka tingkat Kinerja
pelayanan semakin baik dan sebaliknya.
Maka dari rujukan tersebut didapatkan tingkat pelayanan dan kondisi lalu lintas pada ruas
jalan wilayah kajian sebagaimana yang terlihat pada Tabel 2.46.
Tabel 2.46 Tingkat Pelayanan dan Kondisi Llu Lintas Ruas Jalan Pada Rona Awal
Simpang Alang Lawas
Tabel 2.47 menunjukkan bahwa pada ruas Jl. M.H Thamrin (Alang Lawas) nilai V/C
rasionya pada hari libur sebesar 0,39 dan pada hari kerja adalah sebesar 0,49. Artinya
tingkat kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi B dan C. Pada
tingkat pelayanan B, kondisi arus stabil tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
dikendalikan dan pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Untuk ruas Jl. M.H Thamrin (Kodim) nilai V/C rasionya pada libur adalah sebesar 0,48
sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 0,46. Artinya tingkat pelayanan pada ruas Jl.
M.H Thamrin (Kodim) berada pada posisi C. Pada tingkat pelayanan C, arus stabil tetapi
kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan dan pengemudi memiliki kebebasan yang
cukup untuk memilih kecepatan.
Sedangkan untuk ruas Jl. Bagindo Azis Chan, dari hasil perhitungan didapatkan nilai V/C
rasio pada hari libur adalah sebesar 0,39 dan pada hari kerja adalah sebesar 0,32. Artinya
tingkat kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi B. Pada tingkat
pelayanan B, kondisi arus stabil tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan dan
pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan diatas, secara umum, kondisi pelayanan ruas
jalan pada persimpangan Alang Lawas kondisinya masih stabil.
Tabel 2.47 Tingkat Pelayanan dan Kondisi Llu Lintas Ruas Jalan Pada Rona Awal
Simpang Kodim
Tabel 2.47 menunjukkan bahwa pada ruas Jl. M.h Thamrin (Alang Lawas) nilai V/C
rasionya pada hari libur adalah sebesar 0,46 dan pada hari kerja adalah sebesar 0,43.
Artinya tingkat kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi C dan B.
Pada tingkat pelayanan B, pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih
kecepatan. Sedangkan untuk tingkat pelayanan C, kondidi arus stabil tetapi kecepatan dan
gerak kendaraan dikendalikan.
Untuk ruas Jl. M.H Thamrin (Nurul Iman) nilai V/C rasioanya pada hari libur adalah
sebesar 0,38 sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 0,34. Artinya tingkat pelayanan
pada ruas Jl. M.H Thamrin (Kodim) berada pada posisi B. Pada tingkatpelayanan B
pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Sedangkan untuk ruas Jl. Kampung Nias, dari hasil perhitungan didapatkan nilai V/C
rasio pada hari libur adalah sebesar 0,18 dan pada hari kerja adalah 0,21. Artinya tingkat
kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi A dan B. Pada tingkat
pelayanan A, kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi pengemudi dapat memilih
kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan. Sedangkan pada tingkat pelayanan B,
penge,udi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan diatas, secara umum, kondisi pelayanan ruas
jalan pada persimpangan Kodim kondisinya masih stabil.
B. Biologi
1. Flora/ Vegetasi
Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan, bahwa terdapat berbagai macam flora
yang terdiri dari tumbuhan perkarangan dan hias, tumbuhan pelindung dan pangan, serta
tumbuhan liar.
1) Tumbuhan Pekarangan dan Hias
Keberadaan tumbuhan pekarangan umumnya terdapat di beberapa rumah
penduduk yang bermukim disekitar tepi jalan. Dipekarangan terdapat jenis
tanaman hias (Cordyline oustralis), bungan bayam merah (Aerva Sanguinolenta),
bunga kamboja (Plumeria acuminata), pisang hias (Heliconia sp.), markisa
kuning (passiflora edulis), tanaman perkarangan mempunyai fungsi estetis,
kenyamanan dan ekologis.
2) Tumbuhan Pelindung dan Pangan
Flora yang ada di sekitar rencana adalah jenis-jenis yang mempunyai fungsi
perlindungan, estetika dan penyerapan emisi udara yang mencakup jenis pohon
dan perdu. Jenis tanaman pelindung dan penyerapan emisi udara antara lain
mahoni (Switenia mahagoni), dan ketaping (Terminalia catappa), seri (Muntingia
caiabura) serta beberapa tumbuhan palam yaitu kelapa (Cocos nucifera), pinang
(Areca cathecu). Serta tanaman pangan, singkong (Manihot uttissima), pisang
(Musa paradisiaca).
3) Tumbuhan Liar
Tumbuhan liar atau semak merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan
keberadaannya karena akan mengganggu tumbuhan
Tabel 2.50 Jumlah Penduduk Kelurahan Alang Laweh
( jiwa) ( jiwa)
Tabel 2.51 Jumlah Penduduk Kelurahan Alang Laweh menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin
55-59 57 71 128
60-64 40 31 71
65-69 34 22 56
70-74 18 25 43
75+ 19 15 34
80%
70%
70%
60%
50%
40%
30% 26%
20%
10%
4%
0%
0-14 15-64 65+
Gambar 2.87 Grafik Komposisi Penduduk kelurahan Alang Laweh Berdasarkan
Kelompok Umur
b) Peluang Berusaha
Peluang berusaha dapat diartikan sebagai sebuah kesempatan yang datang pada
waktu tertentu yang tidak boleh dilewatkan oleh seorang wirausaha untuk
memperoleh keuntungan. Oleh karena itu rencana pembangunan Hotel Green
merupakan kesempatan bagi individu yang berjiwa wirausaha untuk
memperoleh keuntungan dengan mendirikan bisnis pendukung baik barang
maupun jasa.
Oleh karena itu, dalam kajian pada bidang aspek sosial ekonomi akan
menfokuskan pada kemungkinan peluag usaha yang akan muncul, menarik
minat masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejateraan masyarakat disekitar encana kegiatan pengembangan Hoten Grenn.
Adapun peluang usaha yang muncul di perkirakan akan tinggi baik pada tahap
prakonstruksi, konstruksi maupun operational. Hal tersebut dikrenakan jenis
usaha yang mungkin akan muncul sebagian besar akan bersifat informal yang
dapat dimanfaatkan oleh semua orang yang ada di wilayah studi. Berdasarkan
obserfasi pada wilayah sekitar rencana kegiatan tersebut, jenis usaha informal
yang banyak adalah warung lontong, rumah makan ampera, dan P & D. di
prakirakan jenis usaha usaha ini akan mendapatkan dampak pada tahap
konstruksi dan konstruksi. Semntara itu beberapa jenis usaha lain yang potensial
untuk dikembangkan pada tahp konstruksi dan opersi seperti rumah makan,
rumah kos, penjualan pulsa dan laundry.
c) Pendapatan Masyarakat
2. Sosial budaya
Walaupun terjadi pembaharuan antar suku atau etnis di sekitar lokasi kegiatan
akan tetapi sistim norma maupun pola masyarakat secara umum masih dilandasi
dengan filosofi “ Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Khitabullah “. falsafah ini
mendiskibsikan bahwa masyarakat minang kabau merupakan masyarkat religius
berdasarkan ajaran islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari baik dalam
hal tingkah laku, maupun kebiasaan.
Berdasarkan survei awal norma dan pola kebiasaan masyarakat yang berada
disekitar lokasi tepak kegiatan sebelum rencana kegiatan di prakirakan secara
tidak langsuang, maupun tampa disadari telah terjadi pembauran antara
masyarakat yang berada di sekitar lokasi krgiatan dengan keriawan maupun
pengunjung hotel sepanjan 4 tahun terakhir, baik dalam hal komunikasi, maupun
interaksi terhadap masyarakat , kaiawan hotel maupun pengunjung hotel. Studi
AMDAL rencana kegiatan pengambangan Hotel Green akan mengkaji dan
menguraikan tentang norma dan pola kebiasaan masyarakat terhadap pengaruh
dan dampak dari kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi , operational rencana
pengembangan apabila terdapat tenaga kerja yang berasal dari luar daerah minang
kabau, serta memprakirakan norma dan pola kebiasaan masyarakat sebelum
operation Hotel Green.
b) Proses Sosial
Proses sosial merupakan cara cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para
individu dan kelompok saling ketemu dan menentukan sistim serta bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan
yang menyebabkan goyah nya cara cara hidup yang telah ada. Dengan kata lain,
proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik anatara berabagai segi
kehidupan bersama ( Soekanto,2002). interaksi sosial merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial, karna tampa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan
bersama karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas
aktifitas sosial yang menyangkut hubungan antara orang per orang anatara
kelompok manusia maupun antara orang per orang dengan kelompok manusia.
Pada saat sekarang telah terjadi interaksi sosial dengan masyarakat yang berada
disekitar lokasi tapak kegiatan baik terhadap management, kariawan maupun
pengunjung Hotel Green, berdasarkan observasi awal melalu konsultasi publik
yang dilakukan terhadap pemuka masyarakat, tokoh masyarakat, yang berada
disekitar lokasi kegiatan cendrung bersifat asosiatif ( kerjasama)
Selain itu, proses interaksi sosial juga dapat terjadi antara masyarakat asli yang
berkerja dilingkungan rencana kegiatan dengan masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan yang tidak dapat berkerja di lingkungan rencana kegiatan. Serta interaksi
sosial yang terjadi selama kegiatan operational Hotel Green karena telah terjadi
pembauran masyarakat dengan aktifitas Hotel Green baik terhadap kariawan,
maupun pengunjung hotel baik bersifat asosiatif ( kerjasama ) maupun disasosiatif
( pertentangan, persaingan).
1. Presepsi Masyarakat
Sutdi AMDAL rencana kegiatan akan mengkaji dan menguraikan tentang presepsi
masyarakat yang di prakirakan dapat muncul pada saat sosialisasi rencana
pembangunan Hotel Green karena dapat menimbulkan presepsi masyarakat baik
presepsi positif ( masyarakat yang mendapatkan manfaat ) maupun presepsi
negatif ( masyarakat yang tidak mendapaatkan manfaat maupun dirugikan ) yang
dilatar belakangi oleh kegiatan pembangunan Hotel Green yang dilakukan pada
tahun 2018 dengan luas lahan ± 2300. selain itu, indikator presepsi masyarakat
baik presepsi positif maupun negatif di prakirakan dapat timbul pada saat kegiatan
konstruksi bangunan sehingga pada saat rencana kegiatan di prakirakan akan
dapat menimbulkan kekawatiran masyarakat terhadap dampak.
B. Biologi
1. Flora/Vegetasi
Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan, bahwa terdapat berbagai
macam flora yang terdiri dari tumbuhan pekarangan dan hias, tumbuhan
pelindung dan pangan, serta tumbuhan liar.
1) Tumbuhan Pekarangan dan Hias
Keberadaan tumbuhan pekarangan umumnya terdapat di beberapa
rumah penduduk yang bermukim disekitar tepi jalan. Di pekarangan
terdapat jenis tanaman hias (Cordyline australis), bunga bayam merah
(Aerva Sanguinolenta), bunga kamboja (Plumeria acuminata), pisang
hias (Heliconia sp.), markisa kuning (Passiflora edulis). Tanaman
pekarangan mempunyai fungsi estetis, kenyamanan dan ekologis.
2) Tumbuhan Pelindung dan Pangan
Flora yang ada disekitar rencana adalah jenis-jenis yang mempunyai
fungsi perlindungan, estetika dan penyerapan emisi udara yang
mempunyai fungsi perlindugan, estetika dan penyerapan emisi udara
yang mencakup jenis pohon dan perdu. Jenis tanaman pelindung dan
penyerapan emisi udara antara lain mahoni (Switenia mahagoni) dan
ketaping (Terminalia catappa), seri (Muntingia calabura) serta beberapa
tumbuhan palam yaitu kelapa (Cocos nucifera), pinang (Areca cathecu).
Serta tanaman pangan, singkong (Manihot uttilissima), pisang (Musa
paradisiaca).
3) Tumbuhan Liar
Tumbuhan liar atau semak merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan
keberadaannya karena akan mengganggu tumbuhan pokok. Adapun
jenis tumbuhan liar yang terdapat pada rencana kegiatan adalah bujang
kalam (Stachytarpheta jamaicensis), siamih (Ageratum conyzoides) dan
putri malu (Mimosa pudica).
2. Fauna
Pengamatan terhadap fauna adalah satwa liar, yang terdapat di sekitar
lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya tergolong jarang, baik jenis maupun
kelimpahannya. Keberadaan jenis satwa tersebut diantaranya terkait
dengan keberadaan semak belukar sebagai salah satu habitat mencari
makanan dan aktivitas lainnya.
1) Kependudukan (Demografi)
Pembangunan ekonomi dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996). Berdasarkan definisi
tersebut, dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya
suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat
menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi.
Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan
riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan
memerlukan berbagai sumber daya antara lain negatif yang dapat
dirasakan oleh masyarakat seperti timbulnya kemacetan, debu,
berkurangnya kuantitas air tanah maupun penerimaan tenaga kerja yang
tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal.
2) Sikap Masyarakat
Sikap merupakan dampak yang ditimbulkan setelah proses individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indrawi yang
menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Menurut Carl Jung mendefinisikan sikap sebagai “kesiapan dari psike
untuk bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu”. Sikap sering muncul
dalam bentuk pasangan, satu disadari sedangkan yang lainnya tidak
disadari. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau
tidak suka (positif, negatif, atau netral).
Dalam studi AMDAL rencana Pembangunan Hotel Green akan mengkaji
dan menguraikan sikap masyarakat pada saat rencana pembangunan hotel
serta operasional hotel setelah pembangunan nantinya. Terkait dengan
sikap masyarakat akan dilihat dalam tiga aspek yakni aspek kognitif
(keyakinan, pengalaman serta harapan individu), aspek afektif (perasaan-
perasaan ketakutan, simpati, antipati) dan aspek konatif (memberikan
pertolongan, menjauhkan diri).
d. Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat merupakan suatu kondisi masyarakat yang
dihinggapi oleh rasa was-was, khawatir, tidak tentram dan ketakutan
terhadap suatu kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap tatanan
kehidupan sosial. Rencana kegiatan ini dapat menimbulkan keresahan
masyarakat yang berdampak terjadinya konflik sosial karena munculnya
akumulasi dari permasalahan atau ketidaksenangan, rasa was-was, tidak
tentram dan ketakutan masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan mulai
dari tahap pra konstruksi sampai pada tahap operasi.
Studi AMDAL rencana kegiatan Pembangunan Hotel Green akan mengkaji
dan menguraikan tentang keresahan masyarakat yang muncul selama
kegiatan perencanaan pembangunan Hotel Green, maupun setelah
pembangunan hotel, hal ini bertujuan untuk melihat permasalahan maupun
ketidaknyamanan masyarakat selama kegiatan konstruksi Hotel Green.
Terkait dengan rencana pembangunan Hotel Green dampak yang
diperkirakan muncul selama kegiatan konstruksi yakni pada saat mobilisasi
material dan peralatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
jalan, timbulnya kemacetan dan debu yangdihasilkan akibat ceceran
material, maupun kegiatan konstruksi bangunan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan rumah warga yang diakibatkan oleh getaran pada saat
kegiatan pemancangan, maupun berkurangnya kualitas air tanah yang
diakibatkan oleh kegiatan pembangunan basement.
f. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar wilayah studi secara umum
tergolong relatif baik. Hal ini ditandai dengan banyak sarana pendidikan
sebagai tempat proses belajar mengajar anak-anak yang tergolong angkatan
sekolah. Jumlah sarana pendidikan di sekitar wilayah studi cukup tersedia
mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang lebih tinggi dan tergolong
banyak yakni 40 sarana pendidikan dengan 3 sarana perguruan tinggi, 8
sarana pendidikan SMA, 9 sarana pendidikan SLTP, 15 sarana pendidikan
SD dan 5 Taman Kanak-kanak. Jumlah sarana pendidikan yang cukup
tersedia memudahkan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka
ke pendidikan yang lebih baik.
D. Kesehatan Masyarakat
a. Pola/Prevalensi Penyakit
Pola/prevalensi penyakit yang dimaksud adalah penyakit yang sering
diderita oleh masyarakat di wilayah studi. Penyakit-penyakit yang paling
sering dialami masyarakat berdasarkan dari laporan Puskesmas disekitar
wilayah studi diperoleh informasi 10 penyakit terbanyak yakni ISPA,
Hipertensi, Penyakit Kelamin Lainnya, Gastritis, dan Penyakit Radang
Sendi Termasuk Rematik.
2.1 Status Studi AMDAL
Studi amdal berfungsi sebagai instrument pengendalian, pencegahan dan
pengelolaan kualitas lingkungan di sekitar lokasi pembangunan. Dalam
kegiatan ini, studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan penyempurnaan
Detail Engineering Design (DED). Dengan begitu diharapkan dengan
studi amdal ini dapat diperoleh informasi mendalam terkait kegiatan yang
akan dilaksanakan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi dan
operasional, sehingga prakiraan dampak dari setiap tahap kegiatan dapat
dilakukan secara lebih tepat.
2.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Lokasi rencana kegiatan pembangunan Hotel Green, berdasarkan
penjelasan tentang informasi peruntukan ruang yang dikeluarkan oleh
Dinas Tata Ruang Tata Bangunan dan Perumahan dengan Nomor 659/12-
28/DTRTBP-TR/2016 sebagai berikut:
1. Berdasarkan Peta Rencana Pola Tata Ruang Kota Padang pada Perda
No. 4 tahun 2012 tentnag RTRW Kota Padang tahun 2010-2030, lokasi
tanah yang dimaksud untuk rencana kegiatan Pengembangan Hotel
Green berada pada kawasan Perumahan
2. Berdasarkan Matrik Arahan Peruntukan Ruang pada lampiran XXV
Perda No. 4 tahun 2012 tentang RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030,
Kawasan Perumahan dapat dimanfaatkan untuk Jasa Penginapan pada
tatanan terbatas/ dikendalikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Berdasarkan Perda RTRW sebagaimana yang dijelaskan pada lampiran
XXV, arahan pemanfaatan zona Kota Padang untuk kawasan budidaya
perumahan dikendalikan/ dibatasi untuk perdagangan dan jasa yang
menimbulkan dampak bangkitan perjalanan cukup besar. Yakni dengan
adanya jumlah kamar sebnayak 206 unit dan terdapat ballroom dengan
kapasitas kurang lebih 2.500 orang. Hal ini diperkuat dengan izin prinsip
yang dikeluarkan oleh walikota padang dengan Nomor
644/01.49/BAPEDA.2011 Perihal surat persetujuan prinsip pemanfaatan
ruang (lampiran 2).
2.3 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
2.3.1 Lokasi Rencana Kegiatan
Lokasi rencana kegiatan pembangunan Hotel Green secara
administrasi berada di jalan M.H.Thamrin kelurahan alang laweh,
kecamatan padang selatan, Kota Padang. Sedangkan, secara titik
koordinat lokasi Hotel Green (Eksisting) dan rencana kegiatan
pembangunan terlampir.
2.3.2 Gambaran Umum Hotel Green
Hotel Green ini direncanakan beroperasi semenjak tahun 2018 dan
memiliki berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para
tamu diantaranya: ruangan fitness/gym, restaurant, area parker,
kamar hotel, dan jumlah kamar 131 unit yang terdiri dari berbagai
tipe kamar (superior room, deluxe room, junior room dan ruangan
president sweet room).
2.4 Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal
2.4.1 Komponen Lingkungan Hidup
A. Komponen Geofisik-kimia dan Lalu Lintas
1. Iklim
a. Tipe Iklim
b. Curah Hujan
c. Suhu, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin
2. Ruang, Tanah dan Lahan
a. Geologi
b. Geomorfologi (Topografi dan Fisiografi)
3. Kerawanan Bencana
4. Debu dan gas
5. Kebisingan
6. Hidrologi
a. Kualitas Air Tanah
b. Kualitas Air Limbah
c. Kuantitas Air Tanah
7. Timbulan Limbah Padat
8. Lalu Lintas
B. Biologi
1. Flora/ Vegetasi
2. Tumbuhan Pelingdung dan Pangan
3. Tumbuhan Liar
C. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
1. Sosial Ekonomi
1) Kependudukan (Demografi)
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
b. Depency Ratio (Angka Beban
Kesejahteraan)
2) Ketenagakerjaan, Peluang Berusaha, Pendapatan
Masyarakat
a. Ketenagakerjaan / Kesempatan Kerja
b. Peluang Berusaha
c. Pendapatan Masyarakat
2. Sosial Budaya
a.
D. Kesahatan Masyarakat
Lokasi Rencana Pembangunan Hotel Green berada dalam wilayah
Kecamatan Padang Selatan, termasuk wilayah kerja Puskesma
Seberang Padang. Berdasarkan survei awal ke lapangan dan
wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitar tapak
kegiatan untuk keperluan sehari-hari memanfaatkan sumur gali dan
PDAM. Sedangkan, utnuk air minum umunya masyarakat
mengkonsumsi air minum isi ulang. Untuk buangan limbah cair
domestik, dialirkan ke drainase kota yang berada di kawasan
pemukiman.sementara dalam pengeloalan sampah rumah tangga,
masyarakat memanfaatkan TPS yang telah disediakan oleh
Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota
Padang.
a. Pola/ Prevalensi Penyakit
Pola/ prevalensi penyakit yang dimaksud adalah penyakit yang
sering diderita oleh masyarakat di wilayah studi. Penyakit-
penyakit apa yang paling sering dialami masyarakat berdasarkan
dari laporan Puskesmas Seberang Padang diperoleh informasi
seperti yang tertera pada Tabel 2.54
Tabel 2.54 Data 10 Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Seberang Padang
No Jenis Penyakit Jumlah
1 Ispa 2.967
2 Hipertensi 2.329
3 Penyakit Kelamin Lainnya 1.234
4 Gastritis 1.145
5 Penyakit Radang Sendi Termasuk Rematik 1.129
6 Penyakit Pulpa Dan Jaringan Parlapikal Lainnya 707
7 Bronchitis 705
8 Diabetes Meilitus 690
9 Kelainan Refraksi 669
10 Penyakit Dan Kelainan Susunan Syaraf Lainnya 635
Total 12.210
Sumber: Puskesmas Seberang Padang, Tahun 2015
1 Puskesmas Induk 1
2 Pustu 1
3 Poskeskel 4
4 Rumah Bersalin 4
5 Dokter Praktek Swasta 4
6 Bidan Praktek Swasta 6
7 Posyandu Balita 23
8 Posyandu Lansia 4
Total 47
Sumber: Puskesmas Seberang Padang, Tahun 2015
c. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Seberang Padang sudah
mencukupi dalam pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga
kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.56
Tabel 2.56 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Seberang Padang
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (Orang)
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 4
3 Penata Usahaan 4
4 Apoteker 1
5 Bidan 14
6 Perawat 17
7 Analis 3
8 Sanitarian 2
9 Perawat Gigi 2
10 Rekam Medik 1
11 Asisten Apoteker 3
12 Petugas Gizi 2
13 Sukarela 11
Total 67
Sumber: Puskesmas Seberang Padang, Tahun 2015
d. Sanitasi Lingkungan
Berdasarkan data dari Puskesmas Seberang
Padangdiperoleh informasi bahwa cakupan jamban
keluarga yang telah memenuhi syarat yakni sebesar 80%.
Pemanfaatan air bersih dari sumur gali sebesar 40%, selain
itu masyarakat di wilayah studi memanfaatkan sumber air
bersih dari PDAM sebesar 60%. Saluran air limbah yang
ada di permukiman masyarakat pada umumnya saluran
terbuka. Sedangkan, untuk pengelolaan sampah di wilayah
studi, masyarakat memanfaatkan TPS yang telah disediakan
oleh Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Lingkungan
Hidup Kota Padang.
1. Penelaahan Pustaka
Penelaahan pustaka dilakukan guna mempelajari kegiatan yang sama atau sejenis
ditempat lain yang dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan pembangunan hotel
ditempat lain dan literatur terkait.
2. Interaksi Kelompok
Perawatan bangunan
No.
Operasional Hotel
Pembangunan Fisik
Operasional Hotel
Blocking Area
konstruksi
Bangunan
material
Komponen
lahan
Lingkungan Hidup
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A. GEOFISIK DAN
LALU LINTAS
1 Kualitas udara
ambien dan v v v v
kebisingan
a. Debu dan gas v v v v v
b. Kebisingan v v
c. Getaran
2 Hidrologi v v
a. Aliran permukaan
v v
(aliran limpasan)
b. Kualitas air
v v v
permukaan
c. Kualitas air tanah v v v
d. Kuantitas air tanah v v v
3 Timbulan Limbah
v v v
padat
4 Gangguan Lalu lintas v
B. Biologi v
a. Keanekaragaman
v
Flora
b. Keanekaragaman
Fauna
C. SOSIAL
EKONOMI DAN
BUDAYA
1 Sosial Ekonomi v v v
a. Kesempatan Kerja v v v v
b. Peluang berusaha v v
c. Tingkat v
Pendapatan
Masyarakat
2 Sosial Budaya
a. Norma dan pola
v v v
Kebiasaan
b. Proses Sosial v v
c. Presepsi masyrakat v v v v v v
d. Keresahan
v
masyarakat
D. KESEHATAN
MASYARAKAT
Pola/Prevalensi
v v
Penyakit
d. Sanitasi
v v v v v
Lingkungan
c. Kesehatan dan
v v v
keselamatan kerja
4. Konsultasi Publik
Konsultasi publik (sosialisasi) bertujuan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat
yang terkena dampak di lokasi rencana Pembangunan Hotel Green. Konsultasi publik
juga melibatkan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah setempat baik tingkat
kelurahan, kecamatan maupun kota. Materi konsuktasi difokuskan pada persepsi mereka
terhadap rencana Pembangunan Hotel Green, serta mengumpulkan informasi hal-hal
yang dianggap penting ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan sosial budaya yang perlu
menjadi perhatian lebih untuk dikaji dalam studi ANDAL.
1. Apakah rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar pada
struktur penduduk (kepadatan dan komposusu penduduk) dan proses penduduk
(pertumbuhan dan mobilisasi penduduk)?
(Berdasarkan kajian literatur kegiatan sejenis)
2. Apakah rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap
pola kepemilikan dan penguasaan sumberdaya alam, pola mata pencaharian penduduk,
atau pendapatan / pengeluaran rumah tangga?
(Berdasarkan observasi lapangan dan konsultasi masyarakat)
3. Apakah rencana usaha dan kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap
tatanan norma dan nilai masyarakat setempat, pranata-pranata sosial (lembaga-lembaga
masyarakat) yang berkaitan dengan kekerabatan (kohesi sosial), kegiatan ekonomi dan
pemilikan sumber daya alam (property right)?
1. Seberapa luas/besar rencana usaha datau kegiatan dapat menimbulkan perubahan kualitas
lingkunga yang memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit ?
(Berdasarkan kajian literatur kegiatan sejenis)
2. Seberapa besar/luas usaha atau kegiatan memerlukan pengerahan sumber daya manusia (lokal
dan pendatang) sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara penduduk dan memilki
potensi untuk menimbulkan penyakit menular?
(Berdasarkan kajian literatur kegiatan sejenis)
3. Seberapa besar usaha/kegiatan membutuhkan /menggunakan bahan toksik dan mempunyai
potensi untuk menimbulkan resiko kesehatan baik akut maupun kronis , seperti : keracunan,
kanker, kelainan reproduksi dan penyakit manusia lainnya?
(Berdasarkan konsultasi dengan pemrakarsa)
4. Seberapa besar/usaha kegiatan dapat menurunkan secara berarti pemenuhan maknan dan gizi
masyarakat dari generasi ke generasi?
(Berdasarkan konsultasi ahli kesehatan masyarakat)
5. Seberapa besar/luas rencana usaha dan atau kegiatan menurunkan kualitas sumber daya
manusia karena daya dukung lingkungan sedemikian rupa sehingga berdampak terhadap
kesehatan masyarakat? (Berdasarkan konsultasi ahli kesehatan masyarakat)
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak
penting hipotetik disajikan pada Tabel 2.59.