Anda di halaman 1dari 48

2.4.

DESKRIPSI LINGKUNGAN

2.4.1 Komponen Lingkungan Hidup

A. Komponen Geofisik-kimia dan Lalu Lintas


1. Iklim
a. Tipe Iklim
Bepedoman pada sistem klasifikasi iklim Schmidt dan
Ferguson (1951), wilayah Kota Padang tergolong pada iklim
tipe A (basah).
b. Curah Hujan
c. Suhu, Kelembaban Udara, Arah dan Kecepatan Angin
2. Ruang, Tanah, dan Lahan
a. Geologi
Berdasarkan hasil survey awal pada lokasi rencana kegiatan
serta berdasarkan pada peta tanah Pusat Penelitian Tanah
(PPT) tahun 1990, maka lokasi rencana kegiatan ini
tergolongtanah aluvial.
Tanah Aluvial banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan kiri
aliran sungai besar. Tanah memiliki tekstur yang halus hingga
kasar, gembur danmudah digarap sehingga tidak perlu
membutuhkan kerja yang keras dalam pengolahannya. Ciri-
cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-
lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang
hingga tinggi tergantung bahan induk dan iklim.
Sifat tanah Aluvial berasal dari bahan-bahan yang diturunkan
kemudian diangkut dan diendapkan. Oleh karenanya, tanah
ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran air dan
bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar tempat daerah
sering terkena banjir. Endapan-endapan alluvial baik yang
diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada
umumnya mempunyai susunan mineral seperti daerah
diatasnya tempat bahan-bahan bersangkutan diangkut dan
diendapkan. Aluvial muda pada umumnya memiliki pH yang
rendah yaitu kurang dari 4, sehingga sulit untuk
dibudidayakan maka dari itu lahan ini cocok untuk daerah
pembangunan.
b. Geomorfologi (topografi dan fisiografi)
1) Topografi
Berdasarkan hasil interpretasi peta topografi skala 1 :
3.000 bahwa lokasi rencana kegiatan memiliki interval >
25mdpl dan survey lapangan dengan menggunakan GPS
diketahui bahwa wilayah studi berada pada ketinggian
kurang lebih 8-10 mdpl. Kondisi kemiringan lereng area
rencana kegiatan relatif datar (0-2).
2) Fisografi
Berdasarkan hasil interpretasi peta topografi, skala 1 :
3.000dan pengukuran kemiringan lahan dengan
menggunakan alat Abney Level menunjukkan bahwa
lokasi studi mempunyai kemiringan lereng datar (0-2).
Ditinjau dari aspek fisiografi, lokasi studi tergabung dalam
siste aluvial dengan sub sistem aluvial muda dengan
satuan lahan daerah dataran pantai yang terletak di
belakang bating pantai. Faktor kemiringan lereng tidak
akan menjadi faktor pembatas rencana kegiatan.
3. Kerawanan Bencana
Kota Padang terletak pada2 (dua) jalur patahan lempeng dunia
yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Austalia. Kondisi
geologi ini menjadikan Kota Padang merupakan kawasan rawan
bencana. Disamping itu, berdasarkan analisis dan prediksi para
ahli bahwa wilayah sepanjang Pantai Barat Pulau Sumatera
terancam akan bencana tsunami, setelah Aceh dan Nias maka
Sumatera Barat berpotensi dilanda bencana tsunami, mengingat
Pantai Barat Sumatera merupakan jalur penunjaman (subduction
zone) sebagai penyebab terjadinya gempa. Jika terjadi dislokasi
atau pematahan dibawah samudera, maka akan mengakibatkan
terjadinya gelombang tsunami. Berdasarkan fenomena yang ada,
maka KotaPadang rentan akan bencana gempa bumi (tektonik
dan sesar) likuifaksi, gelombang pasang, Tsunami, banjir,
longsor/rentan gerakan tanah, abrasi pantai, dan letusan gunung
berapi. Berdasarkan peta mikrozonasi gempa bumi, lokasi
rencana kegiatan termasuk dalam zona amplifikasi tinggi. Daerah
ini memiliki kerentanan tinggi terhadap terjadinya kerusakan
wilayah jika terjadi gempa bumi. Pada zona ini memiliki
penguatan/amplifkasi getaran gempa bumi tinggi (7-9 kali)
dengan lapisan sedimen lunaknya(soft soil) tebal. sedangkan zona
tsunami, lokasi kegiatan, termasuk kedalam green zone
(evacuable area) yang merupakan daerah yang memungkinkan
untuk menjadi tempat evakuasi dikarenakan ketersediaan
bangunan yang dilengkapi dengan selter (evacuastion building)
dan ketersediaan waktu evakuasi (ETA) sumber : Peta Waktu
Evakuasi Kota Padang.
4. Debu dan Gas
Kualitas udara ambient di tapak kegiatan diprakirakan masih di
bawah baku mutu lingkungan hidup yang mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Hal ini dapat dilihat dari data
sukender kualitas udara ambien yang diperoleh dari Dokumen
Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Kegiatan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (BI) Tahun 2015. Lokasi titik sampel
area parker BI berjarak ± 1,5km dari lokasi rencana kegiatan
Pembangunan Hotel Green. Adapun dasar pengambilan data
sekunder pada lokasi Bank Indonesia (BI) adalah berdasarkan
hasil survey awal yang dilakukan, lokasi rencana kegiatan dengan
lokasi pengambilan sampel data sekunder memliki rona
lingkungan yang sama. Data sekunder kualitas udara dapat dilihat
pada Tabel 2.30.
Tabel 2.30. Data Sekunder Kualitas Udara Ambien

No Parameter Satuan Sampel Baku Mutu


(*)
1 Debu total (TSP) 31,9 230/24 jam
2 Belerang dioksida 22,1 365/24 jam
(SO₂)
3 Nitrogen dioksida 11,24 150/24 jam
(NO₂)
4 Karbon 22,6 10.000/24
monoksida(CO) jam
Sumber : Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Kegiatan
Perwakilan Bank Indonesia (BI), Tahun 2015

(*) Baku Mutu PP No 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran


udara

Dari Tabel 2.25 diketahui bahwa kualitas udara dilokasi titik sampel (data
sekunder) berada di bawah baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dengan
kondisi rona lingkungan yang tidak jauh berbeda, sehingga dapat
dianalogikan bahwa kualitas udaradi lokas rencana kegiatan masih berada
di bawah baku mutu.

5. Kebisingan
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan yang berasal
dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu
yang dapatmenimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyaman lingkungan. Kebisingan di lokasi Hotel Grand Zuri
lebih disebabkan karena mobilisasi kendaraa yang melintas Jalan
M.H Thamrin, serta suara genset pada aliran listrik terputus.
Dengan demikian, suara bising dilingkungan hotel dan
sekitarnyapada saat in lebih disebabkan karena aktifitas dari luar
hotel. Untuk suara bising yang disebabkan operasinal hotel yaitu
karena operasional genset,dilakukan pengelolaan dengan
meletakkan genset pada ruang khusus genset, melakukan
perawatan berkala genset sesuai dengan SOP dan memakai genset
jenis silent. Dengan demikian diharapkantingkatkebisingan yang
dihasilkan genset dapat memenuhi baku mutu berdasarkan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun
1996 tentang baku tingkat kebisingan, yaitu 70 db (A).
6. Hidrologi
a. Kualitas Air Tanah
Air tanah merupakan sumber air utama operasional Hotel
Green. Sehingga dalam pemanfaatannya perlu diketahui
kualitasnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap air
tanah, diketahui kualitas airtanah jika dilihat dari kandungan
Coli Form dan Coli Tinja berada di atas baku mutu
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416
Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air.

lingkungan. Kebisingan di lokasi Hotel Green lebih disebabkan karena


mobilisasi kendaraan yang melintasi Jalan M.H Thamrin, serta suara genset
pada saat aliran listrik terputus. Dengan demikian, suara bising di lingkungan
hotel dan sekitarnya lebih disebabkan karena aktifitas dari luar hotel. Suara
bising disebabkan operasional hotel karena operasiional genset, dilakukan
pengelolaan dengan meletakkan genset pada ruangg khusus genset, melakukan
perawatan berkala genset sesuai dengan SOP dan memakai genset jenis silent.
Dengan demikian diharapkan tingkat kebisingan yang dihasilkan dari genset
dapat memenuhi baku mutu berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup
Nomor 48 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan, yaitu 70 dB(A).
6. Hidrologi

a. Kualitas Air Tanah

Air tanah merupakan sumber utama proses operasional Hotel Green sehingga
dalam pemanfaatannya perlu diketahui kualitasnya. Berdasarkan analisis yang
dilakukan terhadap air tanah, diketahui kualitas air tanah jika dilihat dari
kandungan Coli Form dan Coli Tinja berada diatas baku mutu berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air. Kualitas air tanah jika dilihat dari kandungan
Coli Form dan Coli Tinja dapat dilihat pada Tabel 2.32

Tabel 2.32 Data Sekunder Kuakitas Air Bersih (Air Sumur Bor)
No. Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu
1 MPN Coli Form /100mL 93 50
2 MPN Coli Tinja /100mL 93 -
Sumber: Hasil Analisis Kualitas Air Bersih (Air Sumur Bor) Hotel Green, tahun 2016

Berdasarkan data sekunder Tabel 2.26, tingginya kandungan Coli Form dan
Coli Tinja diperkirakan disebabkan karena proses pengolahan air yang belum
baik ataupun pengambilan sampel yang kurang steril.

b. Kualitas Air Limbah

Operasional Hotel Green Padang menghasilkan limbah cair yang dikelola


dengan menggunakan unit pengolahan limbah WWTP jenis biotech septic tank.
Setelah diolah dengan menggunakan WWTP, air limbah dialirkan ke drainase
kota. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan terhadap kualitas air limbah pada
outlet WWTP sebelum masuk ke lingkungan. Pada tabel 2.13 dapat dilihat daa
sekunder hasil analisis kualitas air limbah dilokasi operasional Hotel Green
Eksisting yang setelah diolah dengan menggunakan WWTP. Unutk
mengantisipasi terjadinya peningkatan parameter air limbah pada saat
operasional Hotel Green dilakukan dengan meningkatkan kapasitas WWTP
serta melakukan pembagian aliran limbah yang dihasilkan oleh bangunan
eksisting, ke lokasi rencana WWTP pada lokasi pembangunan. Sehingga
diharapkan limbah yang dihasilkan selama kegiatan operasional Hotel Green
berada dibawah baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014.

c. Kualitas Air Tanah

Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah.
Kedalaman air tanah ditiap tempat tidak sama karena dipengaruhi oleh tebal
atau tipisnya lapisan permukaan diatasnya dan kedudukan lapisan air tanah
tersebut. Kedalaman air dapat dilihat dari sumur-sumur yang digali oleh
penduduk.

Kegiatan survey daerah resapan air tanah Kota Padang dimulai dengan
mempedomani Peta Hidrogeologi Lembar Padang dengan memperhatikan
Cekunngan Air Tanah (CAT) yang terdapat di wilayah administrasi Kota
Padang dan potensinya, batas vertical cekungan dan menentukan titik-titik
batas daerah resapan dan daerah luahan untuk masing-masing cekungan air
tanah dengan menggunakan Global Position System (GPS). Berdasarkan batas
vertikan cekungan air tanah, terdapat tiga alran cekungan air tanah yakni
cekungan air tanah Padang Pariaan, cekungan air tanah Solok dan cekungan air
tanah Painan Sungai Pinang.

Potensi air tanah didasarkan pada dua aspek yakni aspek kuantitas dan aspek
kualitas. Untuk lebih jelas disajikan seperti Tabel 2.33. Peta Hidrogeologi
lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.74

Tabel 2.33 Potensi Air Tanah Berdasarkan Aspek Kuantitas dan Aspek Kualitas

Kualitas
Memenuhi persyaratan air Tidak Memenuhi
Kuantitas
minum (KEPMENKES RI, persyaratan air inum
2000) (KEPMENKES RI, 2000)
Tinggi Qopt => 10L/dtk Tinggi
Sedang Qopt = 2- 10 L/dtk Sedang Nihil
Rendah Qopt =< 2 L/dtk Rendah
Sumber: Data Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kota Padang
Dilihat dari batas vertical air tanah Cekungan Air Tanah memasuki wilayah
administrasi Kota Padang meliputi Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Pauh,
Kecamatan Kuranji, Kecamatan Padang Timur, Kecamatan Padang Barat,
Kecamatan Padang Utara dan Kecamatan Padang Selatan. Wilayah potensi
CAT Kota Padang merupakan potensi air tanah sedang dan potensi air tanah
rendah. Potensi air tanah sedang terdapat pada daerah bagian barat Kota
Padang pada daerah daratan pada ketinggian sampai pada 9 dari perukaan laut,
kecuali dari tanah teluk bayur dan daerah Air Manis. Litologi di wilayah
tersusun ini oleh Aluvium dan Kipas Aluvium berupa pasir dan batuan gunung
api/vulkanik Tua serta batuan gunung api muda berupa tuf batu apung dan
breksi.

Wilayah potensi air tanah sedang ini sedang dicirikan oleh beberapa parameter
akuifer penting seperti berikut:

1) Kedalaman akuifer 90-180 mbmt;


2) Kelulusan ( K 0,01-0,1 m/hari);
3) Keterusan (T) 5-10 m3/hari;
4) Muka Air Tanah 5-20 mbmt;
5) Debit jenis sumur (Qs) 0,01-0,1/L/dtk/m;
6) Debit optimum sumur (Qopt) 0,2-0,15/L/dtk/m.
(Sumber: dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kota Padang)

Berdasarkan Peta Hidrogeologi Gambar 2.74 lokasi rencana kkegiatan


merupakan daerah resapan air tanah rendah dan sedang. Untuk air tanah
dengan resapan rendah memiliki kuantitas air tanah (Qopt) < 2 L/dtk
sedangkan untuk air tanah dengan resapan sedang kualitas air tanah (Q opt) 2-
10 L/dtk. Dengan demikian, untuk dapat memenuhi kebutuhan air operasional
hotel dan menjaga ketersediaan air tanah dalam maka diusulkan lokasi deep
well adalah pada arela dengan resapan air tanah sedang. Sehingga dengan
asumsi nilai Q = 5 L/dtk (432 m3/hari) maka pada saat kebutuhan air aksimum
yaitu 128,73 m3/hari akan dapat terpenuhi dari air tanah.

7. Timbulan Limbah Padat

Kegiatan operasional Hotel Green akan melakukan pengeloaan seperti yang


telah dijelaskan pada 5 poin Timbulan Limbah Padat rencana pengembangan
hal-99. Berdasarkan perhitungan limbah padat yang dihasilkan ±1,355 m3/hari
untuk rencana pengembangan jumlah limbah padat yang dihasilkan ± 7,13 m 3.
Dengan terjadinya penambahan jumlah limbah padat yang dihasilkan perlu
adanya pengelolaan yang dilakukan oleh pihak Hotel Green agar limbah padat
yang dihasilkan tidak mengganggu kehidupan masyarakat.

Sedangkan untuk limbah B3 oihak Hotel Green melakukan pengelolaan dengan


menyediakan ruangan untuk limbah B3.

8. Lalu Lintas

Karakteristik Volume Lalu Lintas

Untuk melihat karakteristik lalu lintas disekitar lokasi pembangunan konsultan


melakukan perhitungan volume lalu lintas terklasifikasi. Observasi perhitungan
volume lalu lintas terklarifikasi ini bertujuan untuk mendapatkan volume ja
puncak sebagai jam perancangan dalam melihat perkiraan dampak lalu lintas.
Observasi ini juga bertujuan untuk melihat komposisi kendaraan yang
melintasi ruas jalan disekitar lokasi studi yang dapat dilihat dalam Gambar 2.3
(hal II-6).

a. Simpang Alang Laweh


Berdasarkan hasil survey traffic count yang telah dilaksanakan pada hari
libur Sabtu 4 Februari 2018 dan hari kerja Senin 6 Februari 2018
didapatkan fluktuasi kendaraan pada persimpangan Alang Lawas. Dari data
tersebut dilakukan analisis terhadap volume kendaraan yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar dalam proses perhitungan.
Volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan Jl. M. H
Thamrin (Alang Lawas), untuk hari libur mencapai 3.867 kendaraan per
jam pada 17.30-18.30 WIB sedangkan pada hari kerja mencapai 11.495
kendaraan per jam 17.30-18.30 WIB.
Selanjutnya volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan Jl.
MH Thamrin (Kodim), untuk hari libur mencapai 4.081 kendaraan per jam
pada jam 17.30-18.30 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 11.006
kendaraan per jam pada jam 17.30-18.30 WIB.
Kemudian volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan
Bagindo Asis Chan , untuk hari libur mencapai 3.128 kendraan per jam
pada jam 17.30-18.30 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 5.071
kendaraan per jam pada jam 17.30-18.30 WIB. Volume lalu lintas masing-
masing ruas jalan/lengan pada persimpangan Alang Lawas disajikan dalam
Tabel 2.34.
Dalam V/C rasio untuk menentukan analisis tingkat pelayanan jalan,
terlebih dahulu dilakukan konversi volume lalu lintas dalam satuan
kendaraan per jam (kend/jam) menjadi satuan mobil penumpang (emp)
untuk maisng-masing (jenis) kendaraan. Volume lalu lintas yang digunakan
dalam perhitungan analisis kapasitas merupakan volume lalu lintas
maksimum. Berdasarkan Analisis Kapasitas untuk Jalan Perkotaan pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, nilai factor (emp) untuk
volume lalu lintas yang nilainya diatas 3.700 kendaraan per jam maka
digunakan (emp) sebagai berikut.
Tabel 2.35 Faktor Ekivalensi Kendaraan untuk Jalan Perkotaan (MKJI
1997)

No Jenis Kendaraan Emp

1 Kendaraan Berat 1,2

2 Kendaraan Ringan 1

3 Sepeda Motor 0,25

Sumber: Data Survey, Tahun 2018

Langkah berikutnya adalah konversi volume lalu lintas dalam satuan mobil
penumpang. Hasil konversi volume lalu lintas dalam satuan mobil
penumpang disajikan dalam Tabel 2.36
Selanjutnya diuraikan volume lalu lintas pada persimpangan Alang Lawas
untuk masing-masing lengan/ruas jalan sebagai berikut
1) Ruas Jalan Thamrin (Alang Lawas)
Berdasarkan perencanaan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di Ruas Jalan Thamrin (Alang
Lawas) pada hari libur adalah sebesar 1.859 smp/jam yang terjadi jam
17.00-18.00 WIB sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 2.361 smp/
jam yang terjadi pada jam 17.00-18.00 WIB. Fluktuaai volume lalu
lintas pada ruas jalan Thamrin (Alang Lawas) disajikan dalam gambar
berikut ini
2) Ruas Jalan Thamrin (Kodim)
Berdasrakan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di Ruas jalan Thamrin (Kodim)
pada hari libur adalah sebesar 2.329 smp/jam yang terjadi pada jam
17.00-18.00 WIB sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 2.420
smp/jam yang terjadi pada jam 17.00-18.00 WIB. Fluktuasi volume lalu
lintas pada ruas jalan Thamrin (Kodim) disajikan dalam Gambar 2.76
3) Ruas Jalan Bagindo Ais Chan
Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada ruas jalan bagindo Ais Chan pada
hari libur adalah sebesar 1.885 smp/jam yang terjadi pada jam 17.00-
18.00 WIB sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 1.546 smp/jam
yang terjadi pada jam 17.00-18.00 WIB. Fluktuasi volume lalu lintas
pada ruas jalan Bagindo Ais Chan disajikan dalam Gambar 2.77
b. Simpang Kodim
Berdasarkan hasil survey traffic count yan telah dilaksanakan pada hari
Sabtu 4 Februai 2018 dan hari kerja Senin 6 Februari 2018 didapatkan
fluktuasi kendaraan pada persimpangan Kodim. Dari data tersebut
dilakukan analisis terhadap volume kendaraan yang selanjutnya digunakan
sebagai dasar dalam proses perhitungan.
Volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan Jl. M.H
Thamrin (Alang Lawas), untuk hari libur mencapai 6.877 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.434
kendaraan per jam pada jam 18.00-19.00 WIB.
Selanjutnya volume kendaraan persimpangan Alang Lawas pada lengan Jl.
MH Thamrin (Nurul Iman), untuk hari libur mencapai 6.092 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 460
kendaraan per jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Kemudian volume kendaraan pesimpangan Alang Lawas pada lengan
Kampung Nias, untuk hari libur mencapai 3.523 kendaraan per jam pada
jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.118
kendaraan per jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Volume lalu lintas untuk masing-masing ruas jalan/lengan pada
persimpangan Kodim disajikan dalam Tabel 2.37.
3) Ruas Jalan Bagindo Azis Chan
Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di ruas Jalan Bagindo Azis Chan pada
hari libur adalah sebesar 1.885 smp/jam yang terjadi pada jam 17.00-18.00
WIB, sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 1.546 smp/jam yang terjadi
pada jam 17.00-18.00 WIB.

b. Simpang Kodim
Berdasarkan hasil survey traffic count yang telah dilaksanakan didapatkan
fluktuasi kendaraan pada persimpangan kodim. Dari data tersebut dilakukan
analisis terhadap volume kendaraan yang selanjutnya digunakan sebagai dasar
dalam proses perhitungan.
Volume kendaraan persimpangan Alang Laweh pada lengan JL. M.H Thamrin
(Alang Laweh), untuk hari libur mencapai 6.877 kendaraan per jam pada jam
18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.434 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB.
Selanjutnya volume kendaraan persimpangan Alang Laweh pada lengan JL.
M.H Thamrin (Nurul Iman), untuk hari libur mencapai 6.092 kendaraan per
jam pada jam 18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerjamencapai 460
kendaraan per jam pada jam 17.00-18.00 WIB.
Kemudian volume kendaraan persimpangan Alang Laweh pada lengan
Kampung Nias, untuk hari libur mencapai 3.523 kendaraan per jam pada jam
18.00-19.00 WIB, sedangkan pada hari kerja mencapai 1.118 kendaraan per
jam pada jam 17.00-18.00 WIB.

Dalam analisis V/C rasio untuk menentukan tingkat pelayanan jalan, terlebih
dahulu dilakukan konversi volume lalu lintas dari satuan kendaraan per jam
(kend/jam) menjadi satuan mobil penumpang (smp/jam) sesuai dengan factor
ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing (jenis) kendaraan.
Volume lalu lintas yang digunakan dalam perhitungan analisis kapasitas
merupakan volume lalu lintas maksimum. Berdasarkan analisis kapasitas
untuk jalan perkotaan pada manual kapasitas jalan Indonesia tahun 1997, nilai
factor (emp) untuk volume lalu lintas yang digunakan ada berbagai
macamtergantung penggunaan hari libur dan hari kerjanya.

Selanjutnya diuraikan volume lalu lintas pada persimpangan alang laweh untuk
masing-masing lengan/ruas jalan sebagai berikut.

1) Ruas Jalan Thamrin (Alang Laweh)


Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di ruas Jalan M.H Thamrin (Alang
Laweh) pada hari libur adalah sebesar 2.213 smp/jam yang terjadi pada
jam18.00-19.00 wib sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 2.096
smp/jam yang terjadi pada jam 16.45-17.45 wib.
2) Ruas Jalan Thamrin (Nurul Iman)
Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di ruas Jalan M.H Thamrin (Nurul
Iman) pada hari libur adalah sebesar 1.818 smp/jam yang terjadi pada jam
18.00-19.00 wib sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 1.649 smp/jam
yang terjadi pada jam 16.45-17.45 wib.
3) Ruas Kampung Nias
Berdasarkan pencacahan volume lalu lintas pada lokasi pembangunan,
volume lalu lintas jam puncak pada di ruas Jalan Kampung Nias pada hari
libur adalah sebesar 951 smp/jam yang terjadi pada jam 18.00-19.00 wib
sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 1.121 smp/jam yang terjadi pada
jam 16.45-17.45 wib.

c. Komposisi Kendaraan Simpang Alang Laweh


Komposisi kendaraan Simpang Alang Laweh dimaksudkan untuk melihat
karakteristik kendaraan berdasarkan jenisnya yang selengkapnya disajikan
berikut ini.
1) Ruas Jalan Thamrin (Alang Laweh)
Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklarifikasi dilakukan
analisis untuk mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur,
komposisi kendaraan yang melewati ruas Jalan M.H Thamrin (Alang
Laweh) didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebesar 69,62%, diikuti
dengan jenis mobil pribadi dengan persentase 23,08%. Sedangkan untuk
angkutan umum (Angkot) persentasenya adalah sebesar 3,90%. Selanjutnya
untuk kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,49%.untuk jenis
kendaraan lainnya mempunyai komposisi di bawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh
kendaraan roda dua yaitu sebesar 68,50% diikuti dengan jenis kendaraan
mobil pribadi sebesar 23,96%. Sedangkan untuk angkutan umum
komposisinya adalah sebesar 3,59%. Selanjutnya untuk kendaraan pick up
komposisinya adalah sebesar 2,74%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
2) Ruas Jalan Thamrin
Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklarifikasi dilakukan
analisis untuk mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur,
komposisi kendaraan yang melewati ruas Jalan M.H Thamrin (Kodim)
didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebesar 59,16%, diikuti dengan
jenis mobil pribadi dengan persentase 29,70%. Sedangkan untuk angkutan
umum (Angkot) persentasenya adalah sebesar 7,78%. Selanjutnya untuk
kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,37%. Untuk jenis
kendaraan lainnya mempunyai komposisi di bawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh
kendaraan roda dua yaitu sebesar 62,20% diikuti dengan jenis kendaraan
mobil pribadi sebesar 24,27%. Sedangkan untuk angkutan umum
komposisinya adalah sebesar 9,23%. Selanjutnya untuk kendaraan pick up
komposisinya adalah sebesar 2,86%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
3) Ruas Jalan Bagindo Azis Chan
Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklarifikasi dilakukan
analisis untuk mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur,
komposisi kendaraan yang melewati ruas Jalan M.H Thamrin (Bagindo
Aziz Chan) didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebesar 54,38%,
diikuti dengan jenis mobil pribadi dengan persentase 34,36%. Sedangkan
untuk angkutan umum (Angkot) persentasenya adalah sebesar 8,98%.
Selanjutnya untuk kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 1,45%.
Untuk jenis kendaraan lainnya mempunyai komposisi di bawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh
kendaraan roda dua yaitu sebesar 54,68% diikuti dengan jenis kendaraan
mobil pribadi sebesar 30,16%. Sedangkan untuk angkutan umum
komposisinya adalah sebesar 12,65%. Selanjutnya untuk kendaraan pick up
komposisinya adalah sebesar 1,51%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
d. Komposisi Kendaraan Simpang Kodim
Komposisi kendaraan dimaksudkan untuk melihat karakteristik kendaraan
berdasarkan jenisnya yang selengkapnya disajikan berikut ini.
1) Ruas Jalan Thamrin (Alang Laweh)
Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklarifikasi dilakukan
analisis untuk mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur,
komposisi kendaraan yang melewati ruas Jalan M.H Thamrin (Alang
Laweh) didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebesar 55,65%, diikuti
dengan jenis mobil pribadi dengan persentase 35,48%. Sedangkan untuk
angkutan umum (angkot) persentasenya adalah sebesar 5,77%. Selanjutnya
untuk kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,58%. Untuk jenis
kendaraan lainnya mempunyai komposisi di bawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh
kendaraan roda dua yaitu sebesar 52,65% diikuti dengan jenis kendaraan
mobil pribadi sebesar 33,63%. Sedangkan untuk angkutan umum
komposisinya adalah sebesar 11,07%. Selanjutnya untuk kendaraan pick up
komposisinya adalah sebesar 2,1%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
2) Ruas Jalan Thamrin (Nurul Iman)
Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi dilakukan analisis untuk
mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur, komposisi kendaraan yang
melewati ruas jalan Thamrin (Nurul Iman) didominasikan oleh kendaraan roda dua yaitu
sebesar 59,36% diikuri dengan jenis mobil pribadi dengan presentase 29,40%. Sedangkan
untuk Angkutan Umum (Angkot) presentasenya adalah 8,40%. Selanjutnya untuk
kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,21%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh kendaraan roda dua
yaitu sebesar 54,57%, diikuti dengan jenis kendaraan mobil pribadi sebesar 31,14%.
Sedangkan untuk angkutan umum komposisinya adalah sebesar 11,32%. Selanjutnya
untuk kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,37%. Untuk jenis kendaraan
lainnya mempunyai komposisi dibawah 1%. Rincian komposisi kendaraan dapat dilihat
pada Gambar 2.85.

Jl. MH Thamrin (Nurul Iman)

Sumber: Data Survey, Tahun 2017


Gambar 2.85 Grafik Presentase Moda Ruas Jalan Thamrin (Nurul Iman)
3) Ruas Jalan Bagindo Aziz Chan

Berdasarkan hasil survey pencacahan lalu lintas terklasifikasi dilakukan analisis untuk
mode share masing-masing ruas jalan. Pada hari libur, komposisi kendaraan yang
melewati ruas jalan Kampung Nias didominasi oleh kendaraan roda dua yaitu sebesar
60,25%, diikuti dengan jenis mobil pribadi dengan presentase 27,02%. Sedangkan untuk
Angkutan Umum (Angkot) presentasenya adalah sebesar 9,68%. Selanjutnya untuk
kendaraan pick up komposisinya adalah sebesar 2,26%. Untuk jenis kendaraan lainnya
mempunyai komposisi dibawah 1%.
Kemudian pada hari kerja, komposisi kendaraan juga didominasi oleh kendaraan roda dua
yaitu sebesar 60,61%, diikuti dengan jenis kendaraan mobil pribadi sebesar 31,15%.
Sedangkan untuk angkutan umum komposisinya adalah sebesar 4,58%. Selanjutnya
untuk kendaraan pick ip komposisinya adalah sebesar 3,08%. Untuk jenis kendaraan
lainnya mempunyai komposisi dibawah 1%. Rincian komposisi dibawah 1%. Rincian
komposisi kendaraan dapat dilihat pada Gambar 2.86.

Jl. Kampung Nias

Sumber: Data Survey, Tahun 2017


Gambar 2.86 Grafik Presentase Moda Ruas Jalan Kampung Nias

Secara umum tingginya penggunaan kendaraan sepeda motor dan mobil pribadi
mengindikasikan tingginya pertumbuhan penjualan sedang/MPV dan sepeda motor baik
di Indonesia maupun Sumatera Barat dimana rata-rata perjualan sepeda motor lebih dari
10%. Besarnya penggunaan kendaraan jenis sepeda motor disebabkan oleh kemudahan
aksebilitas dalam melakukan perjalanan dan waktu tempuh yang relatif singkat.
Selain itu, perbedaan biaya transportasi antara angkutan umum dan sepeda motor yang
tidak terlalu signifikan menyebabkan masyarakat lebih memilih kendaraan jenis sepeda
motor dibandingkan dengan kendaraan lainnya. Hal lainnya, dari segi akses untuk
mendapatkan kendaraan jenis sepeda motor sangat dijangkau oleh masyarakat.

e. Kecepatan Kendaraan

kecepatan perjalanan dari kendaraan bermotor merupakan salah satu parameter baik atau
tidak kinerja ruas jalan. Kecepatan perjalanan penting dilakukan dalam rangka melihat
karakteristik kecepatan dan anomali kecepatan dari kendaraan bermotor yang bertujuan
untuk memberikan rekomendasi penanganan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Teknik
observasi yang dilakukan untuk mendapat data kecepatan perjalanan kendaraan bermotor
adalah teknik observasi Space mean speed. Jumlah sampel yang diambil pada masing-
masing waktu tersebut ± 112 sampel kendaraan dengan jenis kendaraan yang berbeda
yaitu sepeda motor, mobil pribadi dan angkot. Dari observasi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 2.40

Tabel 2.40 Kecepatan Perjalanan di Sekitar Kawasan Hotel Grand Zuri (km/jam)
N Jenis Waktu Sabtu/ 4 Februari 2017 Senin/ 6 Februari 2017
o Kendaraan

Maksimum Minimu Rata- Maksimu Minimu Rata-


m Rata m m Rata
1 Sepeda Motor 06.00- 59 29 46 59 29 44
08.00
11.00- 59 27 42 59 29 41
13.00
16.00- 59 23 37 59 27 37
18.00
2 Mobil Pribadi 06.00- 56 27 39 55 27 38
08.00
11.00- 57 31 41 50 31 38
13.00
16.00- 54 21 34 76 22 35
18.00
3 Angkot 06.00- 58 28 40 50 28 38
08.00
11.00- 48 28 35 54 27 36
13.00
16.00- 51 22 29 51 22 29
18.00
Sumber: Data Survey, Tahun 2017

Tabel 2.40 kecepatan menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan perjalanan kendaraan


bermotor pada hari kerja tidak jauh berbeda dengan hari pada hari libur. Jika dilihat
kecepatan perjalanan masing-masing jenis kendaraan bermotor, menunjukkan bahwa rata-
rata kecepatan sepeda motor, pada hari kerja kecepatannya sebesar 37 km/jam sampai
dengan 44 km/jam sedangkan pada hari libur lebih tinggi yakni 37 km/jam sampai
dengan 46 km/jam.
Kemudian untuk jenis kendaraan mobil pribadi, kecepatan rata-rata mobil pribadi pada
hari kerja sebesar 35 km/jam sampai dengan 38 km/jam dan hari libur sebesar 34 km/jam
sampai denga 41 km/jam. Selanjutnya kecepatan kendaraan rata-rata untuk angkot pada
hari kerja adalah sebesar 29 km/jam sampai dengan 38 km/jam dan hari libur adalah
sebesar 29 km/jam sampai dengan 40 km/jam.

f. Kinerja Pelayanan Ruas Jalan

Dari hasil pembahasan karakteristik volume lalu lintas pada ruas jalan Thamrin (Alang
Lawas dan Kodim) serta Bagindo Azis Chan diperoleh jam perancangan di dalam
menghitung kinerja lalu lintas dapat dilihat pada Tabel 2.41.
Tabel 2.41 Volume Jam Puncak Ruas Jalan Wilayah Kajian Pada Persimpangan
Alang Lawas
No Ruas Jalan Waktu Hari Jam Puncak Volume Lalu
Lintas (km/jam)
1 Thamrin (Alang Lawas) Pagi Libur 07.00-08.00 2.213
Kerja 07.00-08.00 2.096

2 Thamrin (Kodim) Pagi Libur 07.00-08.00 1.818


Siang Libur 07.00-08.00 1.649

3 Bagindo Azis Chan Pagi Libur 07.00-08.00 951


Kerja 07.00-08.00 1.121
Sumber: Data Survey, Tahun 2017
Kemudian berdasarkan perhitungan kapasitas jalan dengan menggunakan Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) pada masig-masing ruas jalan dapat dilihat pada Tabel
2.42 dan Tabel 2.43
Tabel 2.42 Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan Pada Persimpangan Alang Lawas
N Nama Jalan Lebar Lebar Kapasitas FCw Fcsp FCsf Kapasitas Kapasitas
o Jalan Efektif Dasar Perlajur Jalan
(M) (m) Perlajur
1 Jl. Thamrin (Alang 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
Lawas)
2 Jl. Thamrin 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
(KODIM)
3 Jl. Bagindo Azis 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
Chan
Sumber: Data Survey, Tahun 2017

Tabel 2.43 Perhitungan Kapasitas Ruas Jalan Pada Persimpangan Kodim

N Nama Jalan Lebar Lebar Kapasitas FCw Fcsp FCsf Kapasitas Kapasita
o Jalan Efektif Dasar Perlajur s Jalan
(M) (m) Perlajur
1 Jl. Thamrin 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
(Nurul Iman)
2 Jl. Thamrin 17 14 1500 0,93 0,92 0,94 1,206 4826
(Alang Lawas)
3 Jl. Kampung 9 7 2900 1 1 0,92 2,658 5336
Nias
Sumber: Data Survey, Tahun 2017

Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk V/C rasio untuk rona awal pada masing-masing
ruas jalan, yang diselengkapnya disajikan pada Tabel 2.44 dan Tabel 2.45
Tabel 2.44 Perhitungan V/C Rasio Masing-Masing Ruas Jalan Pada Persimpangan
Alang Lawas

N Ruas Jalan Hari Waktu Volume Lalu Kapasita V/C Lo


o Lintas s S
(5mp/jam)
1 Thamrin (Alang Lawas) Libur 17.00-18.00 1.889 4826 0,39 B
Kerja 17.00-18.00 2.361 4826 0,49 C

2 Thamrin (Kodim) Libur 17.00-18.00 2.329 4826 0,48 C


Kerja 17.00-18.00 2.240 4826 0,46 C

3 Bagindo Azis Chan Libur 17.00-18.00 1.885 4826 0,39 B


Kerja 17.00-18.00 1.546 4826 0,32 B
Sumber: Data Survey, Tahun 2017
Tabel 2.45 Perhitungan V/C Rasio Masing-Masing Ruas Jalan Pada Persimpangan
Kodim

N Ruas Jalan Hari Waktu Volume Lalu Kapasita V/C Lo


o Lintas s S
(5mp/jam)
1 Thamrin (Nurul Iman) Libur 18.00-19.00 2.213 4826 0,46 C
Kerja 16.45-17.45 2.096 4826 0,43 B

2 Thamrin (Alang Lawas) Libur 18.00-19.00 1.818 4826 0,38 B


Kerja 16.45-17.45 1.649 4826 0,34 B

3 Kampung Nias Libur 18.00-19.00 951 5336 0,18 A


Kerja 16.45-17.45 1.121 5336 0,21 B
Sumber: Data Survey, Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 2.44 dan Tabel 2.45 dilakukan analisis kinerja pelayanan jalan
terhadap lalu lintas dengan menggunakan parameter V/C rasio. Parameter V/C rasio
tersebut dapat digambarkan keadaan kondisi lalu lintas dengan merujuk pada tabel
standar tingkat pelayanan jalan dalam Pengukuran V/C Ratio yang dikeluarkan Direktorat
Jendral Perhubungan Darat, 1995. Semakin randah nilai V/C rasio maka tingkat Kinerja
pelayanan semakin baik dan sebaliknya.
Maka dari rujukan tersebut didapatkan tingkat pelayanan dan kondisi lalu lintas pada ruas
jalan wilayah kajian sebagaimana yang terlihat pada Tabel 2.46.
Tabel 2.46 Tingkat Pelayanan dan Kondisi Llu Lintas Ruas Jalan Pada Rona Awal
Simpang Alang Lawas

N Ruas Jalan Hari Jam V/ Tingkat Kondisi Lalu Lintas


o Puncak C Pelayana
n
1 Thamrin Libur 17.00-18.00 0,3 B Arus stabil tetapi kecepatan
(Alang Lawas 9 operasi dibatasi oleh kondisi
Lalu-Lintas
Pengemudi memiliki
kebebasan yang cukup untuk
memilih kecepatan
Kerja 17.00-18.00 0,4 C Arus stabil tetapi kecepatan
9 dan gerak kendaraan
dikendalikan
Pengemudi dibatasi dalam
memilih kecepatan
2 Thamrin Libur 17.00-18.00 0,4 C Arus stabil tetapi kecepatan
(Kodim) 8 dan gerak kendaraan
dikendalikan
Pengemudi dibatasi dalam
memilih kecepatan
Kerja 17.00-18.00 0,4 C Arus stabil tetapi kecepatan
6 dan gerak kendaraan
dikendalikan
Pengemudi dibatasi dalam
memilih kecepatan
3 Bagindo Azis Libur 17.00-18.00 0,3 B Arus stabil tetapi kecepatan
Chan 9 operasi dibatasi oleh kondisi
Lalu-Lintas
Pengemudi memiliki
kebebasan yang cukup untuk
memilih kecepatan
Kerja 17.00-18.00 0,3 B Arus stabil tetapi kecepatan
2 operasi dibatasi oleh kondisi
Lalu-Lintas
Pengemudi memiliki
kebebasan yang cukup untuk
memilih kecepatan
Sumber: Data Survey, Tahun 2017

Tabel 2.47 menunjukkan bahwa pada ruas Jl. M.H Thamrin (Alang Lawas) nilai V/C
rasionya pada hari libur sebesar 0,39 dan pada hari kerja adalah sebesar 0,49. Artinya
tingkat kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi B dan C. Pada
tingkat pelayanan B, kondisi arus stabil tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
dikendalikan dan pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Untuk ruas Jl. M.H Thamrin (Kodim) nilai V/C rasionya pada libur adalah sebesar 0,48
sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 0,46. Artinya tingkat pelayanan pada ruas Jl.
M.H Thamrin (Kodim) berada pada posisi C. Pada tingkat pelayanan C, arus stabil tetapi
kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan dan pengemudi memiliki kebebasan yang
cukup untuk memilih kecepatan.
Sedangkan untuk ruas Jl. Bagindo Azis Chan, dari hasil perhitungan didapatkan nilai V/C
rasio pada hari libur adalah sebesar 0,39 dan pada hari kerja adalah sebesar 0,32. Artinya
tingkat kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi B. Pada tingkat
pelayanan B, kondisi arus stabil tetapi kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan dan
pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan diatas, secara umum, kondisi pelayanan ruas
jalan pada persimpangan Alang Lawas kondisinya masih stabil.
Tabel 2.47 Tingkat Pelayanan dan Kondisi Llu Lintas Ruas Jalan Pada Rona Awal
Simpang Kodim

N Ruas Jalan Hari Jam V/ Tingkat Kondisi Lalu Lintas


o Puncak C Pelayana
n
1 Thamrin (Nurul Iman) Libur 18.00-19.00 0,4 C Arus stabil tetapi
6 kecepatan operasi
dibatasi oleh kondisi
Lalu-Lintas
Pengemudi memiliki
kebebasan yang cukup
untuk memilih
kecepatan
Kerja 16.45-17.45 0,4 B Pengemudi memiliki
3 kebebasan yang cukup
untukmemilih
kecepatan
2 Thamrin (Alang Libur 18.00-19.00 0,3 B Pengemudi memiliki
Lawas) 8 kebebasan yang cukup
untukmemilih
kecepatan
Kerja 16.45-17.45 0,3 B Pengemudi memiliki
4 kebebasan yang cukup
untukmemilih
kecepatan
3 Kampung Nias Libur 18.00-19.00 0,1 A Kondisi arus bebas
8 dengan kecepatan
tinggi
Pengemudi dapat
memilih kecepatan
yang diinginkan tanpa
hambatan Pengemudi
memiliki kebebasan
yang cukup untuk
memilih kecepatan
Kerja 16.45-17.45 0,2 B Pengemudi memiliki
1 kebebasan yang cukup
untukmemilih
kecepatan
Sumber: Data Survey, Tahun 2017

Tabel 2.47 menunjukkan bahwa pada ruas Jl. M.h Thamrin (Alang Lawas) nilai V/C
rasionya pada hari libur adalah sebesar 0,46 dan pada hari kerja adalah sebesar 0,43.
Artinya tingkat kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi C dan B.
Pada tingkat pelayanan B, pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih
kecepatan. Sedangkan untuk tingkat pelayanan C, kondidi arus stabil tetapi kecepatan dan
gerak kendaraan dikendalikan.
Untuk ruas Jl. M.H Thamrin (Nurul Iman) nilai V/C rasioanya pada hari libur adalah
sebesar 0,38 sedangkan pada hari kerja adalah sebesar 0,34. Artinya tingkat pelayanan
pada ruas Jl. M.H Thamrin (Kodim) berada pada posisi B. Pada tingkatpelayanan B
pengemudi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Sedangkan untuk ruas Jl. Kampung Nias, dari hasil perhitungan didapatkan nilai V/C
rasio pada hari libur adalah sebesar 0,18 dan pada hari kerja adalah 0,21. Artinya tingkat
kinerja pelayanan pada ruas jalan tersebut berada pada posisi A dan B. Pada tingkat
pelayanan A, kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi pengemudi dapat memilih
kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan. Sedangkan pada tingkat pelayanan B,
penge,udi memiliki kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan.
Berdasarkan hasil analisis yang diuraikan diatas, secara umum, kondisi pelayanan ruas
jalan pada persimpangan Kodim kondisinya masih stabil.

B. Biologi

1. Flora/ Vegetasi
Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan, bahwa terdapat berbagai macam flora
yang terdiri dari tumbuhan perkarangan dan hias, tumbuhan pelindung dan pangan, serta
tumbuhan liar.
1) Tumbuhan Pekarangan dan Hias
Keberadaan tumbuhan pekarangan umumnya terdapat di beberapa rumah
penduduk yang bermukim disekitar tepi jalan. Dipekarangan terdapat jenis
tanaman hias (Cordyline oustralis), bungan bayam merah (Aerva Sanguinolenta),
bunga kamboja (Plumeria acuminata), pisang hias (Heliconia sp.), markisa
kuning (passiflora edulis), tanaman perkarangan mempunyai fungsi estetis,
kenyamanan dan ekologis.
2) Tumbuhan Pelindung dan Pangan
Flora yang ada di sekitar rencana adalah jenis-jenis yang mempunyai fungsi
perlindungan, estetika dan penyerapan emisi udara yang mencakup jenis pohon
dan perdu. Jenis tanaman pelindung dan penyerapan emisi udara antara lain
mahoni (Switenia mahagoni), dan ketaping (Terminalia catappa), seri (Muntingia
caiabura) serta beberapa tumbuhan palam yaitu kelapa (Cocos nucifera), pinang
(Areca cathecu). Serta tanaman pangan, singkong (Manihot uttissima), pisang
(Musa paradisiaca).
3) Tumbuhan Liar
Tumbuhan liar atau semak merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan
keberadaannya karena akan mengganggu tumbuhan
Tabel 2.50 Jumlah Penduduk Kelurahan Alang Laweh

Tahun Laki - Laki Permpuan jumlah

( jiwa) ( jiwa)

2013 1.805 1.710 3.515

2014 1.786 1.697 3.483

2015 1.808 1.743 3.551

2016 1.770 1.673 3.443

2017 1.761 1.662 3.424


Jika dilihat daei gender pada tabel 2.50 penduduk di kelurahan Alang laweh dari
tahun 2013 hingga tahun 2017 cukup berimbang antara laki laki dan perempuan.
Secara rasio jenis kelamin di keluraha Alang Laweh pada tahun 2017 105,96.
Sementara itu, jumlah penduduk selama periode 2013-2017 terjadi penurunan
sebesar 2,7%. sedangkan jumlah keluarga atau rumah tangga di krlurahan Alang
Laweh pada tahun 2017 adalah 3.423 jiwa dengan rata rata 4 jiwa setiap keluarga

b) Dependency Ratio ( Angka Beban Kesejateraan )

Ukuran keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan dapat dilihat pula


melalui perubahan komposisi penduduk menurut umur yang digambarkan dengan
semakin rendahnya proporsi penduduk yang tidak produktif yaitu penduduk
berumur muda ( di bawah 15 tahun ) dan lanjut usia ( 65 tahun ke atas )
dibandingkan penduduk yang produktif ( 15-64 tahun ). Penduduk muda berusia
dibawah 15 tahun umumnya secara ekonomis masih tergantung pada orang tua
atau orang lain yang menanggungnya. Sementara penduduk berusia diatas lain
yang menanggungnya. Sementara penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap
tidak produktif lagi. Kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2.51 dan gambar
2.87.

Tabel 2.51 Jumlah Penduduk Kelurahan Alang Laweh menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin

Kelompok Laki - Laki Perempuan

umur ( Jiwa ) (jiwa)

0-4 154 149 303

5-9 155 137 702

10-14 157 124 281

15-19 154 135 299


20-24 187 193 380

25-29 189 177 366

30-34 141 133 274

35-39 136 123 259

40-44 116 119 235

45-49 103 123 226

50-54 101 85 186

55-59 57 71 128

60-64 40 31 71

65-69 34 22 56

70-74 18 25 43

75+ 19 15 34

Jumlah 1761 1.662 3423

Sumber : Kecamatan Padang Selatan Dalam Angka ,2016

80%

70%
70%

60%

50%

40%

30% 26%

20%

10%
4%

0%
0-14 15-64 65+
Gambar 2.87 Grafik Komposisi Penduduk kelurahan Alang Laweh Berdasarkan
Kelompok Umur

Berdasarkan gambaran distribusi umurpenduduk tersebut terlihat bahwa sebanyak


70,52,8% penduduk termasuk ke dalam golongan usia produktif. Untuk
mewujudkan kesejateraan suatu daerah, pengoptimalan terhadap usia produktif
dan mengurangi jumlah angka ketergantungan. Ini dikarenakan, tingkat
Dependency Ratio dalam struktur sosial ekonomi penduduk dan mempengaruhi
tingkat kesejateraan rumah tangga. Dependency ratio yang relatif tinggi akan
memicu terjadinya kemiskinan dalam rumah tangga, sehingga semakin kecil
angka Dependency Ratio , menunjukan kesejateraan masyarakat semakin baik.
Dependency Ratio merupakan angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya penduduk yang termasuk usia tidak produktif dengan banyaknya
penduduk yang termasuk usia produktif.

2) Ketenagakerjaan, Peluang Berusaha, Pendapatan Masyarakat

a) Ketenagakerjaan / Kesempatan Kerja

Kesempatan Kerja menurut Sumitro Djoyohadikusumo (1987) dapat


didefinisikan sebagai suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya lapangan
kerja ( pekerjaan ) untuk diisi oleh pencari kerj. Berdasarkan data demografi
atau kependudukan sebagaimana telah dijelaskan, penduduk usia 15-16 tahun
yang merupakan penduduk usia produktif di daerah studi pada tahun 2017
adalah sebanyak 2.414 jiwa atau 70,52% dari total penduduk sebesar 3.423
jiwa. Dari jumlah angkatan kerja produktif tersebut. Jumlah angkatan kerja laki-
laki adalah 1.761 jiwa. Sementara itu,angkatan kerja wanita adalah 71,6% dari
total penduduk wanita yaitu berjumlah 1.662 jiwa. Dilihat dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa dalam wilayah studi ketersediaan tenaga kerja cukup
besar. Oleh karena itu, sebagai akibat dari rencana kegiatan pembangunan Hotel
Green akan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang tersedia di
kelurahan Alang Laweh. Berdasarkan data demografi penduduk kelurahan
Alang Laweh, penduduk yang berkerja sebagai buruh cukup banyak yaitu 35,5
%. Adanya pekerjaan konstruksi pembangunan Hotel Green ini tentu nya
memberikan lebih banyak kesempatan kerja khususnya bagi penduduk
Keluruhan Alang Laweh tentunya akan memerikan lebih banyak kesempatan
kerja khususnya bagi penduduk kelurahan Alang Laweh

b) Peluang Berusaha

Peluang berusaha dapat diartikan sebagai sebuah kesempatan yang datang pada
waktu tertentu yang tidak boleh dilewatkan oleh seorang wirausaha untuk
memperoleh keuntungan. Oleh karena itu rencana pembangunan Hotel Green
merupakan kesempatan bagi individu yang berjiwa wirausaha untuk
memperoleh keuntungan dengan mendirikan bisnis pendukung baik barang
maupun jasa.

Oleh karena itu, dalam kajian pada bidang aspek sosial ekonomi akan
menfokuskan pada kemungkinan peluag usaha yang akan muncul, menarik
minat masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kesejateraan masyarakat disekitar encana kegiatan pengembangan Hoten Grenn.

Adapun peluang usaha yang muncul di perkirakan akan tinggi baik pada tahap
prakonstruksi, konstruksi maupun operational. Hal tersebut dikrenakan jenis
usaha yang mungkin akan muncul sebagian besar akan bersifat informal yang
dapat dimanfaatkan oleh semua orang yang ada di wilayah studi. Berdasarkan
obserfasi pada wilayah sekitar rencana kegiatan tersebut, jenis usaha informal
yang banyak adalah warung lontong, rumah makan ampera, dan P & D. di
prakirakan jenis usaha usaha ini akan mendapatkan dampak pada tahap
konstruksi dan konstruksi. Semntara itu beberapa jenis usaha lain yang potensial
untuk dikembangkan pada tahp konstruksi dan opersi seperti rumah makan,
rumah kos, penjualan pulsa dan laundry.

Munculnya peluang usaha yang tinggi akibat rencana kegiatan pengembangan


Hotel Green hanya akan dimanfaatkan jika masyarakat merespon peluang usaha
tersebut yang ditandai dengan membuka usaha-usaha pendukung selama tahap
prakonstruksi,konstruksi maupun operatinal.
Sedankan kunci keberhasilan dalam mefespon peluang bisnis tersebut adalah di
pengaruhi oleh banyak faktor, misalnya faktor pola pikir manusia yang mau
berkerja keras dan tidak berorientasi hasil yang instan dan mampu memberikan
pelayanan dengan baik. Faktor lain dukungan pihak external seperti
permodalan, iklim berusaha yang kondusif serta persaingan juga kan
menentukan keberhasilan.

c) Pendapatan Masyarakat

Analisa berikutnya adalah mengenai perubahan pendapatan masyarakat, yang


erat kaitannya dengan munculnya peluang bisnis yang tinggi. Ketika masyarakat
dpat merespon peluang bisnis yang muncul, maka di prakirakan akan terjadi
peningkatan pendapatn dari masyarakat tersebut akan tetapi perlu juga
diantisipasi adanya kemungkinan terjadi penurunan pendapatan masyarakat
pada sektor sektor tertentu.

Pendapatan masyarakat dapat didefinisikan sebagai jumlah penghasilan yang


diterima oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan. Pendapatan masyarakat dapat
menjadi indikator dari banyak hal seperti kesejateraan masyarakat, kemampuan
daya beli dari suatu kelompok masyarakat, motivasi berkerja dan kemampuan
dalam berinovasi.

Dari hasil pengamatan, tingkat pendapatan, tingkat pendapatan masyarakat di


wilayah studi relatif bervasi sama dengan jenis mata pencarian yang bervariasi.
Dalam kajian ini akan difokuskan pada dampak yang ditimbulkan secara sosial
ekonomi masyarakat akibat rencana kegiatan rencana pengembangan Hotel
Green terhadap tingkat pendapatan baik terjadinya peningkatan maupun
kemungkinan terjadinya penurunan, beserta peluang usaha yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejateraan mereka

2. Sosial budaya

A. Norma dan Pola Kebiasaan


Norma menurut Soerjono Soerkanto ( 1989 ) adalah se uah perangkap dimana hal
itu dibuat agar hubungan didalam suatu masyarakat dapat berjalan seperti yang
diharapkan. Segala norma yang dibuat akan mengalami poses dalam suatu
masyarakat sehingga norma norma tersbut diakui, dihargai, dikenal dan ditaati
oleh warga masyarakat dalam kehidupan nya sehari hari. Sumber dari norma ini
adalah kepantasan kepatutan dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Norma
dan pola kebiasaan tumbuh seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri,
dan merupakan perbuatan yang dilakukan berulang -ulang dalam bentuk yang
sama sehingg menjadi kebiasan dalam suatu masyarakat.

Secara kebudayaan lokasi kegiatan berada diwilayah kebudayaan masyarakat


minang kabau yang dinamakan daerah rantau, daerah rantau merupakan suatu
kawasan yang teroka dan berada diluar kawasan darek ( pedalaman atau inti )
yang masyarakatnya lebih individualisme salah satu dari sisikehidupan merupakan
tempat pencarian, kawasan perdagangan, serta telah terjadi pembahruan dari adat
istiadat baik yang berasal dari suku yang ada diminang kabau maupun masyarakat
yang berada diluar sumatra barat yang memiliki adat istiadat yang berbeda.
Berdasarkan silsilah adat istiadat minang kabau masyaraat asli Alang Laweh yang
berada disekitar lokasi kegiatan ( Alang Laweh ) merupakan kaum Caniago
Sumangek yang merupakan keturunan Puti Bangso bernenek moyang Siti Johor
keturunan kerajaan paga ruyuang yang mendiami rumah Gadang Atok Ijuak. Hal
ini juga mendiskribsikan yang berada disekitar lokasi kegiatan menjunjung tinggi
nilai adat yang tertuang dalam adat istiadat minang kabau. Selain itu disekitar
lokasi kegiatan juga terdapat etnis China yang berjarak 2-3 km dari lokasi
kegiatan yang telah hidup secara turun temurun dengan masyarakat lokal ( minang
).

Walaupun terjadi pembaharuan antar suku atau etnis di sekitar lokasi kegiatan
akan tetapi sistim norma maupun pola masyarakat secara umum masih dilandasi
dengan filosofi “ Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Khitabullah “. falsafah ini
mendiskibsikan bahwa masyarakat minang kabau merupakan masyarkat religius
berdasarkan ajaran islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari baik dalam
hal tingkah laku, maupun kebiasaan.
Berdasarkan survei awal norma dan pola kebiasaan masyarakat yang berada
disekitar lokasi tepak kegiatan sebelum rencana kegiatan di prakirakan secara
tidak langsuang, maupun tampa disadari telah terjadi pembauran antara
masyarakat yang berada di sekitar lokasi krgiatan dengan keriawan maupun
pengunjung hotel sepanjan 4 tahun terakhir, baik dalam hal komunikasi, maupun
interaksi terhadap masyarakat , kaiawan hotel maupun pengunjung hotel. Studi
AMDAL rencana kegiatan pengambangan Hotel Green akan mengkaji dan
menguraikan tentang norma dan pola kebiasaan masyarakat terhadap pengaruh
dan dampak dari kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi , operational rencana
pengembangan apabila terdapat tenaga kerja yang berasal dari luar daerah minang
kabau, serta memprakirakan norma dan pola kebiasaan masyarakat sebelum
operation Hotel Green.

b) Proses Sosial

Proses sosial merupakan cara cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para
individu dan kelompok saling ketemu dan menentukan sistim serta bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan perubahan
yang menyebabkan goyah nya cara cara hidup yang telah ada. Dengan kata lain,
proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik anatara berabagai segi
kehidupan bersama ( Soekanto,2002). interaksi sosial merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial, karna tampa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan
bersama karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas
aktifitas sosial yang menyangkut hubungan antara orang per orang anatara
kelompok manusia maupun antara orang per orang dengan kelompok manusia.

Pada saat sekarang telah terjadi interaksi sosial dengan masyarakat yang berada
disekitar lokasi tapak kegiatan baik terhadap management, kariawan maupun
pengunjung Hotel Green, berdasarkan observasi awal melalu konsultasi publik
yang dilakukan terhadap pemuka masyarakat, tokoh masyarakat, yang berada
disekitar lokasi kegiatan cendrung bersifat asosiatif ( kerjasama)

Dengan adaya rencana kegiatan akan dapat menyebabkan terjadinya proses


inteeraksi sosial selama kegiatan konstruksi maupun setelah kegiatan operational
nantinya. Dalam studi AMDAL rencana kegiatan pengembangan Hotel Green
akan mengkaji dan menguraikan proses interaksi sosial masyarakat pada saat
rekrutmen tenaga kerja untuk kegiatan konstrusi, proses ineraksi yang terjadi di
prakirakan karena adanya tenagakerja yang berasal dari luar daerah yang direkrut
oleh pihak management maupun pihak kontraktor baik pada tahap konstruksi
maupun pada tahap operasi berdasrkan kemampuan dan kualifikasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Pengaruh komponen interaksi sosial terjadi karena
terdapat perbedaan pola interasi, prilaku, perbedaan budaya, mau pun perbedaan
norma dan pola kegiatan masyarakat dengan tenaga kerja yang bersal dari luar
daerah baik bersifat asosiatif ( kerjasama ) maupun disasosiatif ( pertentangan,
persaingan).

Selain itu, proses interaksi sosial juga dapat terjadi antara masyarakat asli yang
berkerja dilingkungan rencana kegiatan dengan masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan yang tidak dapat berkerja di lingkungan rencana kegiatan. Serta interaksi
sosial yang terjadi selama kegiatan operational Hotel Green karena telah terjadi
pembauran masyarakat dengan aktifitas Hotel Green baik terhadap kariawan,
maupun pengunjung hotel baik bersifat asosiatif ( kerjasama ) maupun disasosiatif
( pertentangan, persaingan).

a. Presepsi dan Sikap Masyarat

1. Presepsi Masyarakat

Presepsi masyaraat diartikan sebagai pemahaman, pendapatan atau respon


seseorang terhdap suatu objek yang biasanya berbeda antara seseorang dengan
yang lainnya, karena adanya kecendrungan dan pengalaman. Selanjutnya presepsi
juga diartikan suatu proses dimna individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan kesan indrawi sehingga dapat memberikan makna bagi lingkungan nya
( Robbins,1996 ). maka dari itu, presepsi dapat menyangkut proses
mengidentivikasi, mendiskribsikan, mengenal kembali dan menimbang objek
objek yang di peroleh dari informasi sensoris, sehingga presepsi sebagai suatu
proses subjektif bersifat relatif dan selektif berdasarkan kesiapan, kepentingan dan
harapan sesoraang.

Rencana kegiatan dapat menimbulkan berbagai interprestasi masyarakat baik


bersifat positive maupun negatif hal yang lazim ditengah masyarakt, presepsi
positve muncul apabila masyarakat merasa tidak dirugikan bahkan masyarakat
dapat mengambil manfaat / keuntungan, sedangkan presepsi negatif muncul
apabila masyarat merasa dirugikan sehingga dapat berpengaruh terhadap
keberlanjutan rencana kegiatan pembangunan Hotel Green.

Bedasarkan kepemilikan lahan, lokasi rencana kegiatan sebelumnya merupakan


lahan milik masyarakat dengan luasan 8.012 m2, setelah dilkukan pemindahan
tanganan kepemilikan lahan dari pemilik lahan ( masyarakat ) ke PT. Hotel Green
Indonesia , tidak ada terjadi permasalahan terhadap pemilik lahan maupun
sempadan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.

Sutdi AMDAL rencana kegiatan akan mengkaji dan menguraikan tentang presepsi
masyarakat yang di prakirakan dapat muncul pada saat sosialisasi rencana
pembangunan Hotel Green karena dapat menimbulkan presepsi masyarakat baik
presepsi positif ( masyarakat yang mendapatkan manfaat ) maupun presepsi
negatif ( masyarakat yang tidak mendapaatkan manfaat maupun dirugikan ) yang
dilatar belakangi oleh kegiatan pembangunan Hotel Green yang dilakukan pada
tahun 2018 dengan luas lahan ± 2300. selain itu, indikator presepsi masyarakat
baik presepsi positif maupun negatif di prakirakan dapat timbul pada saat kegiatan
konstruksi bangunan sehingga pada saat rencana kegiatan di prakirakan akan
dapat menimbulkan kekawatiran masyarakat terhadap dampak.

B. Biologi

1. Flora/Vegetasi
Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan, bahwa terdapat berbagai
macam flora yang terdiri dari tumbuhan pekarangan dan hias, tumbuhan
pelindung dan pangan, serta tumbuhan liar.
1) Tumbuhan Pekarangan dan Hias
Keberadaan tumbuhan pekarangan umumnya terdapat di beberapa
rumah penduduk yang bermukim disekitar tepi jalan. Di pekarangan
terdapat jenis tanaman hias (Cordyline australis), bunga bayam merah
(Aerva Sanguinolenta), bunga kamboja (Plumeria acuminata), pisang
hias (Heliconia sp.), markisa kuning (Passiflora edulis). Tanaman
pekarangan mempunyai fungsi estetis, kenyamanan dan ekologis.
2) Tumbuhan Pelindung dan Pangan
Flora yang ada disekitar rencana adalah jenis-jenis yang mempunyai
fungsi perlindungan, estetika dan penyerapan emisi udara yang
mempunyai fungsi perlindugan, estetika dan penyerapan emisi udara
yang mencakup jenis pohon dan perdu. Jenis tanaman pelindung dan
penyerapan emisi udara antara lain mahoni (Switenia mahagoni) dan
ketaping (Terminalia catappa), seri (Muntingia calabura) serta beberapa
tumbuhan palam yaitu kelapa (Cocos nucifera), pinang (Areca cathecu).
Serta tanaman pangan, singkong (Manihot uttilissima), pisang (Musa
paradisiaca).
3) Tumbuhan Liar
Tumbuhan liar atau semak merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan
keberadaannya karena akan mengganggu tumbuhan pokok. Adapun
jenis tumbuhan liar yang terdapat pada rencana kegiatan adalah bujang
kalam (Stachytarpheta jamaicensis), siamih (Ageratum conyzoides) dan
putri malu (Mimosa pudica).

2. Fauna
Pengamatan terhadap fauna adalah satwa liar, yang terdapat di sekitar
lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya tergolong jarang, baik jenis maupun
kelimpahannya. Keberadaan jenis satwa tersebut diantaranya terkait
dengan keberadaan semak belukar sebagai salah satu habitat mencari
makanan dan aktivitas lainnya.

C. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya


1. Sosial Ekonomi

1) Kependudukan (Demografi)
Pembangunan ekonomi dapat didefenisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996). Berdasarkan definisi
tersebut, dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya
suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat
menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi.
Adanya proses pembangunan itu diharapkan adanya kenaikan pendapatan
riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang. Pembangunan
memerlukan berbagai sumber daya antara lain negatif yang dapat
dirasakan oleh masyarakat seperti timbulnya kemacetan, debu,
berkurangnya kuantitas air tanah maupun penerimaan tenaga kerja yang
tidak memprioritaskan tenaga kerja lokal.
2) Sikap Masyarakat
Sikap merupakan dampak yang ditimbulkan setelah proses individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indrawi yang
menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Menurut Carl Jung mendefinisikan sikap sebagai “kesiapan dari psike
untuk bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu”. Sikap sering muncul
dalam bentuk pasangan, satu disadari sedangkan yang lainnya tidak
disadari. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau
tidak suka (positif, negatif, atau netral).
Dalam studi AMDAL rencana Pembangunan Hotel Green akan mengkaji
dan menguraikan sikap masyarakat pada saat rencana pembangunan hotel
serta operasional hotel setelah pembangunan nantinya. Terkait dengan
sikap masyarakat akan dilihat dalam tiga aspek yakni aspek kognitif
(keyakinan, pengalaman serta harapan individu), aspek afektif (perasaan-
perasaan ketakutan, simpati, antipati) dan aspek konatif (memberikan
pertolongan, menjauhkan diri).

d. Keresahan Masyarakat
Keresahan masyarakat merupakan suatu kondisi masyarakat yang
dihinggapi oleh rasa was-was, khawatir, tidak tentram dan ketakutan
terhadap suatu kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap tatanan
kehidupan sosial. Rencana kegiatan ini dapat menimbulkan keresahan
masyarakat yang berdampak terjadinya konflik sosial karena munculnya
akumulasi dari permasalahan atau ketidaksenangan, rasa was-was, tidak
tentram dan ketakutan masyarakat terhadap dampak yang ditimbulkan mulai
dari tahap pra konstruksi sampai pada tahap operasi.
Studi AMDAL rencana kegiatan Pembangunan Hotel Green akan mengkaji
dan menguraikan tentang keresahan masyarakat yang muncul selama
kegiatan perencanaan pembangunan Hotel Green, maupun setelah
pembangunan hotel, hal ini bertujuan untuk melihat permasalahan maupun
ketidaknyamanan masyarakat selama kegiatan konstruksi Hotel Green.
Terkait dengan rencana pembangunan Hotel Green dampak yang
diperkirakan muncul selama kegiatan konstruksi yakni pada saat mobilisasi
material dan peralatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
jalan, timbulnya kemacetan dan debu yangdihasilkan akibat ceceran
material, maupun kegiatan konstruksi bangunan yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan rumah warga yang diakibatkan oleh getaran pada saat
kegiatan pemancangan, maupun berkurangnya kualitas air tanah yang
diakibatkan oleh kegiatan pembangunan basement.

e. Agama dan Kepercayaan


Agama dan kepercayaan masyarakat yang berada di wilayah studi umumnya
beragama islam hal ini dilihat dari filosofi adat Minangkabau yakni “Adat
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Mendeskripsikan bahwa
masyarakat Minangkabau masyarakat religius yang dalam kehidupan sehari-
hari dilandasi ajaran islam baik dalam hal prilaku, nilai, norma, maupun
kebiasaan. Kegiatan menjalani ibadah dan kegiatan agama ritual lainnya
sangat dibantu dengan fasilitas sarana rumah ibadah. Sarana ibadah yang
terdapat di wilayah studi relatif menunjang masyarakat dalam menjalankan
ibadah, hal ini dilihat dari jumlah sarana ibadah diwilayah studi sebanyak 70
unit terdiri dari mesjid sebanyak 45 dan mushalla sebanyak 20, selain sarana
ibadah masjid dan mushalla di wilayah studi juga terdapat sarana ibadah
gereja sebanyak 3 dan lainnya sebanyak 2.

f. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar wilayah studi secara umum
tergolong relatif baik. Hal ini ditandai dengan banyak sarana pendidikan
sebagai tempat proses belajar mengajar anak-anak yang tergolong angkatan
sekolah. Jumlah sarana pendidikan di sekitar wilayah studi cukup tersedia
mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang lebih tinggi dan tergolong
banyak yakni 40 sarana pendidikan dengan 3 sarana perguruan tinggi, 8
sarana pendidikan SMA, 9 sarana pendidikan SLTP, 15 sarana pendidikan
SD dan 5 Taman Kanak-kanak. Jumlah sarana pendidikan yang cukup
tersedia memudahkan masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka
ke pendidikan yang lebih baik.

D. Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan hasil survey awal ke lapangan dan wawancara dengan masyarakat,


diperoleh informasi bahwa pada umumnya masyarakat yang berada di sekitar
tapak kegiatan untuk keperluan sehari-hari memanfaatkan sumur gali dan
PDAM. Sedangkan untuk air minum umumnya masyarakat mengkonsumsi air
minum isi ulang. Untuk buangan limbah cair domestik, dialirkan ke drainase
kota yang berada di kawasan pemukiman. Sementara dalam pengelolaan
sampah rumah tangga, masyarakat memanfaatkan TPS yang telah disediakan
oleh Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang.

a. Pola/Prevalensi Penyakit
Pola/prevalensi penyakit yang dimaksud adalah penyakit yang sering
diderita oleh masyarakat di wilayah studi. Penyakit-penyakit yang paling
sering dialami masyarakat berdasarkan dari laporan Puskesmas disekitar
wilayah studi diperoleh informasi 10 penyakit terbanyak yakni ISPA,
Hipertensi, Penyakit Kelamin Lainnya, Gastritis, dan Penyakit Radang
Sendi Termasuk Rematik.
2.1 Status Studi AMDAL
Studi amdal berfungsi sebagai instrument pengendalian, pencegahan dan
pengelolaan kualitas lingkungan di sekitar lokasi pembangunan. Dalam
kegiatan ini, studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan penyempurnaan
Detail Engineering Design (DED). Dengan begitu diharapkan dengan
studi amdal ini dapat diperoleh informasi mendalam terkait kegiatan yang
akan dilaksanakan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi dan
operasional, sehingga prakiraan dampak dari setiap tahap kegiatan dapat
dilakukan secara lebih tepat.
2.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Lokasi rencana kegiatan pembangunan Hotel Green, berdasarkan
penjelasan tentang informasi peruntukan ruang yang dikeluarkan oleh
Dinas Tata Ruang Tata Bangunan dan Perumahan dengan Nomor 659/12-
28/DTRTBP-TR/2016 sebagai berikut:
1. Berdasarkan Peta Rencana Pola Tata Ruang Kota Padang pada Perda
No. 4 tahun 2012 tentnag RTRW Kota Padang tahun 2010-2030, lokasi
tanah yang dimaksud untuk rencana kegiatan Pengembangan Hotel
Green berada pada kawasan Perumahan
2. Berdasarkan Matrik Arahan Peruntukan Ruang pada lampiran XXV
Perda No. 4 tahun 2012 tentang RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030,
Kawasan Perumahan dapat dimanfaatkan untuk Jasa Penginapan pada
tatanan terbatas/ dikendalikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Berdasarkan Perda RTRW sebagaimana yang dijelaskan pada lampiran
XXV, arahan pemanfaatan zona Kota Padang untuk kawasan budidaya
perumahan dikendalikan/ dibatasi untuk perdagangan dan jasa yang
menimbulkan dampak bangkitan perjalanan cukup besar. Yakni dengan
adanya jumlah kamar sebnayak 206 unit dan terdapat ballroom dengan
kapasitas kurang lebih 2.500 orang. Hal ini diperkuat dengan izin prinsip
yang dikeluarkan oleh walikota padang dengan Nomor
644/01.49/BAPEDA.2011 Perihal surat persetujuan prinsip pemanfaatan
ruang (lampiran 2).
2.3 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
2.3.1 Lokasi Rencana Kegiatan
Lokasi rencana kegiatan pembangunan Hotel Green secara
administrasi berada di jalan M.H.Thamrin kelurahan alang laweh,
kecamatan padang selatan, Kota Padang. Sedangkan, secara titik
koordinat lokasi Hotel Green (Eksisting) dan rencana kegiatan
pembangunan terlampir.
2.3.2 Gambaran Umum Hotel Green
Hotel Green ini direncanakan beroperasi semenjak tahun 2018 dan
memiliki berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para
tamu diantaranya: ruangan fitness/gym, restaurant, area parker,
kamar hotel, dan jumlah kamar 131 unit yang terdiri dari berbagai
tipe kamar (superior room, deluxe room, junior room dan ruangan
president sweet room).
2.4 Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal
2.4.1 Komponen Lingkungan Hidup
A. Komponen Geofisik-kimia dan Lalu Lintas
1. Iklim
a. Tipe Iklim
b. Curah Hujan
c. Suhu, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin
2. Ruang, Tanah dan Lahan
a. Geologi
b. Geomorfologi (Topografi dan Fisiografi)
3. Kerawanan Bencana
4. Debu dan gas
5. Kebisingan
6. Hidrologi
a. Kualitas Air Tanah
b. Kualitas Air Limbah
c. Kuantitas Air Tanah
7. Timbulan Limbah Padat
8. Lalu Lintas
B. Biologi
1. Flora/ Vegetasi
2. Tumbuhan Pelingdung dan Pangan
3. Tumbuhan Liar
C. Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
1. Sosial Ekonomi
1) Kependudukan (Demografi)
a. Jumlah dan Persebaran Penduduk
b. Depency Ratio (Angka Beban
Kesejahteraan)
2) Ketenagakerjaan, Peluang Berusaha, Pendapatan
Masyarakat
a. Ketenagakerjaan / Kesempatan Kerja
b. Peluang Berusaha
c. Pendapatan Masyarakat
2. Sosial Budaya
a.

D. Kesahatan Masyarakat
Lokasi Rencana Pembangunan Hotel Green berada dalam wilayah
Kecamatan Padang Selatan, termasuk wilayah kerja Puskesma
Seberang Padang. Berdasarkan survei awal ke lapangan dan
wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitar tapak
kegiatan untuk keperluan sehari-hari memanfaatkan sumur gali dan
PDAM. Sedangkan, utnuk air minum umunya masyarakat
mengkonsumsi air minum isi ulang. Untuk buangan limbah cair
domestik, dialirkan ke drainase kota yang berada di kawasan
pemukiman.sementara dalam pengeloalan sampah rumah tangga,
masyarakat memanfaatkan TPS yang telah disediakan oleh
Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota
Padang.
a. Pola/ Prevalensi Penyakit
Pola/ prevalensi penyakit yang dimaksud adalah penyakit yang
sering diderita oleh masyarakat di wilayah studi. Penyakit-
penyakit apa yang paling sering dialami masyarakat berdasarkan
dari laporan Puskesmas Seberang Padang diperoleh informasi
seperti yang tertera pada Tabel 2.54
Tabel 2.54 Data 10 Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Seberang Padang
No Jenis Penyakit Jumlah
1 Ispa 2.967
2 Hipertensi 2.329
3 Penyakit Kelamin Lainnya 1.234
4 Gastritis 1.145
5 Penyakit Radang Sendi Termasuk Rematik 1.129
6 Penyakit Pulpa Dan Jaringan Parlapikal Lainnya 707
7 Bronchitis 705
8 Diabetes Meilitus 690
9 Kelainan Refraksi 669
10 Penyakit Dan Kelainan Susunan Syaraf Lainnya 635
Total 12.210
Sumber: Puskesmas Seberang Padang, Tahun 2015

b. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Pada lokasi sekitar rencana kegiatan, sebagian masyarakat
memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang ada.
Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang ada dapat
dilihat pada tabel 2.55.
Tabel 2.55 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Padang Selatan
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1 Puskesmas Induk 1
2 Pustu 1
3 Poskeskel 4
4 Rumah Bersalin 4
5 Dokter Praktek Swasta 4
6 Bidan Praktek Swasta 6
7 Posyandu Balita 23
8 Posyandu Lansia 4
Total 47
Sumber: Puskesmas Seberang Padang, Tahun 2015
c. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Seberang Padang sudah
mencukupi dalam pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga
kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.56
Tabel 2.56 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Seberang Padang
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (Orang)

1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 4
3 Penata Usahaan 4
4 Apoteker 1
5 Bidan 14
6 Perawat 17
7 Analis 3
8 Sanitarian 2
9 Perawat Gigi 2
10 Rekam Medik 1
11 Asisten Apoteker 3
12 Petugas Gizi 2
13 Sukarela 11
Total 67
Sumber: Puskesmas Seberang Padang, Tahun 2015

d. Sanitasi Lingkungan
Berdasarkan data dari Puskesmas Seberang
Padangdiperoleh informasi bahwa cakupan jamban
keluarga yang telah memenuhi syarat yakni sebesar 80%.
Pemanfaatan air bersih dari sumur gali sebesar 40%, selain
itu masyarakat di wilayah studi memanfaatkan sumber air
bersih dari PDAM sebesar 60%. Saluran air limbah yang
ada di permukiman masyarakat pada umumnya saluran
terbuka. Sedangkan, untuk pengelolaan sampah di wilayah
studi, masyarakat memanfaatkan TPS yang telah disediakan
oleh Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Lingkungan
Hidup Kota Padang.

2.5 HASIL PERLIBATAN MASYARAKAT


Perlibatan masyarakat dalam proses AMDAL diatur melalui Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan. Kegiatan perlibatan masyarakat
dalam proses AMDAL merupakan salah satu prosedur studi AMDAL
yakni melalui proses pengumuman, penyampaian saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat dan konsultasi publik serta pengikutsertaan
masyarakat dalam komisi penilai AMDAL. Dengan adanya kegiatan
Pembangunan Hotel Green di lingkungan mereka, maka diharapkan
memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat serta
meminimalisir dampak negative yang dapat ditimbulkan selama kegiatan
pra konstruksi, konstruksi maupun kegiatan operasionl.

2.6 DAMPAK PENTING HIPOTETIK


Berdasarkan PermenLH No 16 Tahun 2012 proses pelingkupan terdiri dari
3 (tiga) tahapan yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak
potensial, dan klasifikasi dan prioritas. Proses identifikasi dampak
potensial adalaha sebuah proses dalam menentukan dampak potensial yang
terjadi
Alang Laweh dan lokasi kegiatan. Pengumuman media massa yakni melalui
Harian Singgalang yang diterbitkan pada Tanggal 1 Oktober 2016. Melalui
pengumuman diberitahukan bahwa akan dilaksanakan kajian AMDAL rencana
kegiatan Pembangunan Hotel Green di jalan M.H Thamrin No.27, Kelurahan
Alang Laweh, Kecamatan Padang Selatan, oleh PT Hotel Green Padang.
Berdasarkan pengumuman melalui media, tidak ada tanggapan, saran dan
masukan yang menjadi bahan pertimbangan dalam kajian AMDAL.

Selain malakukan pengumuman melalui media massa, pelibatan masyarakat


dilakukan melalui konsultasi publik. Kegiatan konsultasi publik ini dihadiri oleh
perangkat Kecamatan Padang Selatan, Kelurahan Alang Laweh, masyarakat
terkena dampak, dan tokoh masyarakat. Berdasarkan kegiatan konsultasi publik
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa masyarakat beserta pihak-pihak yang
terkait didelamnya mendukung rencana kegiatan.

Pembangunan Hotel Green. Dengan adanya kegiatan Pembangunan Hotel Green


di lingkungan mereka, maka diharapkan memberikan peluang kesempatan kerja
kepada masyarakat serta meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan
selama kegiatan pra konstruksi, konsultasi maupun kegiatan operasional. Masukan
dan saran secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

2.6 DAMPAK PENTING HIPOTETIK

Berdasarkan PermenLH No 16 Tahun 2012 proses pelingkupan terdiri dari 3


(tiga) tahapan yaitu identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial, dan
klasifikasi dan prioritas. Proses identifikasi dampak potensial adalah sebuah
proses dalam menentukan dampak potensial yang terjadi terhadap lingkungan dari
komponen kegiatan yang akan dilakukan oleh PT Hotel Green Padang.

2.6.1 Identifikasi Dampak Potensial

Identifikasi dampak potensial dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap


dampak lingkungan hidup, baik dampak primer, sekunder maupun tersier yang
secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana kegiatan. Pada tahap
ini hanya diinventarisir dampak potensial yang akan muncul tanpa memperhatikan
besar kecilnya dampak positif/negatifnya, penting atau tidak pentingnya dampak.
Hasil dari kegiatan identifikasi dampak adalah daftar dampak potensial. Matrik
identifikasi dampak potensial dapat dilihat pada Tabel 2.58. Proses identifikasi
dampak dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Penelaahan Pustaka

Penelaahan pustaka dilakukan guna mempelajari kegiatan yang sama atau sejenis
ditempat lain yang dilaporkan dalam bentuk laporan kegiatan pembangunan hotel
ditempat lain dan literatur terkait.

2. Interaksi Kelompok

Interaksi kelompok dalam bentuk rapat-rapat dan brainstroming dilakukan oleh


tim penyusun studi AMDAL dlam rangka menentukan atau menetapkan dampak
potensial yang diprakirakan timbul akibat rencana Pembangunan Hotel Green.

3. Pengamatan Lapangan (Observasi)

Pengamatan lapangan (observasi) dilakukan melalui kunjungan oleh tim penyusun


studi AMDAL untuk memperoleh gambaran umum lokasi kegiatan dan kegiatan
lain yang ada di sekitarnya. Pengamatan lapangan bermanfaat untuk mendapatkan
informasi dan data terkait kondisi lokasi tersebut.
Komponen Kegiatan Eksisting Pengembangan
Operasi Pra Konstruksi Konstruksi Operasi

Pembersihan dan pematangan


Rekruitmen tenaga kerja

Mobilisasi peralatan dan

Rekrtmen tenaga kerja


Pengadaan lahan dan
Sosiallisasi Kegiatan

Perawatan bangunan
No.

Operasional Hotel

Pembangunan Fisik

Operasional Hotel
Blocking Area

konstruksi

Bangunan
material
Komponen

lahan
Lingkungan Hidup
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A. GEOFISIK DAN
LALU LINTAS
1 Kualitas udara
ambien dan v v v v
kebisingan
a. Debu dan gas v v v v v
b. Kebisingan v v
c. Getaran
2 Hidrologi v v
a. Aliran permukaan
v v
(aliran limpasan)
b. Kualitas air
v v v
permukaan
c. Kualitas air tanah v v v
d. Kuantitas air tanah v v v
3 Timbulan Limbah
v v v
padat
4 Gangguan Lalu lintas v
B. Biologi v
a. Keanekaragaman
v
Flora
b. Keanekaragaman
Fauna
C. SOSIAL
EKONOMI DAN
BUDAYA
1 Sosial Ekonomi v v v
a. Kesempatan Kerja v v v v
b. Peluang berusaha v v
c. Tingkat v
Pendapatan
Masyarakat
2 Sosial Budaya
a. Norma dan pola
v v v
Kebiasaan
b. Proses Sosial v v
c. Presepsi masyrakat v v v v v v
d. Keresahan
v
masyarakat
D. KESEHATAN
MASYARAKAT
Pola/Prevalensi
v v
Penyakit
d. Sanitasi
v v v v v
Lingkungan
c. Kesehatan dan
v v v
keselamatan kerja

4. Konsultasi Publik
Konsultasi publik (sosialisasi) bertujuan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat
yang terkena dampak di lokasi rencana Pembangunan Hotel Green. Konsultasi publik
juga melibatkan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah setempat baik tingkat
kelurahan, kecamatan maupun kota. Materi konsuktasi difokuskan pada persepsi mereka
terhadap rencana Pembangunan Hotel Green, serta mengumpulkan informasi hal-hal
yang dianggap penting ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan sosial budaya yang perlu
menjadi perhatian lebih untuk dikaji dalam studi ANDAL.

5. Pengumpulan Data Sekunder


Data sekunder dikumpulkan untuk keperluan penyajian rona lingkungan hidup awal yang
diperoleh dari instansi terkait data sumber ainnya yang dapat dipercaya. Data sekunder
diperoleh dari laporan DED (Detail Engineering Design), rencana kegiatan Pembangunan
Hotel Green , Kecamatan Padang Selatan Dalam Angka. Data data lainnya yang
diperlukan terkait dengan studi ANDAL.

6. Pengumpulan Data Primer


Data primer dikumpulkan melalui pengamatan lapangan yang masih bersifat umum,
terbatas dan belum diberi perincian secara mendalam. Pengamatan data primer meliputi:
kondisi topografi, fisiografi, hidrologi, tata guna lahan, kondisi lalu lintas dan aktifitas
perekonomian masyarakat.

7. Diskusi dan Konsultasi dengan Pemrakarsa, Institut Bertanggung Jawab dan


Para Pakar Lingkungan
Serangkaian diskusi dan konsultasi dilakukan dengan pemrakarsa PT Hotel Green,
institut yang bertanggung jawab adalah Bapedalda Kota Padang dan para pakar
lingkungan terkait dengan rencana kegiatan. Diskusi dan konsultasi dengan pemrakarsa
terutama ditujukan untuk memperoleh deskripsi rencana kegiatan sebagai sumber
penyebab dampak, dan komponen lingkungan hidup yang diprakirakan sebagai penerima
dampak.
Diskusi dan konsultasi dengan institut yang bertanggung jawab dan para pakar
lingkungan dimaksudkan untuk menggali jenis dan perilaku dampak yang diperkirakan
muncul akibat kegiatan.

8. Penggunaan Matrik Interaksi Sederhana


Matrik interaksi sederhana digunakan untuk melihat adanya interaksi antara komponen
kegiatan (sumber dampak) dan komponen lingkungan hidup (penerima dampak).

2.6.2 Evaluasi Dampak Potensial


Evaluasi dampak potensial adalah tahapan untuk memisahkan dampak-dampak yang
perlu kajian mendalam untuk membuktikan dugaan (hipotesa) dampak, dari dampak yang
tidak perlu dikaji. Kegiatan evaluasi dampak potensial ditempuh melalui interaksi
kelompok berupa diskusi/rapat dan brainstorming antara tim penyusun studi AMDAL,
pemrakarsa dan instansi bertanggung jawab dengan mengacu kepada Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Pasal
22). Namun, akibat masih terbatasnya informasi yang dimiliki pada tahap penyusunan
Kerangka Acuan ini sehingga sulit menggunakan 7 (tujuh) kriteria dampak penting
seperti yang dimaksudkan keputusan tersebut. Oleh sebab itu, digunakan kriteria lebih
sederhana berdasarkan hasil kunjungan lapangan, data sekunder, konsultasi masyarakat
dan kajian peraturan terkait. Dasar penentuan suatu dampak potensial dapat disimpulkan
menjadi dampak penting hipotetik (DPH) dilakukan melalui kriteria sebagai berikut:

A. Kriteria Evaluasi Dampak Potensial Komponen Fisika-Kimia dan Biologi

1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?


(Berdasarkan data sekunder,primer dan kunjungan lokasi kegiatann)
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekologis)?
(Berdasarkan hasil kunjungan lokasi dan konsultasi masyarakat)
3. Apakah ada kekhawaritan masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan
tersebut? (Berdasarkan hasil konsultasi masyarakat)
4. Apakah ada kebijakan dan/atau peraturan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui oleh
dampak tersebut? (Berdasarkan peraturan tentang buku mutu, tata ruang, dan kebijakan
yang terkait lainnya)
B. Kriteria Evaluasi Dampak Potensial Komponen Sosial Berdasarkan SK-Kepala
Bapedal No. 299/22/1986

1. Apakah rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar pada
struktur penduduk (kepadatan dan komposusu penduduk) dan proses penduduk
(pertumbuhan dan mobilisasi penduduk)?
(Berdasarkan kajian literatur kegiatan sejenis)
2. Apakah rencana usaha atau kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap
pola kepemilikan dan penguasaan sumberdaya alam, pola mata pencaharian penduduk,
atau pendapatan / pengeluaran rumah tangga?
(Berdasarkan observasi lapangan dan konsultasi masyarakat)
3. Apakah rencana usaha dan kegiatan akan menimbulkan perubahan mendasar terhadap
tatanan norma dan nilai masyarakat setempat, pranata-pranata sosial (lembaga-lembaga
masyarakat) yang berkaitan dengan kekerabatan (kohesi sosial), kegiatan ekonomi dan
pemilikan sumber daya alam (property right)?

(Berdasarkan hasil konsultasi masyarakat)

4.Apakah Komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan


sehari-hari masyarakat disekitar(nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen
lingkungan lainnya (nilai ekologis)?

C. Kriteria Evaluasi Dampak Potensial Komponen kesehatan masyarakat berdasarkan


SK-Kepala Bapedal Nomor 124/12/1997

1. Seberapa luas/besar rencana usaha datau kegiatan dapat menimbulkan perubahan kualitas
lingkunga yang memungkinkan berkembang biaknya vektor penyakit ?
(Berdasarkan kajian literatur kegiatan sejenis)
2. Seberapa besar/luas usaha atau kegiatan memerlukan pengerahan sumber daya manusia (lokal
dan pendatang) sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara penduduk dan memilki
potensi untuk menimbulkan penyakit menular?
(Berdasarkan kajian literatur kegiatan sejenis)
3. Seberapa besar usaha/kegiatan membutuhkan /menggunakan bahan toksik dan mempunyai
potensi untuk menimbulkan resiko kesehatan baik akut maupun kronis , seperti : keracunan,
kanker, kelainan reproduksi dan penyakit manusia lainnya?
(Berdasarkan konsultasi dengan pemrakarsa)
4. Seberapa besar/usaha kegiatan dapat menurunkan secara berarti pemenuhan maknan dan gizi
masyarakat dari generasi ke generasi?
(Berdasarkan konsultasi ahli kesehatan masyarakat)
5. Seberapa besar/luas rencana usaha dan atau kegiatan menurunkan kualitas sumber daya
manusia karena daya dukung lingkungan sedemikian rupa sehingga berdampak terhadap
kesehatan masyarakat? (Berdasarkan konsultasi ahli kesehatan masyarakat)
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak
penting hipotetik disajikan pada Tabel 2.59.

Anda mungkin juga menyukai