Anda di halaman 1dari 19

BAB VII

PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

BAB VII.
PEMANTAUAN DAN KRITERIA
KEBERHASILAN

VII.1. Pemantauan Lingkungan Pascatambang

Pemantauan Lingkungan Pascatambang merupakan suatu kegiatan yang sangat


penting untuk menciptakan pembangunan yang berwawasan Lingkungan. Sebab dengan
kegiatan pemantauan Lingkungan Pascatambang merupakan signal (tanda) dini yang
dapat menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan, dan bagi komponen
lingkungan yang dikelola dapat diidentifikasi keberhasilan pengelolaan Lingkungan yang
telah dilaksanakan oleh Perusahaan PT. Tujuh Saudara. Selanjutnya dengan pemantauan
lingkungan akan dapat digunakan untuk mengetahui kinerja pengelolaan secara
keseluruhan dan parameter yang terkena dampak besar dan penting.

Secara teknis pemantauan lingkungan Pascatambang merupakan tindakan yang


sangat bermanfaat untuk memperbaiki pengelolaan Lingkungan. Perbaikan atau
penyempurnaan pengelolaan Lingkungan memang perlu dilaksanakan terus menerus
mengingat lingkungan itu selalu berkembang secara dinamik, sehingga dengan demikian
kegiatan pemantauan Lingkungan harus dilaksanakan.

Pemantauan lingkungan bagi PT. Tujuh Saudara merupakan dokumen


perencanaan yang jelas dan sistematis. Rencana Pemantauan Lingkungan Pascatambang
terkait dengan Dokumen Studi AMDAL, RKL dan RPL, merupakan dokumen penting
karena nantinya dapat mempermudah pelaksanaan terhadap pemantauan lingkungan di
dalam dan di sekitar kegiatan usaha yang direklamasi dan penutupan tambang.
Dokumen ini berkaitan dengan berbagai aspek yaitu parameter lingkungan yang
dipantau, tautan pemantauan lingkungan, tolok ukur, metode pemantauan yang
digunakan dan waktu pemantauannya. Sementara bagi instansi terkait secara teknis
dengan adanya dokumen Rencana Pascatambang ini akan dapat segera
mengkoordinasikan dan dalam pelaksanaan pemantauan ini. Sedangkan bagi
masyarakat Dokumen Rencana Pascatambang ini merupakan dokumen penting untuk

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

membantu dalam pemantauan lingkungan dan sebagai bahan monitoring atau untuk
mengetahui kinerja Perusahaan selama ini dalam pengelolaan Lingkungan.

Data pemantauan lingkungan di wilayah bekas kegiatan PT. Tujuh Saudara ini
diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan terutama untuk
komponen fisik-kimia dan biologi, sedangkan data sekunder untuk komponen sosial-
ekonomi. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap
komponen/parameter lingkungan atau pengambilan contoh di lapangan, untuk
selanjutnya di bawa dan dianalisis di laboratorium. Data sekunder diperoleh dari
berbagai laporan dan publikasi tentang daerah penelitian yang tersedia.

VII.1.1.Program dan Prosedur Pemantauan Lingkungan

Pemantauan terhadap kegiatan yang timbul pada tahap ini disebabkan oleh kegiatan
Reklamasi dan Rehabilitasi Lahan, Penanganan Tenaga Kerja, Pembongkaran dan
Pemindahan Sarana Tambang, meliputi :

A. Pemantauan Geofisik-Kimia

 Kestabilan Fisik

1. Morfologi dan Bentang Alam

Komponen yang dipantau adalah perubahan bentang alam (morfologi lahan) akibat
dari kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan.

Sumber dampak berasal dari kegiatan penambangan batubara dan reklamasi dan
revegatasi lahan.

Parameter yang dipantau adalah kondisi topografi/morfologi lahan pasca tambang


pada lahan tapak tambang(Gambar VII.1).

Tujuan pemantauan morfologi dan bentang alam adalah untuk meminimalisasi


perubahan morfologi dan bentang alam akibat berakhirnya penambangan dan
penggalian batubara dan mereklamasi lahan bekas tambang serta penutupan
lubang tambang.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

2. Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Komponen yang dipantau adalah perubahan sifat fisik dan kimia tanah akibat dari
kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan.

Sumber dampak berasal dari kegiatan penambangan batubara, reklamasi dan


revegatasi lahan serta pembongkaran dan pemindahan sarana tambang.

Parameter yang dipantau adalah sifat fisik tanah (berat volume (BV)), berat jenis
(BJ), ruang pori total (RPT), tekstur, struktur, konsistensi dan permeabilitas) dan
perubahan sifat kimia (pH tanah, Nitrogen total, P tersedia, Basa-basa dapat
ditukar, Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), dan C-organik).

Tujuan rencana pemantauan sifat fisik dan kimia tanah adalah untuk mengetahui
efektivitas pengelolaan yang telah dilakukan untuk menjaga sifat fisik dan kimia
tanah pada areal pertambangan batubara PT. Tujuh Saudara yang sudah
direklamasi.

3. Erosi Tanah

Komponen yang dipantau adalah potensi erosi tanah. Sumber dampak berasal dari
kegiatan reklamasi dan revegatasi lahan.

Parameter yang dipantau adalah tingkat erosi tanah (ton/ha/tahun) dan nilai TBE
dihitung berdasarkan metode USLE serta tingkat stabilitas tanah/batuan di lokasi
dan sekitar penambangan batubara PT. Tujuh Saudara.

Tujuan rencana pemantauan erosi tanah adalah mengetahui efektivitas hasil


pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan untuk menjaga dan mencegah
terjadinya erosi tanah yang pada gilirannya akan menyebabkan perubahan
morfologi permukaan dan erosi permukaan sehingga tidak lebih besar dari kondisi
awal.

 Air Permukaan

1. Kualitas Air Sungai

Komponen yang dipantau adalah penurunan kualitas air sungai. Sumber dampak
berasal dari kegiatan penambangan batubara, pengolahan batubara serta

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

pengelolaan limbah dan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan di lokasi


penambangan batubara PT. Tujuh Saudara.

Parameter yang dipantau adalah parameter fisik dan kimia. Parameter fisik terdiri
dari temperatur, TSS, TDS, dan pH. Sedangkan parameter kimia terdiri dari Besi
(Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Krom Total (Cr), Cadmium (Cd), Raksa
(Hg), Timbal (Pb), Arsen (As), Nikel (Ni), kobal (Co), Sianida (CN), Sulfida (H2S),
Flourida (F), Klorin Bebas, Amoniak Bebas (NH3-N), NO3, Nitrit (NO2), BOD, COD,
Phenol, minyak / lemak yang berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun
2001, dan kualitas limbah cair mengacu pada kriteria limbah cair menurut Kep.
Men. LH Nomor 113 Tahun 2003.

Tujuan pemantauan kualitas air sungai adalah untuk mengetahui efektivitas hasil
pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan untuk menjaga kualitas air sungai
terutama Sungai Karau dari pencemaran akibat penambangan batubara,
pengolahan batubara, pengelolaan limbah serta reklamasi dan revegetasi lahan
agar kualitas air sungai di lokasi dan sekitar tambang batubara PT. Tujuh Saudara
tidak melebihi baku air kelas II sebagaimana yang tercantum pada Lampiran I
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

B. Pemantauan Biologi

 Flora dan Fauna Akuatik dan Teresterial

1. Flora dan Fauna

Komponen yang dipantau adalah kelimpahan dan keanekaragaman flora dan fauna
akuatik dan teresterial.

Sumber dampak berasal dari kegiatan pembersihan lahan tapak tambang, reklamasi
dan revegatasi lahan serta pembongkaran dan pemindahan sarana tambang.

Parameter yang dipantau adalah tingkat penurunan kelimpahan dan


keanekaragaman flora dan fauna akuatik dan teresterial di lokasi bekas
penambangan serta munculnya jenis fauna tertentu yang dapat digunakan sebagai
indikator atau penciri perubahan lingkungan (key species indicator).

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

Tujuan pemantauan terhadap flora dan fauna akuatik dan teresterial adalah
mengetahui efektivitas hasil pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan sehingga
meminimalkan gangguan yang diperkirakan timbul terhadap komunitas flora dan
fauna di lokasi tapak tambang atau bekas penambangan serta mengupayakan
konservasi sumberdaya hutan (jenis-jenis flora dan fauna dilindungi) sebagai bagian
dari kepedulian terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.

2. Biota Air

Komponen yang dipantau adalah perubahan komposisi jenis, kelimpahan dan


keanekaragaman plankton, benthos dan nekton.

Sumber dampak berasal dari kegiatan penambangan batubara, pengolahan


batubara, pengelolaan limbah dan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan di lokasi
penambangan batubara PT. Tujuh Saudara.

Parameter yang dipantau adalah komposisi jenis, kelimpahan dan keanekaragaman


plankton, benthos dan nekton di lokasi tapak penambangan atau bekas
penambangan.

Tujuan rencana pemantauan terhadap biota air adalah mengetahui efektivitas hasil
pengelolaan lingkungan dalam meminimalisir gangguan dampak kualitas air
permukaan atau mencegah terjadinya pencemaran air secara total dari seluruh
kegiatan penambangan terhadap ekosistem perairan di sungai-sungai dalam
wilayah pengelolaan.

C. Pemantauan Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya

 Sosial dan Ekonomi

1. Sosial Ekonomi

Komponen yang dipantau adalah kesempatan kerja dan berusaha bagi penduduk
yang tinggal berdekatan langsung dengan daerah operasional penambangan serta
hilangnya kesempatan kerja dan berusaha penduduk maupun karyawan akibat
pasca operasional penambangan.

Sumber dampak berasal dari kegiatan pengangkutan batubara, penambangan


batubara, pengolahan batubara serta aktivitas sosial ekonomi tenaga kerja pada

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

saat operasional sedangkan pada tahap pasca operasi diakibatkan oleh kegiatan
pemutusan hubungan kerja di PT. Tujuh Saudara.

Parameter yang dipantau adalah jumlah dan keanekaragaman kesempatan kerja


dan usaha, pola dan komposisi mata pencaharian penduduk.

Tujuan rencana pemantauan terhadap sosial ekonomi adalah mengetahui


efektivitas hasil pengelolaan lingkungan dalam mengoptimalkan manfaat kegiatan
penambangan batubara PT. Tujuh Saudara sehingga terbukanya kesempatan kerja
dan usaha untuk penduduk lokal, peningkatan pendapatan keluarga dan
perkembangan perekonomian lokal pada saat operasinal penambangan. Sedangkan
pada tahap pasca operasional penambangan mengevaluasi efektifitas pengelolaan
dalam menekan sekecil mungkin dampak sosial ekonomi di wilayah pengelolaan
akibat berkurangnya kesempatan kerja dan berusaha, menurunnya aktivitas sosial
ekonomi karyawan PT. Tujuh Saudara dan kontraktornya, dan menurunkan aktivitas
perekonomian lokal.

2. Sikap dan Persepsi Masyarakat

Komponen yang dipantau adalah sikap dan persepsi negatif masyarakat.

Sumber dampak berasal dari kegiatan pemutusan hubungan kerja, pembongkaran


dan pemindahan sarana tambang di PT. Tujuh Saudara.

Parameter yang dipantau adalah pandangan dan tanggapan masyarakat terhadap


rencana penanganan tenaga kerja dan pembongkaran serta pemindahan sarana
tambang.

Tujuan rencana pemantauan terhadap sikap dan persepsi masyarakat adalah


mengetahui efektivitas hasil pengelolaan lingkungan dalam mengupayakan
timbulnya kesadaran dan kesan-kesan positif di masyarakat setempat (lokal) dan
regional berkenaan dengan kontribusi sosial ekonomi dan pembangunan regional
oleh PT. Tujuh Saudara.

3. Pendidikan

Komponen yang dipantau adalah tingkat pendidikan masyarakat. Sumber dampak


berasal dari seluruh rangkaian kegiatan pertambangan yang menimbulkan dampak

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

penting terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya terutama tingkat


pendidikan masyarakat disekitar lokasi tambang PT. Tujuh Saudara.

Parameter yang dipantau adalah peningkatan pendidikan masyarakat di sekitar


lokasi bekas penambangan.

Tujuan pemantauan terhadap pendidikan masyarakat adalah mengetahui


efektivitas hasil pengelolaan lingkungan dalam mendukung penyelenggaraan sektor
pendidikan dan penerapan standarisasi pendidikan bagi masyarakat di sekitar lokasi
areal eks penambangan PT. Tujuh Saudara.

4. Kesehatan Masyarakat

Komponen yang dipantau adalah tingkat kesehatan masyarakat. Sumber dampak


berasal dari seluruh rangkaian kegiatan pertambangan yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan fisik-kimia, terutama udara dan air.

Parameter yang dipantau adalah prevalensi penyakit menular dan tidak menular,
baik sifatnya dominan maupun tidak dominan, dari waktu ke waktu dan pola
penyebaran penyakit dan keterkaitannya dengan kondisi sanitasi lingkungan di
wilayah kegiatan pertambangan.

Tujuan pemantauan terhadap kesehatan masyarakat adalah mengetahui efektivitas


hasil pengelolaan lingkungan dalam mendukung penyelenggaraan sektor kesehatan
dan penerapan standarisasi kesehatan karyawan dan memelihara sanitasi
lingkungan.

VII.1.2. Metode Pemantauan, Lokasi dan Frekuensi Pemantauan Serta


Pelaporan Pemantauan

A. Komponen Geofisik-Kimia

 Kestabilan Fisik

1. Morfologi dan Bentang Alam

- Metode pemantauan morfologi dan perubahan bentang alam adalah


melakukan pengamatan langsung kondisi topografi dan analisis data
terhadap morfologi lahan di lapangan.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

- Lokasi pemantauan adalah areal bekas pit tambang yang sedang


direklamasi dan direvegetasi.

- Frekuensi pemantauan terhadap morfologi dan bentang alam adalah 1


(satu) kali setahun selama 2 tahun setelah selesainya reklamasi dan
revegetasi akhir untuk setiap lubang bekas galian tambang.

- Pelaporan Pemantauan pasca penambangan akan ditujukan kepada instansi


Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

2. Sifat Fisik dan Kimia Tanah

- Metode pemantauan terhadap tanah adalah pada parameter sifat fisik dan
kimia tanah, yaitu
1. Membuat profil tanah pada titik-titik tertentu ;
2. Mengebor sampai lapisan padat, kontak litik, dan paralitik.
3. Mengambil contoh tanah tidak terganggu dengan mengguna-
kan ring sampel. Untuk masing-masing plot diambil 2 – 3 ring
sampel ;
4. Mengambil contoh tanah terganggu secara komposit sebanyak ±
1 kg untuk penetapan sifat kimia tanah ;
5. Pengambilan kedua macam contoh tanah di atas dilakukan pada
dua kedalaman yaitu kedalaman 0 – 30 cm dan 30 cm – 60 cm ;
6. Struktur tanah ditetapkan langsung di lapangan dengan
mengambil bongkahan tanah berukuran ± 10 cm 3 kemudian ditekan
dengan jari hingga diperoleh agregat-agregat tanah. Dan agregat
tanah ini ditentukan bentuk, ukuran dan tingkat perkembangan
strukturnya.
7. Sampel tanah yang diperoleh kemudian akan diuji di
Laboratorium yang terakreditasi.

- Lokasi pemantauan adalah di areal bekas pit tambang yang sedang


direklamasi dan direvegetasi dan pembongkaran dan pemindahan sarana
tambang.

- Frekuensi pemantauan terhadap sifat fisik dan kimia tanah adalah 1 (satu)
kali setahun selama 2 tahun setelah selesainya reklamasi dan revegetasi

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

akhir untuk setiap lubang bekas galian tambang dan pembongkaran dan
pemindahan sarana tambang.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

3. Erosi Tanah

- Metode pemantauan terhadap erosi/sedimentasi adalah Pengumpulan data


dilakukan pengukuran langsung di lapangan terhadap besarnya tingkat
sedimentasi sungai dan data curah hujan yang diperoleh dan stasiun
Meteorologi dan Geofisika Propinsi Kalimantan Tengah di Palangka Raya,
sedangkan data sebaran tingkat kelerengan diperoleh dari hasil interpretasi
peta. Selain itu juga dilakukan pemantauan pada sumber penyebab erosi
terjadi, seperti prosedur operasional reklamasi dan revegetasi, penutupan
tambang, Jenis dan type peralatan berat, mesin yang dipergunakan, metode
kerja.

- Lokasi pemantauan adalah di areal bekas pit tambang yang sedang


direklamasi dan direvegetasi serta difokuskan pada areal-areal yang
memiliki kelerangan >10%.

- Frekuensi pemantauan terhadap erosi tanah adalah pemantauan


dilaksanakan selama tahap Pasca Tambang berlangsung yaitu Reklamasi,
Revegetasi dan Penutupan Tambang berlangsung paling sedikit setiap 6
(enam) bulan sekali tergantung volume kegiatan pada daerah pemantauan,
semakin tinggi volume kegiatan maka semakin sering pemantauan
dilaksanakan.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

 Air Permukaan

1. Kualitas Air Sungai

- Metode pemantauan terhadap kualitas air permukaan adalah pengumpulan


data kualitas air sungai dilakukan dengan mengukur langsung di lapangan
dengan mengambil contoh untuk diuji di laboratorium. Pengambilan contoh

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

berpedoman pada SNI 06-2421-1991 tentang Pedoman Pengambilan


Contoh untuk pengujian Kualitas Air. Pengambilan sampel dilakukan secara
place and time composite, yaitu contoh air dan beberapa titik sampling
diambil dengan volume yang sama kemudian dicampur secara merata
dalam satu wadah untuk selanjutnya dicuplik sebanyak 2 (dua) liter.
Selanjutnya sampel diawetkan dengan menggunakan H2S04 dan HNO3
yang disesuaikan dengan parameternya. Pengambilan data juga dilakukan
pada sumber-sumber penyebabnya seperti jenis dan type peralatan, mesin,
standar prosedur operasionalnya (SOP).

- Lokasi pemantauan adalah lokasi pengukuran dan pengambilan contoh


untuk kualitas air permukaan sebanyak 1 (satu) titik sampling yang dititik
beratkan pada perairan sungai yang diprakirakan terkena dampak kegiatan
pembangunan dan Penutupan Tambang, yaitu dibagian hilir sungai Karau di
lokasi PT. Tujuh Saudara.

- Frekuensi pemantauan terhadap kualitas air permukaan adalah


pemantauan dilaksanakan selama tahap operasional dan pasca operasional
berlangsung paling sedikit dalam setahun 2 (dua) kali pemantauan.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

B. Komponen Biologi

 Flora dan Fauna Akuatik dan Teresterial

1. Flora dan Fauna

- Metode pemantauan terhadap flora dan fauna adalah mengumpulkan data


flora dilakukan secara langsung melalui penelusuran data primer pada
beberapa contoh yang mencakup tipe-tipe flora/vegetasi yang ada di areal
proyek. Untuk fauna dilakukan dengan observasi langsung di lapangan
untuk mengetahui jenis-jenis penyebaran satwa liar. Satwa liar yang akan
diamati adalah mamalia, reptilia, amphibi, dan burung, ikan dan akuatik
lainnya. Data hasil pengukuran dinyatakan dalam satuan individu perluasan
areal dengan memperhitungkan jumlah jenis, kelimpahan jenis, dan indeks
keanekaragaman jenis. Juga dilakukan pengumpulan data terhadap

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

sumber-sumber penyebabnya terutama pada peralatan, mesin dan


prosedur operasional yang dipergunakan, juga kemungkinan-kemungkinan
lain yang dapat terjadi seperti pada lahan yang terganggu secara tidak
langsung.

- Lokasi pemantauan adalah lokasi pengamatan vegetasi dilakukan di


beberapa titik pengamatan yang dibedakan menurut variasi kondisi tutupan
vegetasi, yaitu flora/vegetasi semak belukar, dan flora/vegetasi budidaya
sementara Fauna dibagi dalam 2 rencana pemantauan yaitu pada fauna
akuatik pada aliran sungai dan teresterial pada lingkungan darat.

- Frekuensi pemantauan terhadap flora dan fauna adalah pemantauan


dilaksanakan selama tahap Pascatambang berlangsung paling sedikit setiap
6 (enam) bulan sekali tergantung volume kegiatan yang berlangsung pada
wilayah pemantauan.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

2. Biota Air

- Metode pemantauan terhadap biota air adalah pengambilan sampel


plankton dan benthos akan diambil sebanyak 3 (tiga) kali ulangan. Plankton
diambil dengan cara pemekatan sampel air. Pemekatan dimaksud agar
organisme plankton tertangkap benar-benar mewakili komunitas plankton
di dalam perairan. Pengambilan contoh makrobenthos dilakukan dengan
cara mengambil substrat dasar perairan dengan alat grab-sampler. Contoh
plankton diawetkan dengan larutan Lugol (1:100) dan makro zoobenthos
yang diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik hitam. Setelah
disaring dan diidentifikasi organisme benthos diawetkan dengan formalin
10 %. Jenis-jenis nekton atau ikan yang terdapat di sungai dikoleksi dari
tangkapan penduduk serta dilakukan penelusuran dan mewawancarai
penduduk di sekitar areal pertambangan bijih besi dan dari studi pustaka.
Identifikasi jenis ikan menurut Saanin (1984); Kottelat et al. (1993).

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

- Lokasi pemantauan adalah sama dengan lokasi pemantauan terhadap


kualitas air permukaan, yaitu di bagian hilir sungai Karau di lokasi PT. Tujuh
Saudara.

- Frekuensi pemantauan terhadap biota air adalah pemantauan dilaksanakan


selama tahap operasional dan pasca operasional berlangsung paling sedikit
6 (enam) bulan sekali.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

C. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

 Sosial dan Ekonomi

1. Sosial Ekonomi

- Metode pemantauan terhadap sosial ekonomi adalah pengumpulan dan


analisis data primer maupun data sekunder dari berbagai sumber, yaitu
perusahaan, pemerintah setempat, dan lembaga terkait di sekitar
pertambangan, representasi anggota masyarakat, tokoh masyarakat,
pemuka agama, serta referensi atau laporan hasil studi yang aktual di
wilayah pengelolaan.

- Lokasi pemantauan adalah di desa Muara Awang Kecamatan Dusun Tengah


Kabupaten Barito Timur.

- Frekuensi pemantauan terhadap sosial ekonomi adalah pemantauan


dilaksanakan sekali pada setiap akhir tahun.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Badan Lingkungan


Hidup, dan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

2. Sikap dan Persepsi Masyarakat

- Metode pemantauan terhadap sikap dan persepsi masyarakat adalah


pengumpulan dan analisis data primer maupun data sekunder dari
berbagai sumber, yaitu lembaga terkait, masyarakat, pemuka agama,
referensi atau laporan hasil studi yang aktual di wilayah pengelolaan serta
pemberitaan mass media.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

- Lokasi pemantauan adalah di desa Muara Awang Kecamatan Dusun Tengah


Kabupaten Barito Timur.

- Frekuensi pemantauan terhadap sosial ekonomi adalah pemantauan


dilaksanakan 1 (satu) kali pada setiap akhir tahun.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

3. Pendidikan

- Metode pemantauan terhadap tingkat pendidikan masyarakat adalah


melakukan pengamatan langsung dan wawancara dengan masyarakat
sekitar lokasi penambangan yang penentuannya melalui metode random
sampling. Wawancara dilakukan melalui penyebaran angket (kuisioner)
terstruktur didukung dengan depth interview. Analisis data dilakukan
secara kuantitatif dan kualitatif.

- Lokasi pemantauan adalah di desa Muara Awang Kecamatan Dusun Tengah


Kabupaten Barito Timur.

- Frekuensi pemantauan terhadap tingkat pendidikan adalah pemantauan


dilaksanakan 1 (satu) kali pada setiap akhir tahun.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

4. Kesehatan Masyarakat

- Metode pemantauan terhadap kesehatan masyarakat adalah melakukan


pengumpulan data melalui pemeriksaan kesehatan karyawan dan
masyarakat secara periodik serta menganalisa datanya secara deskriptif,
pengumpulan dan analisis data sekunder dari Puskesmas (pembantu) di
wilayah lokasi penambangan dan observasi langsung di lapangan mengenai
kondisi sanitasi lingkungan di tempat-tempat pengelolaan bekas
penambangan PT. Tujuh Saudara serta di sekitar pemukiman penduduk.

- Lokasi pemantauan adalah di desa Muara Awang Kecamatan Dusun Tengah


Kabupaten Barito Timur.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

- Frekuensi pemantauan terhadap tingkat pendidikan adalah pemantauan


dilaksanakan selama 6 (enam) bulan sekali.

- Pelaporan Pemantauan akan ditujukan kepada instansi Dinas


Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur.

VII.2. Kriteria Keberhasilan Pascatambang

Kriteria keberhasilan telah dikembangkan untuk mendefinisikan pencapaian


keberhasilan suatu penutupan tambang. Kriteria keberhasilan tersebut terdiri dari
standar yang disyaratkan peraturan perundang-undangan dan parameter-parameter
yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut berdasarkan pada pertimbangan atas kondisi
setempat, PT. Tujuh Saudara dan dampak pihak ketiga, kajian empiris dan prediktif,
standar dan peraturan Pemerintah dan peruntukan akhir lahan.

Kriteria keberhasilan bertujuan untuk membuktikan pencapaian peruntukan akhir lahan


yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar serta untuk melindungi lingkungan.

A. Komponen Geofisik-Kimia

 Kestabilan Fisik

1. Morfologi dan Bentang Alam

Kriteria dan keberhasilan terhadap perubahan morfologi dan bentang alam adalah
infeksi dan pengukuran keberhasilan dalam menentukan kondisi topografi dan
analisis data terhadap morfologi lahan di bekas pit penambangan terakhir
menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan dapat dicapai dalam kondisi normal.

Pemenuhan kriteria terhadap perubahan morfologi dan bentang alam di areal


terganggu ditentukan menggunakan data pengukuran kondisi topografi akhir
penambangan. Setiap kriteria akan dianalisa terhadap batas terendah dari rata-rata
data keseluruhan.

2. Sifat Fisik dan Kimia Tanah

Kriteria dan keberhasilan terhadap perubahan sifat fisik dan kimia tanah adalah
pengukuran langsung terhadap parameter fisik dan kimia tanah serta tingkat
kesuburan tanah di bekas pit penambangan, pembongkaran dan pemindahan

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

sarana tambang menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan dapat dicapai dalam


kondisi normal.

Pemenuhan kriteria terhadap perubahan sifat fisik dan kimia tanah di areal
terganggu ditentukan menggunakan data pengukuran kualitas tanah terutama
tekstur, struktur tanah dan kimia tanah. Setiap kriteria akan dianalisa terhadap
batas terendah dari rata-rata data keseluruhan.

3. Erosi Tanah

Kriteria dan keberhasilan terhadap erosi tanah adalah pengukuran langsung


terhadap tingkat erosi tanah di bekas pit penambangan, pembongkaran dan
pemindahan sarana tambang menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan dapat
dicapai dalam kondisi normal atau tingkat bahaya erosi rendah.

Pemenuhan kriteria terhadap erosi tanah di areal terganggu ditentukan


menggunakan data pengukuran tingkat erosi tanah. Gambaran erosi aktual yang
terjadi, didasarkan pada pendekatan prediksi erosi dengan menggunakan
persamaan Universal Soil Loss Equation (USLE) (Wieschmeir dan Smits, 1978) pada
beberapa model kondisi lahan yang ditemukan di lapangan. Sesuai dengan
persamaan USLE dimana A = R.K.L.S.C.P, maka erosi aktual (A) yang terjadi di
lapangan sangat tergantung pada faktor erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K),
panjang lereng (L), gradien/kemiringan lereng (S), faktor vegetasi penutup tanah
(C), dan faktor tindakan konservasi tanah (P). Setiap kriteria akan dianalisa terhadap
batas terendah dari rata-rata data keseluruhan.

 Air Permukaan

1. Kualitas Air Sungai

Kriteria dan keberhasilan terhadap kualitas air sungai adalah target mutu air untuk
air tambang pasca penutupan adalah Standar Kelas II PP 82/2001. Parameter utama
yang menjadi perhatian adalah TSS, TDS, dan pH. Sedangkan parameter kimia
terdiri dari Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Krom Total (Cr),
Cadmium (Cd), Raksa (Hg), Timbal (Pb), Arsen (As), Nikel (Ni), kobal (Co), Sianida
(CN), Sulfida (H2S), Flourida (F), Klorin Bebas, Amoniak Bebas (NH3-N), NO3, Nitrit
(NO2), BOD, COD, Phenol, minyak / lemak yang berdasarkan Peraturan Pemerintah

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

Nomor 82 tahun 2001, dan kualitas limbah cair mengacu pada kriteria limbah cair
menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003.

Perairan utama yang menerima aliran air dari areal-areal tambang adalah Sungai
Karau. Jarak dari titik-titik pelepasan air tambang ke desa-desa di hilirnya berkisar
antara 5 hingga 10 km.

Strategi pengelolaan air akan menjamin bahwa setelah penutupan, semua air yang
mengalir ke sistem sungai dari areal-areal tambang akan terlebih dahulu melalui
wetland atau kolam pengendap.

Sehingga tingkat keberhasilan dalam pengukuran kualitas air sungai di wilayah


pertambangan PT. Tujuh Saudara menunjukkan bahwa kriteria keberhasilannya
dapat dicapai dalam kondisi dibawah baku mutu mutu kelas II berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Untuk memenuhi kriteria keberhasilan standar mutu air akan ditentukan setiap
tahun dengan membandingkan kriteria keberhasilan yang berlaku dengan batas
tertinggi 95 % dari rata-rata rangkaian data tahunan dengan menggunakan
metode pengujian.

B. Komponen Biologi

 Flora dan Fauna Akuatik dan Teresterial

1. Flora dan Fauna

Kriteria dan keberhasilan terhadap flora (penghijauan) di pit bekas areal


penambangan adalah infeksi dan pengukuran keberhasilan dalam melakukan
penghijauan menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan dapat dicapai dalam kondisi
normal. Sedangkan fauna teresterial tidak diusulkan untuk menetapkan kriteria,
atau memantau fauna teresterial setelah penutupan tambang disebabkan fauna
teresterial juga merupakan buruan oleh masyarakat setempat untuk dikomsumsi
seperti rusa dan babi hutan.

Pemenuhan kriteria terhadap penghijauan atau penanaman di areal terganggu akan


ditentukan menggunakan data terukur dari semua transect di masing-masing areal.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

Setiap kriteria akan dianalisa terhadap batas terendah 95% dari rata-rata data
keseluruhan. Penggunaan statistik ini menjadi ukuran yang handal mengenai
keberhasilan penanaman atau penghijauan di setiap areal yang terganggu dan
selanjutnya melindungi terhadap kegagalan pemenuhan karena kebakaran, atau
dampak yang diakibatkan manusia, yang berdampak pada areal-areal kecil transect
yang telah ditanami dalam periode pasca penutupan.

2. Biota Air

Kriteria dan keberhasilan terhadap biota air adalah infeksi dan pengukuran
keberhasilan dalam melakukan pengukuran terhadap plankton, benthos dan nekton
(ikan) yang sering digunakan sebagai indikator kondisi baik atau buruknya suatu
badan air, baik sungai, danau, rawa dan bahkan laut. Diantara ketiga organisme
akuatik tersebut, plankton dan benthos merupakan indikator yang baik
dibandingkan dengan ikan. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bergerak
organisme tersebut. Organisme yang mempunyai daya gerak yang lebih lambat
akan dengan mudah terkena dampak dari limbah atau perubahan ke lingkungan
yang buruk. Sehingga akan terekam dengan baik terkait pada perubahan
kelimpahan dan diversitasnya dari waktu ke waktu. Selanjutnya untuk perairan
mengalir seperti sungai, benthos adalah yang terbaik. Dalam pengukuran terhadap
biota perairan di sungai Karau bagian hilir menunjukkan bahwa kriteria
keberhasilan dapat dicapai dalam kondisi normal atau dibawah baku mutu
lingkungan hidup.

Untuk memenuhi kriteria keberhasilan terhadap biota air akan ditentukan setiap
tahun dengan membandingkan kriteria keberhasilan yang berlaku dengan batas
tertinggi 95 % dari rata-rata rangkaian data tahunan dengan menggunakan
metode pengujian.

C. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

 Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kriteria dan keberhasilan terhadap sosial ekonomi dan budaya adalah perubahan
kesempatan kerja dan lapangan usaha dapat terjadi baik peluang secara langsung
ataupun tidak langsung. Peluang secara langsung adalah rekruitmen tenaga kerja
baik bagi dari penduduk lokal maupun dari luar daerah sehingga ikut bekerja pada

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA


BAB VII
PEMANTAUAN DAN KRITERIA KEBERHASILAN

industri tambang yang akan dibangun. Secara tidak langsung adalah dengan
menyediakan jasa-jasa atau sarana produksi yang diperlukan untuk mendukung
kegiatan industri pertambangan ataupun kebutuhan tenaga kerja. Dari segi
kependudukan, kegiatan ini menyebabkan terjadinya perubahan jumlah penduduk
akibat masuknya pekerja tambang ataupun penduduk lain yang ingin
memanfaatkan peluang usaha disekitar kawasan proyek pertambangan.

Dilihat dari aspek sosial, kegiatan industri tambang ini dapat menimbulkan
beberapa perubahan sosial di wilayah tambang. Perubahan tersebut dapat berupa
terjadinya interaksi sosial antara warga pendatang dapat memahami dan
menghormati adat istiadat dan hak milik warga lokal (misalnya lahan, hutan adat
dan lain-lain). Sedangkan interaksi sosial yang negatif sehingga berpotensi
mengakibatkan konflik antara warga masyarakat lokal dan warga pendatang.
Perubahan sosial lainnya adalah terjadinya kesenjangan sosial antara warga
pendatang dengan warga masyarakat lokal. Apabila industri tambang yang masuk
ke dalam wilayah tersebut tidak banyak melibatkan warga setempat dapat
dipastikan akan terjadinya kesenjangan di antara masyarakat. Hal ini terjadi karena
terdapat kelompok masyarakat yang tidak dapat mengambil manfaat positif secara
langsung dari keberadaan perusahaan. Terjadinya kesenjangan tersebut dapat
disebabkan dua hal. Pertama, adanya penurunan dan peningkatan penghasilan
pada kelompok mata pencaharian tertentu yang disebabkan perbedaan peluang
dan kesempatan untuk mengakses manfaat positif dari keberadaan industri. Kedua,
adanya alih fungsi dan kepemilikan lahan.

Berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang terjadi, PT. Tujuh
Saudara akan melaksanakan tanggungjawab sosial kepada masyarakat melalui
program yang telah disusun di dalam Rencana Pascatambang. Program ini
merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat disekitar bekas tambang setelah
tambang tidak lagi beroperasi.

DOKUMEN RENCANA PASCATAMBANG


7

PT. TUJUH SAUDARA

Anda mungkin juga menyukai