BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Geologi secara umum terdiri atas geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi.
Berdasarkan Peta Geologi Regional yang diterbitkan oleh P3G (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung) daerah studi termasuk dalam Peta Geologi Regional
Lembar Muara Teweh (S. Supriatna, dkk, 1995) (Gambar III.1) yang secara fisiografi
termasuk dalam Cekungan Upper Kutai, cekungan ini terbentuk dan berkembang akibat
proses-proses pemisahan diri akibat tegangan di dalam lempeng Mikro Sunda yang
menyertai interaksi antara lempeng Sunda dan lempeng Pasifik di sebelah timur.
Lempeng Hindia Australia di selatan, dan lempeng Laut Cina Selatan di utara (Setyana ,
et. Al., 1999). Secara tektonik, pada bagian utara Cekungan Kutai terdapat Cekungan
Tarakan yang dipisahkan oleh punggungan Mangkalihat yang merupakan suatu daerah
tinggian batuan dasar yang terjadi pada Oligosen. Di sebelah selatan cekungan ini
dijumpai Cekungan Barito yang dibatasi Sesar Adang, yang terjadi pada Zaman Miosen
Tengah. Pada bagian tenggara cekungan ini, terdapat paparan Paternoster dan gugusan
Pegunungan Meratus, sedangkan batas barat dari cekungan adalah daerah tinggian
Kuching (pegunungan Kalimantan Tengah) yang berumur Pra-Tersier dan merupak
bagian inti dari benua. Pada bagian timur dari cekungan ini terdapat delta Mahakam
yang terbuka ke Selat Makasar. Dari data eksplorasi disimpulkan bahwa stratigrafi
daerah studi termasuk dalam Cekungan Kutai (Kutai Basin).
Menurut L. Samuel dan S. Muchsin (1975) Cekungan Kutai merupakan komplek
lingkungan endapan delta yang terdiri dari beberapa siklus endapan delta. Dimulai dari
endapan yang terdiri dari endapan rawa, alur sungai, point bar, tanggul sungai dan
ditempat yang lebih dalam diendapkan sedimen delta front dan pro delta.
Pola struktur Cekungan Kutai, berupa antiklinorium dimana cekungan berarah
Utara Timurlaut – Selatan Baratdaya dan secara keseluruhan berubah relatif Timur-Barat
pada tepi bagian Utara Cekungan Kutai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan pola struktur di atas
dihubungkan dengan pengangkatan Tinggian Kuching dibagian Barat. Gupta (1988)
menyebutkan bahwa pola tersebut dikendalikan oleh tektonik kompresi regional yang
berarah Timur-Barat.
H a l a m a n III - 2
Urutan regresif Cekungan Kutai dari lapisan-lapisan klastik deltaik hingga paralik
mengandung banyak lapisan batubara dan lignit, sehingga merupakan kompleks delta
yang terdiri dari siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan paparan delta
(delta plain) yang terdiri dari endapan rawa (swamp), endapan alur sungai (channel),
gosong sungai (point bar), tanggul sungai (natural levee) dan creavase splay. Ditempat
yang lebih dalam diendapkan sedimen delta front dan prodelta. Proses pengendapan
sedimen Cekungan Kutai dimulai dari Eosen awal yaitu dengan fase transgresi sampai
Kala Oligosen akhir (S. Supriatna, Adjat Sudradjat dan H.Z. Abidin 1995).
Berdasarkan posisi areal IUP PT. Aalam Bumi karya Abadi bahwa letak areal IUP
Alam Bumi Karya Abadi masuk kedalam Lembar Peta Geologi Regiaonal Muara Teweh
(S. Supriatna, A. Sudradjat dan H.Z. Abidin, 1995). Secara lokal kondisi geologi daerah
penelitian didominasi oleh tiga formasi, yaitu Formasi Ujohbilang, Formasi Kamuan, dan
Formasi Warukin, dan kondisi ini dapat dilihat pada Peta Geologi PT. Alam Bumi Karya
H a l a m a n III - 3
Abadi (Gambar III.3). Urut-urutan stratigrafi daerah penelitian dari muda ke tua sebagai
berikut:
Formasi Ujohbilang
Batulumpur, sedikit batupasir, sebagian gampingan dan carbonan, setempat
tufan. Selaras di atas Formasi Batu Ayau. Lingkungan pengendapan laut terbuka –
paparan luar. Umur Oligosen Awal (Abidin drr., 1993).
Formasi Karamuan
Batulumpur abu – abu sebagian gampingan dan berfosil; batupasir kuarsa
berlapis baik; batulanau abu – abu; batulanau tufan abu – abu kehijauan; bersisipan
batugamping befosil, batulanau serpihan dan batulanau karbonan. Lingkungan
pengendapan laut dangkal sampai paparan luar.
Formasi Warukin
Batupasir kuarsa berbutir sedang, kurang padat, mengandung sisipan
batulempung karbonan, batulanau karbonan, berlapis tebal. Batupasir berbutir kasar –
sedang sebagian konglomeratan, setengah padat, berlapis dan berstruktur parairan,
silang siur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan lapisan 10°
Formasi ini berumur Miosen Tengah – Miosen akhir, dengan ketebalan mencapai 500 m,
dan diendapkan pada daerah transisi. Formasi Warukin berada selaras di atas Formasi
Berai dan Montallat.
Tatanan Formasi di daerah penyelidikan PT. ALam Bumi Karya Abadi ini dapat
dilihat pada Kolom Stratigrafi Daerah IUP PT.Alam Bumi Karya Abadi di bawah ini
(Gambar III.2).
UMUR FORMASI
MASA ZAMAN KALA UMUR
ERA (JUTA) AGE (my)
Endapan Permukaan
HOLOSEN
KUARTER
0.01
PLISTOSEN
1.6
PLIOSEN
5.3
AKHIR
11.2
Tmw
KENEZOIKUM
TERSIER
MIOSEN
TENGAH
16.6
AWAL
23.7
Tmok
AKHIR
OLIGOSEN
30.0
AWAL
36.6
Tou
EOSEN
AKHIR
40.0
Gambar III.2. Kolom Stratigrafi Daerah IUP PT.Alam Bumi Karya Abadi
H a l a m a n III - 4
Tou LEGENDA :
Tmw : Sungai
: Sesar
Lokasi IUP
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Tmok
Sumber : SK Bupati Murung Raya Nomor 188.45/141.a/2013
Peta RBI Skala 1:50.000 NLP : 1715-51, 1752-52, 1752-53, 1752-54
A' Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh (S. Supriatna, A. Sudrajat dan
H.Z. Abidin, 1995)
Tmw
Tmok
Tou Konsultan Direktur
Kegiatan eksplorasi PT. Alam Bumi Karya Abadi lebih banyak dilakukan pada bagian
timur areal IUP, hal ini dikarnakan keterdapatan potensi batubara pada bagian timur areal IUP.
Litologi batuan yang tersingkap dipermukaan pada areal tersebut yaitu litologi serpih,
batulumpur batulanau sedikit batupasir, berlapis tipis sampai sangat tebal, serta batubara.
Litologi-litologi di areal IUP memiliki kedudukan Dip yang relatif sama, namun memiliki
perbedaan yang variasi kedudukan strike yaitu dari N18˚E 60˚ hingga N50˚E 60˚. Di areal
penyelidikan juga ditemukan singkapan – singkapan batubara dengan ketebalan lapisan
batubara yang cukup bervariasi, yaitu ketebalan 0,40 - 3.00 meter, dengan kedududkan N40 ˚E
45˚- N70˚E 60˚.
Kondisi geologi lokal daerah penyelidikan dapat dilihat di Peta Geologi Lokal PT. Alam
Bumi Karya Abadi (Gambar III.11)
Satuan batupasir-batulempung sisipan batubara tersebar di bagian barat IUP PT. Alam
Bumi Karya Abadi. Satuan tersebut terdiri dari litologi berupa batupasir, batulempung dan
batubara. Singkapan ini banyak dijumpai disekitar Sungai Mangkoso dan cabang sungainya.
Singkapan batuan ini dapat diamati pada Gambar III.6 dan Gamabar III.7. Deskripsi litologi
sebagai berikut:
Batupasir: Warna segar abu – abu terang, warna lapuk kecoklatan, kompak sedang,
porositas baik, pemilahan baik, ukuran butir pasir halus – sedang, bentuk butir
membulat, non karbonatan.
Batulempung: Warna segar abu kehitaman, kurang kompak, karbonan.
Batubara: Warna hitam, gores coklat kehitaman, kilap bright, brittle, pecahan
irregular. Singkapan batubara ini dapat diamati pada Gambar III.8.
LEGENDA :
: Sungai
Su
ng
ai
: Sesar naik dan sesar geser
Ma
ng
ko
: Singkapan
so
(ca
ba
ng
Ka
na
n)
Lokasi IUP
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Su
ng
ai
Ma
ng
A
ko
so
(c
ab
an
gK
iri)
Sumber : SK Bupati Murung Raya Nomor 188.45/141.a/2013
Peta RBI Skala 1:50.000 NLP : 1715-51, 1752-52, 1752-53, 1752-54
A' Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh (S. Supriatna, A. Sudrajat dan
H.Z. Abidin, 1995)
Konsultan Direktur
Gambar III.11. Peta Geologi Daerah Penelitian PT. Alam Bumi Karya Abadi
H a l a m a n III - 11
III.7. Geohidrologi
Studi geohidrologi dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang kondisi air
permukaan dan bawah permukaan guna mengatahui karakteristik pola pengaliran
sungai dan pola penyebarannya.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan peta topografi bahwa sungai-
sungai di daerah penyelidikan memiliki karakteristik pola aliran sungai sub dendritik dan
rectangular, yaitu pola aliran sungai yang umumnya dipengaruhi oleh batuan yang
homogen serta adanya pengaruh dari struktur geologi.
Sungai pada daerah penyelidikan dibagi menjadi dua (2) berdasarkan tipe
genetiknya, yaitu tipe konsekuen dan subsekuen. Sungai tipe konsekuen memiliki arah
aliran yang searah dengan kemiringan lapisan batuan. Tipe subsekuen mempunyai arah
aliran sungai yang mengalir searah jurus perlapisan. Tipe sungai daerah penelitian dapat
dilihat pada Peta Pola Aliran Sungai (Gambar III.15).
H a l a m a n III - 13
Peta Geomorfologi
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Kabupaten Murung Raya
Legenda :
: IUP PT. Alam Bumi Karya Abadi
: Sungai
40
: Kontur
30
: Sesar
Lokasi IUP
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Profil Morfologi
Sayatan A _ A'
V 5
Skala = - :-
H 1
Sumber : SK Bupati Murung Raya Nomor 188.45/141.a/2013
Shuttle radar topography mision (SRTM) 90 M
Peta RBI Skala 1:50.000 NLP : 1715-51, 1752-52, 1752-53, 1752-54
Sesar Naik
Sungai
Judul Peta : Peta Geomorfologi
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Kabupaten Murung Raya
Tgl/Bln/Thn : 06 / Juni / 2015
Dibuat Untuk : PT. Alam Bumi Karya Abadi
A
A' Konsultan Direktur
Gambar III.14. Peta Geomorfologi Daerah Penelitian PT. Alam Bumi Karya Abadi
H a l a m a n III - 14
Legenda :
: Sungai
Lokasi IUP
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Konsultan Direktur
Gambar III.15. Peta Pola Aliran Sungai Daerah Penelitian PT. Alam Bumi Karya Abadi
H a l a m a n III - 15
III.8. Geoteknik
Areal penambangan PT. Alam Bumi Karya Abadi secara khusus belum dilakukan
studi geoteknik, tetapi dari data ekplorasi diketahi bahwa overburden atau lapisan
penutup merupakan batuan yang berasal dari satuan batuan lempung, serpih dan pasir
dengan tingkat kekompakan dan kekerasan yang tinggi.
Dalam kaitan dengan desain tambang keberadaan variasi litologi batupasir dan
batulempung yang berselingan dianggap perlu untuk di cermati. Variasi litologi, sebaran
batuan, arah kedudukan perlapisan dan kontak ikatan batuan antar jenis litologi. Dalam
areal daerah telitian terutama pada formasi pembawa batubara mempunyai litologi
perselingan batupasir dengan batulempung. Perlunya pengamatan dan pengumpulan
data tentang sifat fisik batupasir dalam daerah telitian antara lain, ukuran butir, bentuk
butir, kemas, dan ikatan antar butir saat di lakukan survei permukaan secara lebih det ail
dapat membantu dalam studi geoteknik. Hubungan ikatan antara batupasir dan
batulempung, sebaran dan arah kedudukan perlapisan terutama kedudukan batuan
terjal juga mendukung dalam studi geoteknik saat dilakukan penambangan karena
faktor kelerengan dalam lubang bukaan menjadi sangat penting.
Pengamatan dan pengumpulan data permukaan tentang kekar dan patahan
dalam batuan juga perlu untuk dijadikan kajian tentang studi geoteknik daerah telitian.
Keberadaan kekar dan patahan batuan ini merupakan areal bidang lemah dalam batuan,
pemetaan areal bidang lemah yang di munculkan dalam bentuk peta sebaran kekar dan
patahan batuan akan membantu penentuan desain dan model penambangan yang akan
dilakukan selain dari kajian studi tentang variasi litologi batuan, sebaran, arah
kedudukan perlapisan dan kontak ikatan batuan antar jenis litologi. Data-data
permukaan yang telah terkumpul dan dilakukan analisis merupakan pendekatan kondisi
keberadaan batuan di bawah permukaan. Data analisis ini akan lebih melengkapi data
bawah permukaan dari pemercontohan inti batuan hasil pemboran jika pada saat tahap
dilakukan proses eksplorasi lebih detail.
Studi geoteknik dimaksudkan untuk membantu desain tambang dan mengetahui
kondisi medan untuk peruntukan lainnya, seperti lokasi-lokasi sarana dan pasarana
seperti jalan tambang, kantor, gudang dan mess. Perhitungan estimasi kondisi geoteknik
awal untuk rancangan lereng penambangan dilakukan dengan berdasarkan pendekatan
data kohesi dan sudut geser dalam material secara umum yang mengacu pada metode
Hoek & Bray, 1981.
H a l a m a n III - 16
200
Pada kondisi lapangan, diatas atau dimuka lereng sering dijumpai adanya
tension crack yang terisi air.
V Z
a Zw
yf yp W
Keterangan,
H = tinggi lereng
W = berat blok
yf = sudut lereng
Gaya-gaya penggerak
W Sin yp + V Cos yp
H a l a m a n III - 18
dimana :
U = ½ gw. Zw .A
V = ½ gw . Z2w
Z = H ( 1 – Cot yf . Tan yp )
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktivitas manusia lainnya, maka persamaan menjadi :
dimana :
B. Longsoran Baji.
Longsoran jenis ini lebih sering ditemukan di lapangan dibandingkan dengan longsoran
bidang. Sebagai contoh analisis hanya akan dibahas tentang longsoran baji yang
dibentuk oleh dua bidang lemah. Dalam analisis dengan menggunakan metode Hoek
dan Bray, longsoran baji dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua
bidang lemah tersebut.
H a l a m a n III - 19
(a)
Bidang B Bidang A
(b)
Garis perpotongan
(c)
4 bidang B
3 5
bidang A
Tabel III.1 Cohesive Strengths For ‘Intact’ Soil And Rock (Robertson, 1971)
Material Description C (lb/ft2) C (kg/m2)
Very soft soil 35 170
Soft soil 10 340
Firm soil 180 880
Stiff soil 450 2.200
Very stiff soil 1.600 7.800
Very soft rock 3.500 17.000
Soft rock 11.500 56.000
Hard rock 35.000 170.000
Very hard rock 115.000 560.000
Very very hard rock 230.000 1.000.000
Tabel III.2 Friction Angles (Degrees) For Typical Rock Materials (Hoek,1970a)
Rock Intact rock Φ Joint Φ Residual Φ
Andesite 45 31-35 28-30
Basalt 48-50 47
Chalk 35-41
Diorite 53-55
Granite 50-64 31-33
Greywacke 45-50
Limestone 30-60 33-37
Monzonite 48-65 28-32
Porphyry 40 30-34
Quartzite 64 44 26-34
Sandstone 45-50 27-38 25-34
Schist 26-70
Scale 46-64 37 27-32
Siltstone 50 43
Slate 46-60 24-34
H a l a m a n III - 21
Tabel III.3. Estimasi Perhitungan Kestabilan Lereng PT. Alam Bumi Karya Abadi
Tinggi Sudut Kemiringan Kemiringan bidang Kohesi kedalaman Panjang bidang Gaya Tekanan Bobot Masa batuan Gaya-gaya Gaya-gaya Batasan
Sudut geser
yang meluncur
Keamanan Rekomendasi
Lereng Lereng bidang longsor longsor pengaruh c rekahan tarik longsor angkat air tarik satuan isi dalam penahan penyebab FK >
H Yf Yp kegempaan (Ya) Z=Zw A (U) V gsat W W' luncuran luncuran 1.3
(ton/m2)
(m) (o) (o) Yp+ q (o) (m) (m) (ton/m) (ton/m) (ton/m3) ton/m (1,11W) f (o) FK
15 60 5 5.201 27.8 14.24232595 8.693334801 61.90665391 101.4219242 1.01 62.28779121 69.13944824 60 237.7849388 107.2718399 2.2167 Stabil √
15 65 5 5.201 27.8 14.38805049 7.021333165 50.51164805 103.5079985 1.01 50.82263034 56.41311968 60 188.7605931 108.1956842 1.7446 Stabil √
15 70 5 5.201 27.8 14.52235096 5.480408121 39.79420507 105.4493387 1.01 40.03920387 44.44351629 60 143.5346183 109.0439875 1.3163 Stabil √
20 60 5 5.201 27.8 18.98976793 11.59111307 110.0562736 180.305643 1.01 110.733851 122.9145746 60 315.317799 190.7054931 1.6534 Stabil √
20 65 5 5.201 27.8 19.18406732 9.361777553 89.79848543 184.0142195 1.01 90.35134283 100.2899905 60 248.8219158 192.3478831 1.2936 Tak stabil X
Tinggi Sudut Kemiringan Kemiringan bidang Kohesi kedalaman Panjang bidang Gaya Tekanan Bobot Masa batuan Gaya-gaya Gaya-gaya Batasan
Sudut geser
yang meluncur
Keamanan Rekomendasi
Lereng Lereng bidang longsor longsor pengaruh c rekahan tarik longsor angkat air tarik satuan isi dalam penahan penyebab FK >
H Yf Yp kegempaan (Ya) Z=Zw A (U) V gsat W W' luncuran luncuran 1.3
(ton/m2)
(m) (o) (o) Yp+ q (o) (m) (m) (ton/m) (ton/m) (ton/m3) ton/m (1,11W) f (o) FK
15 60 5 5.201 18.25 14.24232595 8.693334801 61.90665391 101.4219242 1.01 62.28779121 69.13944824 60 154.7635914 107.2718399 1.4427 Stabil √
15 65 5 5.201 18.25 14.38805049 7.021333165 50.51164805 103.5079985 1.01 50.82263034 56.41311968 60 121.7068614 108.1956842 1.1249 Tak stabil X
15 70 5 5.201 18.25 14.52235096 5.480408121 39.79420507 105.4493387 1.01 40.03920387 44.44351629 60 91.19672072 109.0439875 0.8363 Tak stabil X
20 75 5 5.201 18.25 19.53114967 5.379454296 52.53346349 190.7329036 1.01 52.85689338 58.67115165 60 78.44039673 195.2661589 0.4017 Tak stabil X
20 80 5 5.201 18.25 19.69146776 3.540010423 34.85400056 193.8769513 1.01 35.06858427 38.92612854 60 40.94004799 196.6073764 0.2082 Tak stabil X
H a l a m a n III -23
III.9.2. Trenching
Mengikuti data singkapan yang ada, untuk meyakinkan kembali akan
keberadaan dan dimensi batubara, maka kegiatan trenching atau membuat parit uji
batubara dilakukan pada beberapa titik singkapan. Letak lokasi dan kegiatan trencing ini
dapat dilihat pada table data yaitu Tabel Trenching Pada Area PT. Alam Bumi Karya
Abadi (Tabel III.4) dan Gambar kegiatan trenching.
Tabel. III.4. Data Trenching Pada Area PT. Alam Bumi Karya Abadi
Koordinat GPS (UTM,
Ukuran Paritan
No KODE PARITAN KODE SINGKAPAN Zona -50)
X Y Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) Volume (m3)
1 TR-CD018 CD018 279726 9946184 7.5 1 1.5 11.25
2 TR-CD029 CD029 280191 9946765 5.65 1 1.5 8.48
3 TR-CD042 CD042 279536 9946896 4.3 1 1.5 6.45
4 TR-CD074 CD074 279437 9946895 5.9 1 1.5 8.85
5 TR-CD076 CD076 279514 9946752 5.4 1 1.5 8.1
6 TR-CD078 CD078 279643 9946635 7.2 1 1.5 10.8
7 TR-CD101 CD101 280176 9947761 6.4 1 1.5 9.6
8 TR-CD188 CD188 278523 9945190 3.2 1 1.5 4.8
9 TR-CD189 CD189 278484 9945261 5.9 1 1.5 8.85
10 TR-CD254 CD254 278679 9945450 5.6 1 1.5 8.4
11 TR-CD254 B CD254B 278661 9945491 6.2 1 1.5 9.3
12 TR-CD280 CD280 279074 9946446 4.9 1 1.5 7.35
13 TR-CD288 CD288 278332 9944847 4.7 1 1.5 7.05
14 TR-CD299 CD299 279431 9946727 6.64 1 1.5 9.96
15 TR-GP023 GP023 278979 9946337 4.8 1 1.5 7.2
16 TR-GP039 GP039 279977 9947590 5.5 1 1.5 8.25
H a l a m a n III -24
Legenda :
CD166
60°
: Singkapan Batubara
: Sungai
: Kontur
Lokasi IUP
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Konsultan Direktur
A.
B. Pencocokkan (fitting) daerah pengaruh titik informasi berdasarkan kondisi geologi
(SNI 13-6011-1999).
Pembuatan area radius daerah pengaruh bertujuan untuk menentukan luas
penyebaran batubara yang akan dihitung. Pembuatan radius ini dengan menggunakan
titik informasi yang dalam hal ini adalah cropline batubara pada daerah penelitian.
Dalam hal ini digunakan radius daerah pengaruh 200 meter. Hal ini dengan
pertimbangan bahwa kondisi geologi pada daerah penelitian adalah kompleks. Daerah
pengaruh 200 meter merupakan dasar dalam perhitungan sumberdaya terunjuk
batubara.
0°
315°
90°
200 meter
Legenda :
: Sungai
: Kontur
: Cropline Batubara
Lokasi IUP
PT. Alam Bumi Karya Abadi
Konsultan Direktur
Gambar III.26. Peta Cropline Batubara PT. Alam Bumi Karya Abadi
H a l a m a n III -30
Dalam hal penaksiran sumberdaya batubara PT. Alam Bumi Karya Abadi adalah
dengan metode Rumus Dua Penampang (mean area). Penaksiran dengan metode
penampang standar ini adalah membagi endapan batubara menjadi blok–blok dengan
interval tertentu dengan jarak yang sama atau berbeda sesuai dengan keadaan geologi
dan kebutuhan penambangan. Adapun cara pembuatan blok dari metode sayatan yaitu
blok penambangan dibatasi oleh dua penampang atau sayatan dan sebuah bidang
permukaan yang tidak teratur, selain itu penampang atau sayatan dibuat secara sejajar
(Gambar III.27). Pada metode sayatan standar terdapat prosedur untuk menentukan
volume endapan tersebut yaitu, melakukan perkalian dengan jarak antar sayatan untuk
memperoleh volume dan penaksiran tonase batubara.
Sedangkan penaksiran luas pada mean area yang menghitung volume antara 2
buah penampang dengan kondisi S1 < 0,5 S2, maka penaksiran dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
V = {S1 + S2 +
S1 S 2 }L/3
Untuk penaksiran sumberdaya di areal PT. Alam Bumi Karya Abadi dilakukan
section dengan jumlah 34 Section dengan arah section relatif tegak lurus terhadap
cropline batubara. Hal ini dapat dilihat pada Peta Sumberdaya PT. Alam Bumi Karya Badi
(Gambar III.28) dan Profil section dapat di lihat pada Gambar Profil Section (Gambar
III.29).
Sesuai metode perhitungan diatas, didapat total sumberdaya terunjuk untuk
batubara di areal PT. Alam Bumi Karya Abadi adalah 33,763,512.08 Ton. Perhitungan
tiap seam batubara di areal IUP PT. Alam Bumi Karya Abadi dapat dilihat pada Tabel
Perhitungan Sumberdaya PT. Alam Bumi Karya Abadi (Tabel III.5).
H a l a m a n III -32
34
33
Legenda :
32
31
: IUP PT. Alam Bumi Karya Abadi
30
29
: Sungai
28
27
26
: Kontur
25
34'
24 : Cropline Batubara
33'
23
32'
22 21 21' : Section
31'
21
30'
20
29'
: Titik (jarak) Pengaruh
19
28'
18
27'
17
Lokasi IUP
26'
PT. Alam Bumi Karya Abadi
16
25'
15
24'
14
23'
13
22'
12
21'
11
20'
10
19'
9
18'
8
17'
7
16'
6
15'
5 Sumber : SK Bupati Murung Raya Nomor 188.45/141.a/2013
14'
Shuttle radar topography mision (SRTM) 90 M
4
13' Peta RBI Skala 1:50.000 NLP : 1715-51, 1752-52, 1752-53, 1752-54
3
12'
2
11' Judul Peta : Peta Sumberdaya Terunjuk
1
10'
PT. Alam Bumi Karya Abadi
9'
8'
Kabupaten Murung Raya
7' Tgl/Bln/Thn : 06 / Juni / 2015
6' Dibuat Untuk : PT. Alam Bumi Karya Abadi
5'
4'
3'
Dibuat Oleh Disetujui
2'
1'
Konsultan Direktur
Berdasarkan kondisi medan dan kaidah penambangan, maka PT. Alam Bumi
Karya Abadi membagi area prospek batubara menjadi tiga (3) blok besar, dimana
didalamnya akan terdapat beberapa pit penambangan. Tiap Blok besar ini memiliki
cadangan batubara potensial, yaitu Blok 1 sebesar 355.942,90 Ton, Blok 2 sebesar
2.208.356,13, dan Blok 3 sebesar 4.199.579,18 Ton. Cadangan per Blok ini dapat dilihat
pada Tabel Cadangan Batubara perBlok PT. Alam Bumi karya Abadi (Tabel III.7).
Pit penambangan di PT. Alam Bumi Karya Abadi akan menyesuai kaidah dan
aturan rancangan jenjang penambangan. Rancangan jenjang penambangan ini dapat
dilihat pada profil jenjang penambangan yang diwakili oleh section 14 – 14’ (Gambar
H a l a m a n III - 36
III.30). Gambaran situasi 3 (tiga) blok penambangan dapat dilihat pada Peta Rencana
Penambangan PT. Alam Bumi Karya Abadi (Gambar III. 31).
Tabel III.7. Cadangan Batubara PerBlok PT. Alam Bumi Karya Abadi
1 355,942.90
2 2,208,356.13
3 4,199,579.18
Total : 6,763,878.22
Gambar III. 31. Peta Rencana Penambangan PT. Alam Bumi Karya Abadi