ABSTRAK
Daerah penelitian terletak di Sub-Cekungan Jambi yang merupakan salah satu cekungan produktif di Indonesia. Sampel
batuan induk pada daerah penelitian diambil dari Sumur Monpafe-1, Monpafe-2, dan Monpafe-3. Sampel minyak bumi
pada daerah penelitian diambil dari Sumur Monpafe-1. Identifikasi batuan induk dan minyak bumi menggunakan metode
geokimia hidrokarbon. Berdasarkan analisis geokimia, Sumur Monpafe-1 menunjukkan batuan induk yang efektif mulai
dari Formasi Talang Akar Atas (UTAF) hingga Formasi Lahat (LAF) dengan tipe kerogen III yang menghasilkan gas.
Sumur Monpafe-2 menunjukkan batuan induk yang efektif mulai dari Formasi Talang Akar Bawah (LTAF) hingga
Formasi Lahat (LAF) dengan tipe kerogen III yang menghasilkan gas. Sumur Monpafe-3 menunjukkan batuan induk
yang efektif mulai dari Formasi Gumai (GUF) bagian bawah dengan tipe kerogen II/III yang menghasilkan minyak/gas
dan Formasi Talang Akar Atas (UTAF) tipe kerogen III yang menghasilkan gas. Berdasarkan analisis biomarker, batuan
induk dan minyak bumi yang ada di Sumur Monpafe-1 menunjukkan korelasi negatif sehingga diinterpretasikan berasal
dari proses migrasi sumber lain yaitu sumber pembentuk hidrokarbon area Sumur Monpafe-3 Formasi Lahat atau Formasi
Talang Akar. Pemodelan sejarah pemendaman menunjukkan bahwa generasi minyak dimulai di Formasi Gumai (GUF)
dan Formasi Talang Akar Atas (UTAF) pada Miosen Awal.
ABSTRACT
The research area is located in the Jambi Sub-Basin, part of the South Sumatra Basin which is the most prolific
hydrocarbon-bearing basins in Indonesia. Source rock data were evaluated from Monpafe-1, Monpafe-2, and
Monpafe-3 wells. Oil data was evaluated from the Monpafe-1 well. The identification of the source rock and oil samples
were done by using the geochemical hydrocarbon method. Based on the geochemical analysis of source rock samples,
the Monpafe-1 well shows the effective source rock on Upper Talang Akar Formation (UTAF) to Lahat Formation (LAF)
and consists of kerogen type III which potential to generate gas. The Monpafe-2 well shows the effective source rock on
Lower Talang Akar Formation (LTAF) toLahat Formation (LAF) and consists of kerogen type III which potential to
generate gas. The Monpafe-3 well shows the effective rock on the lower part of Gumai Formation (GUF) and consists of
kerogen type II/III which potential to generate mixed oil/gas and Upper Talang Akar Formation (UTAF) with kerogen
type III which potential to generate gas. Based on biomarker analysis, the source rock sample shows a negative
correlation to the oil sample which interpreted as the migration of oil from another source rock, the oil kitchen of
Monpafe-3 well area, either from the Lahat Formation or Talang Akar Formation. Based on burial history modeling, the
oil generation began in Gumai Formation (GUF) and Upper Talang Akar Formation (UTAF) in the Early Miocene to
the present.
855
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
856
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
Setiadi et al., 2010). Selama fase ini, lapisan Pramudito dkk., 2021). Pada Miosen Tengah-
sedimen terendapkan di Sumatra mulai dari Pliosen Awal (10,5-1,6 Ma) menunjukkan
Paleozoikum Akhir dan pada Mesozoikum adanya pengangkatan Bukit Barisan dan terjadi
Awal-Tengah lapisan tersebut terangkat, pengendapan bersamaan dengan peristiwa
mengalami proses metamorfosis, patah, dan regresi (Kusnama dkk., 1993; A Caughey et al.,
terlipat membentuk blok atau jalur struktural 1996). Pliosen-Pleistosen terjadi pengangkatan
besar dan diintrusi oleh batolit granit lalu dan erosi yang lebih tinggi di Bukit Barisan
tersingkap di Bukit Barisan menjadi dasar atau bisa disebut puncak dari pengangkatan
Sumatra (De Coster, 1974). sehingga mengakibatkan ketidakselarasan
2. Tektonik Kapur Akhir-Tersier Awal lokal (Kusnama dkk., 1993). Berdasarkan
(Fase Ekstensional) Suhendan (1984) dalam Bishop (2001), selama
Sekitar 40-29 Ma terjadi megasikuen syn Pliosen hingga saat ini, terjadi kompresi pada
rift yang diawali oleh peregangan Lempeng batuan dasar, pembalikan cekungan dan sesar
Benua Australia ke arah timur dan Lempeng normal sehingga membentuk antiklin yang
Samudra India ke arah barat selama Eosen menjadi jebakan hidrokarbon utama di
hingga Oligosen menghasilkan sekuen horst cekungan tersebut.
dan graben berarah utara-selatan (Bishop, 2.3 Stratigrafi Regional
2001; Ginger & Fielding, 2005). Selanjutnya, Sub-Cekungan Jambi merupakan bagian
syn rift Cekungan Sumatra Selatan terhenti dari utara Cekungan Sumatra Selatan (A
karena termal litosfer kembali stabil Caughey et al., 1996). Formasi Lahat terdiri
mengalami sagging atau dalam periode tenang dari batupasir tufaan, konglomerat, breksi, dan
secara tektonik yang disebut megasikuen post batulempung (Anggota Kikim) secara selaras
rift (29-16 Ma) (A Caughey et al., 1996; Ginger terendapkan oleh serpih, batulanau, batupasir,
& Fielding, 2005). Selama post rift, terjadi dan batubara di lingkungan lakustrin air tawar
transgresi yang cukup lama membentuk hingga air payau (Anggota Benakat) (Ginger &
Formasi Talang Akar sehingga cekungan Fielding, 2005). Formasi Talang Akar terdiri
mengalami tingkat subsidence atau penurunan atas batupasir, batulanau, serpih, dan batubara
yang tinggi dan kenaikan muka air laut yang (Hutapea, 1981 dalam Bishop, 2001) Formasi
relatif tinggi hingga mencapai batas Gumai terdiri atas batulanau, batupasir, dan
maksimum pada 16 Ma dan mengakibatkan serpih laut yang mengandung banyak fosil
hampir seluruh cekungan tergenang (Ginger & dengan batugamping glaukonit tipis hasil dari
Fielding, 2005). transgresi maksimum singkat membentuk seal
3. Orogenesa Miosen Tengah-Resen (Fase regional yang luas (Ginger & Fielding, 2005);
Kompresi) Hutchinson, 1996 dalam Bishop, 2001).
Berdasarkan Kusnama dkk. (1993) dan Formasi Air Benakat tersusun dari
A Caughey et al. (1996) pada Miosen Tengah batulempung laut dengan glaukonit dan
(16-10 Ma) zona subduksi bergerak mikroforam yang melimpah, lapisan batupasir
mengakibatkan subduksi Lempeng Samudra pada bagian atas cekungan yang mengandung
India dan Lempeng Eurasia sehingga vulkaniklastik (A Caughey et al., 1996).
mengaktifkan kembali sesar normal yang telah Formasi Muara Enim terdiri dari batupasir,
diam sejak Miosen Awal menjadi sesar naik, lumpur, dan batubara (A Caughey et al., 1996;
terjadinya pembalikan graben cekungan Bishop, 2001). Formasi Kasai terdiri atas
membentuk lipatan-lipatan berarah relatif barat batupasir tufaan, batulempung, dan batupasir
laut-tenggara, dan Sesar Semangko vulkaniklastik (Kusnama dkk., 1993; A
berkembang (A Caughey et al., 1996;
857
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
858
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
Formasi Talang Akar Bawah (LTAF) memiliki Penentuan kematangan material organik
nilai Ro sebesar 0,86-0,92% yang pada Sumur Monpafe-2 dilakukan dengan
mengindikasikan kematangan material organik menganalisis parameter reflektansi vitrinit
puncak matang. Sementara itu, nilai Tmaks (Ro) (Gambar 10) dan Tmaks (Gambar 11)
berada pada rentang 461-473°C yang menunjukkan Formasi Gumai (GUF) memiliki
menunjukkan kematangan material organik nilai Ro sebesar 0,47-0,58% yang
berada pada kondisi matang akhir. Formasi mengindikasikan material organik yang belum
Lahat (LAF) mulai memasuki jendela gas pada matang. Namun, berdasarkan nilai Tmaks yang
kedalaman 2486 m dengan nilai Ro sebesar berada pada rentang 436-450°C, kematangan
1,33-1,38% yang mengindikasikan material organik berada pada kondisi matang
kematangan material organik berada pada awal, yaitu pada kedalaman 888 m (jendela
kondisi matang akhir dan nilai Tmaks berada minyak). Formasi Talang Akar Atas (UTAF)
pada rentang 448-457°C yang menunjukkan dengan nilai Ro sebesar 0,56-0,62%
kematangan material organik berada pada mengindikasikan kematangan material organik
kondisi matang akhir. yang belum matang. Sementara itu, nilai
Maka dari itu, hasil analisis evaluasi batuan Tmaks berada pada rentang 447-454°C yang
induk terhadap Sumur Monpafe-1 menunjukkan kematangan material organik
menunjukkan batuan induk yang efektif mulai pada puncak matang. Formasi Talang Akar
dari UTAF hingga LAF. Sedangkan GUF Bawah (LTAF) mulai memasuki jendela
berpotensi menjadi batuan induk (Peters & minyak pada kedalaman 1618 m dengan nilai
Cassa, 1994). Ro sebesar 0,82-0,98% yang mengindikasikan
4.1.2 Sumur Monpafe-2 kematangan material organik pada puncak
Hasil dalam penentuan kuantitas dan matang. Sementara itu, nilai Tmaks berada
kualitas material organik pada Sumur pada rentang 468-470°C yang menunjukkan
Monpafe-2 (Gambar 9) menunjukkan pada kematangan material organik pada matang
Formasi Gumai (GUF) memiliki nilai TOC akhir. Formasi Lahat (LAF) memiliki nilai Ro
dengan rentang 0,52-1,16% yang sebesar 1,01-1,16% yang menunjukkan
menunjukkan kuantitas cukup dengan nilai HI kematangan material organik berada pada
sebesar 92-280 mg HC/gTOC yang kondisi matang akhir dan nilai Tmaks berada
menunjukkan tipe kerogen III penghasil gas. pada rentang 450-473°C yang menunjukkan
Formasi Talang Akar Atas (UTAF) memiliki kematangan material organik pada matang
nilai TOC dengan rentang 0,5-0,6% yang akhir.
menunjukkan kuantitas cukup dengan nilai HI Maka dari itu, hasil analisis evaluasi batuan
sebesar 100-170 mg HC/gTOC yang induk terhadap Sumur Monpafe-2
menunjukkan tipe kerogen III penghasil gas. menunjukkan batuan induk yang efektif mulai
Formasi Talang Akar Bawah (LTAF) memiliki dari LTAF hingga LAF. Sedangkan GUF
nilai TOC dengan rentang 2,13-2,42% yang hingga UTAF menunjukkan batuan induk yang
menunjukkan kuantitas sangat baik dengan potensial (Peters & Cassa, 1994).
nilai HI sebesar 128-136 mg HC/gTOC yang 4.1.3 Sumur Monpafe-3
menunjukkan tipe kerogen III penghasil gas. Hasil dalam penentuan kuantitas dan
Formasi Lahat (LAF) memiliki nilai TOC kualitas material organik pada Sumur
dengan rentang 0,52-5,18% yang Monpafe-3 (Gambar 12) menunjukkan pada
menunjukkan kuantitas sangat baik dengan Formasi Recent memiliki nilai TOC dengan
nilai HI sebesar 107-155 mg HC/gTOC yang rentang 0,54-0,68% yang menunjukkan
menunjukkan tipe kerogen III penghasil gas. kuantitas cukup dengan nilai HI sebesar 99-100
859
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
mg HC/gTOC yang menunjukkan tipe kerogen Sedangkan, berdasarkan nilai Tmaks berada
III penghasil gas. Formasi Air Benakat (ABF) pada rentang 331-433°C yang menunjukkan
memiliki nilai TOC dengan rentang kematangan material organik belum matang.
0,38-2,12% yang menunjukkan kuantitas Formasi Talang Akar Atas (UTAF) mulai
cukup dengan nilai HI sebesar 52-168 memasuki jendela gas pada kedalaman 2910 m
mg HC/gTOC yang menunjukkan tipe kerogen dengan nilai Ro sebesar 0,96-2,53% yang
III penghasil gas. Formasi Gumai (GUF) mengindikasikan kematangan material organik
memiliki nilai TOC dengan rentang 0,36- berada pada kondisi pasca matang. Sementara
1,15% yang menunjukkan kuantitas cukup itu, nilai Tmaks berada pada rentang 368-
dengan nilai HI sebesar 98-524 mg HC/gTOC 517°C yang menunjukkan kematangan
yang menunjukkan tipe kerogen II/III material organik berada pada kondisi matang
penghasil campuran minyak dan gas. Formasi awal. Formasi Talang Akar Bawah (LTAF)
Talang Akar Atas (UTAF) memiliki nilai TOC tidak didapatkan nilai Ro sehingga tidak dapat
dengan rentang 0,36-1,25% yang diketahui tingkat kematangannya. Namun,
menunjukkan kuantitas cukup dengan nilai HI berdasarkan nilai Tmaks, yaitu 390-423°C
sebesar 66-330 mg HC/gTOC yang menunjukkan kematangan material organik
menunjukkan tipe kerogen III penghasil gas. belum matang.
Formasi Talang Akar Bawah (LTAF) memiliki Maka dari itu, hasil analisis evaluasi batuan
nilai TOC dengan rentang 0,59-2,85% yang induk terhadap Sumur Monpafe-3
menunjukkan kuantitas baik dengan nilai HI menunjukkan batuan induk yang efektif mulai
sebesar 52-432 mg HC/gTOC yang dari GUF bagian bawah hingga UTAF.
menunjukkan tipe kerogen III penghasil gas. Sedangkan Formasi Recent, ABF, GUF bagian
Penentuan kematangan material organik atas, dan LTAF menunjukkan batuan induk
pada Sumur Monpafe-3 dilakukan dengan yang potensial (Peters & Cassa, 1994).
menganalisis parameter reflektansi vitrinit
(Ro) (Gambar 13) dan Tmaks (Gambar 14) 4.2 Korelasi Batuan Induk dan Minyak
menunjukkan Formasi Recent memiliki nilai Bumi
Ro sebesar 0,39% yang mengindikasikan 4.2.1 Analisis Biomarker Batuan Induk
kematangan material organik belum matang Analisis biomarker yaitu mendata
dan Tmaks berada pada rentang 419-422°C biomarker alkana normal dan isoprenoida
yang menunjukkan kematangan material dengan memvisualisasikan perbandingan nilai
organik belum matang. Formasi Air Benakat Pristana/nC17 dengan Fitana/nC18 dan
(ABF) memiliki nilai Ro sebesar 0,31-0,45% perbandingan nilai Pristana/nC17 dengan rasio
yang mengindikasikan kematangan material Pristana/Fitana berdasarkan klasifikasi Bissada
organik belum matang dan Tmaks berada pada et al. (1993) dalam bentuk diagram plot.
rentang 416-429°C yang menunjukkan Berdasarkan diagram plot perbandingan nilai
kematangan material organik belum matang. Pristana/nC17 dengan Fitana/nC18 (Gambar
Kematangan material organik pada Formasi 15) menunjukkan sampel batuan induk pada
Gumai (GUF) terbagi menjadi dua yaitu pada Formasi Gumai (GUF) berasal dari material
bagian atas formasi memiliki nilai Ro sebesar organik campuran alga/bakteri dengan
0,32-0,6% yang mengindikasikan material tumbuhan tingkat tinggi pada lingkungan
organik yang belum matang dan bagian bawah pengendapan transisi dalam kondisi reduksi.
formasi, yaitu pada kedalaman 2190 m Hal ini juga ditunjukkan pada Formasi Talang
memiliki nilai Ro sebesar 0,7-0,86% yang Akar Bawah (LTAF) namun pada sampel di
mengindikasikan material organik memasuki kedalaman 2114-2116 meter menunjukkan
jendela minyak pada puncak matang. kondisi yang oksidasi. Sedangkan pada
860
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
861
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
862
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
Berdasarkan trisiklik triterpana, pada sampel Berdasarkan Ginger & Fielding (2005) dan
minyak bumi ditemukan nilai karbon C19 dan Doust & Noble (2008), hidrokarbon pada
C20 (diwakili oleh nomor pik 7 dan 8) yang batuan induk di Sub-Cekungan Jambi
lebih kecil daripada nilai karbon C23 (diwakili umumnya berasal dari Formasi Lahat dan
oleh nomor pik 10) sehingga mengindikasikan Formasi Talang Akar yang memiliki
bahwa material organik berasal dari karakteristik material organik dari lingkungan
lingkungan laut. Berdasarkan pentasiklik lakustrin hingga paralik dengan litologi
triterpana, pada sampel minyak bumi dominan berupa serpih.
ditemukan nilai gamaserana yang
mengindikasikan material organik alga/bakteri 4.3 Sejarah Pemendaman
yang berasal dari lingkungan laut. Berdasarkan pemodelan 1D sejarah
Tahap selanjutnya mendata isotop karbon pemendaman, maka ditunjukkan bahwa Sumur
dengan memvisualisasikan perbandingan nilai Monpafe-1 (Gambar 27) menunjukkan batuan
aromatik dan saturat sampel minyak bumi. induk yang memasuki awal kematangan di
Berdasarkan klasifikasi Bissada et al. (1993) GUF pada kedalaman ± 1400 meter pada umur
dalam bentuk diagram yang ditunjukkan pada Miosen Awal (± 22,5 Ma). Sumur Monpafe-2
Gambar 26 mengindikasikan bahwa sampel (Gambar 28) menunjukkan batuan induk yang
minyak bumi berasal dari material organik alga memasuki awal kematangan di UTAF pada
laut/non-laut. kedalaman ± 1700 meter pada umur Miosen
Tahap selanjutnya menentukan tingkat Awal (± 16 Ma). Sumur Monpafe-3 (Gambar
kematangan. Berdasarkan nilai CPI sampel 29) menunjukkan batuan induk yang
minyak bumi yaitu 0,97 menunjukkan angka memasuki awal matang hingga puncak matang
mendekati 1 sehingga mengindikasikan sampel di GUF pada kedalaman ± 1600 meter pada
sudah memasuki tingkat kematangannya. Hal umur Miosen Awal (± 21 Ma). Hal tersebut
tersebut diperkuat oleh parameter biomarker menunjukkan Formasi Talang Akar dan
triterpana rasio C30moretana/hopana yaitu Formasi Lahat merupakan formasi yang
0,11, maka dapat diinterpretasikan sampel berpotensi sebagai batuan induk paling efektif.
batuan induk mencapai tingkat
kematangannya.
Berdasarkan analisis GC, GC-MS, dan 5. KESIMPULAN
isotop karbon, maka dapat dinyatakan bahwa 1. Hasil evaluasi batuan induk pada Sumur
minyak bumi pada Sumur Monpafe-1 berasal Monpafe-1 menunjukkan batuan induk
dari material organik alga/bakteri di efektif pada UTAF, LTAF, dan LAF.
lingkungan laut dan sudah mencapai tingkat Sedangkan batuan induk potensial pada
kematangannya. GUF. Sumur Monpafe-2 menunjukkan
Maka, dapat disimpulkan bahwa minyak batuan induk efektif pada LTAF dan LAF.
bumi yang terdapat di Sumur Monpafe-1 Sedangkan batuan induk potensial pada
berkorelasi negatif dengan batuan induk di GUF dan UTAF. Sumur Monpafe-3
Sumur Monpafe-1 karena memiliki asal menunjukkan batuan induk efektif pada
material organik dari lingkungan pengendapan GUF bagian bawah dan UTAF. Sedangkan
yang berbeda dengan batuan induk meskipun batuan induk potensial pada Formasi
memiliki tingkat kematangan yang sama Recent, ABF, GUF bagian atas, dan LTAF.
sehingga diinterpretasikan berasal dari proses Pada ketiga sumur tersebut, diindikasikan
migrasi sumber sumur lain yaitu berasal dari memiliki tipe kerogen III yang
Formasi Lahat atau Formasi Talang Akar. menghasilkan gas kecuali GUF pada Sumur
863
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
864
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
865
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
866
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
867
Gambar 7. Diagram plot nilai kedalaman dengan Ro pada Sumur Monpafe-1
Gambar 8. Diagram plot nilai kedalaman dengan Tmaks pada Sumur Monpafe-1
855
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
Gambar 11. Diagram plot nilai kedalaman dengan Ro pada Sumur Monpafe-2
Gambar 10. Diagram plot nilai kedalaman dengan Tmaks pada Sumur Monpafe-2
Gambar 12. Diagram plot nilai HI dengan TOC pada Sumur Monpafe-3
869
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
Gambar 14. Diagram plot nilai kedalaman dengan Ro pada Sumur Monpafe-3
Gambar 13. Diagram plot nilai kedalaman dengan Tmaks pada Sumur Monpafe-3
Gambar 15. Diagram nilai Pristana/nC17 dengan Fitana/nC18 pada sampel batuan induk
870
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
Pristana Pristana
Fitana Fitana
Pristana Pristana
Fitana Fitana
Gambar 17. Sidik jari kromatografi gas n-alkana pada sampel batuan induk Sumur Monpafe-1
871
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
Oleanana
Sampel Batuan Induk Sampel Batuan Induk
Monpafe-1 Monpafe-1
Formasi GUF Formasi LTAF
Kedalaman 1262-1264 m Pentasiklik triterpana Kedalaman 2160-2162 m Oleanana
Pentasiklik triterpana
Tri-/tetrasiklik triterpana
Tm
Ts
Tri-/tetrasiklik triterpana C19
Ts
C20 C23
Tm
C23
C19 C20
Ts
Tm Oleanana
C23 Gamaserana
C20
C19
Gambar 19. Sidik jari kromatografi gas-spektrometri massa triterpana pada sampel batuan induk
di Sumur Monpafe-1
872
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
Pristana
Fitana
Pr/Ph : 6,47
Gambar 23. Sidik jari kromatografi gas n-alkana pada sampel minyak bumi Sumur
Monpafe-1
873
Evaluasi dan Korelasi Batuan Induk-Minyak Bumi Berdasarkan Analisis Geokimia Hidrokarbon di Lapangan SP, Sub-Cekungan Jambi
(Shalsya)
Ts
Tri-/tetrasiklik triterpana
Tm
C23 Gamaserana
C19 C20
Gambar 25. Sidik jari kromatografi gas-spektrometri massa pada sampel minyak bumi
Sumur Monpafe-1
874
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 6, No. 3, Juni 2022: 855-875
875