Anda di halaman 1dari 15

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Lapangan


Secara geografis Lapangan “SEI” berada di sub-cekungan Jambi,
Cekungan Sumatera Selatan. Secara fisiografis termasuk dalam wilayah
Kabupaten Muaro Jambi, Propinsi Jambi, ±10 Km arah tenggara dari Kota Jambi.

Gambar 2.1. Tektonik Regional Cekungan Sumatera Selatan

6
7

Sumber: Ginger and Fielding (2005)


Sub-cekungan ini adalah jenis cekungan belakang busur (back-arc basin)
yang di bagian utara dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh, bersebelahan dengan
Pegunungan Duabelas yang memisahkan sub-cekungan Jambi dengan cekungan
Sumatra Tengah. Ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Sempilang dan sub-
cekungan Palembang Tengah, ke arah timurlaut dibatasi oleh Tinggian Lupak dan
ke arah timur diperkirakan melampar sampai ke arah selat Malaka.

2.1.1 Data Sumur

 Nama Lokasi : SEI


 Nama Sumur : BD
 Daerah / Region : Muaro Jambi / Propinsi Jambi
 Klasifikasi Sumur : Produksi
 Jenis Sumur : Vertikal
 Casing : Casing 13-3/8”, K-55, 61 ppf, BTC, R3 @ 0
- 98.61 m.
Casing 9-5/8", K-55, 36 ppf, BTC, R3 @ 0 -
806,62 m. TOL 7" @702.39 m.
Liner 7”, K-55, 23ppf, BTC, R3 @ 1643.27
mKB.
 TD : 1645m
 Interval Perforation : 1432m (up), 1436m (down)
 Tubing : 3 ½”, 149Jts
 Sucker rod : 7/8”, 101Jts

2.1.2 Stratigrafi

Stratigrafi cekungan Sumatera Selatan akan dijelaskan secara


kronostratigrafi agar penamaan litostatigrafi yang berbeda-beda dapat dengan
mudah dipahami.
8

Gambar 2.2. Stratigrafi Regional Cekungan Sumatera Selatan

Sumber: Ginger & Fielding (2005)


9

Sungai Gelam

Gambar 2.3. Paleogeografi Formasi Air Benakat yang berumur Miosen Tengah –
Akhir
Sumber: Ginger & Fielding (2005)
10

 Komplek Pra Tersier


Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari Cekungan
Sumatera Selatan dan Cekungan Sumatera Tengah. Tersusun atas batuan beku
Mesozoikum, batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum, dan batuan
karbonat. Pada beberapa tempat, hasil dating menunjukkan bahwa beberapa
batuan berumur Kapur Akhir sampai Paleosen-Eosen Awal. Batuan metamorf
Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen mengalami perlipatan dan
pensesaran akibat intrusi batuan beku selama episode orogenesa Mesozoikum
Tengah (Mid-Mesozoikum).
 Eosen Akhir – Oligosen Tengah (Formasi Lemat/Lahat)
Pengendapan sedimen di Cekungan Sumatera Selatan dimulai selama
Eosen – Oligosen Awal (De Coster, 1974). Batuan tertua yang ditemukan di
Cekungan Sumatera Selatan berumur Mesozoikum dan Paleozoikum, yang
terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, breksi, dan batulempung, serta
tersingkap di Gunung Gumai sebelah baratdaya Lahat. Endapan tersebut
diidentifikasikan sebagai Formasi Tuff Kikim yang selaras dengan shale,
batulanau, batupasir dan batubara yang diendapkan di lakustrin dan lakustrin
marginal (Anggota Benakat).
 Oligosen Akhir – Miosen Awal (Formasi Talang Akar)
Pada masa ini lingkungan pengendapan yang berkembang adalah
fluviatil dan delta. Memiliki pola braided di bagian proximal hingga sabuk
meander di bagian distal. Pada Miosen Awal lingkungan pengendapan fluviatil
berubah menjadi delta, marginal marine dan laut dangkal hingga laut dalam
sering dengan terjadinya proses transgresi. Pada masa ini litologinya terdiri
dari batupasir yang berasal dari delta plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa
tufaan dengan sisipan batulempung karbonan, konglomerat, dan lapisan tipis
batubara di beberapa tempat (Formasi Talang Akar). Berdasarkan zona
foraminifera planktonik dari sistem zonasi foraminifera planktonik Banner dan
Blow meliputi N.3 (P.22), N.7 dan sebagian N.5. Pada beberapa sumur yang
telah dianalisis menunjukkan bahwa foraminifera planktonik pada Formasi
Talang Akar berhubungan dengan delta plain dan shelf.
11

 Miosen Awal (Formasi Batu Raja)


Transgresi laut berlanjut di Miosen Awal dengan terendapkannya
shale laut dalam pada area graben, dan kondisi laut dangkal pada tinggian
intra-basinal. Batuan karbonat mulai berkembang pada masa ini dn
menghasilkan endapan batugamping di kedua platform pada tepi cekungan, dan
sebagai reef pada tinggian subtle intra-basinal. Kualitas batuan karbonat yang
bagus banyak terdapat di bagian selatan cekungan, namun semakin jarang di
sub-cekungan Jambi ke arah utara. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
suplai sedimen ke arah utara (Ginger and Fielding, 2005).
 Miosen Awal – Tengah (Formasi Gumai)
Transgresi laut terus berlanjut selama Miosen Awal sehingga
diendapkan marine shale, batulanau dan batupasir (Formasi Gumai) namun
jarang ditemukan batuan karbonat pada puncak tinggian basement. Pada
puncak trangresi, pengendapan laut terbuka, glaukonit pada shale Gumai
mendominasi keseluruhan cekungan sehingga menjadi sebaran tutupan (seal)
regional. Kemudian terjadi progradasi sedimen deltaik sehingga merubah
lingkungan pengendapan menjadi transisi hingga laut dangkal menggantikan
shale laut terbuka.
 Miosen Tengah (Formasi Air Benakat)
Setelah terjadinya progradasi seluruh laut dalam secara perlahan
tergantikan oleh lingkungan pengendapan laut dangkal dan marginal marine,
menghasilkan reservoar batupasir laut dangkal dengan kualitas yang bagus
pada cekungan Sumatra Selatan. Di bagian tepi cekungan, akibat dari aktifitas
Pegunungan Barisan terbentuklah kondisi marginal marine hingga coastal plain
(Gambar 2.3.).
 Miosen Akhir (Muara Enim)
Pada masa ini aktivitas vulkanik semakin meningkat dan munculnya
Pegunungan Barisan di bagian barat sebagai sumber utama pengendapan
sedimen. Di interval formasi Muara Enim terbentuk lingkungan pengendapan
fluvial-delta dan coastal swamp, namun tidak terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa marine shale tersebar secara regional (Ginger and Fielding, 2005).
12

 Pliosen – Pleistosen (Formasi Kasai)


Aktivitas vulkanik Pegunungan Barisan masih tetap aktif pada Pliosen
sehingga mengakibatkan komponen vulkaniklastik meningkat dan terjadi
regresi di seluruh Sumatra Selatan. Sedimen yang terbentuk adalah batupasir
tuffan, lempung dan kerakal, serta lapisan tipis batubara (Formasi Kasai).
Formasi ini diendapkan selama orogenesa pada Plio-Pleistosen dan dihasilkan
dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Gunung Tigapuluh. Formasi ini
berbentuk antiklin.

2.2 Artificial Lift


Suatu sumur dapat berproduksi dengan dua cara yaitu dengan metode
sembur alam (natural flow) atau dengan metode pengangkatan buatan (Artificial
Lift). Metode sembur alam merupakan suatu metode dimana tekanan reservoir
lebih tinggi dari tekanan hidrostatik dalam sumur sehingga fluida dari dalam
reservoir dapat mengalir hingga permukaan, namun dalam metode pengangkatan
buatan tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan Hidrostatik dalam sumur,
sehingga dengan kata lain sudah tidak dapat mengalirkan fluida secara alami, hal
ini akan menyebabkan sumur tidak berproduksi lagi. Maka untuk menjaga agar
sumur tetap berproduksi diperlukan metode untuk pengangkatan buatan (Artificial
Lift).

Artificial Lift adalah mekanisme pengangkatan sejumlah fluida/minyak


dari dalam sumur kepermukaan dengan bantuan peralatan (pompa) karena tekanan
dari sumur (reservoir pressure) itu sendiri tidak mampu lagi mendorong fluida
keatas/kepermukaan.
13

2.3 Jenis Artificial Lift

Ada beberapa jenis Artificial Lift yang biasa dipakai dalam kegiatan
produksi minyak dan gas, diantaranya:
1. gas lift
2. sucker rod pump (SRP)
3. electrical submersible pump (ESP)
4. hydraulic pump unit (HPU) &
5. progressive cavity pump (PCP).

Gambar 2.4. Artificial Lift Methods

Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 FIELD Jambi (2016)


14

2.4 Komponen – Komponen Sucker Rod Pump

Sucker rod pump memiliki komponen-komponen dengan cara kerja yang


berkesinambungan. Antara lain:

a. Prime motor/Elmot (Motor penggerak )


Merupakan penggerak utama yang berfungsi untuk menyediakan
energy mekanis yang pada akhirnya di transmisikan kepompa dan
digunakan unutk pengangkatan fluida.
b. Gear reducer/Gear Box
Terdiri atas susunan roda gigi, yang mana berfungsi untuk
memperlambat kecepatan putar dari Prime motor yang sangat tinggi untuk
mendapatkan Stroke Per Minute yang di inginkan sesuai desain pompa.
c. Crank Arm
Crank arm menghubungkan sumbu putaran rendah yang keluar dari
gear box yang berputar 360 derajat. Lubang pada Crank juga sebagai tempat
kedudukan crank pin bearing yang menghubungkan crank dengan pitman,
dan tempat merubah panjang langkah pompa. Crank arm juga sebagai
tempat dari kedudukan counter weight.
d. Pitmen dan Pitman Bearing
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada
pitmen bearing. Fungsinya adalah mengubah dan meneruskan gerak putar
menjadi gerak bolak-balik naik turun. Sedangkan pitman bearing merupakan
komponen untuk memperhalus kerja pitman saat berotasi.
e. Walking Beam dan Center (Saddle Bearing)
Merupakan tangkai horizontal yang terletak dibelakang horse head.
Fungsinya meneruskan gerak naik turun yang dihasilkan oleh pasangan
pitmen counter balance, kerangkain pompa di dalam sumur melalui tangkai
rod. Sedangkan Saddle Bearing berfungsi untuk menghubungkan Walking
Beam dengan Samson Post serta memperhalus pergerakan naik turunnya
Walking Beam.
15

f. Horsehead
Merupakan gerak dari walking beam ke unit pompa kedalam sumur
melalui bridle polished rod dan sucker rod string atau kepala darl walking
beam yang menyerupai kepala kuda dengan bentuk 1/8 lingkaran agar
gerakan Rod string naik turun tetap senter dengan lubang sumur.
g. Bridle
Bridle berupa sepasang kabel baja yang dihubungkan dengan Horse
Head, berfungsi sebagai tali penghubung Carrier Bar.
h. Stuffing box
Dipasang di atas kepala sumur (well head) berfungsi sebagai
pencegah atau menahan minyak agar tidak menyembur keluar bersama-
sama dengan naik turunnya polished rod sehingga aliran dapat di atur ke
flow line. Didalam stuffing box terdapat packing untuk menahan bocoran
minyak.
i. Polished rod
Merupakan stang penghubung antara rangkaian sucker rod di bawah
permukaan dengan perangkat pumping unit di permukaan. Polished Rod di
perlukan hanya satu batang saja pada unit sucker rod pump tetapi polished
rod mempunyai kekuatan yang melebihi sucker rod karena polished rod
menahan bebean maksimum seluruh rangkaian sucker rod.
j. Counter weight
Merupakan sepasang pemberat yang berada di Crank, berjumlah
empat buah dan dipasang masing-masing dua buah pada tiap Crank.
Berfungsi memberikan efek Balance pada satu siklus pemompaan.
k. Brake
Berfungsi untuk menghentikan gerak Pumping Unit jika sewaktu-
waktu di butuhkan, misalnya pada saat akan dilakukan perbaikan atau
perawatan sumur.
l. Base
Base mempunyai ukuran relative besar yang berfungsi sebagai tempat
kedudukan dasar pumping unit.
16

m. Equalizer dan Equailzer Bearing


Merupakan alat yang menghubungkan dua Pitmen supaya gerakan
kedua pitmen tersebut menjadi sama. Sedangkan equalizer bearing adalah
komponen untuk memperhalus pergerakan dari equalizer.
n. Samson Post
Merupakan kaki penyangga atau penompang walking beam.
o. V-Belt dan V-Belt Cover
V-Belt merupakan komponen berbentuk rantai karet yang meneruskan
gerak dari Prime Mover ke Gear Box. Sedangkan Cover merupakan penutup
V-Belt yang meneruskan putaran mesin (Prime Motor) ke Gear Reducer. V-
Belt harus dalam kondisi tertutup untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja
p. Carrier Bar
Merupakan batang besi yang menjadi penyambung antara Polished
Rod dengan bridle block.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Sucker Rod Pump


Setiap penggunaan suatu jenis Artificial Lift, banyak kelebihan yang bisa
diambil karena tujuan penggunaan Artificial Lift sudah pasti untuk memudahkan
pekerjaan dalam kegiatan produksi minyak dan gas Bumi. Namun tentu saja tidak
lepas dari beberapa kekurangan-kekurangan yang harus kita sikapi dengan cermat
karena bagaimanapun juga perencanaan awal terhadap suatu sumur sudah pasti
telah diperhitungkan dengan matang apa saja yang harus dipersiapkan, maka dari
itu hasil yang didapat pun pasti menerangkan bahwa keputusan yang diambil akan
menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dibanding kerugiannya.

2.5.1 Kelebihan Menggunakan Sucker Rod Pump

Kelebihan sucker rod pump dalam penggunaannya pada sumur produksi


dibandingkan dengan menggunakan Artificial Lift lainnya, yaitu:
1. Design sistem relatif sederhana
17

2. Efisien, sederhana dan mudah untuk dioperasikan


3. Dapat memompa sumur untuk tekanan yang rendah
4. Dapat melakukan pengangkatan untuk temperatur tinggi dan fluida viscous
5. Mempunyai pompa dengan dua valve yang memompa pada upstroke dan
downstroke
6. Dapat menggunakan gas atau electric sebagai sumber tenaga
7. Penanganan problem korosi dan scale dapat dilakukan dengan mudah
8. Tersedia dalam berbagai ukuran
9. Sesuai untuk lubang sumur yang kecil dan multiple completion
10. Monitoring dari jauh dapat dilakukan bila pompa mati
11. Dapat menggunakan gas atau listrik sebagai sumber tenaga penggerak

2.5.2 Kekurangan Menggunakan Sucker Rod Pump

Sedangkan dari sekian banyak kelebihan, kekurangan yang perlu diketahui


dalam menggunakan Artificial Lift jenis sucker rod pump adalah :

1. Tidak dapat digunakan untuk lubang sumur yang miring


2. Tidak ekonomis untuk sumur-sumur yang berproduksi besar
3. Sucker rod mempunyai keterbatasan untuk sumur yang dalam
4. Tidak dapat digunakan pada offshore operation
5. Keterbatasan downhole pump design pada diameter casing yang kecil
6. Production solids yang tinggi dapat menyebabkan banyak permasalahan.
7. Membutuhkan lahan yang luas untuk penempatan pompa, semakin besar
unit pompa semakin luas pula lahan yang dibutuhkan.

2.6 Prinsip Kerja Sucker Rod Pump


Mekanisme kerja dari sucker rod pump merupakan proses kerja dari
keseluruhan komponen yang terdapat pada pompa tersebut. Cara kerjanya yaitu:

1. Gerak utama (prime mover) akan menghasilkan gerak rotasi, selanjutnya


gerak ini akan diubah menjadi gerak naik turun oleh system pitman crank
assembly. Selanjutnya gerak ini akan melalui walking beam dan diteruskan
18

ke horse head dan dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan
plunger yang berada di dalam sumur.
2. Instalasi pumping unit di atas permukaan dihubungkan dengan instalasi
pompa yang berada di dalam sumur oleh sytem sucker rod, sehingga gerak
lurus naik turun dari horse head akan dipindahkan ke plunger pompa, dan
plunger ini ikut bergerak naik turun dalam barrel pompa.
3. Pada saat upstroke, punger akan bergerak ke atas (up stroke) dimana
traveling valve menjauhi standing valve, sehingga menyebabkan traveling
valve akan tertutup dikarenakan adanya tekanan dari fluida yang berada di
atasnya, fluida tersebut dapat terangkat dan keluar melalui pipa. Pada saat
plunger bergerak ke atas, tekanan di dalam barrel akan berkurang sampai
dengan tekanan vacum, sehingga tekanan formasi akan membuka standing
valve dan fluida akan masuk ke dalam barrel.
4. Pada saat proses down stroke, standing valve akan tertutup karena tekanan
cairan yang berada di atasnya serta pengaruh dari berat bola-bola itu sendiri,
sedangkan pada traveling valve akan terbuka dan terdorong oleh cairan yang
berada di dalam barrel, kemudian liquid tersebut akan masuk kedalam
tubing dan terangkat karena gerakan pompa dipermukaan. Proses ini akan
terus berlanjut sampai pipa terisi oleh fluida dan bergerak ke atas
permukaan.

2.7 Klasifikasi Ukuran Sucker Rod Pump


Sucker rod pump merupakan pompa yang memiliki banyak ragam, merk,
dan tipe serta ukuran yang berbeda-beda. Antara lain:

1. Bukaka dengan tipe ( 456,228, C 456 DM, D 160, C 57, 320 )


2. Churchill dengan tipe ( 228, 456, 320, C57 )
3. Gigatech dengan tipe ( 228, 456 )
4. Lufkin dengan tipe( 456, C 160 D, C 228 D, C 114 D, 57 D )
5. Thomassen dengan tipe ( 730 CF’ 730 BF, C 57 DC )
6. Mark II dengan tipe ( C 228 CF)
19

2.8 Kriteria Pemilihan Awal Untuk Lifting Selection


Dalam menentukan metode Artificial Lift apa yang akan
digunakan/diterapkan pada suatu sumur, maka perlu dilakukan penetapan melalui
proses penelitian, apakah sumur tersebut cocok untuk digunakan/diterapkan
Artificial Lift atau tidak secara ekonomis. Kemudian sumur tersebut dipelajari
hal-hal utama yang berkenaan dengan profil sumur.

2.9 Konsiderasi Dari Pengaplikasian Sistem Sucker Rod Pump


Konsiderasi dari pengaplikasian sistem sucker rod pump merupakan
gambaran terhadap kinerja pompa dengan kondisi sumur yang kemungkinan
memiliki beberapa peringatan/masalah. Berikut ini Gambar 2.5. yang merupakan
gambaran konsiderasi tersebut.

Gambar 2.5. Konsiderasi Dari Pengaplikasian Sistem Pemompaan Sucker Rod


Pump
Sumber: PT. Pertamina EP Asset 1 FIELD Jambi (2016)

2.10 Dynamometer
Dynagraph atau Dynamometer adalah suatu pekerjaan untuk mengetahui
kinerja pompa angguk sucker rod pump dengan peralatan yang disebut
20

dynamometer. Dynamometer sendiri pada prinsipnya adalah alat pengukur beban


pada polished rod yang merupakan batang paling atas dari rangkaian pompa.

Secara umum terdapat dua tipe dynamometer yaitu yang mengukur beban
secara langsung dan yang mengukur beban secara tidak langsung. Peralatan yang
umum dipakai adalah produk LEUTERT dengan teknik manual dan hasil
pengukuran pada card pump (kartu pompa) harus di ukur dengan mistar khusus
sehingga bisa diketahui beban maksimum dan minimum rangkaian pompa +
beban cairan atau fluida, beban puncak polished rod dan lain-lain.

Peralatan digital yang umum dipakai adalah produk ECHOMETER


dengan Transducer yang dipasang dan di koneksikan ke laptop sehingga hasil
dapat terukur dan terbaca langsung pada layar.

Anda mungkin juga menyukai