Anda di halaman 1dari 9

TEKTONOSTRATIGRAFI PADA SUB-CENKUNGAN JAMBI,

CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DIANALISIS DENGAN


MENGGUNAKAN DATA SEISMIK 2D
Rastra Yandra Satya Nugraha¹
¹Program Studi Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya,Palembang

03071382126065@student.unsri.ac.id

SARI
Dalam cekungan Sumatera Selatan, struktur geologi sangat mempengaruhi
pengendapan sedimen pada fase pre-rift, syn-rift, dan post-rift. Terdapat empat
periode struktur yang memengaruhi cekungan Sumatera Selatan dan penelitian
dilakukan di Sub Cekungan Jambi. Teknik analisis stratigrafi, geologi struktur, dan
periode tektonik digunakan untuk menghasilkan tektonostratigrafi daerah
penelitian, dengan data seismik 2D dan tiga data sumur sebagai dasar analisis. Hasil
analisis menunjukkan bahwa stratigrafi daerah penelitian terdiri dari empat formasi,
yaitu Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, dan Formasi Air
Benakat. Struktur geologi pada fase syn-rift dan fase post-rift memiliki jenis dan
pola yang berbeda. Pada fase syn-rift, struktur sesar normal membentuk half graben
pembentuk cekungan dengan gaya dominan berarah Barat Laut - Tenggara,
sementara pada fase post-rift, terdapat sesar normal dan sesar naik hasil dextral
wrenching dan sagging, serta hasil detachment dari inversi dengan gaya yang
berkembang dengan orientasi dominan berarah Timur Laut - Tenggara. Berdasarkan
data yang ada, tektonostratigrafi daerah penelitian dapat diperkirakan dari zaman
Jurasik Awal sampai Tersier Akhir pada kala Miosen Akhir.
Kata Kunci: Cekungan Sumatera Selatan, Sub Cekungan Jambi, Fase Inversi,
dextral wrenching, Periode Tektonik, Tektonostratigrafi

PENDAHULUAN cekungan tersebut dengan Cekungan


Sunda, serta Pegunungan Dua Belas
Secara Fisiografis Cekungan
dan Pegunungan Tiga Puluh di
Sumatra Selatan merupakan
sebelah baratlaut yang memisahkan
cekungan Tersier asimetris berarah
Cekungan Sumatra Selatan dengan
baratlauttenggara, dibatasi Sesar
Cekungan Sumatra Tengah. Dimensi
Semangko dan Bukit Barisan di
maksimum dari Cekungan Sumatra
sebelah barat daya, Paparan Sunda di
Selatan diperkirakan mencapai
sebelah timurlaut, Tinggian Lampung
117.000 km2 (De Coster, 1974).
di sebelah tenggara yang memisahkan
Cekungan Sumatera Selatan

1
merupakan cekungan belakang busur kaki. Tingginya laju subsidence dan
yang berada di sepanjang tepian kenaikan muka air laut yang relative
Paparan Sunda, terbentuk akibat tinggi menghasilkan transgresi pada
tumbukan antara Lempeng Samudera cekungan hingga maksimal terjadi
Hindia dan Lempeng Benua Eurasia. saat 16 Ma yang lalu dengan
terjadinya banjir di seluruh cekungan.
Menurut Ginger and Fielding
Melambatnya laju subsidence
(2005), secara umum kondisi tektonik
dan/atau meningkatnya suplai
dan stratigrafi Cekungan Sumatera
sedimen ke dalam cekungan dari 16
Selatan dibagi menjadi tiga, yaitu:
Ma menimbulkan terjadinya regresi.
1. Fase Syn-Rift Tidak ada bukti yang menunjukkan
Syn-rift terjadi saat 40-29 Ma, bahwa tektonik yang bersifat lokal
subduksi di sepanjang Sumatera memiliki pengaruh yang signifikan
bagian Barat menyebabkan area terhadap regresi tersebut.
Sumatera Selatan menjadi subjek
utama yang mengalami gaya 3. Fase Syn-Orogenic/Invertion
ekstensional yang besar berawal dari Orogenesa yang besar, yaitu
Eosen hingga Oligosen Awal. Gaya orogenesa Bukit Barisan yang
ekstensional ini menghasilkan membentang di Sumatera Selatan dari
sejumlah half-graben dengan 5 Ma yang lalu hingga saat ini.
geometri dan orientasi yang Lipatan transpresional memanjang
dipengaruhi oleh keberagaman jenis dengan orientasi Barat Laut-Tenggara
litologi batuan dasar. Gaya yang terbentuk di sepanjang
Ekstensional berorientasi Barat- cekungan dan memotong struktur
Timur yang menghasilkan rangkaian yang terjadi saat synrift. Jebakan
horst dan graben berarah Utara- hidrokarbon yang berada di tengah-
Selatan. Menurut Hall (dalam Ginger tengah cekungan, terbentuk pada saat
and Fielding, 2005) Sumatera Selatan tersebut. Selain lipatan transpresional,
telah berotasi kurang lebih 15 derajat basin subsidence terus terjadi diiringi
berlawanan arah jarum jam saat oleh suplai sedimen yang meningkat
Miosen menghasilkan graben yang disebabkan oleh erosi pada Bukit
berorientasi Utara-Selatan dan Timur Barisan ke Selatan dan Barat.
Laut-Barat Daya.

2. . Fase Post-Rift
Rifting berakhir pada 29 Ma yang
lalu, kemudian kerak benua di bawah
Sumatera Selatan subside disebabkan
oleh lithospheric thermal. Di sebagian
cekungan, seperti, Sub Cekung
Palembang Tengah mencapai
ketebalan hingga lebih dari 13.000

2
Lokasi Penelitian Pada Peta Elemen
Struktur Cekungan Sumatera Selatan
(Ginger and Fielding, 2005).
Cekungan Sumatra Selatan
terdiri dari endapan serangkaian
siklus transgresi dan regresi kala
Tersier yang menutupi batuan dasar
yang tererosi (akibat gejala ekstensi
pada Mesozoikum hingga Tersier
Awal). Pengendapan sedimen dimulai Stratigrafi Cekungan Sumatera
pada Eosen Awal yang mengisi Selatan (Argakoesoemah dan Kamal,
graben - graben yang bersumber dari 2004)
tinggian sebelahsebelahnya yang Cekungan Sumatera Selatan
terangkat dan terkikis. Beberapa memiliki peran yang sangat penting
menyebutnya endapan synrift yang dalam pengendapan sedimen karena
dicirikan oleh endapan volkaniklastik struktur geologi yang aktif terjadi
dan klastik terigen yang disebut pada fase pre-rift, syn-rift, dan post-
Formasi Lahat (Lemat). rift. Struktur geologi menjadi elemen
Ginger & Fielding (2005) penting dalam sistem minyak dan gas
membagi Talang Akar menjadi dua bumi karena dapat berfungsi sebagai
bagian. Transisi aktivitas syn-rift perangkap dan jalur migrasi
menuju post rift terjadi pada hidrokarbon. Oleh karena itu,
lingkungan pengendapan fluvial dan penelitian mengenai struktur geologi
delta sepanjang sungai. Lower Talang menjadi penting untuk menunjang
Akar Formation saat Oligosen eksplorasi minyak dan gas bumi.
lingkungan pengendapan fluviatil. Sub cekungan Jambi yang
Miosen awal digantikan dengan delta, terletak di wilayah Sumatera Selatan
marginal marine, dan shallow to deep merupakan salah satu daerah
marine mengendapkan Formasi penelitian yang menjadi fokus dalam
Talang Akar Atas (Pendopo shale kajian struktur geologi. Sub cekungan
member) diendapkan pada bagian Jambi memiliki sejarah tektonik yang
intermediate-shelf, diatas dan di kompleks, dimana terdapat beberapa
sekitar platform dan tinggian. Kontak fase yang terjadi selama proses
pada bagian bawah dengan Formasi pembentukan cekungan. Masing-
Talang Akar atau dengan Batuan Pra- masing fase tersebut memiliki
Tersier. Komposisinya terdiri dari karakteristik struktur geologi yang
batugamping bank atau platform, dan berbeda-beda, sehingga perlu
reefal. Analisis fosil didapatkan dilakukan analisis yang komprehensif
formasi ini berumur Miosen. untuk memahami pola-pola struktur
yang terbentuk.

3
Dalam fase pre-rift, terdapat dasar pada cekungan Sumatera
aktivitas tektonik yang mengarah ke Selatan. Fase F1 adalah fase rifting
pembentukan sesar-sesar naik. Hal ini atau pemekaran yang membentuk sub
dapat terlihat dari adanya struktur cekungan seperti Sub Cekungan
sesar berarah Timur Laut - Barat Daya Jambi. Fase F2 adalah fase
yang memotong lapisan batuan. pensesaran dextral wrenching dan
Selain itu, terdapat juga proses sagging. Fase terakhir, fase F3 adalah
pengendapan sedimen non-marine fase inversi oleh gaya kompresional
seperti batupasir dan batupasiran pada cekungan Sumatera Selatan.
yang ditandai dengan adanya litologi
Adapun struktur geologi pada
dan arah pengendapan yang berbeda-
sub cekungan Jambi menjadi pokok
beda.
masalah yang akan dibahas dalam
Pada fase syn-rift, terjadi penelitian ini. Bahasan tersebut
proses pemekaran atau rifting yang berupa analisis struktur geologi pada
ditandai dengan adanya pembentukan daerah penelitian yang dimana setiap
cekungan. Aktivitas tektonik pada fase yang terjadi menghasilkan pola
fase ini berorientasi pada arah Barat struktur geologi yang berbeda-beda,
Laut - Tenggara, yang terlihat dari sehingga penting untuk mengetahui
pola-pola struktur sesar yang dan mengenali pola-pola struktur
terbentuk. Selain itu, terdapat untuk mendapatkan pengetahuan
pengendapan sedimen marine seperti yang komprehensif tentang urutan
batugamping yang mengindikasikan atau perkembangan sejarah tektonik.
adanya lingkungan laut dalam di
Penelitian mengenai struktur
daerah tersebut.
geologi pada sub cekungan Jambi
Tumbukan antara Lempeng sangatlah penting untuk dipelajari.
Benua India dan Lempeng Eurasia Sub cekungan Jambi memiliki ciri
menyebabkan aktifnya sesar khas yang unik, karena terdapat
mendatar regional di Asia Tenggara banyak pola struktur geologi yang
yang memicu terjadinya rifting pada berbeda-beda pada setiap fase
cekungan Sumatera Selatan. Rifting perkembangan tektoniknya. Sebagai
dipicu oleh gaya simple shear yang peneliti, kita harus memahami pola-
bekerja pada daerah penelitian dan pola struktur geologi tersebut untuk
membentuk beberapa sub cekungan, mengidentifikasi urutan atau
termasuk Sub Cekungan Jambi. perkembangan sejarah tektonik pada
daerah penelitian. Salah satu pola
Cekungan Sumatera Selatan
struktur geologi yang dapat
mengalami empat periode struktur
ditemukan di sub cekungan Jambi
geologi sebagai akibat dari tumbukan
adalah zona sesar yang mengalami
Lempeng Benua India dan Lempeng
pengikisan atau erosi akibat proses
Benua Eurasia. Fase F0 adalah fase
aliran fluida. Dalam hal ini, fluida
konfigurasi basement atau batuan
yang mengalir di sekitar zona sesar

4
akan mengekspos batuan yang mengetahui lingkungan sedimentasi
terdapat di sekitarnya, sehingga pada masa lalu, kita dapat
menyebabkan zona sesar menjadi mengidentifikasi formasi batuan dan
lebih lunak dan terjadi pengikisan. memahami lebih jauh pola struktur
Zona sesar ini umumnya terlihat geologi di daerah penelitian.
dalam bentuk pola-pola paralel, dan
Penelitian struktur geologi
menjadi penanda awal dari
pada sub cekungan Jambi juga
terbentuknya lempengan-lempengan
berkaitan erat dengan prospek
tektonik.
hidrokarbon di daerah tersebut. Kita
Selain zona sesar, pola dapat mengetahui potensi
struktur geologi lain yang dapat hidrokarbon pada suatu daerah
ditemukan di sub cekungan Jambi berdasarkan analisis struktur geologi
adalah pola struktur yang disebabkan yang dilakukan. Dalam hal ini,
oleh proses tektonik. Pada tahap awal, analisis struktur geologi dapat
proses tektonik tersebut membantu kita untuk memahami
menyebabkan terbentuknya sesar struktur stratigrafi dan
sesar dengan orientasi tertentu. mengidentifikasi perangkap
Kemudian, sesar-sesar tersebut akan hidrokarbon pada daerah penelitian.
membentuk pola lipatan dan patahan
METODE
yang kompleks. Pola lipatan ini
memiliki bentuk yang berbeda-beda, Penelitian ini dilakukan dalam
tergantung pada sudut dan arah sesar beberapa tahapan utama seperti
yang membentuknya. Pola patahan melakukan studi pustaka dan studi
juga memiliki bentuk yang berbeda- regional, inventarisasi data, analisis
beda, ada yang lurus dan ada yang dan interpretasi data, pembahasan dan
melengkung. penarikan kesimpulan dengan metode
penelitian dan analisis yang meliputi
Dalam penelitian struktur
analisis data sumur dan analisis data
geologi pada sub cekungan Jambi,
seismik sebagai data penunjang.
juga penting untuk memahami
Adapaun rincian dari tahap-tahap
lingkungan sedimentasi pada masa
penelitian yang dilakukan akan
lalu. Lingkungan sedimentasi ini
dijelaskan sebagai berikut:
sangat mempengaruhi pembentukan
formasi batuan dan pola struktur a. Inventarisasi data yang dilakukan
geologi di daerah penelitian. adalah meliputi pengumpulan
Misalnya, pada lingkungan laut data litologi dan data seismik.
dangkal, biasanya terdapat formasi Data sumur wireline logging
batuan sedimen klastik seperti pasir, dalam bentuk LAS. Data seismik
silt, dan batupasir. Sedangkan pada berupa seismik 2D dalam domain
lingkungan laut dalam, formasi waktu (time).
batuan sedimen umumnya berupa b. Analisis data sumur yang
batugamping dan shale. Dengan dilakukan digunakan untuk

5
menginterpretasi batas interval penyebaran sesar dan horizon pada
setiap top formasi daerah setiap formasi, yang kemudian
penelitian. Untuk menggabungkan dikonversi menjadi peta struktur
data sumur dan data seismik, perlu waktu dan peta struktur
dilakukan pengikatan data yang kedalaman. Ketebalan formasi
disebut well to seismic tie, dapat dihitung menggunakan peta
mengingat keduanya memiliki struktur kedalaman tersebut.
satuan yang berbeda, yakni Analisis stratigrafi dan geologi
kedalaman dan waktu. Setelah struktur kemudian dilakukan
dilakukan interpretasi seismik, dengan memanfaatkan peta-peta
didapatkan informasi tentang yang telah dihasilkan sebelumnya.

PEMBAHASAN terbentuknya strukturstruktur


seperti half graben, dimana
Tektonostratigrafi Daerah Penelitian
struktur-struktur tersebut
Berdasarkan analisis membentuk cekungan yang
stratigrafi dan geologi struktur setelah berarah Timur Laut – Barat Daya.
dilakukan analisis data sumur dan c. Oligosen Akhir – Miosen Awal
seismik 2D, diidentifikasi bahwa Sub (Periode Tektonik F1)
Cekungan Jambi, Cekungan Sumatra Seiring dengan proses
Selatan memiliki tatanan pemekaran, pada Oligosen Akhir
tektonostratigrafi sebagai berikut: – Miosen Awal terjadi proses
pengendapan formasi Talang
a. Jurasik Awal – Kapur (Periode
Akar yang memiliki ketebalan
Tektonik F0)
783 meter. Formasi Talang Akar
Fase kompresi awal terjadi.
memiliki litologi yang didominasi
Pada Pre-Tersier (Ginger and
oleh batulempung, batulempung
Fielding, 2005), batuan dasar
interlaminasi dengan batulanau,
(basement) terbentuk hasil intrusi
dan batupasir. Memiliki
yang diakibatkan oleh fase
lingkungan laut dangkal zona
kompresi tersebut.
litoral – neritik. Formasi Talang
b. Kapur Akhir – Oligosen Akhir
Akar mengisi cekungan yang
(Periode Tektonik F1)
terbentuk akibat sesar
Terjadi aktifitas pemekaran
sebelumnya. Formasi Talang
(rifting) yang menyebabkan
Akar memiliki arah sedimentasi
batuan dasar membentuk tinggian
dari arah Barat Daya dan Timur
dan rendahan. Hal itu disebabkan
Laut. Dilihat dari arah
oleh gaya tarikan (pull apart) yang
pengendapannya, diasumsikan
dominan memiliki orientasi
bahwa formasi Talang Akar
berarah Timur Laut – Barat Daya.
memiliki dua batuan sumber yang
Gaya inilah yang menyebabkan
berbeda, yaitu dari Bukit Barisan

6
(Barat Daya) dan Paparan Sunda ketebalan 235 meter, litologi yang
(Timur Laut). dominan terdiri dari batulumpur,
d. Miosen Awal (Periode Tektonik batulanau, batupasir, dan serpih.
F2) Formasi tersebut diendapkan pada
Aktivitas rifting yang awalnya lingkungan laut dangkal di zona
memiliki arah Barat Laut - neritik, dan secara selaras
Tenggara telah berakhir dan diendapkan di atas Formasi
digantikan oleh aktivitas tektonik Baturaja. Arah sedimentasi
dengan arah yang berbeda, yaitu Formasi Gumai ke arah barat
Timur Laut - Barat Daya. Selama daya, diperkirakan batuan induk
periode ini, terbentuk struktur formasi ini berasal dari Bukit
sesar baru dengan arah Barat Laut Barisan. Terdapat juga bukti
- Tenggara yang membentuk aktifnya kembali sesar
cekungan dengan arah yang sebelumnya dengan orientasi
berbeda dari periode sebelumnya. timur laut-barat daya dan barat
Terdapat juga rektifikasi pada laut-tenggara. Sebagai hasil dari
sesar sebelumnya dengan arah reaktivasi ini, telah terbentuk
Timur Laut - Barat Daya. Pada sesar baru, termasuk sesar dorong.
saat yang sama, terjadi f. Miosen Tengah – Miosen Akhir
pengendapan Formasi Baturaja (Periode Tektonik F2)
yang memiliki ketebalan 603 Terjadi proses pengendapan
meter. Formasi Baturaja terdiri formasi Air Benakat yang
dari batugamping non-klastik di memiliki ketebalan 664 meter.
bagian Selatan dan batugamping Formasi Air Benakat memiliki
klastik di bagian Utara, dengan litologi yang didominasi oleh
lingkungan laut dangkal pada batupasir perselingan batulanau,
zona neritik. Formasi ini batupasir, dan batulempung,
terendapkan di atas Formasi memiliki lingkungan laut pada
Talang Akar dan terbentuk secara zona litoral - neritik. Formasi Air
selaras dengan arah pengendapan Benakat terendapkan selaras
dari Barat Laut, Barat Daya, dan diatas formasi Gumai. Formasi
Timur Laut. Dari arah Air Benakat memiliki arah
pengendapannya, Formasi sedimentasi dari arah Timur Laut.
Baturaja diduga memiliki batuan Dilihat dari arah
sumber dari batugamping pengendapannya, diasumsikan
terumbu atau non-klastik di bahwa formasi Air Benakat
daerah Selatan, Pegunungan Tiga memiliki batuan sumber dari
Puluh, dan Paparan Sunda. Paparan Sunda.
e. Miosen Awal – Miosen Tengah g. Pliosen – Pleistosen (Periode
(Periode Tektonik F2) Tektonik F3)
Selama proses pengendapan Fase Inversi terjadi ketika
Formasi Gumai yang memiliki mulai melambatnya penurunan

7
atau gaya ekstensional regional, lokal hanya terdapat di beberapa
sedangkan gaya kompresional bagian pada daerah penelitian.
semakin meningkat kembali. Fase Sesar – sesar muda ini memiliki
ini merupakan fase kondisi saat orientasi berarah Barat Laut –
ini yang berkembang pada daerah Tenggara. Selain itu, masih
penelitian. Gaya kompresi dari berlangsung reaktifasi sesar –
aktifitas tektonik periode ini sesar sebelumnya yang berarah
mengakibatkan terbentuknya Timur Laut – Tenggara.
sesar – sesar baru yang bersifat

KESIMPULAN Oligosen Akhir – Miosen Awal


terjadi proses pengendapan
Sub Cekungan Jambi,
formasi Talang Akar.
Cekungan Sumatera Selatan memiliki
• Pada umur Miosen Awal –
tatanan tektonostratigrafi sebagai
Miosen Akhir (Periode tektonik
berikut.
F2), terjadi proses pengendapan
• Pada Jurasik Awal – Kapur (F0) formasi Baturaja, formasi Gumai,
fase kompresi awal terjadi. Pada dan formasi Air Benakat.
Kapur – Eosen Awal (De Coster, • Fase inversi terjadi pada Pliosen –
1974), batuan dasar (basement) Pleistosen, mempengaruhi
terbentuk hasil intrusi yang terbentuknya struktur-struktur
diakibatkan oleh fase kompresi pada formasi Air Benakat
tersebut.
• Pada umur Kapur Akhir – Tersier
Awal (Periode tektonik F1), pada

DAFTAR PUSTAKA Bishop, M. G. 2000. Petroleum


systems of the northwest Java
Anderson, E.M. 1951. The Dynamics
province, Java and offshore
of Faulting. Edinburgh : Oliver
southeast Sumatra. Indonesia:
and Boyd.
USGS Open-file report 99-50R
Argakoesoemah, R. M. I. and Kamal,
De Coster, G.L. 1974. The Geology of
A., 2004. Ancient Talang Akar
The Central and South Sumatera
Deepwater Sediments in South
Basin. Proceeding Indonesian
Sumatra Basin: A New
Petroleum Association 3rd
Exploration Play: Indonesian
Annual Convention
Petroleum Association,
Proceedings, Deepwater and Fossen, H. 2010. Structural Geology:
Frontier Exploration In Asia & Fault. New York: Cambridge
Australasia Symposium, p. 251- University Press.
268

8
Ginger, D & Fielding, K. 2005. The fur Mineralogie, Geologie und
Petroleum Systemsand Future paleontologie B, 354 - 368.
Potential of The South Sumatera
Suppe, J. 1985. Principles of
Basin. Proceeding Indonesian
Structural Geology. Department
Petroleum Association 30th
of Geological and Geophysical
Annual Convention.
Science Princeton University.
Heidrick, T.L., Aulia, K., 1993. A
structural and Tectonic Model of
The Coastal Plain Block, Central
Sumatera Basin, Indonesia.
Indonesian Petroleum
Assosiation, Proceeding 22th
Annual Convention, Jakarta, Vol.
1,p. 285-316.
Mertosono S. dan Nayoan G.A.S.,
1974, The Tertiary Basinal Area
Of Central Sumatra. Indonesian
Petroleum Association,
Proceedings 3th Annual
Convention, Jakarta, p. 6376.
Pulunggono, A. dan Cameron, N.R.,
1984, Sumatran Microplates,
Their Characteristics and Their
Role in the Evolution of the
Central and South Sumatra
Basins, Proceedings Indonesian
Petroleum Association (IPA) 13th
Annual Convention, hlm. 121-
143.
Pulonggono, et al. 1992. Pre-Tertiary
and Tertiary Fault Systems As a
Framework of the South Sumatera
Basin : a Study of Sar-Maps.
Proceeding Indonesian Petroleum
Association 21st Annual
Convention.
Riedel, W. 1929. Zur mechanik
geologischer
brucherscheinungen. Zentralblatt

Anda mungkin juga menyukai