Proposed by:
Moh. Fauzan Akbar Ashari
Delta Cahyaputri
Ramdhan Kurniawan
Budiamala Prawoto
I Dewa Gde WK
Latif Riscahyo
Fatwa Jelang Hari R
(Manager Operation)
(Simulation Engineer)
(Simulation Engineer)
(Production Engineer)
(Production Engineer)
(Surface Engineer)
(Drilling Engineer)
113130082
113130180
131300117
113130148
113130100
113130057
113130147
DAFTAR ISI
BP INDONESIA
I.
Judul
..
II.
Executive Summary
11
V.
12
16
22
7.1. Klasifikasi ..
22
7.2. Skema
24
Well Completion
..
VIII. Recommendation
IX. Lampiran
I.
27
28
JUDUL
EXECUTIVE SUMMARY
Dalam memproduksikan minyak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara
sembur alam (natural flow) dan sembur buatan (artificial lift). Cara pertama dilakukan bila
tekanan reservoir cukup tinggi, sehingga dapat mengalirkan fluida ke permukaan secara alamiah.
Sedangkan cara yang kedua dilakukan apabila tekanan reservoir tidak mampu lagi mengalirkan
fluida kepermukaan secara alamiah.
masalah yang kedua adalah dengan menggunakan Pompa Benam Listrik (Electrical Submersible
Pump-ESP) dan Gas Lift.
Metode pengangkatan fluida dengan ESP banyak digunakan karena sangat efektif dan
efisien untuk sumur yang menpunyai produktivitas indeks (PI) yang besar, sumur yang dalam,
serta untuk sumur-sumur miring. Ada banyak pilihan jenis pompa ESP yang beredar di pasaran
dimana tiap perusahaan mengembangkan dan membuat bermacam-macam ukuran serta tipe dari
pompa benam listrik sehingga dapat dipilih tipe dan ukuran yang sesuai dengan perhitungan.
Sedangkan pada gas lift merupakan penempatan sejumlah valve pada interval kedalaman
tertentu, dimana valve-valve tersebut nantinya akan menginjeksikan gas (umumnya gas yang
terdapat dari produksi sumur tersebut) kedalam tubing, dan dengan prinsip menurunkan densitas
dan membuat jarak antar kolom fluida, maka minyak akan lebih mudah terangkat. Dari segi
ketersediaan gas, keekonomisan, dan kebutuhan, gas lift dibagi menjadi tipe intermittent dan
continuous gas lift. Pada tipe intermittent gas diinjeksikan dengan interval waktu tertentu
sehingga jumlah gas dan operasi valve yang digunakan memiliki jeda waktu tertentu. Sedangkan
pada continuous gas secara terus menerus diinjeksikan kedalam sumur tanpa ada jeda waktu
berhenti.
Lapangan Kasih Sayang ini berada di cekungan Sumatera. Dengan data-data reservoar, fluida
dan produksi terlampir. Lapangan Kasih Sayang ini memiliki tiga (3) lapisan produktif yaitu lapisan
SYG, CNT, dan LV. Lapangan ini diproduksikan selama kurang lebih 10 tahun dengan cara natural
flow dan saat ini sudah terjadi penurunan produksi, oleh karena itu perlu direncanakan pemasangan
artificial lift (ESP dan/atau Gas Lift).
Pada sumur KSH 70 Lapangan Kasih Sayang memproduksi minyak berat dengan data
sumur dan produksi sebagai sebagai berikut :
Table II-1.
Top Perforation
Bottom
Perforation
Foam
WC
Sgo
SGw
Tubing.press
Pb
Ps
Pwf
Qgross
ID Casing
ID Tubing
OD Casing
OD Tubing
MD
2268
mku
2289
mku
20%
90%
0.844
1.016
55
2449
1773
700
6.276
2.441
7
2 7/8
Scaling
TVD
2238.1
m
2292.5
m
psi
psi
psi
psi
bfpd
inch
inch
inch
inch
Table II-2.
Data Sumur dan Produksi
Tabel III-3.
1.16
1.11
1.54
0.48
4.31
0.45
Setelah dilakuakan simualsi dan analisa dengan software PIPESIM, dengan mengacu pada
screening criteria dan keekonomisan, kami menganjurkan menggunakan metode artificial lift
jenis Electric Submersible Pump (ESP). Adapun hasil yang akan diperoleh adalah hasil produksi
1284.964 BFPD menggunakan pompa REDA D1400.
III.
Gambar
3.1.
Litostratigrafi
Utara
dan Naim,
Mulhadiono,
Cameron dkk.,
Sumatra
(Kamioli
1973,
1975,
1980)
3.2. Cekungan Sumatra Tengah
Pada bagian baratdaya Cekungan Sumatra Tengah dibatasi oleh tinggian Bukit barisan,
disebelah baratlaut oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran Sunda.
Gambar 3.2.
Tektonik yang Mempengaruhi Cekungan Adanya Kenampakan Negative Flower
Structure.
Cekungan Sumatra tengah terbentuk oleh karena adanya penujaman secara miring (oblique
subduction) lempeng samudra Hindia dibawah lempeng Benua Asia.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
1. Formasi Menggala
Lingkungan pengendapan formasi ini berupa braided river non- marine(sungai teranyamdeltaic). Litologi penyusun adalah batupasir halus-kasar yang bersifat konglomeratan dengan
ketebalan mencapai 1800kaki.
Gambar 3.3.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
2. Formasi Bangko
Litologi tersusun atas serpih abu-abu yang bersifat karbonatan berseling dengan batupasir haluskasar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarian dengan ketebalan 300kaki.
3. Formasi Bekasap
Litologi tersusun atas batupasir dengan kandungan glaukonit dibagian atasnya serta sisipan
serpih, batugamping tipis, dan lapisan batubara.
4. Formasi Duri
Litologi penyusun berupa batuasir berukuran halus-sedang berseling dengan serpih dan sedikit
batugamping. Formasi Duri mempunyai hubungan yang menjari dengan
5. Formasi Telisa
Litologi tersusun atas dominasi serpih dengan sisipan batugamping dan batupasir glaukonitan
berbutir halus yang diendapkan pada lingkungan litoral dalam dan luar.
6. Formasi Petani
Formasi ini tersusun atas sekuen monoton dari serpih-batulumput dan interkalasi batupasir
batulanau yang kea rah atas menunjukkan pendangkalan lingkungan pengendapan dan
penyusutan pengaruh laut.
7. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan enfapan Kuarter yang diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Petani. Litologi penyusun berupa konglomeratan, batupasir, dan batulempung yang mencirikan
endapan alluvial. Proses pengendapan masih terjadi hingga kini.
tambahan carbonate build up danreef dengan ketebalan 60-120m. Karbonat dengan potensi
reservoir terbaik terdapat pada selatan cekungan, akan tetapi lebih jarang pada bagian utara subcekungan Jambi.
5. Formasi Gumai
Formasi ini tersusun atas fosfoliferus marine shale dan lapisan batugamping yang mengandung
glaukonit. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari calcareous
Gambar 3.4.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
6. Formasi Air Benakat
Litologi terdiri dari batulempung putih dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abuhitam
kebiruan, glaukonitan dan sedikit mengandung lignit. Pada bagian tengah kaya akan fosil
foramminefera. Ketebalan formasi ini antara 1000- 1500m.
7. Formasi Muara Enim
Formasi ini diendapkan pada kala Miosen Akhir sampai Pliosen. Pada formasi ini terjadi pada
fasa regresi kedua setelah Formasi Air Benakat.
IV.
FLUID DESCRIPTION
Berikut adalah table komposisi dan properties fluida hidrokarbon sumur KSH-70
10
SG oil
0.844
API
36.15403
SG g
0.148774594
Karena harga API Gravity minyak di sumur KSH-70 adalah 36.154030API, maka minyak di sumur
KSH-70 dikategorikan sebagai minyak ringan (volatile oil).
Dengan menggunakan Standing Cartz didapat harga Bubble point (Pb), Kelarutan gas (Rs) dan
Compresibilitas minyak (Co).
Tabel IV-2.
Data Reservoir Lapangan Kasih Sayang
Karakteristik
Lapisan
11
CNT
LV
Litologi
Sandstone
Sandstone
Sandstone
Porositas avg, %
12
21
20
Mekanisme Pendorong
WD
WD
WD
Rs, scf/stb
Boi
33.57957389
1.19
1.16
1.11
Pb, psia
983.4660617
Co, 1/psia
1.09546E-05
Viskositas Minyak, cp
1.54
SG gas, lb/cuft
0.48
4.31
12
0.45
V.
WELL COMPLETION
Persiapan atau penyempurnaan sumur disebut well completion. Persiapan ini antara lain
mengatur agar aliran dari formasi dapat dengan sebaik-baiknya masuk kedalam sumur dan
mengalir sampai ke permukaan. Tujuan dari penyelesaian sumur adalah untuk memaksimalkan
dan mengontrol aliran fluida dari reservoir ke dasar sumur dan dari sumur ke permukaan sesuai
dengan karakteristik, kondisi dan jenis reservoirnya. Penyelesaaian sumur dilakukan dengan
pemasangan peralatan untuk mengangkat fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan.
Tabel V-1.
Data reservoir Lapangan Kasih Sayang
Karakteristik
Lapisan
Litologi
Porositas avg, %
Mekanisme
Pendorong
Rs, scf/stb
Boi
Pb, psia
Co, 1/psia
Viskositas Minyak,
cp
SG gas, lb/cuft
LV
Sandstone
20
WD
WD
WD
1.19
1.16
1.11
1.54
0.48
0.45
4.31
litologi batuan pada lapisan LV merupakan sandstone dan harga porositas untuk lapangan
LV sebesar 0.2. penentuan tipe formation completion yang cocok dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya yaitu :
Sementasi Batuan
Kandungan Lempung
Kekuatan formasi
Untuk harga sementasi batuan pada lapisan LV sebelumnya kami telah mencoba
13
= Porositas batuan
M = Faktor sementasi
Perhitungan :
F m
m log F / log
m log( 8) / log( 0,20)
m 1,29
m 1,29
Maka harga faktor sementasi pada tipe batuan yang diinvestigasi 1.3. Untuk pengukuran
clean unconsolidated sand di laboratorium, nilai m sekitar 1.3. yang berarti Unconsolidated
rocks (loose sand,colitic lime stone) atas dasar pertimbangan itulah agar lebih safety, formation
completion pada lapisan LV menggunakan cased hole completion.
Tabel V-2
Rock Description dan Cementation Factor
(Craft B.C., 1962)
Rock Description
Unconsolidated rocks (loose sand,
colitic lime stone)
Cementation factor, m
1,4 1,5
1,6 1,7
Moderately
cemented
(highly
consolidated sand of 15 % porosity or
less)
1,8 1,9
2,0 2,2
1,3
Lempung mempunyai sifat mengikat air atau water wet, dimana apabila mineral lempung
bertemu dengan air formasi maka mineral lempung akan mengembang (swelling) sehingga butir
batuan yang diikat lempung akan mudah terlepas dan akan bergerak mengikuti aliran airnya.
14
Dikarenakan tenaga pendorong reservoir lapisan LV adalah water drive, maka dengan mudah
lempung akan dapat swelling dan daya ikat butiran pasir akan berkurang, maka pasir dapat
terproduksi bersama dengan minyak.
Alat perforasi yang akan digunakan pada formasi LV adalah bullet perforator
diakrenakan bullet perforator cocok unutk lapisan LV dan memiliki beberapa kelebihan daripada
jet perforator, dan juga lubang perforasi yang dihasilkan bullet perforator berbentuk bulat tidak
tajam sehingga sewaktu-waktu dapat ditutup dengan klep - klep bola bila diperlukan.
Lapisan LV merupakan slightly cemented, jadi pada lapisan tersebut memungkinkan
untuk terjadinya problem kepasiran. Pada awal produksi mungkin tidak terjadi problem kepasiran
namun seiring dengan di produksinya fluida maka penurunan tekanan akan terjadi dan akan
menyebabkan terganggunya sementasi batuan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka well
completion pada lapisan LV menggunakan screen liner dan gravel pack.
15
VI.
Lapangan Kasih Sayang mengalami penurunan produksi. Ketika dilakukan perhitungan terhadap
performance sumur, kurva tubing intake (ID 2.441 inci) yang tidak berpotongan dengan kurva
IPR sumur mengindikasikan bahwa tidak ada aliran fluida reservoir ke permukaan seperti
ditunjukan gambar di bawah.
Gambar 6.1.
Kurva Performa Sumur KSH-70
6.2. Electric Submersible Pump Design
Desain ESP (Electric Submersible Pump) dengan target produksi sebesar 1284.694 BFPD
menggunakan software PIPESIM. Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pump setting
depth yang diperlukan untuk input data desain ESP.
WFL
= 5219.745 ft
16
Pc
= 510 psi
Gf
= 0.43248 psi/ft
PSDrecommended
= WFL + 100 ft
= 5219.745 + 100
= 5319.745 ft
Pada akhirnya dipilih pompa jenis REDA D1400 dengan efisiensi sekitar 63.59%. Karena
ada produksi gas di KSH-70, gas separator diinstal di dalam pompa. Berikut merupakan pump
performance curve dari REDA D1400.
Gambar 6.2.
ESP Selected Pump Performance Curve
Hasil simulasi PIPESIM menunjukkan bahwa dengan REDA D1400 akan diperoleh hasil
produksi 1284.964 BFPD.
17
Gambar 6.3.
ESP Design Report
Gambar 6.4.
ESP Well Performance
Analisa sensitivity kemudian dilakuan terhadap jumlah stages dengan range 100 sampai
150 stages. Dan dengan 126 stages, diperoleh hasil produksi sebesar 1284.964 BFPD. Dengan
10% oil cut, jumlah minyak yang dapat diproduksi adalah 128,4964 STBPD.
18
Gambar 6.5.
Jumlah Stages ESP Sensitivity Performance
Gambar 6.6.
Pressure or Temperature Profile
6.3. Design Comparison
19
Gambar 6.7.
Screening Kriteria Gas Lift dan ESP (dari berbagai sumber)
Dengan mengacu pada screening kriteria di atas, dan pertimbangan lain, maka hasil analisa
perbandingan desain artificial lift antara gas lift dengan electric submersible pump adalah sebagai
berikut:
Tabel VI-1.
Analisa Pemilihan Desain Artificial Lift
Metode Artificial Lift
GL
ESP
Kriteria
Analisa
Viscositas
Gas
Handling
Pasir
20
CO2
Keterangan:
+ dianjurkan
tidak dianjurkan
Berdasarkan analisa di atas, maka metode artificial lift yang sesuai untuk sumur KSH-70
adalah ESP dengan jenis pompa REDA D1400, dengan membutuhkan Stages sebanyak 126
Stages, HP sebesar 45 HP dan Kecepatan Pompa sebesar 60 hz untuk mencapai Q Design sebesar
1284.964 BFPD dengan effisiensi pompa sebesar 63.59 %, sedangkan Qmax sebesar 1605.868
BFPD.
21
Peralatan produksi berdasarkan sistem gathering dan block station adalah merupakan pola atau
system jaringan alat transportasi, fasilitas peralatan pemisah fluida produksi dan fasilitas peralatan
penampung fluida hasil pemisahan.
Berdasarkan pada jumlah, tata letak sumur dan letak tangki pengumpul serta kondisi laju
produksi sumur-sumurnya, gathering system dapat dibedakan atas system radial dan system axial
gathering system.
Pada radial gathering system, semua flowline menuju ke header dan langsung
berhubungan dengan fasilitas pemisah, sedangkan pada axial gathering system, beberapa
kelompok sumur mempunyai satu header yang kemudian dari tiap-tiap header akan dialirkan ke
pemisah-pemisah trunk line (jenis flowline yang mempunyai diameter relatif lebih besar dari
flowline biasa, yang berfungsi untuk menyatukan aliran dengan volume besar).
7.1. Klasifikasi
Berikut adalah jensi klasifikasi peralatan produksi permukaan sumur KSH-70 dan
penjelasannya penjelasannya:
22
1. SEPARATOR
Separator yang digunakan merupakan separator vertical 3 fasa. Separator vertical biasanya
digunakan untuk memisahkan fluida produksi yang mempunyai GLR tinggi dan/atau kadar
padatan tinggi, separator ini sudah dibersihkan serta mempunyai kapasitas cairan dan gas
yang besar.
2. GAS SCRUBBER
Setelah dipisahkan melalui separator 3 fasa, gas scrubber memisahkan butir cairan yang
masih terikut gas hasil pemisahan tingkat pertama, karenanya alat ini ditempatkan setelah
separator.
3. GAS DEHYDRATOR
Untuk pemisahan fasa gas terakhir yaitu menggunakan Calcium Chloride Gas Dehydrator.
Komponen peralatan ini merupakan kombinasi dari separator tiga tingkat, yaitu gas-liquid
absorbtion tower dan solid bad desiccant unit. Pemisahan partikel air dari gas dilakukan
dengan cara mengkontakkan aliran gas dengan calsium chloride di dalam chemical bad
section.
4. MEMBRANE UNIT
Gas yang sudah dikeringkan oleh gas dehydrator lalu dialirkan ke dalam membrane unit
untuk dipisahkan dari CO2 dan pengotor lain agar gas lebih murni dan dapat dimanfaatkan
lebih lanjut.
5. FWKO
Setelah melewati pemisahan tingkat pertama, crude perlu dipisahkan lagi dari air yang masih
terikut. Pemisahan kedua menggunakan FWKO dimana memisahkan air bebas dari crude
secara settling.
6. CO METERING
Minyak yang telah dipisahkan ini selanjutnya akan dicatat oleh alat Co Metering ini.
7. CRUDE STORAGE TANK
Setelah crude cukup bersih dari pengotor, crude ditimbun dalam storage tank. Dimana untuk
gross rate sebesar 318 bfpd, digunakan storage tank dengan ukuran 4x16 ft yang dapat
menampung sekitar 100-1000 bfpd. Setelah itu
23
Wash tank menampung air dari skimming tank. Pada wash tank air dibersihkan dari pengotor.
10. WATER TANK
Air yang sudah bersih ditampung pada water tank. Air ini sudah baik apabila digunakan
untuk kepentingan injeksi waterflooding maupun untuk dikembalikan ke lingkungan.
7.2. Skema
Berikut adalah skema peralatan production facilities di permukaan pada sumur KSH-70.
24
1. Well
2. Flowline
7. Skim Tank
8. Wash Tank
3. Seppa
rator
9.
Water
Tank
4. FWK
O
10.
Gas
Scrubber
5. Storage Tank
6. Oil Buster Pump
11. Compressor
Perhitungan :
Perhitungan tekanan di separator digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
Tabel VII-1
Data Asumsi Perhitungan Pressure Lost
Jenis data
P. Wellhead
Pressure loss (Asumsi)
Panjang Flowline dari well head ke separator
Nilai
80
0,05
700
= Wellhead - P
= 80 - (0,05 x 700)
= 45 psi
25
Satuan
Psi
Psi/ft
Ft
Nilai
45
0,05
400
Satuan
Psi
Psi/ft
Ft
tank
Pstorage tank = Psep - P
= 45 - (0,05 x 400)
= 25 psi
Dari wellhead fluida dialirkan melalui flowline menuju separator, separator yang
digunakan Separator Tiga Fasa Jenis Horizontal karena fluida produksi yang mengalir adalah
tiga fasa yaitu minyak, air dan gas. Pertimbangan lainnya digunakan separator horizontal adalah
lebih luas untuk setting bila terdapat dua fasa cair.
Kemudian fluida dipisahkan di dalam separator, untuk gas masuk ke dalam gas scrubber
dalam gas scrubber fluida yang masih terdapat dalam gas dipisahkan kemudian fluida masuk ke
dalam FWKO , sedangkan gas masuk ke kompresor lalu dialirkan kemudian diolah untuk
digunakan lebih lanjut dan sebagian di flare.
Untuk fasa minyak setelah keluar dari separator kemudian masuk ke dalam FWKO untuk
memisahkan sisa air yang masih ada dalam minyak, dari FWKO kemudian minyak dialirkan
melalui flowline menuju storage tank.
Sedangkan air yang keluar dari separator selanjutnya masuk ke dalam oil skimmer, alat
ini di gunakan untuk memisahkan tetes-tetesan minyak dari air , kemudian minyak yang berasal
dari oil skimmer dimasukan ke dalam FWKO. Dan air yang keluar dari oil skimmer masuk ke
wash tank untuk dibersihkan lebih lanjut hingga akhirnya dapat dialirkan menuju water tank.
Digunakan oil skimmer karena fluida produksi mengandung watercut sebesar 90% dan tentunya
dalam kandungan watercut sebesar itu masih terdapat kandungan tetes tetes minyak.
Untuk storage tank menggunakan Alumunium Stainless Steel tank dengan ukuran 4x16
feet dengan kapasitas 100-1000 bbl / day pertimbangan menggunakan bahan alumunium karena
banyaknya air yang terproduksi dapat menyebabkan timbulnya korosi, untuk desain pressure
storage tank dilakukan perhitungan sebagai berikut,
Storage tank yang digunakan adalah storage tank tipe atmosferik karena tekanan yang
masuk ke dalam storage tank sama dengan tekanan atmosfir.
26
VIII. REKOMENDASI
Berdasarkan perhitungan dan analisa dari sumur KSH-70 lapisan LV batupasir diberikan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Jenis artificial lift yang optimum diguankan adalah ESP Jenis REDA D1400 dengan laju
optimum 1284.964 BFPD
2. Formation Completion menggunakan jenis cased hole dengan liner dan gravel packer
melihat jenis formasinya adalah batupasir yang tergolong slighty cemented yang dapat
memicu masalah kepasiran dikemudian hari.
27
LAMPIRAN
28
29
Vol.liq at
standard
cond
Component
Laborator
y
Simulatio
n
Mi
ZiMi
at
standard
condition
CO2
0.37
0.37
44.01000
0.16284
0.00000
N2
0.01
0.01
28.02000
0.00280
0.00000
C1
5.39
9.03
16.04300
0.86472
0.00000
C2
0.75
0.75
30.07000
0.22553
0.00000
C3
2.62
2.62
44.09700
1.15534
31.66000
0.03649214
8
i-C4
2.36
2.36
58.12300
1.37170
35.12000
0.03905759
7
n-C4
2.39
2.39
58.12300
1.38914
36.43000
0.03813175
1
i-C5
2.9
2.9
72.15000
2.09235
38.96000
0.05370508
2
n-C5
2.08
2.08
72.15000
1.50072
39.36000
0.03812804
9
n-C6
5.25
5.25
86.17700
4.52429
41.43000
0.10920329
5
181.3700
0
137.62356
51.82947
2.65531474
7
C7 - C10
33.32
C11 - C14
17.59
C15 - C17
75.88
7.74
C18 - C22
7.18
C23+
6.4
TOTAL
100
99.99
150.91298
4
690.333
Keadaan di Stock-Tank:
SG oil
0.844
API
36.15403
SG g
0.148774594
30
2.97003266
8
(150.90.220.860.0020.162)
150.91
= 50.4 lb/cuft
0.2253
(150.910.860.0020.162)
= 0.0015
0.86472
(150.9109.0020.162)
= 0.0057
52
31
0.6
32
1284.69
4
956.951
4
5219.74
5 ft
1590.90
1 m
1. Penentuan Specific
Gravity
a. Oil Phase SG
: Oil Cut x Oil Sp Gravity
0.0844
b. Water Phase
SG
: Water Cut x Water Sp Gravity
0.9144
C. SG Mix
: Oil Phase SG + Water Phase SG
0.9988
d. Gradient Fluida
(GF)
: SG Mix x 0.433
0.43248 psi/ft
2. Penentuan PSD
a. PSD Min
b. PSD Max
c. PSD Rec
3. Penentuan PIP
a. Perbedaan
Kedalaman
b. Perbedaan Tekanan
c PIP
: WFL + Pc/Gf
6398.9
89 Ft
: D + Pc/Gf
8700.9
37 Ft
: PSD Min + 100
ft
6498.9
89 Ft
: Mid Perfo
PSD
976.76
96 Ft
: Perbedaan Kedalaman
x Gf
422.43
37 Psia
: Pwf-Perbedaan Tekanan
1772.5
68 Psia
33
c. HF tiap 1000 ft
HF
5. Penentuan Jumlah
Stage
Jumlah Stage
: PIP/Gf
4098.6
08 Ft
:PSDFOP
2400.3
81 Ft
7.5590
88 per 1000 ft
:friction loss per 1000 ft x PSD /
1000
49.126
43 Ft
:Tubing pressure x 2.31 / SG Mix
127.20
26 Ft
: HD + HF + HT
2576.7
1 Ft
34
35
36