Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PERENCANAAN DESIGN

ARTIFICIAL LIFT PADA SUMUR KSH-70


LAPISAN LV
RESERVOIR LAPANGAN KASIH SAYANG

Proposed by:
Moh. Fauzan Akbar Ashari
Delta Cahyaputri
Ramdhan Kurniawan
Budiamala Prawoto
I Dewa Gde WK
Latif Riscahyo
Fatwa Jelang Hari R

(Manager Operation)
(Simulation Engineer)
(Simulation Engineer)
(Production Engineer)
(Production Engineer)
(Surface Engineer)
(Drilling Engineer)

113130082
113130180
131300117
113130148
113130100
113130057
113130147

DAFTAR ISI
BP INDONESIA

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

I.

Judul

..

II.

Executive Summary

III. Geological Finding and Review .

IV. Fluid Description

11

V.

12

VI. Artificial Lift Design (ESP/Gas Lift) .

16

VII. Production Facilities

22

7.1. Klasifikasi ..

22

7.2. Skema

24

Well Completion

..

VIII. Recommendation
IX. Lampiran

I.

27

28

JUDUL

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

LAPORAN PERENCAAN DESIGN ARTIFICIAL LIFT PADA SUMUR KSH-70


RESERVOIR LAPANGAN KASIH SAYANG
II.

EXECUTIVE SUMMARY
Dalam memproduksikan minyak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara

sembur alam (natural flow) dan sembur buatan (artificial lift). Cara pertama dilakukan bila
tekanan reservoir cukup tinggi, sehingga dapat mengalirkan fluida ke permukaan secara alamiah.
Sedangkan cara yang kedua dilakukan apabila tekanan reservoir tidak mampu lagi mengalirkan
fluida kepermukaan secara alamiah.

Salah satu metode yang digunakan dalam menangani

masalah yang kedua adalah dengan menggunakan Pompa Benam Listrik (Electrical Submersible
Pump-ESP) dan Gas Lift.
Metode pengangkatan fluida dengan ESP banyak digunakan karena sangat efektif dan
efisien untuk sumur yang menpunyai produktivitas indeks (PI) yang besar, sumur yang dalam,
serta untuk sumur-sumur miring. Ada banyak pilihan jenis pompa ESP yang beredar di pasaran
dimana tiap perusahaan mengembangkan dan membuat bermacam-macam ukuran serta tipe dari
pompa benam listrik sehingga dapat dipilih tipe dan ukuran yang sesuai dengan perhitungan.
Sedangkan pada gas lift merupakan penempatan sejumlah valve pada interval kedalaman
tertentu, dimana valve-valve tersebut nantinya akan menginjeksikan gas (umumnya gas yang
terdapat dari produksi sumur tersebut) kedalam tubing, dan dengan prinsip menurunkan densitas
dan membuat jarak antar kolom fluida, maka minyak akan lebih mudah terangkat. Dari segi
ketersediaan gas, keekonomisan, dan kebutuhan, gas lift dibagi menjadi tipe intermittent dan
continuous gas lift. Pada tipe intermittent gas diinjeksikan dengan interval waktu tertentu
sehingga jumlah gas dan operasi valve yang digunakan memiliki jeda waktu tertentu. Sedangkan
pada continuous gas secara terus menerus diinjeksikan kedalam sumur tanpa ada jeda waktu
berhenti.
Lapangan Kasih Sayang ini berada di cekungan Sumatera. Dengan data-data reservoar, fluida
dan produksi terlampir. Lapangan Kasih Sayang ini memiliki tiga (3) lapisan produktif yaitu lapisan
SYG, CNT, dan LV. Lapangan ini diproduksikan selama kurang lebih 10 tahun dengan cara natural
flow dan saat ini sudah terjadi penurunan produksi, oleh karena itu perlu direncanakan pemasangan
artificial lift (ESP dan/atau Gas Lift).

Pada sumur KSH 70 Lapangan Kasih Sayang memproduksi minyak berat dengan data
sumur dan produksi sebagai sebagai berikut :
Table II-1.

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Data Sumur dan Produksi


DATA INPUT :

Top Perforation
Bottom
Perforation
Foam
WC
Sgo
SGw
Tubing.press
Pb
Ps
Pwf
Qgross
ID Casing
ID Tubing
OD Casing
OD Tubing

MD
2268
mku
2289
mku
20%
90%
0.844
1.016
55
2449
1773
700
6.276
2.441
7
2 7/8
Scaling

TVD
2238.1
m
2292.5
m

psi
psi
psi
psi
bfpd
inch
inch
inch
inch

Table II-2.
Data Sumur dan Produksi

Tabel III-3.

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Karakteristik Reservoir Kasih Sayang


Karakteristik
Lapisan
Litologi
Porositas avg, %
Mekanisme Pendorong
Rs, scf/stb
Boi
Pb, psia
Co, 1/psia
Viskositas Minyak, cp
SG gas, lb/cuft

Lapangan Kasih Sayang


SYG
CNT
LV
Sandstone Sandstone
Sandstone
12
21
20
WD
WD
WD
1.19

1.16

1.11

1.54

0.48
4.31

0.45

Setelah dilakuakan simualsi dan analisa dengan software PIPESIM, dengan mengacu pada
screening criteria dan keekonomisan, kami menganjurkan menggunakan metode artificial lift
jenis Electric Submersible Pump (ESP). Adapun hasil yang akan diperoleh adalah hasil produksi
1284.964 BFPD menggunakan pompa REDA D1400.

III.

GEOLOGICAL FINDING AND REVIEW FLUID DESCRIPTION

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Lapangan Kasih Sayang ini berada di cekungan Sumatera. Dengan data-data


reservoar, fluida dan produksi terlampir. Lapangan Kasih Sayang ini memiliki tiga (3) lapisan
produktif yaitu lapisan SYG, CNT, dan LV. Dimana lapisan yang diproduksikan adalah lapisan
LV dengan karakteristik batupasir. Dimana Cekungan Sumatra teridiri dari 3 bagian, yaitu
Cekungan Sumatra Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan.
3.1. Cekungan Sumatra Utara
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara
1. Formasi Parapat
Formasi Parapat yang diperkirakan berumur Oligosen, terdiri atas batupasir berbutir kasar dan
konglomerat di bagian bawah, terdapat sisipan serpih yang diendapkan tidak selaras.
2. Formasi Bamo
Formasi ini berumur Oligosen- Miosen Awal, komposisi formasi ini adalah serpih hitam dan
tidak berlapis, berasosiasi dengan pirit dan gamping. Dijumpai lapisan tipis batugamping,
batulempung karbonatan dan mikaan.
3. Formasi Belumai
Formasi ini membentang pada bagian timur dari cekungan. Formasi Belumai terdapat secara
selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan formasi Baong, ketebalan berkisar 200700m. Formasi ini diperkirakan memiliki umur Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan
laut dangkal.
4. Formasi Baong
Formasi ini terdiri atas batulempungabu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran. Terkayakan
oleh fosil Orbulina sp, berselang seling dengan lapisan pasir halus serpihan.. Formasi ini
merupakan reservoir produktif.
5. Formasi Kautapang
Komposisi batuannya merupakan selang-seling Antara serpih, batulempung. Pada bagian atas
terdapat batugamping dan batupasir berlapis tebal dengan mineralogy kuarsa, pirit, sedikit mika,
dan karbonan yang terdapat pada bagian atas. Ketebalan formasi ini antara 404-1534m.
6. Formasi Seurula
Litologi yang terlihat adalah batupasir, serpih dan dominan batulempung. Formasi ini berbutir
lebih kasar, mengandung banyak cangkang moluska dan foramminifera dibandingkan dengan
Formasi Keutapang.
7. Formasi Julu Rayeu
Formasi ini merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut Cekungan Sumatra Utara.
Ketebalan mencapai 1400m, lingkungan pengendapan laut dangkal, dan berumur Pliosen sampai
Plistosen. Litologi berupa batupasir halus sampai kasar, batulempung dengan kandungan mika,
dan pecahan cangkang moluska.

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Gambar

3.1.
Litostratigrafi
Utara
dan Naim,
Mulhadiono,
Cameron dkk.,

Sumatra
(Kamioli
1973,
1975,
1980)
3.2. Cekungan Sumatra Tengah

Pada bagian baratdaya Cekungan Sumatra Tengah dibatasi oleh tinggian Bukit barisan,
disebelah baratlaut oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran Sunda.

Gambar 3.2.
Tektonik yang Mempengaruhi Cekungan Adanya Kenampakan Negative Flower
Structure.
Cekungan Sumatra tengah terbentuk oleh karena adanya penujaman secara miring (oblique
subduction) lempeng samudra Hindia dibawah lempeng Benua Asia.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
1. Formasi Menggala

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Lingkungan pengendapan formasi ini berupa braided river non- marine(sungai teranyamdeltaic). Litologi penyusun adalah batupasir halus-kasar yang bersifat konglomeratan dengan
ketebalan mencapai 1800kaki.

Gambar 3.3.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
2. Formasi Bangko
Litologi tersusun atas serpih abu-abu yang bersifat karbonatan berseling dengan batupasir haluskasar. Formasi ini diendapkan pada lingkungan estuarian dengan ketebalan 300kaki.
3. Formasi Bekasap
Litologi tersusun atas batupasir dengan kandungan glaukonit dibagian atasnya serta sisipan
serpih, batugamping tipis, dan lapisan batubara.
4. Formasi Duri
Litologi penyusun berupa batuasir berukuran halus-sedang berseling dengan serpih dan sedikit
batugamping. Formasi Duri mempunyai hubungan yang menjari dengan
5. Formasi Telisa
Litologi tersusun atas dominasi serpih dengan sisipan batugamping dan batupasir glaukonitan
berbutir halus yang diendapkan pada lingkungan litoral dalam dan luar.
6. Formasi Petani
Formasi ini tersusun atas sekuen monoton dari serpih-batulumput dan interkalasi batupasir
batulanau yang kea rah atas menunjukkan pendangkalan lingkungan pengendapan dan
penyusutan pengaruh laut.
7. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan enfapan Kuarter yang diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Petani. Litologi penyusun berupa konglomeratan, batupasir, dan batulempung yang mencirikan
endapan alluvial. Proses pengendapan masih terjadi hingga kini.

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

3.3. Cekungan Sumatra Selatan


Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah
1. Batuan Dasar (Basement)
Batuan dasar terdiri dari batuan kompleks paleozoikum dan batuan Mesozoikum, batuan
metamorf, batuan beku, dan batuan karbonat
2. Formasi Lahat
Pada bagian bawah litologi penyusun berupa batupasir kasar, kerikilan, dan konglomerat. Pada
bagian atas terdapat fasies serpih dengan sisipan batupasir halus, lanau, dan tuff. Formasi ini
berfungsi sebagai batuan induk dengan keteblan mencapai 1000m.
3. Formasi Talang Akar
Litologi penyusun berupa batulanau, batupasir dan sisipan batubara yang terendapkan pada
lingkungan laut dangkal hingga zona transisi. Bagian bawah formasi tersusun atas batupasir
kasar, serpih dan sisipan batubara. Sedangkan dibagian atasnya berupa perselingan antara
batupasir dan serpih. Tebal formasi berkisar 460-610m
4. Formasi Batu Raja
Formasi
ini
terdiri
atas carbonate
platform dengan

ketebalan 20-75m dengan

tambahan carbonate build up danreef dengan ketebalan 60-120m. Karbonat dengan potensi
reservoir terbaik terdapat pada selatan cekungan, akan tetapi lebih jarang pada bagian utara subcekungan Jambi.
5. Formasi Gumai
Formasi ini tersusun atas fosfoliferus marine shale dan lapisan batugamping yang mengandung
glaukonit. Bagian bawah dari formasi ini terdiri dari calcareous

Gambar 3.4.
Litostratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
6. Formasi Air Benakat

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Litologi terdiri dari batulempung putih dengan sisipan batupasir halus, batupasir abu-abuhitam
kebiruan, glaukonitan dan sedikit mengandung lignit. Pada bagian tengah kaya akan fosil
foramminefera. Ketebalan formasi ini antara 1000- 1500m.
7. Formasi Muara Enim
Formasi ini diendapkan pada kala Miosen Akhir sampai Pliosen. Pada formasi ini terjadi pada
fasa regresi kedua setelah Formasi Air Benakat.

Batupasir pada formasi ini mengandung

glaukonit dan debris vulkanik. Ketebalan Formasi ini 750m.


8. Formasi Kasai
Karakteristik yang terlihat dari endapan formasi ini adalah kenampakan produk vulkanik.
Litologi tersusun atas batupasir dan lempung serta material piroklastik. Pada bagian atas terdapat
lapisan tuff batu apung yang masih mengandung sisa tumbuhan dan kayu, memiliki struktur
silang siur. Lignit terdapat sebagai sisipan berbentuk lensa-lensa dalam batupasir dan
batulempung.

IV.

FLUID DESCRIPTION
Berikut adalah table komposisi dan properties fluida hidrokarbon sumur KSH-70

Lapangan Kasih Sayang adalah terlampir sebagai berikut:


Tabel IV-1.
Karakteristik Fluida Reservoir Sumur KSH-70, Lapisan LV, Lapangan Kasih Sayang

10

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

SG oil

0.844

API

36.15403

SG g

0.148774594

Karena harga API Gravity minyak di sumur KSH-70 adalah 36.154030API, maka minyak di sumur
KSH-70 dikategorikan sebagai minyak ringan (volatile oil).

Dengan menggunakan Standing Cartz didapat harga Bubble point (Pb), Kelarutan gas (Rs) dan
Compresibilitas minyak (Co).
Tabel IV-2.
Data Reservoir Lapangan Kasih Sayang
Karakteristik
Lapisan

Lapangan Kasih Sayang


SYG

11

CNT

LV

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Litologi

Sandstone

Sandstone

Sandstone

Porositas avg, %

12

21

20

Mekanisme Pendorong

WD

WD

WD

Rs, scf/stb
Boi

33.57957389
1.19

1.16

1.11

Pb, psia

983.4660617

Co, 1/psia

1.09546E-05

Viskositas Minyak, cp

1.54

SG gas, lb/cuft

0.48
4.31

12

0.45

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

V.

WELL COMPLETION
Persiapan atau penyempurnaan sumur disebut well completion. Persiapan ini antara lain

mengatur agar aliran dari formasi dapat dengan sebaik-baiknya masuk kedalam sumur dan
mengalir sampai ke permukaan. Tujuan dari penyelesaian sumur adalah untuk memaksimalkan
dan mengontrol aliran fluida dari reservoir ke dasar sumur dan dari sumur ke permukaan sesuai
dengan karakteristik, kondisi dan jenis reservoirnya. Penyelesaaian sumur dilakukan dengan
pemasangan peralatan untuk mengangkat fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan.
Tabel V-1.
Data reservoir Lapangan Kasih Sayang
Karakteristik
Lapisan
Litologi
Porositas avg, %
Mekanisme
Pendorong
Rs, scf/stb
Boi
Pb, psia
Co, 1/psia
Viskositas Minyak,
cp
SG gas, lb/cuft

Lapangan Kasih Sayang


SYG
CNT
Sandston
Sandstone
e
12
21

LV
Sandstone
20

WD

WD

WD

1.19

1.16

1.11

1.54

0.48

0.45

4.31

litologi batuan pada lapisan LV merupakan sandstone dan harga porositas untuk lapangan
LV sebesar 0.2. penentuan tipe formation completion yang cocok dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya yaitu :

Sementasi Batuan
Kandungan Lempung
Kekuatan formasi
Untuk harga sementasi batuan pada lapisan LV sebelumnya kami telah mencoba

menghitung harga faktor sementasi dengan persamaan berikut :


F m
Dimana :
F = faktor formasi, yaitu perbandingan antara Ro (resitivitas minyak pada saturasi air
100 %) dan Rw (resitivitas air formasi).

13

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

= Porositas batuan
M = Faktor sementasi
Perhitungan :

F m
m log F / log
m log( 8) / log( 0,20)
m 1,29
m 1,29

Maka harga faktor sementasi pada tipe batuan yang diinvestigasi 1.3. Untuk pengukuran
clean unconsolidated sand di laboratorium, nilai m sekitar 1.3. yang berarti Unconsolidated
rocks (loose sand,colitic lime stone) atas dasar pertimbangan itulah agar lebih safety, formation
completion pada lapisan LV menggunakan cased hole completion.
Tabel V-2
Rock Description dan Cementation Factor
(Craft B.C., 1962)
Rock Description
Unconsolidated rocks (loose sand,
colitic lime stone)

Cementation factor, m

Very slightly cemented (Gulf Coast


type sand, except Wilcox)

1,4 1,5

Slightly cemented (most sand with 20


% porosity or more)

1,6 1,7

Moderately
cemented
(highly
consolidated sand of 15 % porosity or
less)

1,8 1,9

Highly cemented (low porosity sand,


quarzite, limestone, dolomite of
intergranular porosity, chalk)

2,0 2,2

1,3

Lempung mempunyai sifat mengikat air atau water wet, dimana apabila mineral lempung
bertemu dengan air formasi maka mineral lempung akan mengembang (swelling) sehingga butir
batuan yang diikat lempung akan mudah terlepas dan akan bergerak mengikuti aliran airnya.

14

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Dikarenakan tenaga pendorong reservoir lapisan LV adalah water drive, maka dengan mudah
lempung akan dapat swelling dan daya ikat butiran pasir akan berkurang, maka pasir dapat
terproduksi bersama dengan minyak.
Alat perforasi yang akan digunakan pada formasi LV adalah bullet perforator
diakrenakan bullet perforator cocok unutk lapisan LV dan memiliki beberapa kelebihan daripada
jet perforator, dan juga lubang perforasi yang dihasilkan bullet perforator berbentuk bulat tidak
tajam sehingga sewaktu-waktu dapat ditutup dengan klep - klep bola bila diperlukan.
Lapisan LV merupakan slightly cemented, jadi pada lapisan tersebut memungkinkan
untuk terjadinya problem kepasiran. Pada awal produksi mungkin tidak terjadi problem kepasiran
namun seiring dengan di produksinya fluida maka penurunan tekanan akan terjadi dan akan
menyebabkan terganggunya sementasi batuan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka well
completion pada lapisan LV menggunakan screen liner dan gravel pack.

Skema Formation Completion untuk Sumur KSH-70

15

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

VI.

ARTIFICIAL LIFT DESIGN

6.1. Analisa Well Performance


Setelah produksi selama 10 tahun secara natural flow Sumur KSH-26, Lapisan LV,

Lapangan Kasih Sayang mengalami penurunan produksi. Ketika dilakukan perhitungan terhadap
performance sumur, kurva tubing intake (ID 2.441 inci) yang tidak berpotongan dengan kurva
IPR sumur mengindikasikan bahwa tidak ada aliran fluida reservoir ke permukaan seperti
ditunjukan gambar di bawah.

Gambar 6.1.
Kurva Performa Sumur KSH-70
6.2. Electric Submersible Pump Design
Desain ESP (Electric Submersible Pump) dengan target produksi sebesar 1284.694 BFPD
menggunakan software PIPESIM. Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pump setting
depth yang diperlukan untuk input data desain ESP.
WFL

= 5219.745 ft

16

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Pc

= 510 psi

Gf

= 0.43248 psi/ft

PSDrecommended

= WFL + 100 ft
= 5219.745 + 100
= 5319.745 ft

Pada akhirnya dipilih pompa jenis REDA D1400 dengan efisiensi sekitar 63.59%. Karena
ada produksi gas di KSH-70, gas separator diinstal di dalam pompa. Berikut merupakan pump
performance curve dari REDA D1400.

Gambar 6.2.
ESP Selected Pump Performance Curve
Hasil simulasi PIPESIM menunjukkan bahwa dengan REDA D1400 akan diperoleh hasil
produksi 1284.964 BFPD.

17

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Gambar 6.3.
ESP Design Report

Gambar 6.4.
ESP Well Performance

Analisa sensitivity kemudian dilakuan terhadap jumlah stages dengan range 100 sampai
150 stages. Dan dengan 126 stages, diperoleh hasil produksi sebesar 1284.964 BFPD. Dengan
10% oil cut, jumlah minyak yang dapat diproduksi adalah 128,4964 STBPD.

18

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Gambar 6.5.
Jumlah Stages ESP Sensitivity Performance

Gambar 6.6.
Pressure or Temperature Profile
6.3. Design Comparison

19

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Gambar 6.7.
Screening Kriteria Gas Lift dan ESP (dari berbagai sumber)
Dengan mengacu pada screening kriteria di atas, dan pertimbangan lain, maka hasil analisa
perbandingan desain artificial lift antara gas lift dengan electric submersible pump adalah sebagai
berikut:

Tabel VI-1.
Analisa Pemilihan Desain Artificial Lift
Metode Artificial Lift
GL
ESP

Kriteria

Analisa

Viscositas

Kekentalan minyak mempengaruhi


efisiensi gas lit dan ESP. Namun
karena karakteristik fluida reservoir
adalah minyak ringan, tidak menjadi
masalah

Gas
Handling

Keberadaan gas sangat ideal untuk


gas lift. Sementara itu diperlukan
separator gas untuk ESP guna
menghindari gas lock. Karena
produksi gas kecil (0.2 MMSFD),
separator gas di ESP dianggap cukup
untuk menjaga efisiensi pompa.

Pasir

Mengingat formasi adalah sandstone,


masalah kepasiran bisa terjadi. Gas
lift toleran terhadap keberadaan pasir.
Di lain sisi, material abrasif akan
mengurangi usia kerja ESP. Dengan
komplesi yang tepat, masalah
kepasiran dapat dihindari pada ESP.

20

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

CO2

Keberadaannya akan membantu


pengangkatan gas lift dan dibutuhkan
biaya tambahan yang relatif rendah
untuk mengatasi masalah korosi.
Sedangkan untuk ESP akan terjadi
peningkatan signifikan terhadap biaya
terkait masalah korosi

Temperatur yang tinggi sangat


membantu gas lift, sedangkan ESP
terbatas pada suhu. Namun
Temperatur
mengingat pompa diinstal di
kedalaman 4607.53 ft dengan
temperatur 266 0F, bukan menjadi
masalah untuk ESP
Biaya yang dibutuhkan gas lift lebih
CAPEX
tinggi, terutama bila tidak tersedianya
gas di lapangan.
ESP membutuhkan biaya operasional
yang lebih tinggi terkait maintenance.
OPEX
Perlu dilakukan pengecekan secara
rutin terhadap kondisi pompa untuk
menjaga efisiensinya.
Karena reservoir merupakan water
drive reservoir, akan lebih baik
Drive
menggunakan ESP karena
Mechanism
keberadaan air yang banyak akan
mengurangi efisiensi dari
pengangkatan dengan gas lift.

Keterangan:
+ dianjurkan
tidak dianjurkan
Berdasarkan analisa di atas, maka metode artificial lift yang sesuai untuk sumur KSH-70
adalah ESP dengan jenis pompa REDA D1400, dengan membutuhkan Stages sebanyak 126
Stages, HP sebesar 45 HP dan Kecepatan Pompa sebesar 60 hz untuk mencapai Q Design sebesar
1284.964 BFPD dengan effisiensi pompa sebesar 63.59 %, sedangkan Qmax sebesar 1605.868
BFPD.

21

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

VII. PRODUCTION FACILITIES

Peralatan produksi berdasarkan sistem gathering dan block station adalah merupakan pola atau
system jaringan alat transportasi, fasilitas peralatan pemisah fluida produksi dan fasilitas peralatan
penampung fluida hasil pemisahan.

Berdasarkan pada jumlah, tata letak sumur dan letak tangki pengumpul serta kondisi laju
produksi sumur-sumurnya, gathering system dapat dibedakan atas system radial dan system axial
gathering system.
Pada radial gathering system, semua flowline menuju ke header dan langsung
berhubungan dengan fasilitas pemisah, sedangkan pada axial gathering system, beberapa
kelompok sumur mempunyai satu header yang kemudian dari tiap-tiap header akan dialirkan ke
pemisah-pemisah trunk line (jenis flowline yang mempunyai diameter relatif lebih besar dari
flowline biasa, yang berfungsi untuk menyatukan aliran dengan volume besar).
7.1. Klasifikasi
Berikut adalah jensi klasifikasi peralatan produksi permukaan sumur KSH-70 dan
penjelasannya penjelasannya:

22

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

1. SEPARATOR
Separator yang digunakan merupakan separator vertical 3 fasa. Separator vertical biasanya
digunakan untuk memisahkan fluida produksi yang mempunyai GLR tinggi dan/atau kadar
padatan tinggi, separator ini sudah dibersihkan serta mempunyai kapasitas cairan dan gas
yang besar.
2. GAS SCRUBBER
Setelah dipisahkan melalui separator 3 fasa, gas scrubber memisahkan butir cairan yang
masih terikut gas hasil pemisahan tingkat pertama, karenanya alat ini ditempatkan setelah
separator.
3. GAS DEHYDRATOR
Untuk pemisahan fasa gas terakhir yaitu menggunakan Calcium Chloride Gas Dehydrator.
Komponen peralatan ini merupakan kombinasi dari separator tiga tingkat, yaitu gas-liquid
absorbtion tower dan solid bad desiccant unit. Pemisahan partikel air dari gas dilakukan
dengan cara mengkontakkan aliran gas dengan calsium chloride di dalam chemical bad
section.

4. MEMBRANE UNIT
Gas yang sudah dikeringkan oleh gas dehydrator lalu dialirkan ke dalam membrane unit
untuk dipisahkan dari CO2 dan pengotor lain agar gas lebih murni dan dapat dimanfaatkan
lebih lanjut.
5. FWKO
Setelah melewati pemisahan tingkat pertama, crude perlu dipisahkan lagi dari air yang masih
terikut. Pemisahan kedua menggunakan FWKO dimana memisahkan air bebas dari crude
secara settling.
6. CO METERING
Minyak yang telah dipisahkan ini selanjutnya akan dicatat oleh alat Co Metering ini.
7. CRUDE STORAGE TANK
Setelah crude cukup bersih dari pengotor, crude ditimbun dalam storage tank. Dimana untuk
gross rate sebesar 318 bfpd, digunakan storage tank dengan ukuran 4x16 ft yang dapat
menampung sekitar 100-1000 bfpd. Setelah itu

crude akan ditampung hingga

ditransportasikan menuju refinery.


8. SKIMMING TANK
Water dominated hasil dari pemisahan pertama masih harus dipisahkan. Crude yang terikut
harus diambil karena berharga dan apabila terikut tidak baik untuk diinjeksikan ataupun
untuk dikembalikan ke lingkungan.
9. WASH TANK

23

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Wash tank menampung air dari skimming tank. Pada wash tank air dibersihkan dari pengotor.
10. WATER TANK
Air yang sudah bersih ditampung pada water tank. Air ini sudah baik apabila digunakan
untuk kepentingan injeksi waterflooding maupun untuk dikembalikan ke lingkungan.

7.2. Skema
Berikut adalah skema peralatan production facilities di permukaan pada sumur KSH-70.

24

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

1. Well
2. Flowline

7. Skim Tank
8. Wash Tank
3. Seppa
rator
9.
Water
Tank
4. FWK
O

10.
Gas

Scrubber
5. Storage Tank
6. Oil Buster Pump

11. Compressor

Perhitungan :
Perhitungan tekanan di separator digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
Tabel VII-1
Data Asumsi Perhitungan Pressure Lost
Jenis data
P. Wellhead
Pressure loss (Asumsi)
Panjang Flowline dari well head ke separator

Nilai
80
0,05
700

Perhitungan Tekanan Separator.


Psep

= Wellhead - P
= 80 - (0,05 x 700)
= 45 psi

Perhitungan Pressure Storage Tank :


Tabel VII-2

25

Satuan
Psi
Psi/ft
Ft

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Data Asumsi Perhitungan Pressure Storage Tank


Data
P. Separator
Pressure loss
Panjang pipa dari separator ke storage

Nilai
45
0,05
400

Satuan
Psi
Psi/ft
Ft

tank
Pstorage tank = Psep - P
= 45 - (0,05 x 400)
= 25 psi
Dari wellhead fluida dialirkan melalui flowline menuju separator, separator yang
digunakan Separator Tiga Fasa Jenis Horizontal karena fluida produksi yang mengalir adalah
tiga fasa yaitu minyak, air dan gas. Pertimbangan lainnya digunakan separator horizontal adalah
lebih luas untuk setting bila terdapat dua fasa cair.
Kemudian fluida dipisahkan di dalam separator, untuk gas masuk ke dalam gas scrubber
dalam gas scrubber fluida yang masih terdapat dalam gas dipisahkan kemudian fluida masuk ke
dalam FWKO , sedangkan gas masuk ke kompresor lalu dialirkan kemudian diolah untuk
digunakan lebih lanjut dan sebagian di flare.
Untuk fasa minyak setelah keluar dari separator kemudian masuk ke dalam FWKO untuk
memisahkan sisa air yang masih ada dalam minyak, dari FWKO kemudian minyak dialirkan
melalui flowline menuju storage tank.
Sedangkan air yang keluar dari separator selanjutnya masuk ke dalam oil skimmer, alat
ini di gunakan untuk memisahkan tetes-tetesan minyak dari air , kemudian minyak yang berasal
dari oil skimmer dimasukan ke dalam FWKO. Dan air yang keluar dari oil skimmer masuk ke
wash tank untuk dibersihkan lebih lanjut hingga akhirnya dapat dialirkan menuju water tank.
Digunakan oil skimmer karena fluida produksi mengandung watercut sebesar 90% dan tentunya
dalam kandungan watercut sebesar itu masih terdapat kandungan tetes tetes minyak.
Untuk storage tank menggunakan Alumunium Stainless Steel tank dengan ukuran 4x16
feet dengan kapasitas 100-1000 bbl / day pertimbangan menggunakan bahan alumunium karena
banyaknya air yang terproduksi dapat menyebabkan timbulnya korosi, untuk desain pressure
storage tank dilakukan perhitungan sebagai berikut,
Storage tank yang digunakan adalah storage tank tipe atmosferik karena tekanan yang
masuk ke dalam storage tank sama dengan tekanan atmosfir.

26

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

VIII. REKOMENDASI
Berdasarkan perhitungan dan analisa dari sumur KSH-70 lapisan LV batupasir diberikan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Jenis artificial lift yang optimum diguankan adalah ESP Jenis REDA D1400 dengan laju
optimum 1284.964 BFPD
2. Formation Completion menggunakan jenis cased hole dengan liner dan gravel packer
melihat jenis formasinya adalah batupasir yang tergolong slighty cemented yang dapat
memicu masalah kepasiran dikemudian hari.

27

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

3. Untuk Perforasi menggunakan gun/bullet perforator untuk memperoleh hasil optimum


pada formasi batu pasir yang memiliki harga sementasi (m) 1.3 yang berarti
Unconsolidated rocks (loose sand,colitic lime stone) atas dasar pertimbangan itulah agar
lebih safety, formation completion pada lapisan LV menggunakan cased hole completion.
Sehingga untuk jenis perforasi ini tidak memicu formation damage.
4. Tubing completion menggunkan jenis single tubing karena formasi produktif yang
diproduksikan sumur adalah hanya pada lapisan LV.
5. Production facilities sebaiknya dipersiapkan pemasangan water treatment, karena
memiliki Water Cut yang besar.

LAMPIRAN

LAMPIRAN A. KARAKTERISTIK RESERVOIR


Tabel A.1.
Jenis Reservoir Berdasarkan Komposisi dan Properties Fluida

28

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

29

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

LAMPIRAN B. PERHITUNGAN KOMPOSISI FLUIDA


Mole Percent (Zi)

Vol.liq at
standard
cond

Component

Laborator
y

Simulatio
n

Mi

ZiMi

at
standard
condition

CO2

0.37

0.37

44.01000

0.16284

0.00000

N2

0.01

0.01

28.02000

0.00280

0.00000

C1

5.39

9.03

16.04300

0.86472

0.00000

C2

0.75

0.75

30.07000

0.22553

0.00000

C3

2.62

2.62

44.09700

1.15534

31.66000

0.03649214
8

i-C4

2.36

2.36

58.12300

1.37170

35.12000

0.03905759
7

n-C4

2.39

2.39

58.12300

1.38914

36.43000

0.03813175
1

i-C5

2.9

2.9

72.15000

2.09235

38.96000

0.05370508
2

n-C5

2.08

2.08

72.15000

1.50072

39.36000

0.03812804
9

n-C6

5.25

5.25

86.17700

4.52429

41.43000

0.10920329
5

181.3700
0

137.62356

51.82947

2.65531474
7

C7 - C10

33.32

C11 - C14

17.59

C15 - C17

75.88

7.74

C18 - C22

7.18

C23+

6.4

TOTAL

100

99.99

150.91298
4

690.333

Keadaan di Stock-Tank:
SG oil

0.844

API

36.15403

SG g

0.148774594

30

2.97003266
8

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Densitas Propana plus

(150.90.220.860.0020.162)
150.91

= 50.4 lb/cuft

Fraksi berat ethana (C2 +) :

0.2253
(150.910.860.0020.162)

= 0.0015

Fraksi berat methana

0.86472
(150.9109.0020.162)

= 0.0057

Penarikan grafik menentukan densitas semu = 52

52

(Tarek Ahmed, Hydrocarbon Phase Behavior vol.7, 1989)

Koreksi densitas akibat kompresibilitas isothermal:


Dari grafik Gb. 6-2 (slide 8) diperoleh harga koreksi = 0.6 lb/cuft sehingga densitas cairan
semu pada 2340 psia/60 oF adalah:
ob = 52 + 0.6
= 52.6 lb/cuft.

31

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

0.6

(Tarek Ahmed, Hydrocarbon Phase Behavior vol.7, 1989)

Koreksi densitas akibat pemuaian isobar:


Diperoleh harga koreksi = 4.8 lb/cuft sehingga densitas cairan semu pada 2340 psia/266
o
F adalah :
ob = 52.6 - 4.8
= 47.8 lb/cuft.

32

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

LAMPIRAN C. PERHITUNGAN ESP


Design :
Metode
Vogel
Desain
rate
Pwf
Design
WFL

1284.69
4
956.951
4
5219.74
5 ft
1590.90
1 m

1. Penentuan Specific
Gravity
a. Oil Phase SG
: Oil Cut x Oil Sp Gravity
0.0844
b. Water Phase
SG
: Water Cut x Water Sp Gravity
0.9144
C. SG Mix
: Oil Phase SG + Water Phase SG
0.9988
d. Gradient Fluida
(GF)
: SG Mix x 0.433
0.43248 psi/ft
2. Penentuan PSD
a. PSD Min

b. PSD Max

c. PSD Rec

3. Penentuan PIP
a. Perbedaan
Kedalaman

b. Perbedaan Tekanan

c PIP

: WFL + Pc/Gf
6398.9
89 Ft
: D + Pc/Gf
8700.9
37 Ft
: PSD Min + 100
ft
6498.9
89 Ft

: Mid Perfo
PSD
976.76
96 Ft
: Perbedaan Kedalaman
x Gf
422.43
37 Psia
: Pwf-Perbedaan Tekanan
1772.5
68 Psia

33

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

4. Penentuan Total Dynamic


Head
a. Fluid Over Pump

b. Vertical Lift (HD)

c. HF tiap 1000 ft
HF

d. Tubing Head (HT)

e. Total Dynamic Head

5. Penentuan Jumlah
Stage
Jumlah Stage

: PIP/Gf
4098.6
08 Ft
:PSDFOP
2400.3
81 Ft
7.5590
88 per 1000 ft
:friction loss per 1000 ft x PSD /
1000
49.126
43 Ft
:Tubing pressure x 2.31 / SG Mix
127.20
26 Ft
: HD + HF + HT
2576.7
1 Ft

(Tergantung dari tiap pompa yang akan dipilih)


: TDH/Head per
*head per
stage
stage
20 ft/stage
128.83
55 Stage

34

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

LAMPIRAN D. ATRIBUT DESAN PEMILIHAN ARTIFICIAL LIFT

Gambar D.1. Atribut Desain Pemilihan Artificial Lift PERTAMINA

Gambar D.2. Atribut Desain Pemilihan Artificial Lift PERTAMINA (lanjutan)

35

SKK Migas Indonesia | BP Indonesia

Gambar D.3. Atribut Desain Pemilihan Artificial Lift PERTAMINA (lanjutan)

Gambar D.4. Atribut Desain Pemilihan Artificial Lift PERTAMINA (lanjutan)

36

Anda mungkin juga menyukai