Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/273003735

Analisa Deformasi Permukaan Patahan Aktif Segmen Seulimum dan Segmen


Aceh

Conference Paper · April 2011

CITATIONS READS

2 3,121

6 authors, including:

Didik Sugiyanto Z. Zulfakriza


Syiah Kuala University Bandung Institute of Technology
31 PUBLICATIONS   136 CITATIONS    36 PUBLICATIONS   67 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nazli Ismail Irwan Meilano


Syiah Kuala University Bandung Institute of Technology
52 PUBLICATIONS   228 CITATIONS    144 PUBLICATIONS   1,018 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Updating Indonesian Seismic Hazard Maps 2016 View project

Lanslide Hazard Mitigation View project

All content following this page was uploaded by Z. Zulfakriza on 03 March 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh, 13 – 19 April 2011

ISSN 2088-4532

Analisa Deformasi Permukaan Patahan Aktif Segmen


Seulimum dan Segmen Aceh
Didik Sugiyanto 1,2) Zulfakriza 1) Nazli Ismail1) Faizal Adriansyah1) Irwan Meilano 2) Hasanudin Z.A2)
1) 1
) Peneliti pada Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala,
Jl. Tgk Abdurrahman, G ampong Pie, Banda Aceh, Indonesia
2)
Teknik Geodesi & Geomatika, Institut Teknologi Bandung

Abstract
Kota Banda Aceh yang posisi kotanya diapit oleh 2 (dua) patahan aktif, yaitu Segmen Aceh dan Segmen Seulimum.
Kedua segmen tersebut merupakan bagian dari Sistem Patahan Sumatera yang panjangnya sekitar 1900 km. Sistem
Patahan Sumatera merupakan suatu patahan aktif menganan (dekstral) yang menyayat Pulau Sumatera dari Kota Banda
Aceh di ujung Baratlaut sampai dengan Kota Agung di ujung tenggara. Dalam penelitian ini, aktifitas patahan yang
direpresentasikan sebagai pergeseran dipermukaan akan dipantau menggunakan metode deformasi yang berbasiskan
pada survei pengamatan satelit GPS (Global Positioning System) dan hasil pengamatan ini akan dimodelkan dengan
menggunakan pemodelan dislokasi elastis dengan bantuan metoda grid search untuk keperluan optimisasi dari
parameter deformasi. Sehingga akan diperoleh nilai laju geser (slip rate) dan kedalam sumber gempa (locking depth)
pada patahan aktif segmen Aceh dan segmen Seulimum yang digunakan untuk mitigasi bencana gempa bumi.

1.PENDAHULUAN pergeseran postseismik yang terjadi setelah gempa


Potensi bencana yang diakibatkan dari Aceh 2004 dengan menggunakan data-data pengukuran
pengaruh gempa daratan yang bersumber dari GPS sebelumnya untuk penghitungan perkiraan
sesar/patahan aktif dapat menimbulkan kerugian dan besarnya dampak bahaya gempa bumi yang
kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan ditimbulkan akibat aktivitas patahan aktif segmen Aceh
gempa yang bersumber di lautan, yang terjadi pada dan segmen Seulimum dengan menganalisa :
magnitude yang sama. Sebagai gambaran gempa yang • Interaksi dari segmen utara dengan segmen-
pernah terjadi di Bantul Yogyakarta pada tahun 2006 segmen lainnya
dengan magnitude 6.3 Mw menimbulkan kerusakan
• Imp likasi dari pergeseran koseimik dan
bangunan dan menelan korban jiwa yang jumlahnya
ribuan. Gempa tersebut dikenal dengan gempa Yogya postseismik gempa Aceh, dikaitkan dengan
2006 yang sumber gempanya berasal dari sesar aktif transfer dari stress terhadap segmen utara patahan
(sesar opak). Sumatra
Terkait dengan Kota Banda Aceh yang
2. STUDI LITERATUR
posisinya diapit o leh 2 (dua) sesar aktif, yaitu Sesar
2.1 Sesar Sumatra
Aceh dan Sesar Seulimum. Kedua sesar ini merupakan
Struktur utama dari Sumatra merentang pada
bagian dari Sistem Sesar Sumatera yang panjangnya
arah Tenggara – Barat laut dimulai dari Sunda trench
sekitar 1900 km. Sistem Sesar Sumatera merupakan
di Selatan Jawabarat, forearc ridge, forearc basin,
suatu sistem sesar aktif menganan (dekstral) yang
pegunungan Bukit Barisan dan terakhir Neogene
menyayat Pulau Sumatera dari Kota Banda Aceh di
foreland basin yang meliputi sebagai besar Timur laut
ujung Baratlaut sampai dengan Kota Agung di ujung
Sumatra (Hamilton, 1979). Kenampakan topografi
Tenggara. Pergeseran Sistem Sesar Sumatera sangat
yang paling jelas dari Sumatra yaitu sesar geser
aktif dengan kecepatan bervariasi: 27 mm/thn di daerah
Sumatra, yang terletak di sepanjang bukit barisan, dan
Danau Toba, 15 mm/thn di daerah Danau Maninjau
memanjang sejajar dengan trench dan barisan gunung
(Sieh dkk., 1991) dan 4-6 mm/thn di daerah Danau
api aktif Sumatra.
Ranau (Bellier dkk., 1991).
Sesar Sumatra merupakan sesar geser dekstral
Pada dasarnya penelitian ini mempunyai beberapa dengan panjang 1900 km (gambar 2.1) dan
tujuan utama, yaitu : melakukan pemutakhiran data mengakomodasikan sebagian dari energi hasil
perubahan koordinat pada jaringan pengamatan GPS penunjaman lempeng Australia di sepanjang pantai
untuk analisa deformasi permukaan daratan Aceh, barat Sumatra. Kecepatan tunjaman lempeng Australia
mempelajari karakteristik patahan aktif segmen Aceh bervariasi sekitar 60-75mm/tahun, dengan arah 65-86 0
dan segmen Seulimum dengan melakukan pengukuran dari Timur ke Utara, sehingga tidak tegak lurus pada
lanjutan pada jaringan pengamatan GPS pada segmen arah trench. Apabila diasumsikan bahwa sesar Sumatra
utara dari Sistem Patahan Sumatera, menghitung besar mengakomodasikan komponen parallel dari tumbukan
72
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh, 13 – 19 April 2011

ISSN 2088-4532

lempeng, maka dapat diperkirakan kecepatan dari sesar


Sumatra yaitu 40-60mm/tahun.

Gambar 2.2. Peta kenampakan Sesar Sumatera


bagian Utara

Genrich dkk (2000) menggunakan jaring GPS


untuk mendifisikan pergeseran sesar Sumatra hanya
saja kualitas data dan jaringan GPS-nya sangat
terbatas. Sieh dan Natawidjaya (2000) memberikan
deskripsi detail yang pertama dari pergeseran sesar
Gambar 2.1. Kegempaan di daratan Sumatera dan Sumatra dan membaginya menjadi 19 segmen utama.
wilayah dari Segmen Utara Sesar Sumatra Tetapi hanya sedikit deskripsi yang menjelaskan
pergerakan dari bagian Utara dari sesar Sumatra.
Sejak tahun 1890 terdapat 21 gempa dengan
magnitude lebih besar dari 6.5 di sepanjang sesar 2.3 Peningkatan aktifitas seismisitas di daratan
Sumatra (Natawidjaya, 2007). Salah satu gempa Aceh sesudah gempa Aceh tahun 2004
terbesar yaitu yaitu gempa Liwa, Mw 7.0 yahun 1994 Gempa Aceh, pada tanggal 26 Desember 2004
dan gempa Kerinci tahun Mw 7.1 tahun 1995. Gempa mempengaruhi kondisi stress, tidak hanya di sepanjang
terbaru yaitu gempa Solok M6.4 dan M6.3 tanggal 6 zona subduksi tetap i juga pada sesar Sumatra yang
Maret 2007. lokasinya paralel terhadap zona subduksi. Sebagai hasil
dari peningkatan stress ini maka aktifitas seismik di
2.2. Segmen Utara Sesar Sumatra sepanjang patahan Sumatra meningkat secara
Walaupun dikategorikan sebagai salah satu sistematik.
sesar geser paling aktif di dunia, dengan aktifitas Gambar I.3 memperlihatkan perbandingan
seismic yang pengaruhnya terbesar di Asia tenggara, kondisi seismic sebelum dan sesudah gempa Aceh
karakteristik detail dari sesar Sumatra belum 2004. Data solusi dari momen tensor (CMT) untuk
didefinisikan dengan baik. Beberapa penelitan kegempaan di Sumatra didapatkan dari Harvard CMT.
mengenai sesar Sumatra, diantaranya, pergeseran Faktor dari gempa Aceh yag mengakibatkan
dalam skala global o leh Fitch (1972) atau McCaffrey meningkatnya kondisi seismic di sepanjang sesar
(1991). Beberapa penelitian telah mencoba untuk Sumatra yaitu: besar dan distribusi dari pergeseran
memetakan secara detail aktifitas sesar Sumatra, tetapi koseismik gempa Aceh serta postseismik dari gempa
pada area yang sangat terbatas, seperti Katili dan Aceh.
Hehuwat (1967), Sieh dkk (1994) mengestimasi
besarnya slip pada bagian tengah dari sesar Sumatra
sebesar 11 sampai 28 mm/tahun berdasarkan analisa
dari data SPOT.

73
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh, 13 – 19 April 2011

ISSN 2088-4532

di permukaan bumi. Salah satu perangkat teknologi


yang dapat memberikan informasi tersebut adalah
teknologi Global Positioning System (GPS). Sehingga
survey GPS dapat menjadi salah satu acuan dalam studi
geodinamika untuk mengamati pola dan perubahan
arah pergerakan blok kerak bumi dalam menganalisa
karakteristik patahan aktif di permukaan bumi.

GPS memiliki nama resmi NAVSTAR GPS


(Navigation Satelit Timing and Ranging Global
Positioning System). Dengan pengamatan satelit GPS,
para pengguna GPS dapat memperoleh informasi
mengenai posisi secara akurat di permukaan bumi.
Informasi lainnya yang dapat diperoleh dari
pengamatan GPS adalah informasi mengenai
kecepatan, arah, jarak dan waktu.

Pada dasarnya sinyal GPS terdiri dari 3 komponen


Gambar 2.3. Peningkatan kondisi seismik
[Abidin, 2000], yaitu :
sepanjang
patahan Sumatra sesudah gempa Aceh 2004 • Penginformasian jarak (kode) berupa kode-P
dan kode-C/A
2.4 Deformasi dan Survey Geodetik untuk Studi • Pesan navigasi yang berisi informasi
Patahan Aktif mengenai satelit dan orbit
Deformasi adalah perubahan • Gelombang pembawa (L1 dan L2) yang
kedudukan/pergerakan secara absolute atau relative berfungsi membawa data kode dan pesan
dari posisi suatu materi atau perubahan kedudukan navigasi
dalam dimensi yang linier. Ini merupakan perubahan
bentuk materi yang terbagi dalam tiga fenomena, yaitu Dari ketiga komponen tersebut di atas terdapat dua data
: pengamatan dasar GPS yaitu waktu tempuh dari kode-
(1) Secular (perubahan linier, lambat dan P dan kode-C/A dan fase dari gelombang L1 dan L2.
Waktu tempuh tersebut akan menghasilkan jarak
merambat)
pseudorange, sedangkan fase adalah data pengamatan
(2) Periodik (perubahan mempunyai selang waktu GPS berupa jumlah gelombang penuh yang terhitung
antara detik sampai perubahan tahun) sejak saat pengamatan dimulai dan data fase ini yang
(3) Episodik (perubahan secara tiba-tiba dan digunakan dalam ap likasi-aplikasi yang menuntut
cepat) ketelitian posisi yang sangat tinggi.

3. METODOLOGI Dalam kaitannya dengan deformasi akibat pergerakan


kerak bumi, perubahan atau pergerakan yang dimaksud
3.1 Survey Geodetik untuk Studi Patahan Aktif adalah perubahan atau pergerakan titik-titik
Pengamatan geodetik merupakan fungsi dari pengamatan yang diletakkan di sekitar daerah-daerah
parameter-parameter deformasi yang dilakukan dengan patahan aktif yang diperkirakan berpotensi terjad i
survey deformasi. Survey tersebut dapat dilakukan gempabumi (gambar 3.1).
dalam berbagai metoda seperti metoda fotogrametri,
metoda terestrik, metoda GPS positioning dengan
menggunakan peralatan pendukung seperti strainmeter,
tiltmeter, GPS geodetic dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan potensi kegempaan


di daratan yang d iakibatkan aktivitas patahan aktif,
maka survey GPS merupakan salah satu metode yang
sering digunakan dalam analisa deformasi. Metoda
tersebut mencoba mempelajari dan mengamati pola
serta kecepatan pergeseran yang terjadi pada sebuah
blok kerak bumi. Untuk mengetahui pola dan
kecepatan pergerakan tersebut diperlukan informasi
posisi yang teliti dan akurat pada titik-titik pengamatan

74
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh, 13 – 19 April 2011

ISSN 2088-4532

Gambar 3.1. Penggunaan GPS untuk studi


geodinamika
Gambar 3.2. Rancangan lokasi penelitian
Untuk mengetahui pola dan kecepatan
perubahan blok kerak bumi dapat dilakukan dengan
survey GPS terhadap titik-titik pengamatan baik secara 3.3 Pengolahan Data
episodik maupun kontinu. Pengamatan dengan metode Untuk mengestimasi laju geser (slip-rate) dan
episodik adalah pengamatan yang dilakukan secara kedalaman sumber (locking-depth) dalam mengalisa
berkala dalam selang waktu tertentu sedangkan dengan potensi bahaya kegempaan (seismic hazard) di daratan
metode kontinu pengamatan dilakukan terus-menerus Aceh menggunakan analisa deformasi dengan metoda
secara otomatis, dimana perangkat GPS disimpan di dislokasi elastic.
lokasi titik pengamatan.
Proses pengolahan data GPS menggunakan perangkat
lunak Bernese 5.0. Perangkat lunak ilmiah Bernese 5.0
merupakan perangkat lunak yang berlisensi KK-
3.2 Desain Pengukuran Geodesi ITB. Penelitian yang dilakukan ini menjalin
hubungan riset dengan KK – Geodesi ITB, sehingga
Untuk mendapatkan parameter mekanisme pergeseran terjadi distribusi data dan pemakaian perangkat lunak
Sesar Aceh dan Sesar Seulimum yang optimal yang ilmiah ini.
akan digunakan dalam pemodelan dislokasi elastis tim
peneliti akan mengkonsentrasikan penelitian pada
suatu jalur survei yang melintang pada bidang sesar. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dan untuk efesiensi maka penelitian ini akan Data hasil pengamatan GPS diolah menggunakan
mengukur ulang pada 13 titik pengamatan yang telah metode diferensial dengan moda jaring. Titik-titik IGS
ada di sekitar Aceh Besar, Banda Aceh dan Aceh Jaya. terletak di luar objek pengamatan yang posisinya
Serta akan menambah tiga titik baru untuk merapatkan dianggap sebagai titik yang bebas akan pengaruh
jaringan, seperti yang ditujukkan pada gambar 3.2 postseismic di Pulau Sumatera. Kemudian titik-titik
berikut. tersebut diikatkan dengan dua titik bantu yaitu SAMP
dan ACEH, selanjutkan titik bantu tersebut diikatkan
ke titik-titik pengamatan yang ada di Aceh dalam suatu
jaring kerangka dasar. Titik-titik IGS yang dijadikan
sebagai titik referensi yaitu DGAR, PIMO, KUNM dan
HYDE

75
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh, 13 – 19 April 2011

ISSN 2088-4532

Gambar 4.1. Vektor pergeseran yang masih


Gambar 4.1. Lokasi titik IGS yang diikatkan dipengaruhi oleh Block Motion
dengan titik bantu, garis merah titik IGS yang
diikatkan dengan SAMP dan garis hitam titik IGS Pada makalah ini estimasi laju geser belum d ilakukan
yang diikatkan ke ACEH karena masih melakukan pengolahan data untuk stasiun
ACEH dan TDMR. Stasiun ACEH merupakan stasiun
kontinu yang berada di Lab Geofisika Unsyiah, dan
4.1 Deformasi Permukaan Daratan Aceh TDMR merupakan stasiun kontinu yang berada di
gedung TDMRC. Kedua stasiun tersebut diharapkan
Deformasi permukaan daratan Aceh masih sangat akan memberikan data yang baik dalam estimasi
dipengaruhi oleh postseismik akibat gempa Aceh 2004. sliprate patahan aktif segmen Aceh dan segmen
Dari hasil pengamatan GPS geodetik tahun 2010 Seulimum karena pengukuran dilakukan secara
dengan mengacu pada pengamatan tahun 2009 masih realtime dan terus menerus.
mencirikan bahwa vektor pergeseran titik-titik
pengamatan GPS geodetik secara dominan mengarah 5. KESIMPULAN
ke trench. Walaupun ada beberapa titik yang
memberikan arah vektor tidak ke arah trench, hal ini Daratan Aceh masih dipengaruhi oleh aktivitas
sangat dipengaruhi oleh keakuratan pada saat postseismic, dengan rata besaran pergeserannya adalah
pengukuran. Seperti pada titik UJKR, LDNG dan K510 10 mm / tahun. Deformasi postseismic yang masih terus
arah vektornya tidak menunjukkan pola deformasi berlangsung akibat gempa Aceh 2004 akan
postseismik. berimplikasi pada potensi kegempaan pada patahan
aktif yang ada di daratan Aceh. Estimasi laju geser dan
Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa kedalaman sumber gempa belum dilakukan karena
pergeseran daratan Aceh masih masih besar. Pada titik proses pengolahan data stasiun ACEH dan stasiun
LMNO besar pergeseran yang terjadi sekitar 15 TDMR masih dalam proses pengolahan.
cm/tahun dan rata-rata pergeseran yang terjad i adalah
sekitar 10 cm/tahun. Kondisi ini menjelaskan bahwa Analisis bahaya kegempaan dengan metode PSHA
pengaruh postseismic akibat gempa Aceh tahun 2004 berdasarkan data skunder dari Tim 9 penyusunan peta
masih terus berlangsung, dan berdampak peningkatan bahaya kegempaan Indonesia didapat bahwa PGA
aktivitas tekanan pada patahan aktif yang ada di untuk kota Banda Aceh adalah sekitar 0.3 – 0.4 g.
daratan Aceh.
Akibat masih besarnya pengaruh deformasi Saran
postseismik pada daratan Aceh, maka untuk
menghitung besar laju geser (slip rate) patahan aktif Masih perlu dilakukan penambahan titik pengamatan
segmen Aceh dan Segmen Seulimum perlu dihilangkan GPS untuk merapatkan jaringan pengamatan, sehingga
pengaruh pergeseran akibat postseismic. Sehingga akan diperoleh hasil yang leb ih akurat
pergeseran yang ada adalah pergeseran yang hanya Deformasi postseismik masih terus berlangsung,
diakibatkan karena patahan aktif. sehingga perlu dilakukan pengamatan GPS lanjutan
76
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Kebencanaan
TDMRC-Unsyiah, Banda Aceh, 13 – 19 April 2011

ISSN 2088-4532

untuk mengetahui besaran pergeseran postseismik of Sumatera, Science Direct, Earth and Planetary
setiap tahun Letter 265 (2008) 61 – 81
(www.sciencedirect.com)
Pembelajaran Kerry Sieh dan Danny Natawidjaja, 2000, Neotectonic
Gambaran umum manifestasi patahan aktif bagian of the Sumatran fault, Indonesia., Journal of
utara dari S istem Patahan Sumatera yang berpotensi Geophysical Research, Vol. 105, No. B12, Pages
menghasilkan kegempaan dan gerakan tanah 28,295-28,326, December 10, 2000.
Masyhur Irsyam et al., 2008, Proposed seismic hazard
Potensi kegempaan pada patahan sumatra sesudah maps of Sumatra and Java islands and
gempa Aceh 2004 sangat dipengaruhi oleh faktor- microzonation study of Jakarta city, Indonesia, J.
Earth Syst. Sci. 117, S 2, November 2008, pp.
faktor berikut: Besar dan distribusi dari pergeseran
865–878
koseismik gempa Aceh, postseismik dari gempa Aceh, Robert McCaffrey, 2009, The Tectonic Framework of
dan perubahan Coulomb stress dari pergeseran the Sumatran Subduction Zone, Annu. Rev. Earth
koseismik dan postseimik. Planet. Sci. 2009.37:345-366. Downloaded from
arjournals.annualreviews.org by Nagoya
Analis is bahaya kegempaan masih menggunakan data University
sekunder dari Tim 9 penyusunan peta kegempaan Seth Stein and Michael Wysession, 2003, An
Indonesia, harapan dalam riset ini akan ada Introduction to Seismology, Earthquake and Earth
pembahuruan data slip rate dan locking depth yang Structure, Blackwell Publishing, UK. 99
merupakan input dalam penyusunan peta tersebut.

Tindak Lanjut
Melakukan pengolahan untuk stasiun ACEH dan
TDMR untuk mengestimasi laju geser dan kedalaman
sumber gempa. Membuat peta PSHA Aceh
berdasarkan laju geser dan kedalaman sumber gempa
hasil perhitungan

Peta PSHA menjadi masukan dalam penyusunan peta


ris iko gempabumi dan menjadi masukan untuk
Pemerintah Aceh dalam penyusunan tata ruang dan
upaya mitigasi gempabumi.

UCAPAN TERIMA KASIH


Tim peneliti dari Peer Group Geohazard - TDMRC
mengucapkan banyak terimakasih atas pendanaan
menyeluruh dari p ihak MDF dan UNDP melalui
project DRR-A dengan nomor kontrak: 537.B /
TDMRC-UNSYIAH / TU / XI / 2010, dan juga atas
kerjasama TDMRC dengan Pemerintah Daerah Aceh
dan Departemen Dalam Negeri.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z. (2000). Penentuan Posisi dengan GPS
dan Aplikasinya. PT Pradnya Pramita, Jakarta.
Cetakan kedua.
Danny Hilman Natawidjaja, 2008, Evaluas i Bahaya
Patahan Aktif, Tsunami dan Goncangan Gempa,
Laboratorium Riset Bencana Alam (LARIBA)
Geoteknologi LIPI Bandung.
Genrich et al., 2000, Distribution of slip at the northern
Sumatran fault system, Journal of Geophysical
Research, Vol. 105, No. B12, Pages 28,327-
28,341, December 10, 2000.
John McCloskey et al., 2007, Tsunami threat in Ind ian
ocean from a future magathurust earthquake west
77

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai