Teknik Geofisika
Universitas Lampung
Oleh
Astri Yunita
2015051028
Kelas A
Deformasi ini adalah terkait dengan pengaturan tektonik Sumatera di margin tenggara
lempeng Eurasia. Palung Sunda atau Jawa dimana lempeng India secara aktif menunjam di
bawah lempeng Eurasia merupakan penanda dari Batas Lempeng. Konvergensi dan
Subduksi lempeng yang ada di sepanjang batas ini sudah dikaitkan dengan pengangkatan
dan busur magmatik yang terkait, Pegunungan Barisan. Pada cekungan Sumatera Utara
ditemukan banyak fitur kompresional yang dihasilkan dari pengaruh pola sedimen dari
kompresi yang membentuk front gunung.
Sebagian besar terumbu Peutu yang tidak memiliki porositas sekunder tidak memiliki
porositas primer yang cukup untuk menjadi reservoir minyak bumi yang memadai. Dalam
sistem perminyakan ini, litologi memberikan segel atas yang sangat baik untuk akumulasi
gas-kondensat di bawah batuan reservoir Peutu. Jika secara lokal, batupasir terdapat pada
Formasi Baong di sepanjang tepi selatan cekungan Sumatera Utara. Namun, di sebelah
tenggara, strata Baong diperkirakan sebagian besar merupakan batuan sedimen delta dengan
fasies berbutir halus lokal sebagai batuan induk untuk akumulasi minyak ringan dari sistem
minyak Baong-Keutapang atau Seurula yang ditemukan di bagian cekungan ini. Sistem
perminyakan mendefinisikan semua elemen geologi dan proses yang penting untuk
akumulasi minyak bumi (Magoon,1989). Memahami hubungan temporal dari proses ini
diperlukan untuk sepenuhnya mengevaluasi sistem perminyakan dan perkembangan
historisnya. Hidrokarbon di Sumatera Utara berasal dari beberapa satuan batuan induk,
termasuk serpih dan batulempung dalam Formasi Bampo, serpih cekungan dan napal dalam
Formasi Peutu, dan serpih dalam Formasi Baong.
Pemodelan maturasi horizon sumber Bampo dan Peutu dilakukan dengan sistem
pemodelan maturasi terkomputerisasi yang dikembangkan secara internal. Batas-batas untuk
jendela minyak dan gas berlabel diinterpretasikan dari interpretasi reflektansi vitrinit dan
hasil pemodelan cekungan yang memperkirakan fraksi sumber kerogen yang dikonversi
menjadi hidrokarbon melalui waktu, menggunakan asumsi sebelumnya. Hasil eksplorasi dan
pemodelan menunjukkan bahwa hidrokarbon gas-kondensat merupakan produk migrasi
(pengusiran) utama dari dekomposisi termal tipe Bampo dan Peutu. Volume hidrokarbon
yang berpotensi cair yang dihasilkan dari batuan induk yang kurus dan rawan gas tersebut
diperkirakan cukup terbatas sehingga terlarut dalam fase gas yang dominan volumenya
untuk dilakukan dari batuan induk sebagai bagian bawahan dari fase gas-kondensat.
Identifikasi fasies cekungan berbutir halus pada Formasi Bampo dan Peutu sebagai
batuan induk untuk akumulasi gas-kondensat di Sumatera Utara didasarkan pada bukti
geokimia dan geologi. Perbandingan kimia dan isotop antara gas-kondensat Arun dan bahan
organik yang diekstraksi dari batuan induk Bampo-Peutu konsisten dengan kemungkinan
hubungan genetik. Selain itu, kurangnya unit batuan organik lain yang mengandung karbon
dengan ketebalan yang signifikan di daerah terdekat mendukung korelasi ini dengan proses
eliminasi. Hasil pemodelan cekungan tiga dimensi menunjukkan bahwa sedimentasi Tersier
akhir yang substansial dan gradien panas bumi yang luar biasa tinggi menyebabkan konversi
kerogen yang cepat dan denyut singkat migrasi hidrokarbon. Estimasi efisiensi trapping
menunjukkan bahwa muatan hidrokarbon bukan merupakan faktor pembatas terjadinya
akumulasi besar dalam sistem, tetapi sebaliknya, reservoir yang memadai dan atau
mekanisme trapping adalah parameter kritis yang membatasi efisiensi Bampo-Peutu secara
keseluruhan.