Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ridho Pranata

NIM : 03071282025026
Kelas : Indralaya
Mata Kuliah : Eksplorasi Batubara

Komparasi Cekungan Batubara di Sumatera dan Kalimantan

Karakteristik Sumatera Kalimantan Referensi


(Prosiding IPA)
Cekungan penghasil Central Sumatera Basin dan South Kutai Basin dan Barito Basin  Investigation Coal Bed
batubara terbesar Sumatera Basin Methane Potential Based on
Intergrated Cleat Analysis
and Coal Quality; Case
Study in Merapi Timur,
Lahat District, South
Sumatra (Proceedings Title
:Proc. Indon. Petrol. Assoc.,
43rd Ann. Conv., 2019)
 Characteristics of Facies
Associations, Ichnofacies
and Microfossils for
Depositional Environment
Interpretation of The Clastic
Pulau Balang Formation,
Samarinda (Proceedings,
Indonesian Petroleum
Association, Digital
Technical Conference, 14-
17 September 2020)
Tatanan Tektonik Pulau Sumatra diinterpretasikan  Jurasik hingga Kapur Awal  The geology of the Central
dibentuk oleh kolisi dan suturing dari (Cekungan Kutai masih bagian and South Sumatra basins
mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier
(Pulunggono dan Cameron, 1984; dariLempengKontinenEurasia (Proc. Indon. Petrol. Assoc.,
dalam Barber dkk, 2005). Sekarang yang dipisahkan dari Gondwana 3rd Ann. Conv., 1974)
Lempeng Samudera Hindia subduksi oleh lautan Tethys  Uplift of the Meratus
di bawah Lempeng Benua Eurasia  Kapur Akhir untuk pertama kali complex: sedimentology,
pada arah N20°E dengan rata-rata yang diikutioleh pemekaran biostratigraphy, provenance
pergerakannya 6 – 7 cm/tahun. samudra (spreading) yang terjadi and structure (Proc. Indon.
Konfigurasi cekungan pada daerah pada masa Eosen Tengah Petrol. Assoc., 38th Ann.
Sumatra berhubungan langsung (Kejadian rift pertama ini Conv., 2014)
dengan kehadiran dari subduksi yang mengakibatkan pembentukan
menyebabkan non-volcanic fore-arc intra-cratonic graben di daratan
dan volcano-plutonik back-arc Cina danKalimantan sepanjang
patahan ekstensi yang berarah
NE-SW. Rifting ini kemungkinan
berkaitan dengan tahap awal dari
ekstrusi daratan Sunda
(Tapponier,1986)
 Subduksi dari kerak samudra
India-Australia terhadap kerak
kontinen Sunda yangmembentuk
kompleks subduksi Meratus pada
Kapur akhir hingga Paleosen
Awal (Cekungan Kutai atas
(Upper Kutai Basin), yang
terletak di bagian Barat
daripunggungan Kutai terbentuk
sebagai bagian dari fore arc basin
dan busur magmatik.Sebagai
konsekuensinyaCekungan Kutai
bawah (Lower Kutai Basin)
masih berperansebagai cekungan
samudra tanpa pengendapan
sedimen yang signifikan pada
masa ini)
 Subduksi Lupar pada
PaleosenAkhir hingga Miosen
Tengah (Pada masa
ini,CekunganKutai Atas(Upper
Kutai basin)merupakan busur
magmatik, danCekunganKutai
Bawah ( Lower Kutai basin)
merupakan suatu back arc basin,
yang dicerminkan oleh
pengendapanformasi Mangkupa
dan formasi Marah/Berium.
Subsidence Due to Paleogene Rifting Due to Miocene Rifting  Uplift of the Meratus
complex: sedimentology,
biostratigraphy, provenance
and structure (Proc. Indon.
Petrol. Assoc., 38th Ann.
Conv., 2014)
 The geology of the Central
and South Sumatra basins
(Proc. Indon. Petrol. Assoc.,
3rd Ann. Conv., 1974)
Nama-nama Formasi Muara Enim, Sawahlunto, Kuaro, Balikpapan, Kampung Baru,  Investigation Coal Bed
Pembawa Batubara Sawahtambang Pulubalang, Pemaluan, Warukin Methane Potential Based on
Intergrated Cleat Analysis
and Coal Quality; Case
Study in Merapi Timur,
Lahat District, South
Sumatra (Proc. Indon.
Petrol. Assoc., 43rd Ann.
Conv., 2019)
 Stratigraphy and
sedimentation in the Kutai
basin, Kalimantan (Proc.
Indon. Petrol. Assoc., 4th
Ann. Conv., 1975)
Jumlah dan Pembagian Endapan batubara yang terdapat pada Formasi Tanjung dengan tebal lapisan  Unlocking heterogenetic
Coal Seam Formasi Muara Enim telah diketahui tipis (<7m) Dengan ketebalan formasi facies by using sequence
secara regional berdasarkan sebesar 750 m. stratigraphy on sandy
kompilasi data yang diperoleh dari Formasi Warukin dengan tebal (>20m) fluvial deposits of the
beberapa lapangan batubara di dengan ketebalan formasi sebesar 400 m. Lower Tanjung Formation
Sumatera Selatan berjumlah sekitar Formasi Dahor dengan tebal (<20 m). outcrop – sandy tide
21 lapisan batubara (coal seams). estuarine deposits of the
Middle Tanjung Formation
outcrop, southern Barito
Basin, South Kalimantan
(Proc. Indon. Petrol. Assoc.,
38th Ann. Conv., 2014)
 Investigation Coal Bed
Methane Potential Based on
Intergrated Cleat Analysis
and Coal Quality; Case
Study in Merapi Timur,
Lahat District, South
Sumatra (Proc. Indon.
Petrol. Assoc., 43rd Ann.
Conv., 2019)
Kisaran ketebalan setiap Ketebalan Batubara Formasi : Formasi :  Kusnama., 2008.,Batubara
coal seam Muara Enim : 450-750m Pamaluan : - Formasi Warukin di daerah
Sawahlunto : A1=1-2.5 m Kuaro : - Sampit dan sekitarnya,
A2=1-2 m Balikpapan : 3000 m (Lapisan batupasir, Kalimantan Tengah.
A3= 3-5 m Batulempung dan Batubara Bandung : Pusat Survei
Sawah Tambang :15-18cm Warukin : 3 m Geologi.
Besaran dan status Sumber daya batubara di Indonesia Sumberdaya batubara pada cekungan  Investigation Coal Bed
sumberdaya coal seams diperkirakan sebesar 61,366 miliar kutai dengan batasan kedalaman 100 m Methane Potential Based on
ton dan tersebar di Sumatera, dan ketebalan minimal 1,0 m sebesar Intergrated Cleat Analysis
Kalimantan, dan sisanya di Jawa, 2,371 milyar ton and Coal Quality; Case
Sulawesi dan Irian Jaya. Terkhusus Study in Merapi Timur,
di Provinsi Sumatera Selatan, potensi Lahat District, South
batubara diketahui memiliki Sumatra (Proc. Indon.
kandungan sebesar 37,80% daru total Petrol. Assoc., 43rd Ann.
sumber daya yang terkandung di Conv., 2019)
Indonesia, sekitar 23,198 miliar ton  Stratigraphy and
(Tim Kajian Batubara Nasional, sedimentation in the Kutai
2006). basin, Kalimantan (Proc.
Indon. Petrol. Assoc., 4th
Ann. Conv., 1975)
Nama : Ridho Pranata

NIM : 03071282025026

Kelas : Indralaya

Mata Kuliah : Eksplorasi Batubara

Tugas : Summary Kuliah 25 Oktober 2022

Materi : Coal And CBM Geology

 Splitting Coal adalah lapisan batubara yang terpisah (terbelah) oleh lapisan lempung, serpih
atau batu pasir yang menebal sehingga tidak dapat ditambang bersama-sama pada satu teras
pertambangan.
 Progressive split lapisan batubara yang membelah di beberapa tempat akibat terobosan oleh
beberapa lapisan batuan berbentuk lensa.
 Splitting of samples pembagian contoh yang berarti pengurangan jumlah contoh meruah
menjadi empat bagian yang sama (quartering) atau lebih dari empat bagian yang sama
dengan kotak pembagi/rifflebox.
 Skema Pembentukan splitting pada lapisan batubara
1. Pada Mulanya material organic terendapakan di suatu cekungan sedimen

2. Kemudian diatasanya terjadi pengendapan oleh materiel sedimen non-organic yang bisa
saja disebabkan oleh terjadinya flooding yang disebabkan oleh adanya perubahan
cuaca/iklim pada saat itu.

3. Selanjutnya terendapkan kembali material sedimen organic diatasnya sehingga nantinya


akan membentuk splitting pada batubara.

 Gambar dibawah menunjukkan terjadinya pengendapan lapisan batubara secara zig-zag,


dimana terdapat lapisan batuan sedimen yang memiliki ukuran butir lebih kasar (coarse)
yang mengindikasikan bahwa material coarse sediment tersebut berasal dari lingkungan
sungai maender, dimana coarse sediment itu sendiri merupakan bagian dari point bar suatu
sistem sungai maender.

 Floor Rolls adalah punggungan panjang, sempit, sub-paralel dari material batuan yang
menonjol ke atas ke lapisan batubara dari dasar lapisan. Floor rolls sering membuat
mengurangi ketebalan dari lapisan batubara. Teori pembentukan Floor rols yaitu :
1. Adanya intrusi lapisan yang mendasarinya ke dalam lapisan, baik oleh Swelling pada
hidrasi, atau karena adanya aktivitas tektonik
2. Endapan sedimen yang terjadi oleh kelanjutan aktivitas sungai selama tahap awal
akumulasi gambut. Namun demikian, pemadatan gambut yang berbeda dapat terjadi
di sekitar gulungan, karena bagian lapisan yang menutupinya menggembung

Anda mungkin juga menyukai