Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENURUNAN MUKA TANAH AKIBAT PENAMBANGAN

BATUBARA BAWAH TANAH METODE LONG WALL


PT. GERBANG DAYA MANDIRI, TENGGARONG, KALIMANTAN TIMUR
Timbul Mangara Pasaribu H.1, Dr. Ir. Budi Sulistianto, MT.2
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung
2
Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung

Sari
Metode longwall adalah salah satu metode penambangan batubara bawah tanah dengan produktivitas tinggi (Peng,
1984) sehingga banyak diterapkan di berbagai belahan dunia. Akan tetapi, metode ini memberikan dampak di
permukaan tanah yang cukup signifikan dan tidak dapat dihindari, yaitu penurunan muka tanah. PT. Gerbang Daya
Mandiri adalah perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur yang akan menerapkan metode ini dalam rencana
penambangannya. Untuk itu, dilakukan analisis untuk memprediksi penurunan maksimum, profil, dan luas area dari
penurunan muka tanah yang mungkin terjadi. Analisis dilakukan dengan pemodelan numerik menggunakan metode
elemen distinct dan dengan perhitungan menggunakan grafik penurunan muka tanah yang dikembangkan oleh UK
National Coal Board. Pemodelan numerik menggunakan perangkat lunat 3DEC versi 4.0. Selain itu, dilakukan juga
analisis prinsip superposisi untuk melihat pengaruh dari penggalian setiap panel terhadap penurunan muka tanah
akhir akibat penggalian seluruh panel dengan melakukan perbandingan hasil superposisi penurunan muka tanah
akibat penggalian panel tunggal terhadap hasil penurunan muka tanah akibat penggalian seluruh panel.

Abstract
Longwall method is one of the underground coal mining method with high productivity (Peng, 1984) that widely
applied in the world. However, this methods gives a significant impact on the ground that can not be avoided, the
land subsidence. PT. Gerbang Daya Mandiri is a coal mining company in East Kalimantan that will apply this
method in the mining plan. Therefore, an analysis to predict the maximum vale, the profile, and the area of land
subsidence that may occur. Analyses were performed by numerical modeling using distinct element method and the
calculation of surface subsidence using charts developed by the UK National Coal Board.Numerical modeling using
software 3 DEC version 4.0 dari Itasca. In addition, the analysis of the principle of superposition also conducted to
see the effect of excavation every panel on land subsidence caused by the whole panel excavation with a comparison
result of superposition of land subsidence due to single panel excavation on the results of land subsidence caused by
entire panel excavation.

I. PENDAHULUAN II. METODOLOGI PENELITIAN


Tambang batubara PT. Gerbang Daya Mandiri telah Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi penurunan
memulai penambangan dengan metode tambang muka tanah yang terjadi akibat pembukaan keempat
terbuka (open pit) pada bulan Oktober 2009. Namun, panel tersebut. Penelitian dimulai dari perumusan
PT. Gerbang Daya Mandiri tidak dapat melanjutkan masalah, studi literatur, pengumpulan data seperti,
penambangan dengan metode open pit pada bagian geometri dan peta tambang, sifat fisik dan mekanik
Barat Laut lokasi penambangan karena kendala yang batuan di lokasi penelitian. Dilanjutkan dengan
berkaitan dengan peraturan lingkungan dan sosial. pengolahan data secara numerik dengan menggunakan
Oleh karena itu, PT. Gerbang Daya Mandiri berencana perangkat lunak 3DEC version 4.0 dari Itasca dan
melakukan penambangan bawah tanah dengan metode perhitungan secara grafis dengan menggunakan UK
longwall. National Coal Board Chart untuk memprediksi nilai
Mengingat bahwa penurunan muka tanah merupakan maksimum, profil, dan luas area penurunan muka
permasalahan yang tidak bisa dihindari dalam tanah Kemudian dilakukan analisis dan pembahasan
penerapan metode penambangan bawah tanah metode dari hasil kedua pendekatan tersebut. Setelah itu dapat
longwall, maka diperlukan suatu kajian mengenai ditarik kesimpulan mengenai prediksi penurunan muka
penurunan muka tanah untuk memperkirakan nilai tanah akibat pembukaan keempat panel di lokasi
maksimum dan luas area dari penurunan tanah yang penelitian. Secara umum, diagram alir penelitian dapat
mungkin terjadi di permukaan sehingga bisa dilakukan dilihat pada Lampiran A.
hal yang dianggap perlu oleh PT. Gerbang Daya
Mandiri untuk meminimalkan dampak terhadap III. GAMBARAN UMUM PT GERBANG DAYA
lingkungan di permukaan. Lokasi yang menjadi fokus MANDIRI
penelitian adalah panel A F4, A F5, NB F3, dan NB Tambang batubara PT. Gerbang Daya Mandiri telah
F4. memulai penambangan dengan metode tambang
terbuka (open pit) pada bulan Oktober 2009. Produksi
batubara PT. Gerbang Daya Mandiri sampai tahun

1
2010 adalah 400.000 ton. PT. Gerbang Daya Mandiri Indonesia dengan luasan 60.000 km2 dan ketebalannya
tidak dapat melanjutkan penambangan dengan metode mencapai 9.000 m.
open pit pada bagian Barat Laut lokasi penambangan,
karena kendala yang berkaitan dengan peraturan
lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, PT. Gerbang
Daya Mandiri berencana melakukan penambangan
dengan metode tambang bawah tanah.
Berdasarkan hasil eksplorasi diketahui bahwa PT.
Gerbang Daya Mandiri memiliki beberapa lapisan
batubara (multi-seam) dengan kemiringan rata-rata 3° -
13° dan ketebalan yang bervariasi dari 0,12 – 9,8
meter. Dari hasil pemodelan sumberdaya batubara juga
diketahui karakteristik dari lapisan batubara seperti
geometri, sebaran dan orientasi. Berdasarkan
karakteristik lapisan batubara tersebut maka sistem
penambangan bawah tanah yang sesuai adalah metode
tambang bawah tanah long wall.

Gambar 3.2. Tatanan geologi regional Kalimantan


(Sumber : Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan
Tambang Bawah Tanah PT.GDM, 2012)
U Formasi Balikpapan dan Formasi Pulau Balang yang
merupakan formasi utama pembawa batuabara di
cekungan Kutai.

Gambar 3.1. Lokasi PT. GDM Age Formation Lithlogy


Sedimentary
Enviornment
Gravel Fluvial
Quaternary Alluvium Sand
Secara administratif, lokasi lahan PT. Gerbang Daya Mud
Littoral

Mandiri terletak di daerah Desa Karang Tunggal dan Sandstone


Pliocene Siltstone Neritic
Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Tenggarong Kampungbaru Mudstone
Formation Limestone
Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Coal
Delta

Timur dengan luas wilayah IUP seluas 1.758 Ha. Late


Tambang batubara PT. Gerbang Daya Mandiri terletak Sandstone
Siltstone Neritic
15 km dari Samarinda, Kalimantan Timur. Balikpapan Mudstone
Shale
Formation Delta
Lahan daerah pertambangan merupakan ladang, Limestone
Coal
Tertiary Middle
persawahan dan pemukiman, dimana jenis-jenis Miocene
Sandstone, Coal
tumbuhan yang ada di sebagian besar sudah ditanami Pulau Balang Siltstone
Neritic
Formation Mudstone
dan dibudidayakan penduduk, seperti padi, durian, Limestone Delta

rambutan, nangka, kelapa, elay, ketela, nanas, dll. Bebulu Limestone


Neritic
Formation Shale
Early
III.1. GEOLOGI BATUBARA Pamaluan
Sandstone Neritic
Siltstone
Wilayah penambangan PT. Gerbang Daya Mandiri Formation Mudstone
Limestone Bathyal
termasuk dalam cekungan Kutai. Litologi di wilayah
studi ini berupa endapan sediment berumur Miosen Gambar 3.3. Stratigrafi umum wilayah kajian
dan Pliosen yang mendasari daerah Kalimantan Timur, (Sumber : Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan
terlipat menjadi beberapa anticline dan sinkline Tambang Bawah Tanah PT.GDM, 2012)
berarah Utara hingga Timur Laut membentuk
Antiklinorium Samarinda. III.2. METODE PENAMBANGAN
Basement atau bagian dasar dari Cekungan Kutai Berdasarkan pada laporan studi kelayakan PT.
terbentuk sejak zaman Kretasius hingga aman Tersier, Gerbang Daya Mandiri maka sistem penambangan
dan sedimentasi terjadi hingga delta Mahakam dan yang akan diterapkan adalah sistem penambangan
bahkan saat ini hingga mencapai lautan. Cekungan bawah tanah metode longwall. Alat yang digunakan
Kutai terdiri dari sedimen laut (umumnya lempung), pada proses produksi batubara pada sistem
endapan delta dan endapan fluvial dengan stratigrafi penambangan bawah tanah long wall di PT. Gerbang
utama berupa perlapisan batupasir dan batubara. Pada Daya Mandiri ini adalah drum shearer. Drum shearer
cekungan Kutai juga mengandung batugamping laut akan terintegrasi dengan armored face conveyor
dangkal. Cekungan Kutai adalah cekungan terbesar di (AFC) dan shield support.
2
IV.2. GEOMETRI PANEL, PERLAPISAN, DAN
STRUKTUR GEOLOGI
Untuk membuat suatu model yang dapat
merepresentasikan keadaan aktual di lapangan, maka
dilakukan pengukuran geometri lubang bukaan (panel)
untuk dijadikan input bagi model yang akan dibuat.
Geometri meliputi dimensi panel (panjang, lebar,
tinggi, dan kemiringan), perlapisan batuan, dan
struktur geologi. Perlapisan batuan diperoleh dari hasil
korelasi lubang bor. Data yang diperoleh dari korelasi
lubang bor tidak hanya perlapisan batuan saja tetapi
Gambar 3.2. Skematik sistem penambangan bawah juga dip dan strike batuan, termasuk batubara. lapisan
tanah longwall batubara A memiliki dip sebesar 9.90 dengan strike N
(Sumber : Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan 299.26 0 E dan lapisan batubara BC upper memiliki dip
Tambang Bawah Tanah PT.GDM, 2012) 9.30 dengan strike N 299.26 0 E. Data scanline struktur
geologi yang ada pada daerah penelitian dapat dilihat
IV. DATA DAN PENGOLAHAN pada Lampiran B.
IV.1. PANEL YANG DITELITI
Panel yang diteliti adalah panel A F4, A F5, NB F3, Tabel 4.1. Data dimensi panel
dan NB F4 seperti tampak pada gambar 4.1 dan Seam Panel
Kemiringan Lebar Tinggi Panjang Kedalaman
(0 ) (m) (m) (m) (m)
gambar 4.2.
A F4 8,7 141,6 2,8 729,73 197,8
A
A F5 8,7 141,6 2,8 920,88 234

BC NB F3 8,1 141,6 2,8 1249,86 244


upper NB F4 8,1 141,6 2,8 1029,22 284,8

Gambar 4.1. Panel AF4 dan Panel AF5 di lapisan


batubara A yang diteliti
(Sumber : Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan
Tambang Bawah Tanah PT.GDM, 2012)

Gambar 4.3. Perlapisan batuan di sekitar panel

IV.3. SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN


Sifat fisik batuan di lokasi meliputi densitas batuan
sedangkan sifat mekanik meliputi kuat tekan, kuat
tarik, modulus elastisitas, poisson’s ratio, sudut
gesek dalam dan kohesi. Untuk bidang kontak
Gambar 4.2. Panel NB F3 dan Panel NB F4 di lapisan (interface maupun kekar) dibutuhkan data kohesi
batubara BC upper yang diteliti kontak, sudut geser dalam kontak, kekakuan normal
(Sumber : Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan serta kekakuan geser dari bidang kontak. Sifat fisik
Tambang Bawah Tanah PT.GDM, 2012) dan mekanik dari masing-masing material pada lokasi
diperoleh dari data sekunder berdasarkan sampel
3
batuan yang telah diuji sebelumnya di Laboratorium Metode grafis ini juga dapat digunakan untuk prediksi
Geomekanika ITB. (Tabel 4.2 dan 4.3). profil penurunan muka tanah dengan menggunakan
tabel hubungan antara w/h dan d/h untuk berbagai titik
Tabel 4.2. Sifat fisik dan mekanik batuan dilokasi pada profil penurunan muka tanah pada Gambar 4.6
penelitian dimana w adalah lebar bukaan panel, h adalah
Material
γ E
v
C φ B G kedalaman titik pusat panel, dan d adalah jarak titik
(gr/cm3) (GPa) (Kpa) (…0) (GPa) (GPa)
pengamatan dari titik pusat panel.
Claystone
2,17 1,51 0,28 540 38,56 1,91 0,98
OB A
Sandstone
2,24 0,52 0,25 3700 21,21 0,58 0,35
OB A
Claystone
2,03 0,33 0,28 540 38,56 0,41 0,21
IB 1-A
Claystone
2,25 0,18 0,24 540 38,56 0,19 0,12
IB A-BC
Sandstone
2,29 0,26 0,27 7470 21,69 0,31 0,17
IB A-BC
Coal 1,39 0,27 0,36 2630 45,66 0,53 0,17

(Sumber : Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan


Tambang Bawah Tanah PT.GDM, 2012)

Tabel 4.3. Properties kekar dan bidang kontak untuk


pemodelan numerik
Sudut
Kekakuan Kekakuan Kuat
Jenis Kohesi Geser
Normal Geser Tarik
Material Dalam
0
Pa Pa Pa Pa
Sandstone-
1.25E+08 1.25E+07 1.32E+06 28 6.80E+01
Batubara
Sandstone-
1.88E+08 1.88E+07 1.85E+05 28 1.13E+01
Claystone
Claystone-
2.50E+08 2.50E+07 2.70E+05 28 7.90E+01
Claystone
Sandstone-
1.88E+08 1.88E+07 1.85E+06 28 1.13E+01
Gambar 4.5. Relationship between w/h and d/h for
Sandstone
Batubara-
various points on a subsidence profil
1.25E+08 1.25E+07 1.32E+06 28 6.80E+01
Batubara (Sumber: Peng, Coal Mine Ground Control, 1978)
(Sumber: W. Keilich, Numerical Modelling Of Mining
Induced Subsidence, 2006) Dari data dimensi masing-masing panel maka
diperoleh nilai faktor penurunan dam w/h untuk
IV.4. PERHITUNGAN METODE GRAFIS masing-masing panel.
Prediksi penurunan maksimum muka tanah akibat
penggalian suatu panel tunggal dapat dilakukan Tabel 4.4. Nilai faktor penurunan dan w/h panel
dengan menggunakan metode grafis yang Faktor
Panel w/h
dikembangkan oleh U.K. National Coal Board. Metode Penurunan

grafis ini menjelaskan bahwa penurunan maksimum A F4 0,65 0,72


(S) yang diakibatkan suatu lubang bukaan merupakan A F5 0,58 0,6
hasil kali dari faktor penurunan muka tanah (F) dengan NB F3 0,55 0,58

ketebalan lapisan batubara (m) yang diambil dimana NB F4 0,46 0,5

faktor penurunan muka tanah didapatkan dari grafik


hubungan antara lebar bukaan (face) dengan IV.5. PEMODELAN NUMERIK
kedalaman dari lubang bukaan (depth). Tahap pertama pada pemodelan numerik adalah
pembuatan geometri model. Geometri model yang
dibuat disesuaikan dengan rencana penambangan yang
ada secara tiga dimensi. Berdasarkan data sekunder
seperti peta topografi, data scanline, dan peta situasi
penambangan serta perlapisan batuan yang telah
dibuat, geometri model penambangan terlihat seperti
pada Gambar 4.6, Gambar 4.7, dan Gambar 4.8.
Tahap kedua dalam pemodelan numerik adalah
pemodelan karakteristik material dan bidang
diskontinu. Tahap ini mencakup pengertian:
1. penentuan sifat dari material dimana material
didefinisikan memiliki sifat dapat terdeformasi
(deformable) dengan kriteria pecah mohr-coulomb
Gambar 4.4. Grafik hubungan antara faktor penurunan dalam penelitian ini,
muka tanah dengan lebar dan kedalaman bukaan, 2. proses diskretisasi dari elemen-elemen yang
U.K. National Coal Board disesuaikan dengan kepentingan, yaitu apakah
(Sumber: Peng, Coal Mine Ground Control, 1978) elemen tersebut dekat dengan lubang bukaan atau
tidak dimana elemen yang dekat dengan lubang
4
bukaan harus memiliki ukuran mesh yang lebih Tahap ketiga dalam pemodelan numerik adalah
kecil dari ukuran lubang bukaan, pemodelan pembebanan dan kondisi batas dari model
3. pendefinisian karakteristik material dengan yang akan disimulasikan. Dalam rangka mendapatkan
memasukkan parameter-parameter batuan seperti solusi yang benar dan yang dapat dianggap mewakili
modulus elastisitas (E), nisbah Poisson (v), massa keadaan sebenarnya maka dilakukan pendefinisiaan
jenis (γ), kohesi (C), sudut gesek dalam (θ), kondisi batas pada batas barat dan timur dimana
modulus geser (G), modulus bulk (B), dan kuat perpindahan yang diijinkan hanya kearah y dan z saja,
tarik (σt), dan pada batas utara dan selatan dimana perpindahan yang
4. pendefinisian karakteristik struktur geologi diijinkan hanya kearah y dan x saja, dan pada batas
dengan memasukkan parameter-parameter seperti bawah dimana perpindahan hanya diijinkan kearah x
kekakuan normal (Kn), kekakuan geser (Ks), dan z saja. Selain itu, dilakukan juga pembebanan
kohesi (C), kuat tarik (σt), dan sudut geser dalam kepada model berupa horizontal insitu stress (σh )
(θ). kearah x dan z dengan besar σh=2/3 σv dan percepatan
gravitasi sebesar 10 m/s2.

A
BC upper

Gambar 4.5. Model geometri 3DEC


Gambar 4.8. Penampang melintang Utara-Selatan
model dan zonasinya tiap lapisan

Gambar 4.6. Model panel A F4 dan A F5 seam A Gambar 4.9. Kondisi batas bagian barat, timur, dan
bawah model

Gambar 4.10. Kondisi batas bagian utara dan selatan


Gambar 4.7. Model panel NB F3 dan NB F4 seam BC model

5
Tahap yang terakhir adalah simulasi penggalian yaitu yang diperoleh dengan bantuan perangkat lunak Surfer
pemberian alterasi kepada model. Simulasi yang dimana inputannya berupa peta topografi yang
dilakukan adalah simulasi penggalian panel tunggal menggambarkan penurunan muka tanah yang
dan penggalian seluruh panel. diperoleh dari simulasi perangkat lunak 3DEC.

IV.6. SUPERPOSISI PENURUNAN MUKA Tabel 5.2. Luas area penurunan muka tanah akibat
TANAH PANEL TUNGGAL penggalian panel tunggal
Prinsip superposisi menyatakan bahwa jika dua bukaan Penggalian Panel Luas Area (m2)
yang berdekatan digali di bawah suatu titik di A F4 619.902,9
permukaan (P), penurunan total pada titik tersebut A F5 851.851,9
adalah jumlah dari penurunan muka tanah akibat dari NB F3 978.201,2
bukaan pertama dan bukaan kedua. S1 adalah NB F4 940.682,1
penurunan akibat penggalian A1 dan S2 adalah
penurunan akibat penggalian A2. Penurunan total di
titik P adalah S = S1 + S2.

Gambar 5.1. Profil penurunan muka tanah A F4

Gambar 4.11. Superposisi penurunan muka tanah Gambar 5.2. Profil penurunan muka tanah A F5
(Sumber: Peng, Coal Mine Ground Control, 1978)

Prinsip ini digunakan untuk memprediksi penurunan


muka tanah akhir akibat penggalian keempat panel.
Perhitungan superposisi panel tunggal akan dilakukan
pada hasil pemodelan numerik.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 5.3. Profil penurunan muka tanah NB F3


V.1 PREDIKSI PENURUNAN MUKA TANAH
PENGGALIAN PANEL TUNGGAL
Dari hasil perhitungan menggunakan metode grafis
dan pemodelan numerik maka diperoleh prediksi nilai
maksimum penurunan yang mungkin terjadi untuk
penggalian masing-masing panel seperti pada tabel
5.1.
Gambar 5.4. Profil penurunan muka tanah NB F4
Tabel 5.1. Prediksi nilai maksimum penurunan muka
tanah akibat penggalian panel tunggal Adanya perbedaan prediksi nilai maksimum dan profil
Penurunan Muka Tanah
Selisih
penurunan muka tanah akibat penggalian panel tunggal
Penggalian Maksimum (m)
Panel Metode Metode dari hasil pemodelan numerik dan perhitungan
m %
Grafis Numerik menggunakan metode grafis diperkirakan disebabkan
A F4 1,82 0,9 0,92 50,55% adanya perbedaan parameter input-an yang ditinjau
A F5 1,62 1 0,62 38,42% oleh masing-masing metode. Pemodelan numerik
NB F3 1,54 0,85 0,69 44,81% menggunakan metode elemen distinct tidak hanya
NB F4 1,29 0,75 0,54 41,77%
meninjau parameter tinggi, lebar, dan kedalaman panel
yang ditambang saja tetapi juga meninjau parameter
perlapisan batuan, karakteristik material batuan,
Sedangkan prediksi profil penurunan muka tanah
kemiringan panel yang ditambang, struktur geologi,
akibat penggalian masing-masing panel dapat dilihat
dan karakteristik struktur geologi yang ada dimana
pada gambar 5.1, 5.2, 5.3, dan 5.4 dimana profil ini
metode grafis hanya meninjau parameter tinggi, lebar,
adalah penampang melintang yang melewati daerah
dan kedalaman panel yang ditambang saja. Selain itu,
penurunan muka tanah maksimum yang tegak lurus
prediksi dengan menggunakan metode grafis
dengan arah penggalian panel.
mengasumsikan bahwa panel yang ditambang datar.
Prediksi luas area penurunan muka tanah akibat
Luas area penurunan muka tanah ini ditentukan oleh
penggalian panel tunggal dapat dilihat pada tabel 4.8
6
daerah pengaruh dari masing-masing panel dimana
daerah pengaruh ditentukan oelh limit angle panel.
Dari analisis secara tiga dimensi terhadap penurunan
muka tanah yang terjadi dan posisi dari masing-masing
panel maka diketahui nilai limit angle untuk
masing-masing panel seperti pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Lower limit angle dan Upper limit angle


panel
Kemiringan Panel Lower limit angle Upper limit angle
Panel
(0 ) (0) (0 )
A F4 8,7 55 49

A F5 8,7 54 50 Gambar 5.8. Daerah pengaruh panel NB F4


NB F3 8,1 50 44

NB F4 8,1 49 44 Dari analisis secara tiga dimensi, diketahui bahwa


kemiringan panel mempengaruhi titik pusat penurunan
muka tanah. Kemiringan panel sebesar 8,70 pada panel
A F4 dan panel A F5 menyebabkan titik pusat
penurunan muka tanah berubah sebesar 60 dari titik
pusat panel. Kemiringan panel sebesar 8,10 pada panel
NB F3 dan panel NB F4 menyebabkan titik pusat
penurunan muka tanah berubah sebesar 40 pada panel
NB F3 dan 50 pada panel NB F4.

V.2 PREDIKSI PENURUNAN MUKA TANAH


PENGGALIAN KEEMPAT PANEL
Dari hasil perhitungan prinsip superposisi penurunan
muka tanah akibat penggalian panel tunggal dan
Gambar 5.5. Daerah pengaruh panel A F4 pemodelan numerik untuk simulasi penggalian
keempat panel maka diperoleh prediksi nilai
maksimum akhir akibat penggalian keempat panel
seperti pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Prediksi nilai maksimum penurunan muka


tanah akibat penggalian seluruh panel
Penurunan Muka Tanah Maksimum (m)
Penggalian Panel
Superposisi Panel
Pemodelan Numerik
Tunggal
A F4, A F5, NB F3,
2.55 2.27
NB F4

Sedangkan prediksi profil penurunan muka tanah


akibat penggalian seluruh panel dapat dilihat pada
gambar 5.5 dimana profil ini adalah penampang
Gambar 5.6. Daerah pengaruh panel A F5 melintang yang melewati daerah penurunan muka
tanah maksimum yang tegak lurus dengan arah
penggalian panel.

Gambar 5.9. Prediksi profil penurunan muka tanah


akibat pembukaan seluruh panel

Prediksi area penurunan muka tanah akibat penggalian


seluruh panel berdasarkan hasil pemodelan numerik
Gambar 5.7. Daerah pengaruh panel NB F3 adalah seluas 1.760.566,9 m2 seperti pada gambar 4.20
sedangkan berdasarkan perhitungan superposisi
penurunan muka tanah dari penggalian panel tunggal
diperoleh area penurunan muka tanah seluas
1.777.677,9 m2.
7
2. Prediksi penurunan muka tanah yang mungkin
terjadi dari penambangan panel A F4, A F5, NB
1.760.566,9 m2 F3, dan NB F4 memiliki nilai maksimum 2,27
meter berdasarkan hasil pemodelan numerik dan
2,55 meter berdasarkan perhitungan superposisi
pembukaan panel tunggal.
3. Prediksi penurunan muka tanah yang mungkin
terjadi dari penambangan panel A F4, A F5, NB
F3, dan NB F4 mencakup area seluas 1.760.566,9
m2 berdasarkan hasil pemodelan numerik dan
mencakup area seluas 1.777.677,9 m2 berdasarkan
perhitungan superposisi pembukaan panel tunggal.

VI.2. SARAN
Saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan
Gambar 5.10. Prediksi area penurunan muka tanah penelitian ini adalah sebagai berikut:
akibat penggalian seluruh panel berdasarkan hasil 1. Melakukan analisis potensi penurunan muka tanah
pemodelan numerik untuk seluruh panel yang akan ditambang untuk
memprediksi besar maksimum dari penurunan
muka tanah dan wilayah yang berpotensi
1.777.677,9 m2 mengalami penurunan muka tanah.
2. Melakukan tindakan pencegahan pembangunan
struktur bangunan di wilayah yang berpotensi
mengalami penurunan muka tanah.
3. Melakukan tindakan proteksi kepada struktur
bangunan yang ada pada wilayah yang berpotensi
mengalami penurunan muka tanah.
4. Melakukan monitoring perkembangan besar
penurunan muka tanah dan luas wilayah yang
mengalami penurunan muka tanah untuk tahap
penambangan dan pasca-penambangan.
Gambar 5.11 Prediksi area penurunan muka tanah
akibat penggalian seluruh panel berdasarkan hasil UCAPAN TERIMAKASIH
superposisi Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf
akademik di Program Studi Teknik Pertambangan
FTTM-ITB, terutama kepada Dosen Pembimbing,
Dosen Wali, dan Ketua Program Studi.

DAFTAR PUSTAKA
Peng, S.S., “Coal Mine Ground Control”, John Wiley
& Sons New York, 1978.
Whittaker, B.N. & Reddish D.J., “ Subsidence:
Occurrence, Prediction, and Control”, Elsevier,
1989.
Itasca, 3DEC User’s Guide, 1999. version 4.0, Itasca
Consulting Group Inc, Minnesota.
Gambar 5.12 Superposisi akibat daerah pengaruh Keilich, W., Numerical Modelling Of Mining Induced
masing-masing panel Subsidence. Underground Coal Operators'
Conference Paper, University of Wollongong &
VI. KESIMPULAN DAN SARAN the Australasian Institute of Mining and
VI.1. KESIMPULAN Metallurgy, 2006.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Tugas Draft Laporan Akhir Kajian Kelayakan Tambang
Akhir ini adalah sebagai berikut: Bawah Tanah PT.Gerbang Daya Mandiri, 2012.
1. Hasil prediksi penurunan muka tanah
menggunakan perhitungan grafis dan pemodelan
numerik menggunakan metode elemen distinct
dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran
tentang penurunan muka tanah yanag akan terjadi
di atas panel penambangan dengan metode
longwall.

8
Lampiran A : Diagram Tahapan Penelitian

Latar Belakang
PT. Gerbang Daya Mandiri akan menerapkan sistem penambangan bawah tanah metode long wall dalam rencana
penambangannya

Problem Statement
Penurunan muka tanah akibat penambangan batubara bawah tanah metode longwall

Kondisi Awal
- Topografi Permukaan

Pe modelan 3D:
- Penentuan Perlapisan Batuan
- Penentuan Geometri Panel
- Penentuan Struktur Geologi

Data Properties Material:


- Sifat fisik : , n, d, s, SG, w, s, n,e
- Sifat mekanik : c, t, E, v, C , 
Data Properties Joint:
Kn, Ks, t, C , (studi literatur)

Pemodelan Numerik Metode Empirik


-Metode Elemen Distinct 3Dimensi -UK Coal Board Chart

Analisis
- Prediksi nilai maksimum , luas area, dan profil Analisis
subsidence - Prediksi nilai maksimum dan profil subsidence
- Subsidence

Kesimpulan
- Prediksi nilai maksimum , luas area, dan profil
subsidence
- Analisis subsidence

9
Lampiran B Data scanline interburden seam A dan seam BC
Jarak kekar Kondisi Bidang Diskontinyu
No Strike Dip n – (n-1) Pemisahan Kemenerusan Tingkat Keterangan
(m) Pengisi Kekasaran Air Tanah
(mm) (m) Pelapukan
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
1. N 120o E 31o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
2. N 164o E 15o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
3. N 151 o E 21o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
5. N 25o E 680 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
6. N 55o E 59o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
7. N 56o E 56o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
8. N 58o E 61o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B
Kekar pada
Sepanjang IB Planar,
9. N 54o E 57o 100 1 - Segar Kering Interburden
seam A dan B Slickensided
Seam A dan B

Dimana : IB = Inter Burden

10

Anda mungkin juga menyukai