Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
PEKANBARU
2018
DAFTAR ISI
COVER
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 1
1.3. TUJUAN ................................................................................................................ 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. KONDISI GEOLOGI CEKUNGAN SUMATERA TENGAH ............................. 2
2.1.1. TEKTONIK REGIONAL ......................................................................... 2
2.1.2. STRATIGRAFI REGIONAL ................................................................... 7
2.2. PERTOLEUM SISTEM CEKUNGAN SUMATERA TENGAH ........................ 13
2.3. POTENSI HIDROKARBON ................................................................................. 14
BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui kondisi geologi pada cekungan sumatera
tengah
2. Untuk mengetahui stratigrafi regional pada cekungan sumatera
tengah
3. Untuk mengetahui petroleum sistem yang ada pada cekungan
sumatera tengah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kelompok Pematang
Kelompok Pematang diendapkan secara tidak selaras di atas
batuan dasar, kelompok ini berumur Eosen – Oligosen. Distribusi
sedimen diperkirakan berasal dari blok yang mengalami pengangkatan
pada lingkungan fluviatil dan blok lain turun menjadi danau. Sedimen
kelompok ini umumnya diendapkan pada lingkungan danau, sungai,
dan delta. William dan Kelley (1985) membagi Kelompok Pematang
dalam lima formasi, yaitu:
a. Formasi Lower Red Beds
Tersusun oleh batulempung berwarna merah – hijau,
batulanau, batupasir kerikilan dan sedikit konglomerat serta
breksi yang tersusun oleh pebble kuarsit dan filit. Kondisi
lingkungan pengendapan diinterpretasikan berupa alluvial
braid-plain dilihat dari banyaknya muddy matrix di dalam
konglomerat dan breksi
b. Formasi Brown Shale
Formasi ini cukup banyak mengandung material
organik, dicirikan oleh warna yang coklat tua sampai
hitam. Tersusun oleh serpih dengan sisipan batulanau, di
beberapa tempat terdapat selingan batupasir, konglomerat
dan paleosol. Ketebalan formasi ini mencapai lebih dari
530 m di bagian depocenter. Formasi ini diinterpretasikan
diendapkan di lingkungan danau dalam dengan kondisi
anoxic dilihat dari tidak adanya bukti bioturbasi. Interkalasi
batupasir batupasir–konglomerat diendapkan oleh proses
fluvial channel fill. Menyelingi bagian tengah formasi ini,
terdapat beberapa horison paleosol yang dimungkinkan
terbentuk pada bagian pinggiran/batas danau yang muncul
ke permukaan (lokal horst), diperlihatkan oleh rekaman inti
batuan di komplek Bukit Susah. Secara tektonik, formasi ini
diendapkan pada kondisi penurunan cekungan yang cepat
sehingga aktivitas fluvial tidak begitu dominan.
c. Formasi Coal Zone
Secara lateral, formasi ini dibeberapa tempat
equivalen dengan Formasi Brown Shale. Formasi ini tersusun
oleh perselingan serpih dengan batubara dan sedikit batupasir.
Lingkungan pengendapan dari formasi ini diinterpretasikan
berupa danau dangkal dengan kontrol proses fluvial yang
tidak dominan. Ditinjau dari konfigurasi cekungannya,
formasi ini diendapkan di daerah dangkal pada bagian aktif
graben menjauhi depocenter
d. Formasi Lake Fill
Tersusun oleh batupasir, konglomerat dan serpih.
Komposisi batuan terutama berupa klastika batuan filit yang
dominan, secara vertikal terjadi penambahan kandungan
litoklas kuarsa dan kuarsit. Struktur sedimen gradasi normal
dengan beberapa gradasi terbalik mengindikasikan
lingkungan pengendapan fluvial-deltaic. Formasi ini
diendapkan secara progradasi pada lingkungan fluvial
menuju delta pada lingkungan danau. Selama pengendapan
formasi ini, kondisi tektonik mulai tenang dengan penurunan
cekungan yang mulai melambat (late rifting stage).
Ketebalan formasi mencapai 600 m.
e. Formasi Fanglomerate
Diendapkan disepanjang bagian turun dari sesar
sebagai seri dari endapan aluvial. Tersusun oleh batupasir,
konglomerat, sedikit batulempung berwarna hijau sampai
merah. Baik secara vertikal maupun lateral, formasi ini dapat
bertransisi menjadi formasi Lower Red Bed, Brown Shale, Coal
Zone dan Lake Fill.
2. Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas yang terbentuk pada awal episode transgresi
terdiri dari Formasi Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap
dan Formasi Duri. Kelompok ini tersusun oleh batuan klastika
lingkungan fluvial-deltaic sampai laut dangkal. Pengendapan kelompok
ini berlangsung pada Miosen awal – Miosen tengah.
a. Formasi Menggala
Tersusun oleh batupasir konglomeratan dengan ukuran
butir kasar berkisar dari gravel hingga ukuran butir sedang.
Secara lateral, batupasir ini bergradasi menjadi batupasir
sedang hingga halus. Komposisi utama batuan berupa
kuarsa yang dominan, dengan struktur sedimen trough cross-
bedding dan erosional basal scour. Berdasarkan litologi
penyusunnya diperkirakan diendapkan pada fluvial-channel
lingkungan braided stream. Formasi ini dibedakan dengan
Lake Fill Formation dari kelompok Pematang bagian atas
berdasarkan tidak adanya lempung merah terigen pada matrik
(Wain et al., 1995). Ketebalan formasi ini mencapai 250 m,
diperkirakan berumur awal Miosen bawah.
b. Formasi Bangko
Formasi ini tersusun oleh serpih karbonan dengan
perselingan batupasir halus-sedang. Diendapkan pada
lingkungan paparan laut terbuka. Dari fosil foraminifera
planktonik didapatkan umur N5 (Blow, 1963). Ketebalan
maksimum formasi kurang lebih 100 m.
c. Formasi Bekasap
Formasi ini tersusun oleh batupasir masif berukuran
sedang-kasar dengan sedikit interkalasi serpih, batubara dan
batugamping. Berdasarkan ciri litologi dan fosilnya, formasi
ini diendapkan pada lingkungan air payau dan laut terbuka.
Fosil pada serpih menunjukkan umur N6 – N7. Ketebalan
seluruh formasi ini mencapai 400 m.
d. Formasi Duri
Di bagian atas pada beberapa tempat, formasi ini
equivalen dengan formasi Bekasap. Tersusun oleh batupasir
halus-sedang dan serpih. Ketebalan maksimum mencapai 300
m. Formasi ini berumur N6 – N8.
f. Formasi Telisa
Formasi Telisa yang mewakili episode sedimentasi pada
puncak transgresi tersusun oleh serpih dengan sedikit
interkalasi batupasir halus pada bagian bawahnya. Di
beberapa tempat terdapat lensa-lensa batugamping pada
bagian bawah formasi. Ke arah atas, litologi berubah menjadi
serpih mencirikan kondisi lingkungan yang lebih dalam.
Diinterpretasikan lingkungan pengendapan formasi ini berupa
lingkungan Neritik – Bathyal. Secara regional, serpih marine
dari formasi ini memiliki umur yang sama dengan Kelompok
Sihapas, sehingga kontak Formasi Telisa dengan
dibawahnya adalah transisi fasies litologi yang berbeda
dalam posisi stratigrafi dan tempatnya. Ketebalan formasi ini
mencapai 550 m, dari hasil analisis fosil didapatkan umur
formasi ini berkisar dari N6 – N11.
3. Kelompok Petani
Kelompok Petani diendapkan secara tidak selaras di atas
Kelompok Sihapas. Kelompok Petani terdiri dari Lower Petani yang
merupakan endapan laut (marine) dan Upper Petani yang merupakan
endapan laut sampai delta. Formasi ini diendapkan mulai dari lingkungan
laut dangkal, pantai, dan ke atas sampai lingkungan delta yang
menunjukkan penurunan muka air laut. Kelompok ini terdiri atas batupasir,
batulempung, batupasir gloukonitan, dan batugamping yang dapat ditemui
di bagian bawah seri sedimen tersebut, sementara itu batubara dapat
ditemukan di bagian atas dan terjadi saat pengaruh laut semakin
berkurang.
a. Formasi Minas
Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang
terdapat secara tidak selaras di atas Kelompok Petani. Tersusun
atas pasir dan kerikil, pasir kuarsa lepas berukuran halus sampai
sedang serta limonit berwarna kuning yang diendapkan pada
lingkungan fluvial sampai darat. Proses pengendapan Formasi
Minas masih berlangsung sampai saat ini dan menghasilkan
endapan aluvial berupa campuran kerikil, pasir, dan lempung.
Eubank, R.T., dan Makki, A.C., 1981, Structural Geology of the Central
Sumatera Back-Arc Basin, Proceedings of Indonesian Petroleum
Association, Tenth Annual Convention, hal. 153-174
Heidrick, T.L., dan Aulia, K., 1993, A Structural and Tectonic Model of The
Coastal Plain Block, Central Sumatera Basin, IPA 22th, hal 285-304
Heidrick, T.L., dan Aulia, K., 1996, Regional Structural Geology of The
Central Sumatera Basin, Petroleum Geology of Indonesian Basin,
Pertamina BPPKA Indonesia, hal. 13- 156