Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS CEKUNGAN DI INDONESIA

(dalam rangka pemenuhan tugas Mata Kuliah Geodinamika)

disusun oleh:

Kelas GL 1 2017
UNIVERSITAS PERTAMINA Jalan Teuku Nyak Arief, Simprug,
Kebayoran Lama telp (021) 29044308 Jakarta 12220 e-mail:
info@universitaspertamina.ac.id 2019
2 | Geodinamika
DAFTAR ISI

Analisis Cekungan Pulau Sumatera


...................................................................................... 3

Analisis Cekungan Pulau Jawa


............................................................................................ 36

Analisis Cekungan Pulau Kalimantan


................................................................................ 58

Analisis Cekungan Pulau Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara


................................... 72

Analisis Cekungan Pulau Papua


.......................................................................................... 97

Referensi
............................................................................................................................... 115
ANALISIS CEKUNGAN PULAU SUMATERA

disusun oleh:

Agustina Rosi Divina (101217011)

Nanda Agung Alamsyah (101217019)

Intan Syafitri (101217021)

Siti Musdalifah (101217045)

Rekumalasari Dyan (101217065)

Zelica Zelda (101217077)

Hesa Rahmadisa (101217079)

Firman Najib W (101217085)


Rahmad Akbar (101217087)

Rama Prasetyo (101217101)

3 | Geodinamika
4 | Geodinamika
FISIOGRAFI PULAU SUMATERA

Gambar 1. Fisiografi Sumatera


(Suarageologi.blogspot.com)

Pulau Sumatra terletak pada Asia Tenggara,negara Indonesia dengan koordinat 0°


0′ 0′′ N,

102° 0′ 0′′ E . Tinggian dan rendahan di sumatera terbentuk menjadi enam zona (Van

Bemmelan, 1949) yaitu:

• Zona paparan sunda

• Zona semangko

• Zona jajaran barisan

• Zona forearc
• Zona backarc

• Zona pegunungan tigapuluh.


Pulau Sumatra terletak di baratdaya dari Kontinen Sundaland dan merupakan
jalur

konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah barat


Lempeng

Eurasia/Sundaland. Hal ini mengakibatkan adanya zona subduksi (Darman&Sidi,2000)

dengan orientasi fisiografi NW-SE.

EVOLUSI TEKTONIK PULAU SUMATRA MENURUT METCALFE

Gambar 2. Tectonic map of Sundaland showing that Sumatra is formed by three


continental
blocks consisting of Sibumasu, West Sumatra Block and Continental crust
accreted to

Sundaland in the Cretaceous- Cenozoic (Metcalfe,


2011).

Berdasarkan peta Metcalfe diatas, Sumatra tersusun atas 3 terranes yang berasal
dari

Gondwana, yaitu East Malaya dan West Sumatra Block yang berumur Devonian, selain
itu

juga Sibumasu terranes yang berumur Early Permian. Namun, ketiga terranes ini saling

bertabrakan pada Upper Triassic (225 Jtl) dan membentuk Sumatra sebagai wilayah
pertama

yang menduduki Indonesia.

5 | Geodinamika
6 | Geodinamika
EVOLUSI TEKTONIK REGIONAL

Gambar 3. Development along the trailing


edge
of Sunda Microplate (Davies, 1984)

Menurut Davies (1984), terdapat 4 deformasi tektonik utama di sumatra, yaitu:

Berdasarkan Davies, 1984 terdapat empat periode utama dalam deformasi di Pulau
Sumatra:

• Eocene awal-Oligocene awal terjadi pergerakan ke utara Greater Indian Landmass

sepanjang transform di Samudra Hindia yang menghasilkan strike slip cepat di


Pantai

Barat Sumatra, dipengaruhi pula oleh bidang lemah


N-S.

• Oligocene akhir – Awal Miocene : orientasi N-S berotasi berlawanan jarum jam

karena pergerakan Sunda


microplate.

• Miocene tengah terjadi uplift karena reaktivasi horst dan graben yang kemudian
menghasilkan material - material yang ter erosi dan menjadi regional
unconformities.

Kejadian ini berlangsung bersamaan dengan terjadinya sea floor spreading di


Laut

Andaman.

• Pada saat Paleogen gaya yang mempengaruhi tatanan tektonik di Sumatra bersifat

extententional. Kemudian, saat Neogen gaya tersebut berubah menjadi bersifat

compressional atau dapat disebut terjadi tektonik inversi. Hal ini sangat berperan
penting dalam pembentukan petroleum system di Sumatra karena pada saat ada
gaya

compressional lapisan sedimen yang awalnya terendapkan horizontal dapat


terlipat

dan menebal sehingga dapat menjadi trap berupa antiklin yang tersesarkan hasil

inversi dan overburden rock.

PERSEBARAN CEKUNGAN DI PULAU SUMATRA

North Sumatra Basin


Gambar 4 Nort Sumatra Basin(
https://www.researchgate.net/ )

North Sumatra Basin merupakan cekungan yang terletak di bagian utara Pulau

Sumatra dan termasuk dalam bagian offshore di Sumatra Utara. North sumatra basin

merupakan back arc basin, yang terbentuk akibat subduksi antara india crust dengan
eurasian

crust pada Late Eocene – Oligocene. Pada bagian selatan, dibatasi oleh Asahan Arch
yang

memisahkan cekungan ini dengan Cekungan Sumatra Tengah. Pada bagian timur
dibatasi

Selat Malaka, dan dibagian barat daya dibatasi oleh bukit barisan.Cekungan ini
merupakan

salah satu back-arc basin yang ada di Sumatra. Pada awal Tersier terjadi tumbukan
lempeng

dengan arah tumbukan utara-selatan yang sekaligus merupakan arah kompresi.


Kemudian

7 | Geodinamika
arah tersebut berubah menjadi timurlaut - barat daya pada akhir Tersier. Kompresi
utara-

selatan menghasilkan sesar gerser arah berpola baratlaut- tenggara yg dikenal juga
sebagai

pola sesar Sumatra. Sesar geser yang berarah N-S diduga dipengaruhi oleh zona
lemah yang

sudah ada sebelumnya di basement sebelum terjadi rifting karena adanya strikeslip fault
yang

sudah ada sejak cretaceous. Sedangkan kompresi timurlaut- baratdaya menghasilkan


sesar

geser utara - selatan yang merupakan antithetic


fault.

Central Sumatra Basin


Gambar 5 Central Sumatra Basin
(https://www.researchgate.net/ )

Cekungan Sumatra Tengah merupakan back-arc basin yang terbentuk akibat

penunjaman n antara Lempeng Samudra Hindia yang bergerak ke arah utara yang
menyusup

ke lempeng Benua Asia yang aktif selama Miosen. Geometri dari cekungan ini
berbentuk

asimetri dengan bagian paling dalam di barat daya dan melandai ke arah timur laut

(Mertosono dan Nayoan,1974). Produk yang dihasilkan oleh interaksi kedua lempeng
tektonik

8 | Geodinamika
ini adalah unit fisiografi parallel yang mengarah ke Barat Laut berupa busur kepulauan

sepanjang muka pantai Barat Daya Sumatera, Cekungan muka busur Nias, busur
Volkanik

Barisan, Cekungan belakang busur dan zona sesar Sumatera yang biasa dikenal
dengan Sesar

Semangko. Geologi Regionalnya dicirikan


dengan:

1. Adanya blok-blok patahan dan Transcurent Faulting, sistem blok patahan


mempunyai

orientasi sejajar dengan arah Utara Selatan yang membentuk rangkaian Horst &

Graben.

2. Pola struktur di cekungan sumatera tengah merupakan hasil dari 3 fase tektonik
yang

terpisah.

3. Cekungan Sumatera Tengah memiliki 2 set sesar yang mengarah ke Utara-


Selatan dan

dan Barat Laut-Tenggara.


Gambar 6. Perkembangan Episode Tektonik Tersier Cekungan Sumatra Tengah
(Heidrick & Aulia, 1993)

Terdapat empat periode tentang perkembangan tektonik di cekungan Sumatera

Tengah. Mulai dari fase F0 berlangsung pada pra Tersier. Fase F1 berlangsung pada
Eosen-

Oligosen. Fase F2 pada Miosen Awal-Miosen Tengah. Fase F3 berlangsung pada


Miosen

Tengah-Resen.

9 | Geodinamika

Batuan dasar Pra Tersier di Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari lempeng-
lempeng

benua dan samudera yang berbentuk mozaik. Pada kala Eosen-Oligosen disebut juga
Rift

Phase. Pada kala ini, terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timurlaut, diikuti
oleh

reaktifisasi struktur- struktur tua. Akibat tumbukan Lempeng Samudera Hindia terhadap
Lempeng Benua Asia maka terbentuklah suatu sistem rekahan Transtensional. Pada
kala

Miosen Awal terjadi fase amblesan (sag phase), diikuti oleh pembentukan Dextral
Wrench

Fault secara regional dan pembentukan Transtensional Fracture Zone. Pada kala
Miosen

Tengah-Resen disebut juga Barisan Compressional Phase. Pada kala ini, terjadi
pembalikan

struktur akibat gaya kompresi menghasilkan reverse dan Thrust Fault di sepanjang jalur

Wrench Fault yang terbentuk


sebelumnya.

10 | Geodinamika
Gambar 7. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatra Tengah pada
fase
F2 dan F3 (Heidrick dan Turlington, 1994)
South Sumatra Basin
Gambar 8 South Sumatra Basin (https://www.researchgate.net/) Secara
fisiografis Cekungan Sumatra Selatan merupakan cekungan Tersier berarah barat laut -
tenggara, yang dibatasi Sesar Semangko dan Bukit Barisan di sebelah barat daya,
Paparan Sunda di sebelah timur laut, Tinggian Lampung di sebelah tenggara yang
memisahkan cekungan tersebut dengan Cekungan Sunda, serta Pegunungan Dua
Belas dan Pegunungan Tiga Puluh di sebelah barat laut yang memisahkan Cekungan
Sumatra Selatan dengan Cekungan Sumatera Tengah. Cekungan ini merupakan back -
arc basin yang terbentuk akibat penunjaman lempeng Hindia – Australia dengan trend
ke arah utara hingga timurlaut terhadap Lempeng Eurasia yang relatif diam. Selain itu,
terdapat micro – plate yang terletak diantara zona tersebut yang ikut bergerak dan
menghasilkan adanya zona konvergen yang memiliki berbagai arah dan bentuk.
Cekungan Sumatera Selatan telah mengalami tiga kali proses orogenesis, yaitu
yang pertama adalah pada Mesozoikum Tengah, kedua pada Kapur Akhir sampai Tersier
Awal dan yang ketiga pada Plio-Plistosen. Orogenesis Plio-Plistosen menghasilkan
kondisi struktur geologi seperti terlihat pada saat ini. Tektonik dan struktur geologi daerah
Cekungan Sumatera Selatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu, Zone Sesar
Semangko, zona perlipatan yang berarah baratlaut-tenggara dan zona sesar-sesar yang
berhubungan erat dengan perlipatan.

11 | Geodinamika
Gambar 9. Ilustrasi mekanisme pembentukan struktur geologi di cekungan belakang
busur

dan busur vulkanik di daerah Sumatera Selatan (Pulunggono dkk.,


1992).

Jenis struktur yang umum dijumpai di Cekungan Sumatera Selatan terdiri dari

lipatan, sesar dan kekar. Struktur lipatan memperlihatkan orientasi Baratlaut Tenggara,

melibatkan sikuen batuan berumur Oligosen-Plistosen (Gafoer dkk., 1986). Sedangkan,


sesar

yang ada merupakan sesar normal dan sesar Naik. Sesar normal dengan pola
kelurusan

Baratlaut-Tenggara tampak berkembang pada runtunan batuan berumur Oligosen-


Miosen,

sedang struktur dengan arah umum Timurlaut-Baratdaya, Utara-Selatan, dan Barat-


Timur

terdapat pada sikuen batuan berumur Plio-Plistosen. Sesar naik biasanya berarah
Baratlaut-

Tenggara, Timurlaut- Baratdaya dan Barat-Timur, dijumpai pada batuan berumur Plio-

Plistosen dan kemungkinan merupakan hasil peremajaan (reactivation) struktur tua


yang

merupakan extentional faults.


12 | Geodinamika
Gambar 10 Struktur di Cekungan Sumatra Selatan
13 | Geodinamika
(https://pubs.usgs.gov/of/1999/ofr-99-0050/OF99- 50S/fig2.html.)
Terdapat empat periode struktur geologi yang mempengaruhi cekungan Sumatera
Selatan sebagai akibat dari tumbukan Lempeng Benua India dan Lempeng Benua
Eurasia.
Mulai pada fase F0 adalah fase cekungan Sumatera Selatan mengalami konfigurasi
basement
atau batuan dasar. Fase F1 adalah fase cekungan Sumatera Selatan mengalami rifting
atau
pemekaran. Fase F2 adalah fase cekungan Sumatera Selatan mengalami pensesaran
dextral
wrenching dan sagging. Terakhir, fase F3 adalah fase cekungan Sumatera Selatan
mengalami
inversi oleh gaya kompresional
Bengkulu Basin

Gambar 11Bengkulu Basin


(https://www.researchgate.net/)
Cekungan Bengkulu dikenal sebagai cekungan busur muka yang berlokasi di
bagian

barat daya Pulau Sumatera. Cekungan ini ditempati oleh satuan batuan setara Formasi
Lahat

berumur Eo-Oligosen, yang ditindih tidak selaras oleh batuan gunung api Formasi

Hulusimpang berumur Oligo-Miosen. Kemudian diikuti oleh batuan silisiklastika dan


sedikit

karbonat Formasi Seblat berumur Miosen Awal - Tengah. Secara tidak selaras Formasi
Seblat

ditindih oleh batuan silisiklastika Formasi Lemau berumur Miosen Tengah-Akhir,


kemudian

diikuti oleh Formasi Simpangaur berumur Miosen Akhir - Pliosen. Proses pengendapan
ini

diakhiri oleh hadirnya batuan gunung api Formasi


Bintunan/Ranau

Berdasarkan interpretasi citra landsat menunjukkan pola struktural bengkulu di

dominasi oleh patahan NE-SW pada gambar. Membandingkan dengan pola struktural

bengkulu di dominasi oleh patahan NE-SW pada gambar. Membandingkan dengan pola

struktur wilayah sumatra selatan, terlihat bahwa struktur tersebut terbentuk pada masa

paleosen-eosen. Data gravitasi regional terbaru mengkonfirmasi bahwa bagian dari


Cekungan

Bengkulu terdiri dari dua struktural rendah dari N-S yaitu graben. Bagian pertama dapat

14 | Geodinamika
dilihat pada bagian NW cekungan (Pagarjati Graben) dan yang lainya dapat dilihat pada

bagian tenggara
(keduranggraben).

Batuan tersier tertua yang terdapat di sumatra bagian selatan berumur lower
paleogene

yang merupakan batuan sedimen dari cekungan sumatra selatan (Jambi alembang
zone). Pada
saat Eocene-Oligocene awal terjadi extension pada bagian back-arc dan menghasilkan
sesar

dengan orientasi NW-SE dan NE-SW dan membentuk South Sumatra Basin. Sejarah
awal

pembentukan basin ini mencerminkan sedimentasi dengan pola transgresif sampai akhir

middle miocene, dan dilajutkan dengan pola regresi pada Neogene dan menghasilkan
Barisan

Geanticline. Pada awalnya, cekungan bengkulu adalah “Pull Apart” basin yang
terbentuk pada

akhir oligocene.

Evolusi tektonik Tersier pada Sumatra bagian Selatan dapat dibagi menjadi 4
periode

berdasarkan kehadiran 4 subduksi yang berkaitan dengan tectono-magnetic yang terjadi


pada

saat Tersier, yaitu: Paleocene-early Oligocene, late-Oligocene-early Miocene, middle

Miocene-early Pliocene and Pliocene-


Pleistocene.

a) Paleocene- Eocene to early Oligocene


stage

Gambar 12 The development of Tertiary subduction in southern Sumatra. (Karig et al.,


1979)

Pada periode ini ditandai dengan berlangsungnya tumbukan antara India dan
Eurasia
namun dengan kecepatan yang lebih lambat. Pergerakan ini awalnya mengarah ke
timur

namun berubah menjadi ke arah Baratlaut Australia (Kallagher,


1990)

Subduksi pada Paleocene-Eocene sampai Oligocene awal terekam dari


kemunculan

yang jarang dari busur busur volcanic yang bersifat andetic seperti Bandan, Kikim, dan

Tarahan Formation pada Zona Barisan. Jika dibandingkan dengan busur magmatic
pada erlier

uper Cretaceous dan busur neogenen di bagian Sumatra barat, Volcanic yang terbentuk
pada

saat paleogene berjumlah lebih sedikit dan jarang yang bersifat aktif. Hal ini disebabkan
saat

late

15 | Geodinamika
cretaceous-middle eocene, terjadi kontak antara Australian Pate yang bergerak ke arah
Barat

Laut dengan ecepatan yang lebih lambat hanya eberapa cm/year dengan Indian Plate
yang

bergerak ke Utara dengan kecepatan 15 cm/yr. Kontak antara kedua lempeng ini

menghasilkan transform fault. Lalu, pada saat eocene terjadi collision antara India dan
Eurasia

dan akibatnya lempeng India dan Australia menyatu dan bergerak ke arah utara – barat
laut

dan menghasilkan oroclinal bending di sumatra dan asian tenggara yang merupakan
hasil

lekukan India plate kterhadap Eurasia plate. Berkurangnya laju konvergen akibat dari

collision antara India-Eurasia saat Eocene menghasilkan extention pada back arc zone

sumatra dan mulai terbentuknya basin. Sedangkan Fore arc basin yang ada sekarang
trbentuk
dai passive margin dibelakang local marginal basin dan oceanic islan arc pada saat
periode

ini. b) Late Oligocene-early Miocene

stage

Gambar 13 The development of Tertiary subduction in southern Sumatra. (Karig et al.,


1979)

Pada Periode ini Konvergen dari lempeng India-Australia Sistem subduksi sunda
aktif

di luar Sumatra.Posisi dari trench yang terbentuk dari Oligosen – Miocene yaitu pulau
Nias.

Major Event yaitu aktivtas vulkanik dari pegunungan barisan yang dibuktikan
Hulusimpang

yg diendapkan pada masa ini dan tersebar luas .di late oligosen – miosen sedimentasi
di fore

arc (Bengkulu) dan Back arc ( South sumatra) berada dibawah laut dibuktikan oleh
formasi

seblat dan talang akar yang mengalami progressive .akibat dari proses Progressive dan

trangresi ini mengakibatkan subsiding yang lama dari Shelf yang ada di
Sumatra
16 | Geodinamika

c) Middle Miocene – Early Pliocene

Gambar 14 The development of Tertiary subduction in southern Sumatra (Karig et al.,


1979)

Saat middle miocene, zona subduksi bergerak ke barat dan posisi palung sudah

mendekati posisi saat ini. Rantai pegunungan barisan sudah uplift yang disebabkan oleh

meningkatnya laju subduksi dari 5 cm/yr menjadi 6.5 cm/yr dan akibat dari aktivitas

magmatik. Saat late miocene pull apart rifting di laut andaman membentuk oceanic crust
dan

pergerakan strike-slip di sepanjang sumatra Fault dan mulai terjadi tektonik inversi pada

back-arc basin Sumatra.

d) Plio-Pleistosen
Gambar 15 The development of Tertiary subduction in southern Sumatra (Karig et al.,
1979)

Saat Plio-Pleistocene laju konvergen antara lempeng india da australia


meningkat

menjadi 7cm/yr. Hal ini menyebabkan rantai pegunungan barisan semakin uplift dan

mengalami erosi. Selain itu, mulai terbentuknya kepulauan


mentawai

17 | Geodinamika
Sibolga Basin

Gambar 16 Sibolga Basin


(https://www.researchgate.net/)

Cekungan sibolga merupakan bagian dari penunjaman sunda dan sesar


sumatra,dipotong
oleh sesar besar (sesar mentawai). kegiatan subduksi di pulau Sumatra membuat
daerah

tersebut terbentuk palung,prisma akresi,forearc,outter arc ridge dan outter ridge.


cekungan

sibolga merupakan busur muka yang dibatasi oleh outter arc ridge. Cekungan di Sibolga

terbentuk karena adanya pengaruh tektonik, yaknI penunjaman lempeng Indo-Australia

(mesotethys) dengan sundaland (lempeng eurasia). Batuan sedimen sibolga terdiri atas
dua

unit utama yaitu batuan Pra- Neogen dan Neogen. keduanya dibatasi oleh angular

uncomformity. Terdapat 3 siklus tektonik yang terjadi pada cekungan sibolga yaitu
orogenik

Paleogene (batuan metasedimen dan metamorfik terankat dan terlipatkan lalu

tererosi),Subsidence Neogen( (penurunan cekungan membentuk horst graben) serta


tektonik

Tersier akhir (fluktuasi muka air laut)

18 | Geodinamika
2.1.3 Natuna Basin
Gambar 17 Natuna Basin
(https://www.researchgate.net/)

Cekungan Natuna berada di 2o LU– 5o LU dan 104o T – 110o BT. Secara


geografis dan

strategis termasuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Secara geologi,Kepulauan Riau

(Natuna) merupakan bagian Sundaland , dengan Laut Natuna bagian Timur termasukke
dalam

sub-sistem tepian bagian Barat laut Laut Cina Selatan (LCS) Terbagi menjadi dua yaitu

Natuna Timur dan Barat dan dibagi oleh Natuna Ridge Natuna barat è intra-continental
rift

basin. Utara ; Khorat Swell, Selatan : paparan Sunda; Timur: Busur Natuna; Barat laut:

Cekungan Malay; BaratDaya: Cekungan Penyu Orientasi struktur dominan pada


cekungan

Natuna Barat berarah SW-NE dan NW-SE. pada arahNW-SE struktur dominan adalah
sesar

mendatar. Terdapat antiklin pada cekungan ini terutama padabagian atas dari bentukan
half

graben. Kenampakan elemen struktur ini dibentuk dari dua fasatektonik berbeda. Fasa

ekstensi terjadi pada kala Eosen Akhir-Oligosen dan kemudian dilanjutkandengan fasa

19 | Geodinamika
kompresional yang menghasilkan struktur
inversi.

Sunda Basin
Gambar 18 Sunda Basin
(https://www.researchgate.net/)

Secara umum,sunda basin merupakan cekungan yang terbentuk akibat rifting


pada

early cenozoic dan masih memiliki pengaruh dengan subduksi yang ada pada SW
Sumatera.

Basin secara keseluruhan terletak di offshore. Namun, pengendapan hidrokarbon pada

cekungan ini lebih dipengaruhi oleh naik turunnya muka laut secara transgresi dan
regresi .

Pengendapan terjadi 3
stage,yaitu:

• Stage I: (middle Eocene-Late Oligocene),terdapat extensional half graben dari


utara ke

selatan akibat adanya NW-SE shear yang berasosiasi dengan kolisi subkontinen
india

dengan plate asia. Pada stage ini diendapkan Banuwati


formation

• Stage II: (Late Oligocene-Late Miocene) ,diendapkan Talang Akar Formation

kemudian pada Early Miocene diendapkan endapan Batu raja dengan shale
endapan

Formasi Gumai. Hingga pada miocene akhir diendapkan karbonat Parigi FM dan

20 | Geodinamika
Cisubuh marine clastic Fm.

• Stage III (Pliocene-Pleistocene) heatflow dibawah permkaan naik, endapan

vulkaniklastik mulai terbentuk, kenaikan panas membentuk subsidence pada


formasi

di sunda basin sehinggamengubah fosil menjadi minyak dengan


cepat.
Andaman Basin

Gambar 19. Andaman Basin (Rodolfo, Kelvin 1969 „Bathymetry and Marine Geology
of the

Andaman Basin, and Tectonic Implications for Southeast


Asia‟

Cekungan Andaman ini memanjang dari Delta Sungai irrawady sampai ke


Sumatra

bagian Utara dan Selat Malaka dengan luasaan area menapai 800.000 km2.
Merupakan tipe

back arc basin yg berada di lajur belakang dari subduksi zona Sunda. Kolisi antara
India-Asia

yang sifatnya oblique menyebabkan rotasi dan membentuk strike slip (Curray,
2004).
21 | Geodinamika
STRATIGRAFI DAN PETROLEUM SYSTEM

North Sumatra Basin

Gambar 20. Stratigraphy of North Sumatra Basin (Kamioli & Naim,


1973)

Basement Pre-Tersier

Terdiri dari dari batuan beku, batuan metamorf, karbonat dan dijumpai fosil
Halobia

Formasi Parapat

Terdiri dari batupasir kasar dan konglomeratan dibagian bawah seta diatasnya dijumpai

sisipan serpih.

Formasi Bampo
Terdiri dari serpih hitam tidak berlapis, berasosiasi dengan lapisan tipis batugamping
dan

batulempungkarbonat, dimana formasi ini miskin fosil dan diendapkan dalam lingkungan

reduksi

Formasi belumai

terdiri dari batupasir Glaukonitanberselingan dengan serpih dan batugamping. Didaerah


Arun,

22 | Geodinamika
bagian atas formasi ini berkembang lapisan batugamping kalkarenit dan kalsilutit
dengan

selingan serpih. Formasi ini diendapkan dalam lingkunganlaut dangkal sampai


neritik.

Formasi Baong

Penyusun utama formasi ini adalahbatulempung abu-abu kehitaman, napalan, lanauan,


pasiran

dan pada umumnya kaya akan fosil Orbulina Sp dan Globigerina Sp, Kadang-kadang
diselingi

lapisan tipis batupasir

Formasi Keutapang

Terdiri dari selang-seling antara batupasir berbutir halus sedang, serpih, lempung
dengan

sisipanbatugamping dan batubara. Dibagian Barat daerah Aru batupasirnya bertambah


kearah

atas, dibagiantimur serpih lebih


dominan

Formasi Seurula
Terdiri dari batupasir, serpih dan lempung. Dibandingkan dengan formasi Keutapang,
formasi

seurulaberbutir lebih kasar, banyak ditemukan fragmen-fragmen moluska yang


menunjukkan

endapan lautdangkal atau


neritik.

Formasi Julu Rayeu

Terdiri dari batupasir halus kasar dan lempung, kadang-kadang mengandung mika dan

fragmenmolusca yang menunjukkan endapan laut dangkal


Neritik

Volkanik Toba

Terdiri dari Tufa hasil aktivitas volkanik toba, menutupi secara tidak selaras diatas
formasi seurula.

Endapan Aluvial

Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan


Batulempung.

Tabel 1 Petroleum System of North Sumatra


Basin

Formasi
Lithology SC Res. Seal Trap Dep. Env

23 | Geodinamika
shallow ulu Rayu Perselingan
sandstone-
marine
mudstone

Keutapang sandtone transition to deep

marine

Seumpo Shale/mudsto

ne Arun Limestone
Stratigraphy deep marine (coral)
shalow marine

Peutu Limestone shalow marine

Bampo Shale Structural isolated marine

Parapat Sandstone shallow marine

Meucampli Shale terestrial


24 | Geodinamika
Central Sumatra Basin

Gambar 21 Stratigraphy of Central Sumatra Basin (https://www.researchgate.net/)

Tabel 2 Petroleum System of Central Sumatra Basin

Formasi Lithology SC Res. Seal Trap Dep. Env


Alluvium � fluvial, delta
Minas Gravel, sand,

clay

Petani Shale Pro-delta-shallow marine


siltstone
Duri Calcareous Delta front, Shallow marine
shale,

Telisa Sandstone Deltafront

Bekasap Coarse Estuary, inner neritic

25 | Geodinamika
sandstone
sandstone
Bangko Calcareous Fluvial � braided

shale-

sandstone Pematang
Prodelta , shallow marine group
Claystone Non marine

Menggala Coarse

South Sumatra Basin


Gambar 22 Stratigraphy and Petroleum System of South Sumatra Basin

26 | Geodinamika
(https://www.researchgate.net/)

Formasi Talangakar

Formasi ini terdiri dari sedimen klastik kasar seperti batupasirkonglomeratan, batupasir

kuarsa, serpih dan sisipan batubara dengan struktur sedimen berupastruktur perlapisan

bersusun, perlapisan silang-siur dan sejajar.

Formasi Gumai

Formasi ini tersusun atas sedimen klastika halus berupa serpih, napal, batulempung

gampingan, batulanau dengan foraminifera plankton yang melimpah.

Formasi Air Benakat

Penentuan lingkungan pengendapan ini berdasarkan foraminifera plankton. Formasi ini

tersusun oleh perselingan batupasir-batulanauyang ditandai dengan melimpahnya mineral

glaukonit dan limonit serta kandungan fosil

Formasi Muara Enim

Formasi ini disusun oleh perselingan batulempung, batulanau, batupasir tufaan dan lapisan

batubara.

Formasi Kasai

Formasi Kasai tersusun oleh perselingan konglomerat, batupasir tufaan, tufa dan batulempung
27 | Geodinamika
Sunda Basin

Gambar 23 Stratigraphy of Sunda Basin

Tabel 3 Petroleum System of Sunda Basin

Nama Talang akar

formasi
Banuwati
Source rock reservoir seal

cisubuh

Air benakat

Gumai 28 | Geodinamika

Baturaja
Bengkulu Basin
Gambar 24 Stratigraphy of Bengkulu Basin

Formasi Hulusimpang

Formasi Hulusimpang terdiri darilava, breksi gunungapi dan tufterubah,bersusunan andesit

sampai basal.

Formasi Seblat

Formasi Seblat . Bagian bawah satuan batuan ini terdiri dari batupasir yang sebagian

karbonan, batupasir tufan kayu terkersikkan dan lensa-lensa konglomerat. Bagian tengah

terdiri atas perselingan batugamping dan batulempung. Bagian atas terdiri dari serpih dengan

sisipan batulempung tufan, napal dan konglomerat.

Formasi Bal

Formasi Bal tersusun dari breksi gunungapi epiklastika dengan sisipan batupasir gunungapi

epiklastika bersusunan dasit.

Formasi Lemau Bagian bawah

Formasi Lemau terdiri dari breksi dengan sisipan batupasir tufan yang mengandung moluska.

Bagian atas terdiri dari batupasir dan batupasir tufan dengan sisipan batugamping dan

batulempung. Bagian bawah satuan batuan ini menjemari dengan Formasi Bal ditindih

selaras oleh Formasi Simpangaur.

29 | Geodinamika

Formasi Simpangaur

Formasi Simpangaur ini terdiri atas breksi dan konglomerat dengan sisipan batupasir dan

batubara. Bagian atas terdiri dari batulanau dan batulempung yang mengandung moluska air

tawar.
Formasi Bintunan

Formasi Bintunan terdiri dari konglomerat aneka bahan, breksi, batulempung tufan

mengandung lapisan tipis lignit.

Satuan Batuan Gunungapi Andesit-Basal

Satuan ini terdiri dari lava bersusunan andesit sampai basal, tuf dan breksi lahar dari Bukit

Daun.

Satuan Breksi Gunungapi

Satuan ini terdiri dari breksi gunungapi lava, tuf bersusunan andesit-basalt. Satuan ini terdapat

pada timur laut daerah penelitian

Sibolga Basin

Gambar 25Stratigraphy and Petroleum System of Sibolga Basin

30 | Geodinamika
Andaman Basin

Gambar 26 Stratigraphy of Andaman Basin

Formasi Baratang

Formasi ini terdiri dari basaltic lava claystone, shale minor sandstone dan vulcanic breccia.

Formasi Port Blair

Formasi ini terdiri dari claystone, sedikit limestone , sandstone dan juga siltstone.

Formasi Strait

Formasi ini terdiri dari basaltic andesit lava, claystone, sedikit siltstone, argillaceous limestonr

dan ash beds.


Formasi Inglis
Formasi ini terdiri dari Claystone, limestone dan marl.

Formasi Long
Formasi ini terdiri dari claystone dan sedikit limestone

31 | Geodinamika
Formasi Neil

Formasi ini terdiri dari claystone

Tabel 4 Petroleum System of Natuna Basin

Nama formasi sc reservoir seal

Neil

Long

Inglis

Strait

Portblair

baratang

Klasifikasi Kingston
Gambar 27 Basin classification and its pathway (Kingston,1983)

32 | Geodinamika
● North Sumatra Basin, Central Sumatra Basin, dan South Sumatra Basin merupakan basin

Continental Wrench (LL) karena merupakan basin yang terbentuk di continental crust dan ada

di area pergerakan lempeng convergen. Basin ini juga berada di dalam kontinen yang

biasanya dekat dengan batas antar lempeng. Continental Wrench ini umum pada basin yang

berada pada bagian back-arc

● Sibolga dan Bengkulu Basin merupakan Trench Associated (TA) karena merupakan basin

yang terbentuk di continental crust dan ada di area pergerakan lempeng convergen. Basin ini

berdekatan dengan batas zona subduksi dan umunya merupakan jenis basin yang ada pada

bagian dari fore-arc

● Sunda dan Andaman basin dalam klasifikasi kingston termasuk Continental Interior Sag (IS)

karena merupakan basin yang terbentuk di continental crust dan ada di area pergerakan

lempeng divergen. Basin ini berada di dalam kontinen, dan terbentuk akibat hasil rifting dan

diikuti subsidance dan akhirnya diisi oleh endapan sedimen.

● Natuna Basin dalam klasifikasi kingston termasuk dalam Continental Interior Fracture (IF)

karena merupakan basin yang terbentuk di continental crust dan ada di area pergerakan

lempeng divergen. Basin berada didekat batas lempeng dan terbentuk akibat hasil rifting, dan

dipengaruhi oleh fault, fracture.

KORELASI STRATIGRAFI
Gambar 28 Korelasi Stratigrafi Cekungan di Pulau Sumatra

33 | Geodinamika
Revisi Struktur Regional

Gambar 29 Revisi Struktur Regional Pulau Sumatra


Gambar 30 Revisi Struktur Regional Pulau Sumatra

Di sepanjang lepas pantai barat Sumatera, Lempeng Indo-Australian menunjam di bawah

34 | Geodinamika
Lempeng Eurasia dengan arah yang miring 45 derajat. Penunjaman miring tersebut

mengakibatkan Sumatera, suatu zona sesar geser menganan, terbentuknya Sesar Zona yang

memanjang dari ujung utara hingga ujung selatan Pulau Sumatera. Namun di sepanjang lepas

pantai selatan Pulau Jawa, Lempeng Indo- Australian menunjam Lempeng Eurasia dengan

arah normal sehingga tidak terbentuk suatu zona sesar seperti yang ada di Sumatera. Daerah

Busur Muka Selat Sunda yang merupakan daerah transisi diantara Sumatera dan Jawa,

dipengaruhi oleh kondisi pergerakan lempeng kedua daerah tersebut. Daerah Busur Muka

Selat Sunda ini dapat mengalami kompresi akibat penunjaman lempeng dan juga dipengaruhi

ekstensi karena pergerakan sebagian Pulau Sumatera ke arah Baratlaut. Hasil analisa beberapa

faktor geofisika (seismik) menunjukkan adanya dominasi ekstensi di daerah busur muka Selat

Sunda. Hasil tersebut menunjukkan indikasi adanya bukaan yang menerus di daerah busur

muka ini karena lempeng busur muka Sumatra, yang batas selatannya berupa Zona Sesar

Sumatra, terus melaju ke arah baratlaut. Sehingga juga dapat disimpulkan adanya kelanjutan

Zona Sesar Sumatera sampai ke batas Palung Sunda dalam bentuk suatu sistem graben.

a) Sebelum adanya ekstensi, diasumsikan bahwa struktur busur muka di sepanjang

Sumatera hingga Jawa seragam, terdapat cekungan dan juga punggungan akresi yang

Menerus.

b) Subduksi oblique, mengaktifkan sesar baru dan membentuk pull apart basin dengan

rezim extensional. Subduksi oblique menyebabkan punggungan antara Jawa - Sumatra

pecah

c) Ekstensi yang menerus dan bukaan yang melebar merupakan daerah yang lemah

sehingga garis palung maju ke arah dalam busur muka (forearc)


d) Struktur cekungan (pull-apart basin) akibat ekstensi terjadi terus menerus hingga

sekarang. Daerah ekstensi ini terus melebar seiring dengan melengkungnya garis

palung (d).

Kesimpulan
• Sumatra merupakan gabungan dr beberapa terain. Yaitu east malaya-west sumatra block yang as
gondwana pada zaman Devon.
• Terjadi tectonic inversi dari extensional di Paleogene menjadi compressional di Neogen yang berp
dalam pembentukan petroleum system di Sumatra.
• Sumatra memiliki back arc basin diantaranya adalah North Sumatra Basin, Central Sumatra Bas
Sumatra basin. Dan juga fore arc basin seperti Bengkulu basin, Sibolga Basin dan Andaman Basin

35 | Geodinamika

ANALISIS CEKUNGAN PULAU JAWA

disusun oleh:

Muhammad Hanif Irsyada (101217047) Anggun Mutika (101217013)


Tunggul Mirza Pratama (101217037) Dyah Woro Palupi (101217063)
Wahyu Wibowo (101217057) Anugrah Gilang Pratama Putra
(101217031) Rofi Anugrah (101217069) Ghafirly Armanda (101217109)
M Alfiyan Bagus (101217051) Sukma Karmita (101217113) Frans
(101217061)
36 | Geodinamika
LETAK DAN FISIOGRAFI PULAU JAWA

Gambar 1 Fisiografi Pulau Jawa (Van Bemmelen, 1970)

Pulau jawa Merupakan pulau yang terletak di bagian barat Indonesia yang secara administatrif
113°48'10"-113°48'26" BT dan 7°50'10" - 7°56'41" LS.

Secara geografis pulau Jawa pada bagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa, bagian Selata
dengan Samudra Hindia, bagian Barat berbatasan dengan Selat Sunda dan Pulau Sumatra, dan
berbatasan dengan Selat Bali serta Pulau Bali.

Kemudian, secara geografis dan struktural, Van Bemmelen (1970) mengkatogerikan Pulau Jaw
bagian, yaitu:

• Jawa Barat (Sebelah barat Cirebon)


• Jawa Tengah (Diantara Cirebon dan Semarang)
• Jawa Timur (Semarang dan Surabaya)
• Timur Pulau Jawa (Meliputi Pulau Madura dan Selat Madura)

Dari 4 bagian ini, ditemukan adanya cekungan sedimen yang berkembang diantaranya:
• Jawa Barat : Cekungan Sunda dan Asri, Cekungan Jawa Barat Laut, Cekungan
Daya
• Jawa Tengah : cekungan jawa tengah selatan
• Jawa Timur: cekungan jawa timur utara
37 | Geodinamika
LATAR TEKTONIK / SEJARAH TEKTONIK PULAU JAWA

PEMBENTUKAN PULAU JAWA PADA SAAT PERKEMBANGAN TEKTONIK SUNDALAND

Gambar 2 Peta Distribusi blok kontinen (Metcalfe, 2011)

Sampai saat ini, ada beberapa konsep tektonik perkembangan Daratan Sunda. Konsep pertama dimana
bahwa Perkembanan tektonik Daratan Sunda sebagai produk daripada pertemuan dan penyusupan le
berlangsung secara bertahap sejak Perm sampai sekarang, antara lempeng Hindia-Australia, Eurasia
Hall (2008, 2012) dan yang terbaru pada tahun 2014 saat pertemuan tahunan MGEI di Pale
merekonstruksi keterbentukan Sundaland. Konsep yang diajukannya tentu didukung juga oleh penda
peneliti sebelumnya. Secara umum perkembangan Sundaland dibagi menjadi dua fase : Fase pertam
Permian – Trias, dan Fase kedua pada masa Jura-Cretaceous. Berikut tahapan evolusi Sundaland
besarnya :
• Permian-Trias Pada umur ini kita akan menemukan bagian tertua dari pada Sundaland, yaitu Malaysia da
yang berkumpul pada akhir Paleozoik dan Trias seperti yang digambarkan oleh Metcalfe (2011). Namun, k
kami tidak akan membahas ini secara mendetail, kami hanya akan membahas bagaimana perkembangan
yang terjadi pada masa evolusi tektonik sundaland yang terjadi pada saat umur Jurassic-Cretaceous.
• Jurassic-Creatceous Hall (2009,2011,2012) menginterpretasikan Bahwa SW Borneo sebagai bagian dari
dan kerak yang melandasi Sabah bagian timur sert NW Sulawesi berpisah dari
38 | Geodinamika
Australia pada masa Jura lalu mengalami akresi dengan Sundaland pada awal Cretaceous sekitar 115
tahun lalu sepanjang kelurusan Biliton yang memanjang ke arah selatan dari Laut Natuna (Ben-Avraham
1973). East Java-West Sulawesin (EJWS) diinterpretasikan sebagia bagian dari Blok Argo dan memisa
Australia pada masa Jura. Blok East Java-West Sulawesi bersama dengan Blok Sabah-NW Sulawesi be
Asia Tenggara sekitar 90 juta tahun lalu dan tumbukan ini ditandai oleh suture yang memanjang da
melalui Pegunungan Meratus ke arah utara (Hamilton, 1979; Parkinson et al,1998).

PERKEMBANGAN TEKTONIK PULAU JAWA Gambar 3 Tektonik


Regional Pulau Jawa

Pulau Jawa berada di tepi tenggara Daratan Sunda (Sundaland). Pada Daratan Sunda ini terdapat dua
lempeng; Lempeng Laut Cina Selatan di utara dan Lempeng Samudera Hindia di selatan. Lempe
Selatan bergerak ke tenggara sejak Oligosen (Longley, 1997), sedangkan Lempeng Samudera Hindia
di selatan bergerak ke utara sejak Mesozoikum dan menunjam ke bawah sistem busur kepulauan Suma
(Liu dkk., 1983). Pengaruh terbesar pembentukan pualu jawa adalah sistem gerak Lempeng Samudera
karena itu dalam mempelajari evolusi tektonik Pulau Jawa perlu dipahami perkembangan pem
Samudera Hindia dari waktu ke waktu. Jika dirunut perkembangannya dapat dikelompokkan menjadi b
tektonik dimulai dari Kapur Akhir hingga sekarang.
• Periode Kapur Akhir – Paleosen
Fase tektonik awal terjadi pada Mesozoikum ketika pergerakan Lempeng Indo- Australia ke ara
menghasilkan subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang suture Karangsambung-Meratus, dan di
fase regangan (rifting phase) selama Paleogen dengan pembentukan serangkaian horst (tinggian) dan
(rendahan). Aktivitas magmatik Kapur Akhir dapat diikuti menerus dari Timurlaut Sumatra –Jawa- Kalim
Tenggara. Pembentukan cekungan depan busur (fore arc basin) berkembang di daerah selatan Jawa
Serayu Selatan di Jawa Tengah. Mendekati Kapur Akhir – Paleosen, fragmen benua yang terpisah dar
mendekati zona subduksi
39 | Geodinamika
Karangsambung- Meratus. Kehadiran allochthonous micro-continents di wilayah Asia Tenggara telah di
banyak penulis (Metcalfe, 1996). Basement bersifat kontinental yang terletak di sebelah timur zo
Karangsambung-Meratus dan yang mengalasi Selat Makasar teridentifikasi di Sumur Rubah- 1 (C
berupa granit pada kedalaman 5056 kaki, sementara didekatnya Sumur Taka Talu-1 menembus ba
Docking (mera-patnya) fragmen mikrokontinen pada bagian tepi timur Sundaland menyebabkan m
subduksi Karang-sambung-Meratus dan terangkatnya zona subduksi tersebut menghasilkan Pegunun
• Periode Eosen (Periode Ekstensional /Regangan).

Periode ini terjadi Antara 54 jtl – 45 jtl (Eosen), dimana di wilayah Lautan Hindia terjadi reorgani
ditandai dengan berkurangnya secara mencolok kecepatan pergerakan ke utara India. Aktifitas p
sepanjang Wharton Ridge berhenti atau mati tidak lama setelah pembentukan anomali 45 jtl. Berkura
mencolok gerak India ke utara dan matinya Wharton Ridge ini diinterpretasikan sebagai pertanda ko
Benua India dengan zona subduksi di selatan Asia dan menyebabkan terjadinya tektonik reganga
tectonics) di sebagian besar wilayah Asia Tenggara yang ditandai dengan pembentukan cekungan-cek
(Cekungan-cekungan: Natuna, Sumatra, Sunda, Jawa Timur, Barito, dan Kutai) dan endapannya dik
endapan syn-rift. Pelamparan extension tectonics ini berasosiasi dengan pergerakan sepanjang sesar
telah ada sebelumnya dalam fragmen mikrokontinen. Konfigurasi struktur basement mempengaruhi ar
syn-rift Paleogen di wilayah tepian tenggara Sundaland (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan Tenggara).

PEMBENTUKAN CEKUNGAN PULAU JAWA

Gambar 4 Peta Cekungan yang berkembang di Pulau Jawa

Akibat dari adanya proses-proses tektonik yang terjadi saat pembentukan pulau Jawa mengakiba
cekungan yang berkembang pada pulau Jawa ini. Cekungan yang berkembang ini diantara lain yaitu Su
Basin, Northwest Java Basin, Southwest
40 | Geodinamika
Java Basin, Banyumas - South Central Java Basin dan North East Java Basin. Pembentukan cekunga
di pulau jawa kebanyakan terbentuk sebagai implikasi dari subduksi lempeng samudra hindia terhadap
benua Eurasia. Berikut merupakan proses-proses pembentukan cekungan yang berkembang di Pulau
SUNDA ASRI BASIN

Gambar 5 Periode Tektonik pada cekungan Asri


(Sukanto, dkk 1998)
Sunda dan asri basin adalah half-graben yang telah aktif dal
back-arc basin sejak early oligocen. Menurut stratigrafi dan
paleomagnetic data regional tektonik berevolusi dari southea
dibagi jadi 4 tahapan evolusi selama kenozoik dan terjadi sa
43.5 Ma, 43.5-32 Ma, 32-21 Ma, dan 21-0 Ma. Perkembanga
sunda basin akibat proses tektonik dibagi jadi 5 layer formas
ke top yaitu Banuwati, Zelda, Gita-Batu Raja-Gumai, Air Ben
dan Cisubuh. Regional tektonik di Asri dan Sunda terjadi 2 re
unconformity yaitu unconformity antara Banuwati formasi da
formasi, serta Gita dan Zelda formasi. Evolusi tektonik diliha
structural deformasi, extension basin dan pertumbuhan fault
utama yang terjadi pada tahapan sedimentasi Zelda Fm yan
dengan adanya local unconformity. Secara umum evolusi tek
berbeda antara Asri dan Sunda basin. Asri basin dibuktikan
simple half-graben selama tahapan rifting sedangkan Sunda
complicated riftingn basin.

41 | Geodinamika

NORTHWEST JAVA BASIN


Gambar 6 Tektonik Regional Cekungan Jawa Barat Utara Fase tektonik pertama terjadi pada Creta
pada masa itu Cekungan Jawa Barat Utara dapat diklasifikasikan sebagai Fore arc basin.
○ Periode Paleogen (Eosen-Oligosen) terjadi pergerakan sesar geser horizontal akibat tumbukan Lempeng
Lempeng Eurasia. Sesar ini memprakarsai pembentukan cekungan Tersier di Indonesia Barat dan
Cekungan Jawa Barat Utara sebagai pull apart basin. Perpanjangan dari aktivitas tektonik ini membentu
graben dan merupakan fase pertama rifting.
○ Fase tektonik terakhir terjadi pada Pliocene - Pleistocene dimana ada proses kompresi dan membentu
struktural berupa sesar naik di jalur selatan Cekungan Jawa Barat Utara. Akibatterbentuknya perangk
proses migrasi hidrokarbon terjadi.

EAST JAVA BASIN

Gambar 7 Tektonik Regional Cekungan Jawa Timur

Pada Paleogen Graben, half-graben, dan sesar-sesar hasil dari proses rifting telah dihasilkan
ekstensional. Selanjutnya periode kompresi dimulai pada Miosen Awal yang mengakibatkan reaktivas
yang telah terbentuk sebelumnya pada periode ekstensional. Reaktivasi tersebut mengakibatkan peng
graben-graben yang sebelumnya terbentuk menjadi tinggian yang sekarang disebut Central High (
1995). Pada saat sekarang, Cekungan Jawa Timur Utara dikelompokkan ke dalam tiga

42 | Geodinamika
kelompok struktur utama dari arah utara ke selatan, yaitu North Platform, Central High dan South Basi
struktur juga terjadi pada konfigurasi basement dari arah barat ke timur.

SOUTHWEST JAVA BASIN


`Wilayah Jawa selatan diketahui memiliki lapisan berumur Eocene-Miocene. Di wilayah ini terda
Cimandiri yang terbentuk pada saat Orogenesa antara lempeng India-Australia dengan lempeng Eurasi
Eocene Tengah, formasi ciletuh terbentuk. Pada waktu Eo-Oligo, sesar Cimandiri kembali aktif dan
tinggian (Paleo-High). Kemudian pada Tersier Akhir, sesar tua Cimandiri kembali aktif untuk terakhir k
Orogenesa dan secara bersamaan terbentuk sesar baru, yaitu sesar Baribis. Setelah peristiwa Oroge
formasi Cileteuh tersingkap karena sesar-sesar yang terbentuk merupakan sesar naik. Kegiatan komp
jawa barat mulai berkurang pada awal Quarter. Setelah terbentuk sesar-sesar ini, terjadi kesetimbangan
yang mana membentuk sesar normal miring mengarah ke utara. Sesar tersebut membentuk gawir d
sepanjang lembah Cimandiri dan terisi oleh formasi Bayah.

BANYUMAS – SOUTH CENTRAL JAVA BASIN

• Kapur Akhir – Eosen tengah Pada kurun waktu ini, Cekungan Banyumas masih berupa zona subduksi an
lempeng samudra Indo-Australia dengan lempeng benua Sundaland. Cekungan Banyumas sendiri belum
secara jelas batas-batasnya, namun accomodation space sudah tersedia karena lingkungannya berupa la
• Eosen Tengah – Oligosen Akhir Pada kurun waktu ini jalur subduksi sudah berarah relatif
Barat-Timur
• Oligosen Akhir – Miosen Awal Pada kurun waktu ini, Pegunungan Selatan Jawa terbentuk. Deretan pegu
inilah yang membatasi bagian selatan dari Cekungan Banyumas dan bisa dikatakan pada umur inilah Cek
Banyumas terbentuk. Cekungan Banyumas merupakan jenis Island Arc Flexure

43 | Geodinamika
Basin, dimana cekungannya terbentuk karena dibatasi oleh pulau-pulau vulkanik di tengah laut, deng
berupa lempeng samudra yang melengkung (flexure) karena proses orogenik dari Pegunungan Selata

KINGSTON CLASSIFICATION
Gambar 8 Global Basin Classification System ( Kingston, D.R., Dishroon, C.P., Williams. 1983)

Seperti yang telah ditunjukkan oleh Hutchison (1986), cekungan tersier di Asia Tenggara memiliki asal y
dan sulit untuk menggunakan klasifikasi yang ada oleh Kingston et al. (1983), kecuali seseorang mem
dan pengetahuan luas tentang cekungan. Hutchison (1984, 1986) menyajikan klasifikasi cekungan T
Tenggara berdasarkan klasifikasi Kingston et al. (1983). Dalam skema klasifikasi ini, semua cek
konvergen dianggap dibentuk oleh mekanisme shear wrenching. Cekungan back-arc dan foreland dise
tipe-LL, sedangkan fore-arc disebut cekungan terkait Trench- Arch (cekungan TA).

● Northwest Java Basin

Model Basin Type (Theoritical) : Continental Wrench (CW) Model Basin Type (Practical) :

LL type

● Southwest Java Basin

44 | Geodinamika
Model Basin Type (Theoritical) : Continental Trench Associated (CTA) Model Basin Type

(Practical) : TA type (TA)

● South Central Java/Banyumas Basin

Model Basin Type (Theoritical) : Continental Trench Associated (CTA) Model Basin Type

(Practical) : TA type (TA)


45 | Geodinamika
● Sunda-Asri Basin

Model Basin Type (Theoritical) : Continental Wrench (CW) Model Basin Type (Practical) :

LL type

● North East Java Basin

Model Basin Type (Theoritical) : Continental Wrench (CW) Model Basin Type (Practical) :

LL type

STRUKTUR GEOLOGI Struktur Geologi Regional

Gambar 9 Struktur Geologi Regional

Secara setting tektonik, Pulau Jawa merupakan suatu komplek dengan sejarah penurunan cekungan
perlipatan, dan vulkanisme dibawah rezim gaya yang berbeda tergantung waktunya. Umunya, ada 3 ara
struktur yaitu arah timur laut – barat daya (Pola Meratus), arah utara – selatan (Pola Sunda), dan arah

● Arah timur laut – barat daya (Pola Meratus)

Pada bagian barat, tercenmin pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah tercerminkan dari pola
singkapan batuan pra-Tersier di daerah Karangsambung. Pada bagian timur ditunjukkan oleh ses
Cekungan Pati.

● Arah utara – selatan (Pola Sunda)


Pada pola ini, dominasi ekspresi tampak di bagian barat yang berupa sesarsesar pembatan Ce
Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda memiliki juga struktur berupa regangan.

46 | Geodinamika
● Pola Jawa

Pada bagian barat pola ini terwakilkan oleh sesar-sesar naik seperti Sesar Beribis dan sesar pa
Bogor. Pada bagian tengah tampak pola dari sesar-sesar Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. S
bagian timur terekspresikan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng.

Koreksi terhadap Peta Herman Darman

Gambar 10 Koreksi terhadap peta Herman Darman

Pada publikasi Simanjuntak, 1996 disebutkan bahwa adanya sesar Cimandiri dan Citandui yang berad
Barat. Selain itu juga terdapat tren sesar Barat-Timur yang didominasi oleh sesar Baribis pada Jawa Ba
naik pada zona Kendeng pada bagian Jawa Timur. Adanya Uplift pada pegunungan selatan juga m
wilayah permukaan jawa bagian selatan relatif lebih tua daripada jawa bagian utara. Sedangkan, pada la
didominasi oleh sesar berarah NE-SW (pola meratus).

Pada publikasi Clements dan Hall, 2008 juga menggambarkan adanya tren sesar yang sama yaitu pola
SW), Barat-Timur, dan Utara-Selatan. Sesar naik yang dihasilkan oleh pegunungan selatan juga
struktur pada Jawa bagian selatan. Pada penelitian terbaru (Saputra dkk, 2018) memberikan info
dengan data sesar-sesar minor dan major yang mengarah pada 3 tren berbeda (sama seperti tren
Tetapi

47 | Geodinamika
pada publikasi ini juga memberikan data baru tentang sesar-sesar yang aktif pada daerah Madura da
Selain itu, struktur basement juga diberikan dengan lambang warna kuning dengan tren sesar yaitu NE

STRATIGRAFI Stratigrafi Regional

Gambar 11 Stratigrafi Regional Pulau Jawa

Stratigrafi regional diatas bertujuan untuk menunjukan stratigrafi yang ada di setiap basin di pulau jaw
dimana detailnya akan dijelaskan di stratigrafi pada tiap basin yang berkembang.

48 | Geodinamika
Stratigrafi Cekungan
● Northwest Java Basin

Gambar 12 Stratigrafi Northwest Java Basin

● Sunda Asri Basin


Gambar 13 Stratigrafi Cekungan Sunda dan Asri

49 | Geodinamika
● Southwest Java Basin
Gambar 14 Stratigrafi Southwest Java Baisn

50 | Geodinamika
● Banyumas - South Central Java Basin

Gambar 15 Stratigrafi South central Java Basin

● North East Java Basin


Gambar 16 Stratigrafi North East Java Basin

51 | Geodinamika
Korelasi Stratigrafi Antar Cekungan

Korelasi stratigrafi ni dibuat berdasarkan litologinya. Pada Sunda dan Asri Basin terdap
litologi walaupun ada litologi yang pinch o
korelasikan dengan litologi di wilayah Nor
East Java Basin, hanya 1 litologi ya
kesamaan yaitu Formasi Batu Raja. Na
memasuki wilayah Central Java, litolog
berbeda. Hal ini kemungkinan dipengaruhi
tektonik pada Pra- Tersier, di tandai den
komplek melange . Pada South West Java B
pergerkan sesar Cimandiri membentuk ba
dengan kehadiran Formasi Bayah dan terda
melange di umur Eocene.
52 | Geodinamika
PETROLEUM SYSTEM

A. CEKUNGAN SUNDA ASRI

Reservoir dari basin ini terdapat pada Formasi


Talang Akar. Dari hasil explorasi di daerah Widuri
dan lapangan lain yang serupa di bagian utara sub
cekungan asri (1980-an hingga 1990-an)
menunjukkan bahwa dalam reservoar didalam sub
Asri bagian utara (reservoir Talang Akar) akan
lebih bisa kembali ditemukan potensi keberadaan
minyak bumi. Source Rock utama dari cekungan ini
berada pada anggota serpih banuwati yang terdiri
dari serpih hitam lacustrin. Batuan penudung
terletak pada Anggota Gita bagian atas dengan
ketebalan antara 150 -350 ft. 53 | Geodinamika
Gambar 17 Model Petroleum System
Asri Basin

B. NORTHWEST JAVA BASIN


Di Cekungan Jawa Barat Laut, hampir semua
formasi, mulai dari ruang bawah tanah hingga batu
kapur dari Formasi Parigi, adalah batuan reservoir
yang sangat potensial. Talangakar dan Cibulakan
Formasim bagian atas adalah reservoir dengan
produksi hidrokarbon terbesar. Di beberapa bidang,
Formasi Baturaja juga mengandung hidrokarbon
yang signifikan. Sedangkan Source Rock berada
pada Formasi Talang Akar serta seal pada formasi
Cisubuh.
Gambar 18 stratigrafi Northwest Java
C. NORTHEAST JAVA BASIN

Gambar 169 Stratigrafi Northeast Java Basin

Dua potensi batuan induk yang dikenali di Cekungan Jawa Timur adalah Ngimbang Bawah (Lower Ng
Serpih Tawun (Tawun Shales). Potensi batuan reservoar telah teramati pada beberapa interval sepe
batupasir Ngimbang bagian Bawah, karbonat Ngimbang bagian Atas, karbonat Formasi Kujung, Tawu
Kawengan dan Lidah. Formasi-formasi tersebut secara umum juga memiliki potensi sebagai batuan p
karena memiliki interval batulempung atau batuserpih yang cukup tebal. Perangkap (trap) stratigr
berhubungan dengan tubuh batuan karbonat reefal berumur Oligosen sampai Miosen, sedangkan peran
banyak berhubungan dengan inversi di Akhir Tersier. Generasi hidrokarbon telah terjadi dalam 2 (dua)
di Akhir Oligosen untuk batuan induk Ngimbang bagian Bawah dan di Miosen Tengah untuk batuan ind
54 | Geodinamika
D. SOUTHWEST JAVA BASIN

Gambar 20 Stratigrafi Southwest Java Basin

Adanya Formasi Eosen Bayah dan Formasi Eosen Ciletuh arenites pada formasi jaman Eosen menunju
reservoir yang baik (Keetley di al., 1997; Schiller et al, 1991.). Meskipun tidak terdapat pada en
(lacustrine affinity), formasi bayah terdapat pada endapan delta didaerah barat daya dari cekunga
memberikan bukti untuk cekungan tersebut, dalam pengembangan reservoir dan source fasies di tahap
termasuk dari pegembangan bagian depan busur. Adanya pasir fan turbidit di Cekungan barat day
menunjukkan cekungan ini memiliki potensi reservoir yang baik.

E. BANYUMAS-SOUTH CENTRAL JAVA BASIN


Gambar 21 Stratigrafi Banyumas Basin

55 | Geodinamika
Source rock

Source rock yg berpotensi adalah black shale dari Eocene di Formasi Karangsambung karena terd
content yg tinggi dan sedimentasi yang tebal dan rapid di Miocene. Burial dari sedimen tebal dapat m
yg cukup untuk membuat source rock menjadi matang.

Reservoir

Batuan volcanic dapat menjadi clay mineral di subsurface, keadaan ini membuat batuan volkanik tid
menjadi reservoir. Tapi seperti yang dapat dilihat di permukaan, batuan volkanik sudah mengal
Compressive di Pliocene ke Pleistocene membuat fracture di batuan vulkanik dan membuat porosit
Batupasir di Formasi Halang, Formasi Penosogan dapat menjadi reservoir di Banyumas basin. Limesto
Kalipucang atau Formasi Tapak juga kemungkinan dapat menjadi reservoir walaupun belum ada indika

Seal Rock

Marl, tuff dan siltstone yang tebal dan abundant di Formasi Halang dan Tapak dapat menjadi seal r
Banyumas Basin.

Trap Berdasarkan tectonostatigraphy, memungkinkan untuk terbentuk structural dan statigra


Banyumas Basin. Kompresi menyebabkan terbentuknya trap struktural seperti antiklin, fault atau dra
sedimentation dengan sediment supply yg abundant dapat membuat diapiric trap, onlap atau pinchou
trap.

Migration

Black shale dari Eocene Karangsambung telah terkubur di sedimen yg tebal dari Formasi Halang
Rambatan, sehingga temperatur akan cukup untuk mematangkan source rock. Kompresi di Pliocene m
untuk menampung minyak yang bermigrasi.

KESIMPULAN

Tektonik Pulau jawa berada pada zona subduksi dimana pergerakan lempeng indo Australia menuju tim
curam masuk kebawah sunda plate. Proses ini mengakibatkan terbentuknya kompleks gunung api baw
kemudian bergerak ke utara dan menyebabkan adanya peristiwa uplift.

Di Pulau Jawa terdapat cekungan yang berkembang akibat dari implikasi pembentukan pulau jawa sen
diantaranya cekungan sunda Asri, Northwest Java Basin, East Java

56 | Geodinamika
Basin,Southwest Java Basin, Bayumas - South Central Java Basin yang masing-masing cekungan me
minyak dan gas bumi.
57 | Geodinamika

ANALISIS CEKUNGAN PULAU KALIMANTAN

disusun oleh:

Rizky Firman (101216xxx)

Mario Yonathan Galus (101217003)

Dimas Aji Prasetio (101217015)

Pierre Jason (101217039)

Kiveileen Nofa Malindo (101217043)

Ananda Bagus Krisna Pratama (101217049)

Gina Mulhimatul Aliyah (101217053)

William Albertus Samosir (101217081)

Andryan S. P. Gurning (101217083)

Fahri Septianto (101217103)


58 | Geodinamika
59 | Geodinamika
Figure SEQ Figure \* ARABIC 1. Peta Kalimantan (pedalku.com)
Fisiografi regional Pulau Kalimantan secara administratif terletak pada 1°00′N 114°00′E da
dengan negara Thailand dan Laut Sulu di bagian
Makassar, Laut Celebes, dan Sulawesi pada bagia
Jawa pada bagian Selatan, dan Laut Natuna Uta
Selatan) serta Selat Karimata pada bagian
Kalimantan sendiri mempunyai batas negara jalur
Malaysia pada bagian Utara pulaunya. Pulau
mempunyai luas 743.330 km2 dan masuk sebagai p
ketiga di dunia saat ini.

Proses tektonik yang terjadi dan membentuk Pulau Kalimantan bersifat kompresional pada
hingga Awal Tersier. Pada periode tersebut, fragmen dan terranes dari Eurasia menabrak satu sama
tren Tenggara – Barat Laut. Hasil dari tabrakan atau subduksi itu menghasilkan tinggian-tinggian di anta
Tinggian Kuching, Tinggian Meratus, Tinggian Semitau, dan Gunung Kinabalu. Setelahnya, mulai berke
geser yaitu Sesar Lupar-Adang dan sesar pada bagian Tarakan.
Pada Eosen hingga sekarang, proses tektonik yang sedang berlangsung adalah proses ekstens
proses ini merupakan awal mula berkembangnya cekungan-cekungan yang ada di Pulau Kalima
ekstensional ini juga meninggalkan bekas atau jejak yaitu struktur half-graben pada tiga cekungan
Kalimantan; Cekungan Kutai, Cekungan Barito, dan Cekungan Tarakan.
Perkembangan cekungan yang terjadi di Kalimantan merupakan hasil dari proses tektonik pem
Cekungan besar yang menjadi objek pembahasan adalah sebagai berikut: Cekungan Melawi-Ketunga
Barito, Cekungan Kutai, Cekungan Tarakan, Cekungan Sarawak, dan Cekungan Sabah.

1. Cekungan Melawi-Ketungau
Cekungan ini berasal dari tabrakan Fragmen Semitau dan Fragmen Lukonia dan

60 | Geodinamika
menghasilkan Tinggian Semitau pada Cretaceous hingga Awal Tersier. Setelah itu, terjadi rifting pa
Utara dan Selatan Tinggian Semitau. Hasil rifting tersebut merupakan inisiasi pembentukan Cekunga
Ketungau. Sedimen yang berasal dari Tinggian Kuching, Tinggian Meratus dan Tinggian Semitau mu
dalam cekungan pada saat Eosen Pada saat Neogen, arah sesar menunjukkan tren Barat – Tim
menyebabkan Sinklin Silat, Melawi, dan Ketungau. Dilihat dari proses pembentukannya, cekungan in
dalam kategori continental interior sag berdasarkan Klasifikasi Cekungan milik Kingston.

2. Cekungan Barito
Cekungan Barito mulai terbentuk pada akhir Kapur, ditandai dengan SW Borneo microco
mengalami tumbukan. Pada awal zaman Tersier terjadi deformasi karena adanya peristiwa tek
convergence dengan arah barat laut – tenggara (NW – SE) yang kemudian membentuk rekahan. Pada a
– Eosen akhir terjadi transgresi, menghasilkan endapan shale marine. Selama Miosen, terjadi sea leve
kemudian Pegunungan Meratus mengalami uplift secara regional dan adanya patahan yang bersifat
sehingga mengakibatkan inversi dan mengaktifkan sesar extentsional yang dibuktikan dengan kenamp
yang sekarang terbentuk. Pada Miosen Akhir, terjadi penurunan cekungan (subsidence) sehingga t
deposisi sedimen. Selain itu, Pegunungan Meratus mengalami uplift lagi hingga Pleistosen dan m
produk batuan sedimen molassic-deltaic. Dilihat dari proses pembentukannya, cekungan ini merupakan
wrench berdasarkan Klasifikasi Cekungan milik Kingston.
Figure 3 Proses tektonik dan pengendapan formasi-formasi pada Cekungan Barito (Satyana & S
1994)

3. Cekungan Kutai
Cekungan ini merupakan hasil tabrakan Fragmen Mangkalihat dengan SW Borneo pada saat
Awal Tersier. Selain itu, tabrakan ini juga menghasilkan Anticlinorium Mahakam yang mempunyai tren
Barat Daya. Pada saat Eosen, rifting terjadi pada dan menghasilkan cekungan yang sagging atau me
mendalam. Hal ini

61 | Geodinamika
dibuktikan dengan struktur half-graben yang berkembang. Proses tersebut membuat cekungan ini mem
akomodasi yang luas dimana infiltrasi sedimen berasal dari Tinggian Kuching pada saat Eosen. Diliha
pembentukannya, cekungan ini merupakan continental margin sag berdasarkan Klasifikasi Ce
Kingston.

Figure 4. Evolusi Cekungan Kutai (Mora, et.al, 2001) 4. Cekungan Tarakan


Cekungan Tarakan adalah hasil dari tabrakan Fragmen Mangkalihat dengan Fragmen Lon
menghasilkan arah kelurusan dengan tren Timur Laut – Barat Daya, sama seperti halnya dengan Ce
dan Cekungan Barito. Cekungan ini juga terbentuk dari hasil rifting dimana pada cekungan ini juga
struktur seperti half-graben. Sedimen yang mengisi cekungan ini berasal dari Tinggian Kuching
Sempoerna. Dilihat dari proses pembentukannya, cekungan ini merupakan continental margin sag
Klasifikasi Cekungan milik Kingston.
5. Cekungan Sandakan
Cekungan Sandakan terbentuk dari hasil rifting dengan arah Timur Laut pada saat Oligosen h
Awal dan karena hal ini menyebabkan adanya pembukaan pada Laut Sulu. Terbukanya Laut Sulu m
pembesaran depocenter. Pada Miosen Akhir dan Pliosen Awal rifting terhenti dan terjadi uplift disekitar S
Sandakan yang menyebabkan erosi secara besar dan mengakibatkan adanya subsidence. Diliha
pembentukannya, cekungan ini merupakan continental margin sag berdasarkan Klasifikasi Ce
Kingston.

6. Cekungan Sarawak

Cekungan Sarawak adalah hasil dari Lempeng China Selatan sebagai Mid Tertiary Oceanic C
selatan yang mengalami rifting dengan continental lithosphere dari Sundaland, terdeformasi pada Lowe
Basement rock borneo dan memiliki tren Barat Laut – Tenggara secara lateral saat Oligosen-Miosen.
memiliki struktur

62 | Geodinamika
utama berupa sesar strike-slip dengan arah dextral yaitu West Balingan Line yang membagi cekungan
basement high dan 2 basinal area. Distribusi sedimennya dikontrol dari tektonik strike-slip sampai Mios
Dilihat dari proses pembentukannya, cekungan ini merupakan oceanic wrench berdasarkan Klasifikas
milik Kingston. Struktur Regional Kalimantan
Daerah Kalimantan Barat sebagian besar merupakan daerah yang terdiri dari kelurusan atau
Indikasi patahan yang berkembang berupa kelurusan berarah relatif baratlaut –tenggara. Beb
menunjukkan adanya kelurusan yang memotong cekungan menjadi beberapa segmen dan saling se
baratlaut-tenggara.
Untuk di Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara diwakili oleh Cekungan B
dan Tarakan dimana ketiga cekungan ini merupakan bagian dari area subsiden dan sedimentasi yang
saling berhubungan pada Tersier Awal. Konfigurasi struktur ketiganya ditandai dengan kesejajaran ant
lipatan dan sesar dengan garis pantai Kalimantan Timur, yaitu SSW-NNE kecuali pada Adang Flexure
Mangkalihat, dan daerah tinggian Semporna yang memiliki tren struktur berarah W-E. Secara lengkap
struktur geologi yang terdapat pada beberapa cekungan di Kalimantan.

1. Cekungan Barito
Tektonik Cekungan Barito merupakan bagian dari konfigurasi tektonik Kalimantan

yang terdiri dari gaya regangan pada akhir Kapur – awal Miosen (fase syn and post-rifting)

dan gaya tekanan pada Plio – Plistosen yang menghasilkan struktur patahan dan lipatan.

Struktur yang berkembang dalam pembentukan Cekungan Barito ada 2 jenis :

• Tensional, sinistral shear, dengan arah relatif barat laut- tenggara (NW – SE).
• Transpesional, merupakan konvergen sehingga mengalami uplift, dan lalu mengalami

reaktifasi dan mengalami invert struktur yang tua, sehingga menghasilkan wrenching,

pensesaran, dan perlipatan.

Setting tektonik secara umum terjadi pada arah timur laut (NNE) Cekungan Barito,

dengan struktur yang intensif berarah sejajar barat daya – timur laut (SSW-NNE) membentuk

struktur lipatan mengelilingi pegunungan Meratus dan dipengaruhi oleh sesar naik dengan dip

yang curam. Adanya sesar wrench utama, menunjukkan adanya indikasi drag atau sesar pada

lipatan dan bekas sesar naik. Pada bagian barat dan selatan Cekungan Barito umumnya sedikit

dikontrol oleh tektonik lempeng sehingga tidak menunjukkan bentuk deformasi struktur

(Darman dan Sidi, 2000).

Dengan demikian struktur geologi regional secara umum yang terdapat di Cekungan

Barito adalah lipatan dan patahan yang terjadi pada batuan Tersier. Lipatan pada umumnya

berarah timurlaut – barat daya. Sesar yang terdapat di daerah ini berarah barat laut – tenggara

dan timur laut – barat daya. Sesar yang ada berupa sesar naik dan sesar geser.

63 | Geodinamika
2. Cekungan Kutai
Pembentukan struktur geologi di Cekungan Kutai sangat dipengaruhi oleh adanya spreading di sep
Makassar yang menimbulkan sesar-sesar mendatar dengan arah pergerakan baratlaut-tenggara serta
Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi. Pola struktur Cekungan Kutai dipengaruhi oleh pengangka
Kuching yang tegasannya berasal dari arah baratlaut. Pengangkatan ini terus berlangsung hingga m
berkurangnya kestabilan. Akibat ketidakstabilan ini maka terjadi pelengseran batuan ke arah timur. Stru

regional yang mempengaruhi pembentukan Cekungan Kutai adalah Antiklinorium Samarinda


baratlaut-tenggara, Sesar Bengalon, Sesar Sangkulirang dan Sesar Adang.
Di daerah ini terdapat 3 (tiga) jenis sesar, yaitu sesar naik, sesar normal dan sesar mendatar. Sesa
terjadi pada Miosen Akhir yang kemudian dipotong oleh sesar mendatar yang terjadi kemudian, seda
turun terjadi pada Kala Pliosen (Supriatna dan Rustandi, 1995; op.cit. Resmawan, 2007).

3. Cekungan Sandakan
Deformasi paling awal tidak pasti tetapi mungkin dikaitkan dengan patahan, lipatan, metam
peningkatan lokal dari bawah samudera selama Kapur Awal. Batuan bermetamorfisme di daerah Teluk
menunjukkan sayap lipatan berarah NW-SE. Beberapa patahan dan patahan NW-SE dan E-W
mempengaruhi dasar samudera (Leong 1974, Hutchison 1978, Rangin et al. 1990).
Episode kedua deformasi dikaitkan dengan lipatan (imbrication) dan pengangkatan lokal dari das
dan endapan terkait (cherts, shale, batu pasir dan batu kapur) selama

64 | Geodinamika
Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 1 Retrodeformable Sections Across East Barito Basin Showing The Evolutio
Inversion Structures and Associated Petroleum Indication. (Satyana, 1993)
Eosen Awal. Deformasi ini dapat diamati di wilayah Kudat, Pitas, Telupid dan Lahad Datu. Sumbu lip
di bed chert dengan orientasi NW-SE dan N-S sementara sesar naik terdapat di bed chert, basal
ultrabasa menunjukkan arah transportasi ke NW, NE dan ke SW (Wilson 1960, Leong 1974, Kadder
1989, Tongkul 1990).
Episode ketiga deformasi dikaitkan dengan imbrication dari sedimen Eosen-Miosen Bawah dan s
mendasari selama Miosen Tengah Oligosen Akhir. Deformasi ini menghasilkan lipatan NE-SW dan
sesar naik masing-masing di Sabah barat dan utara. Terkait dengan sabuk lipat dan dorong ini ada
kesalahan kunci pas NW- SE, N-S dan NE-SW (lihat Gambar 2).
Gambar 2 Struktur Cekungan Sandakan (Tongkul (1991), Hinz et al. (1989 & 1991), Rangin (1989), Tan dan Lamy (1990), Yin (1985), B
(1980), dan Bell dan 4.
Cekungan Jessop
– Ketungau Tektonik yang berperan pada pembentukan Cekungan Melawi dan Ketungau adalah hasil
pergerakan pecahan Lempeng Eurasia yang mengarah ke Tenggara, terjadi pada Periode Cretaceous
Awal Tersier, terjadi aktivitas tektonik sehingga membentuk Tinggian Semitau atau Kompleks Semitau
memisahkan Cekungan Melawi dan Cekungan Ketungau. Pada saat Neogene, arah tren berubah men
Timur sehingga menyebabkan lipatan dan menghasilkan Sinklin Ketungau, Silat, dan Melawi.
Kompleks Semitau merupakan kompleks batuan metamorf yang disusun oleh sekis hijau, filit, da
Kompleks ini juga merupakan basement yang berumur Trias-Jura. Sedangkan sedimen infill baru
Cretaceous, yakni Formasi Sekayan dan Selangkai. Pada saat Neogene, suplai sedimen bagian Utara
erosi Tinggian Kucing sedangkan pada bagian Selatan berasal dari erosi Pegunungan Schwaner.
65 | Geodinamika
5. Cekungan Tarakan

Struktur utama di Cekungan Tarakan berupa lipatan dan sesar dengan arah trend NW-SE dan NE-
Cekungan Tarakan terdapat 3 sinistral wrench fault yang saling sejajar dan berarah baratlaut-tenggara
Sesar Semporna yaitu sesar mendatar yang berada di bagian paling utara, memisahkan kompleks vulk
Semenanjung Semporna dengan sedimen neogen di Pulau Sebatik. 2. Sesar Maratua sebagai zona ko
transpresional membentuk batas Subcekungan Tarakan dan Muara. 3. Sesar Mangkalihat Peninsula, y
merupakan batas sebelah selatan SubCekungan Muara bertepatan dengan garis pantai utara Semena
Mangkalihat dan merupakan kemenerusan dari Sesar Palu-Koro di Sulawesi.

Statigrafi

Tarakan
Awalnya adalah rifting pada eocene, yang mengakibatkan uplift. Area yang terangkat mengalam
Pada oligocene Uplift masih berlangsung, dan terjadi transgresi pada oligocen akhir sampai miocene a
miocene terjadi regresi dan uplift berakhir. pada pliosene, terjadi sesar karena banyaknya sedimen dan
formasi tarakan Kutai dan Barito
Pada awal paleocene terjadi konvergen oblique, ini menghasilkan lipatan-lipatan yang terlihat p
basement. pada eocene sampai oligocene, pergerakan micro-continent kearah kalimantan mengisolas
menyebabkan sedimen halus terendapkan dan membentuk formasi tanjung dengan litologi shale. Pad
miocene terbentuk pegunungan meratus (yang memisahkan kedua basin ini), proses tektonik yang ber
membentuk cekungan tempat deposisi sedimen. Sandakan
Pada oligocene terjadi rifting 2 arah, timur laut dan tenggara. Mengakibatkan pelebaran cekung
membuka laut sulu. Sehingga endapan yang terbentuk mulai dari endapan laut dalam hingga transisi.
berupa gampingan (lihat di stratigrafi) Sarawak
Selama oligosen sampai miosen akhir, terjadi strike slip yang mengakibatkan effect ekstensiona
kompresional. Bagian yang terkena ekstensional menjadi basin. Mengakibatkan endapan laut dalam, p
coastal terbawa dan menyusun litologi dari formasi. Melawai Terbentuk pada triasik, cekungan terb

karena adanya aktivitas tektonik dari mikro kontingen eurasia dengan bagian barat laut kalimantan.
Mengakibatkan terbentuknya pegunungan dan menghasilkan zona cekungan. Endapan coastal plain, c
laut dalam.

66 | Geodinamika

PETROLEUM SYSTEM 1. Cekungan Barito

Gambar Stratigraphic Chart of The Barito Basin Showing Major Formations, Their Paleofacies,
and Coeval Tectonic Episodes (Satyana, 1994)
• Source rock batuan sedimen yang diendapkan di graben Paleogen berupa alluvial channel dan fa
progradasi hingga ke lingkungan lacustrine. Lingkungan ini menghasilkan lingkungan reduksi yang baik ba
algae.
• Reservoir berupa batupasir endapan aluvial dan endapan front delta dengan tebal 30-50m, formasi Low
• Sealing berupa endapan shallow marine mudstone yang merupakan hasil dari subsidence, formasi Upp
• Trap structural trap dibawah Warukin sand.
• Migrasi inversi struktural yang terjadi di Awal Miosen mempengaruhi cekungan pada akhir Miosen sa
telah menurunkan source rock dari Formasi Tanjung bagian bawah ke kedalaman dimana hidrokarbon dap
Hidrokarbon yang bermigrasi terperangkap pada antiklin yang terbentuk selama inversi.
• Maturasi dari analisis maturasi Tanjung Bawah source rock diketahui pada bagian barat laut maturasi hid
immature – early mature, dan pada bagian tengahnya mature, sedangkan di bagian tenggaranya
overmature ( bagian paling dalam basin ini).

67 | Geodinamika
2. Cekungan Kutai

● Source rock - Pamaguan fm, Maratua fm, Pulau Balang fm. Batu bara, batulempung, serpih karbonat ya
pada cekungan ini yang pada dasarnya sebagai source rock dari cekungan kutai. Material organik yang
keseluruhan interval Oligosen – Miosen di cekungan kutai. Memiliki kandungan TOC yang ko
mempertimbangkan lingkungan pengendapan yaitu 1%.
● Reservoir - Maratua fm, Pulau Balang fm. Pada cekungan kutai terdapat dua jenis fasies batu pasir
pada endapan delta miosen yaitu fluvial dominated dan tidal dominated. Batu psir yang termasuk ke dalam
reservoar secara umum termasuk ke dalam litik arenit dengan sifat tekstural butiran dengan didukung oleh
● Seal - Tanjung Batu fm.
● Trap - Kombinasi dari trap stratigrafi & sesar Delta Mahakam.
● Cap rock – batulanau dan batulempung serpih pada lingkungan fluvial deltaic termasuk kedalam bat
dengan tipe buruk pada jebakan anticline sehingga volume minyak dan gas bumi akan dibatasi oleh peny
batuan cap rock nya.

68 | Geodinamika
3. Cekungan Tarakan

• Source rock merupakan Formasi Sembakung, Meliat, dan Tabul (Sasongko, 2006)

• Reservoir merupakan Formasi Sembakung, Meliat/Latih, Tabul, dan Tarakan/Sanjau

• Cap rock merupakan Formasi Sembakung, Mangkabua, Birang, Meliat dimana adalah endapan delta.

• Trap merupakan jebakan gabungan, stratigrafi dan struktur yang berhubungan syngenetic fault dan antik

• Generation dan Maturation terjadi karena adanya intrusi magma pada kedalaman 4300m.
• Migration terjadi karena adanya sesar naik dan beda elevasi.

4. Cekungan Sandakan

• Source rock - Sapulut fm, Labang fm, Kuaraut fm, Kalakaskan fm, Tanjung fm, Kapila fm. Pada formasi
memiliki litologi shale yang cocok untuk dijadikan source rock.

69 | Geodinamika
• Reservoir - Sapulut fm, Labang fm, Kuaraut fm, Kalakaskan fm, Tanjung fm, Kapila fm. Pada formasi te
dari litologi sandstone yang porositas dan permeabilitas yang baik.

• Seal - Simenggaris fm, memiliki litologi ukuran butir halus dan bersifat impermeable yang tidak bisa men
fluida, sehingga hidrokarbon dapat terperangkap.

• Trap - Stratigraphic trap

5. Cekungan Sarawak
● Source rock - Tatau fm. Pada formasi tersebut memiliki litologi shale yang cocok untuk dijadikan sourc

● Reservoir - Engkalang fm, Lambir fm, Belait fm, Tukau fm, Miri fm. Pada formasi tersebut terdiri dari lito
sandstone yang porositas dan permeabilitas yang baik.

● Seal - Melinau fm. memiliki litologi ukuran butir halus dan bersifat impermeable yang tidak bisa menerus
sehingga hidrokarbon dapat terperangkap.

● Trap - Combination of stratigraphic trap, & Luconia platform uplift structure.

6. Cekungan Melawi Ketungau

70 | Geodinamika
Source Rock Formasi Pendawan, Formasi Silat, Formasi Sekayam, dan Formasi Payak Bawah.
tersebut memiliki litologi shale yang cocok untuk dijadikan source rock.
Reservoir batupasir deltaik Formasi Haloq, batupasir Formasi Ingar, batupasir Formasi Payak,
laut dangkal Formasi Tebidah. Pada formasi tersebut terdiri dari litologi sandstone yang porositas dan
yang baik.
Trap berupa kombinasi antara stratigrafi dan struktural (antiklin) Kesimpulan

● Kalimantan terbentuk berasal dari fragmen Lempeng Eurasia dan termasuk dalam Lempeng Mikro-S
batas lempeng seperti Jalur Subduksi Lupar (Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna), Sesar mend
dan Timur, dan Kompleks subduksi dari Jawa hingga Pegunungan Meratus. (Tapponnir 1982)
● Proses Tektonik yang menyebabkan terbentuknya Pulau Kalimantan yaitu, rezim compressional yang
Cretaceous hingga awal Tersier akibat tersebut menghasilkan tinggian-tinggian pada daerah Kalimantan se
Kuching, meratus, semitau dan Gunung Kinabalu. Pada Eosen hingga sekarang rezim yang bekerja yait
yang dimana merupakan awal pembentukkan cekungan – cekungan yang ada di Kalimantan
● Proses pembentukan cekungan berdasarkan Klasifikasi Kingston yaitu
o continental interior sag terjadi pada cekungan Melawi-Ketungau o continental wrench
terjadi pada cekungan Barito o continental wrench terjadi pada cekungan Kutai o
continental margin sag terjadi pada cekungan Tarakan dan Sandakan o oceanic wrench
terjadi pada cekungan Sarawak
● Struktur yang terjadi pada pembentukan cekungan yang berada di Kalimantan yaitu :
o Cekungan Barito : lipatan dan patahan yang terjadi pada batuan Tersier. Lipatan berarah
barat daya. Sesar berarah barat laut – tenggara dan timur laut – barat daya. o Cekungan Ku
Anklinorium Samarinda yang berarah baratlaut-tenggara,
Sesar Bengalon, Sesar Sangkulirang, dan Sesar Adang. o Cekungan Sandakan : Pada cekungan
para ahli mengatakan
disebabkan oleh deformasi. o Cekungan Melawi-Ketungau : akibat proses pergerakan lempeng Eu
mengarah ke Tenggara terjadi pada saat Cretaceous. Pada Tersier cekungan Melawi dan K
Berpisah. Pada Neogene arah trend menjadi Barat- Timur. o Cekungan Tarakan : Lipatan d
yang berarah NW-SE dan NE-SW.
● Data stratigrafi regional di Kalimantan paling tua yang telah diketahui berumur triasik, siklus pen
Kalimantan didominasi oleh endapan aluvial, hal ini akibat tektonik setting pulau Kalimantan yang tidak terd
magmatisme/vulkanik.

● Petroleum System yang ada Kalimantan mulai terbentuk pada umur paleogen, ketika aktivitas tektonik d
mulai memasuki masa yang lebih tenang. Source rock di Kalimantan didominasi oleh endapan aluvial, de
stratigrafi yang tidak terlalu kompleks. Pembentukan elemen, dan proses secara lengkap pada PetSys di K
diduga pada umur eosen.

71 | Geodinamika
ANALISIS CEKUNGAN PULAU SULAWESI, MALUKU, &

NUSA TENGGARA

disusun oleh:

Rifaldy (101217005)

David V. Hutahuruk (101217009)

M. Caesar Alif P. (101217017)

Ricky Ariyanto (101217027)

Sezyano Rudysta (101217033)

Talita Ivamella (101217041)


Yusuf Cindar Kusmagi (101217059)

Khalid Rizky (101217091)

Apta Aryasatya W. (101217095)

Ade Judoyono (101217109)

72 | Geodinamika
Sejarah Geologi Cekungan Cekungan di Pulau Sulawesi Gambar. Distribusi Blok Kontinental, Metc
1. Hainan Island terranes, 2. Sikuleh, 3. Paternoster, 4. Mangkalihat, 5. West Sulawesi, 6. Semitau, 7.
Kelabit – Longbowan, 9. Spratley Islands – Dangerous Ground, 10. Reed Bank, 11. North Palawan, 12
Islands, 13. Macclesfield Bank, 14. East Sulawesi, 15. Bangai – Sula, 16. Buton, 17. Obi –Bacan, 18. B
Seram, 19. West Irian Jaya. C –M =Changning –Menglian Suture.
73 | Geodinamika

Dijelaskan bahwa terdapat banyak cekungan dari fisiografi disamping ini. mulai dari sulawesi bagian ut
selatan serta barat dan timur, semua cekungannya tersebar merata. Gambar. Secara garis besar terda
cekungan besar pada pulau Sulawesi. Berikut merupakan hasil modifikasi dari beberapa sumber terka
yang berada pada Pulau Sulawesi.

o Busur Vulkanik Neogen (Neogene Volcanic Arc), terdiri dari kompleks basement Paleozoikum Akhir dan
Awal pada bagian utara dan tengahnya, batuan melange pada awal Kapur Akhir di bagian selatan (Suk
sedimen flysch berumur Kapur Akhir hingga Eosen yang kemungkinan diendapkan pada fore arc basin (ce
busur) (Sukamto, 1975a;1975c) pada bagian utara dan selatan, volcanic arc (busur vulkanik) berumur
hingga pertengahan Eosen, sekuen batuan karbonat Eosen Akhir

74 | Geodinamika
sampai Miosen Awal dan volcanic arc (busur vulkanik) Miosen Tengah hingga Kuarter (Silver dkk, 198

o Sekis dan Batuan Sedimen Terdeformasi (Central Schist Belt), tersusun atas fasies metamorfik sekis h
biru. Bagian barat merupakan tempat terpisahnya antara sekis tekanan tinggi dengan sekis temperatur
dan batuan granitik (Silver dkk, 1983).

o Kompleks Ofiolit (Ophiolite), merupakan jalur ofiolit dan sedimen terimbrikasi serta molasse. Pada leng
Sulawesi (segmen selatan) didominasi oleh batuan ultramafik (van Bemmelen, 1970; Hamilton, 1979; dan
harzburgit dan serpentin harzburgit (Silver dkk, 1983), sedangkan pada lengan Timur Sulawesi (se
merupakan segmen ofiolit lengkap.

Gambar. Geologi Regional Sulawesi, Smith,1983. Terdapat beberapa proses pementukan cekungan m
kingston pada Pulau Sulawesi. Terdapat beberapa Jenis Cekungan yang dapat terbentuk. Ini dikarena
Komplesitas geologi regional pulau Sulawesi : Gambar. Pembentukan Cekungan Pulau Sulawesi, N, J
Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut – tenggara yang berupa sesar
75 | Geodinamika
mendatar sinistral dan sesar naik . Terdapat sesar besar seperti sesar palu-koro, matano, lawano
gorontalo, sesar naik Batui, sesar naik Balantak, Sangihe thrust , Sula Thrust.., etc.

Gambar. Struktur Pulau Sulawesi dari gabungan penelitian Cipta et al, 2016 dan Lukman, et al.,2016
struktur yang telah di updated dan dmodifikasi dari peta struktur sebelumnya.

Cekungan di Pulau Maluku Pulau Maluku terbentuk atas pertemuan 3 lempeng, yaitu Eurasia, Pasifik
Australia yang terjadi sejak zaman kapur. Di Selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke ar
bersamaan dengan Indo-Australia. Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Forma
yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan

76 | Geodinamika
berarah Utara-Selatan, Timur Laut – Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara. Dari gambar rekontru
mengenai tektonik Indonesia pada 55-41 juta tahun yang lalu dapat dilihat bahwa sudah terbentuk cika
Maluku, yaitu lengan Maluku Utara, lengan tersebut terbentuk karena adanya zona subduksi antara lem
dengan lempeng Indo-Australia. Kemudian pada 40-20 juta tahun yang lalu cikal bakal Maluku u
mengalami pemekaran dengan munculnya pulau yang melengkapi pulau Maluku utara seperti yang te
Kemudian pada 10 juta tahun yang lalu terbentuklah pulau Maluku yang terdorong kebagian atas akib
lempeng, hingga menempati posisi yang berada di bagian Timur Laut Pulau Sulawesi.
Cekungan di Pulau Bali dan Nusa Tenggara
• Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8°3'40" -8°50'48" Lintang Selatan dan 114°25'53" - 115°42'40
Pulau Bali merupakan daerah kepulauan nusantara bagian tengah dan dikelilingi oleh laut. Relief dan to
Bali di tengah- tengah terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur. Provinsi Bali terletak d
Jawa dan Pulau. Lombok. Utara : Laut Bali, Timur : Selat Lombok

77 | Geodinamika
(Provinsi Nusa Tenggara Barat), Selatan : Samudera Indonesia, Barat : Selat Bali (Propinsi Jawa Timu

• Nusa Tenggara merupakan kepulauan yang terletak pada dua jalur genatiklinal hasil perluasan busur ban
barat. Genatiklinal tersebut membujur dari Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur gean
merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampa
Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lom
Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggunga
tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke
Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan ranta
dengan busur dalam yang melintasi daerah

dekat Sunda.

Gambar. Peta Lembar Bali. Sumber: https://www.amuzigi.com/2015/11/peta-geologi- regional-lembar-


nusatenggara-lengkap.html.
78 | Geodinamika

Gambar. Peta Cekungan Nusa Tenggara. Sumber:


http://pamsimas.pu.go.id/media.php?module=detailberita&id=1516&cated=51.

Tektonik Regional Bali dan Nusa Tenggara Pulau Nusa Tenggara atau dalam bahasa yang le
dikenal sebagai kepulauan sunda kecil, merupakan sebuah gugusan pulau yang secara relative berada pa
timur pulau jawa dan bali. Nusa Tenggara memanjang hingga di sebelah barat pulau timor, yang mana su
Negara tersendiri. Nusa Tenggara pada dasarnya terbagi atas dua bagian, yaitu Nusa Tenggara bagian b
dan Nusa Tenggara bagian timur (NTT). Dua bagian tersebut terintegrasi dengan Bali sehingga disebut de
Kepulauan Sunda Kecil.

Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari pulau-pu
lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepu
bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi n
berada pada busur Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lemp
deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia pada kerak samudra
interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilt

Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama diantaranya le
australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik
perbatasan lempeng yang terletak di timur Indonesia.

Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona subduksi dari lempeng Indo-a
berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibe
busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan hubungan dari
diantara batuan volkanik pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah s
langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia yang membedakanya d
bagian barat busur Nusa Tenggara.
79 | Geodinamika
Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara dibentuk pada massa Senozoic

Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui lebih tua dari batu
miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terb
kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng A
terletak dibawah busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabraka
dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi. Ukuran dari deretan kepul
perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar samp
Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah
kerak samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerak
dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih muda dan kemungkinan busur
asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.

Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4 struktur tekton
belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya B
Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volka
dibentuk oleh kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dib
busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar) dan bagian dalam
yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu.
80 | Geodinamika

Anda mungkin juga menyukai