Anda di halaman 1dari 15

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1. Geologi Regional Cekungan Jawa Timur

2.1.1. Evolusi dan Kerangka Tektonik

Secara tektonik regional, Blok Kangean terletak pada Cekungan Jawa Timur

yang diperkirakan merupakan bagian dari sistem cekungan busur belakang (back-

arch) yang terbentuk akibat interaksi dari empat buah lempeng besar yaitu lempeng

India-Australia di selatan, Lempeng Filipina dan Pasifik di timur dan Lempeng

Eurasia di barat laut. Asal mula dan evolusi pembentukan cekungan ini telah banyak

dijelaskan di dalam banyak publikasi. Dari publikasi-publikasi ini dipercaya bahwa

Cekungan Jawa Timur terbentuk dari microplate Jawa Timur yang mengalami

drifting dan ter-akresikan terhadap kerak benua Sundaland di sebelah barat laut-nya

(Bransden dan Matthews, 1992) yang pada akhirnya membentuk tatanan kerak

Sundaland seperti saat ini.

Pemahaman akan evolusi tektonik dari Cekungan Jawa Timur ini bukanlah

hal yang mudah untuk dipahami, hal ini disebabkan oleh pola-pola patahan yang

kompleks yang terbentuk diatas cekungan ini yang berbeda dengan pola-pola umum

yang terbentuk diatas kerak benua Sundaland lainnya. Cekungan Jawa Timur

didasari oleh batuan yang memiliki komposisi yang berhubungan dengan materi

batuan melange akresi yang memiliki umur berkisar Jurassic akhir hingga

Cretaceous Akhir dengan puncak semu pada Cretaceous Tengah (Bransden dan

Matthews, 1992).
Gambar 2.1. Distribusi sub-cekungan dan orientasi umum patahan di Cekungan
Jawa Timur (Bransden dan Matthews, 1992).

Gambar 2.2. Zona inversi dari RMKS yang terletak pada batas Northern Platform
dan Central High (Satyana, 2004).
2.1.2. Stratigrafi

Sejarah tektonik pada cekungan ini telah mempengaruhi rekam sedimentasi

menjadi dua tingkat. Pertama, depocenter lokal yang dipengaruhi patahan seperti

graben yang menghasilkan variasi fasies yang sangat besar. Kedua, pada tingkatan

regional, sejumlah perubahan-perubahan dalam evolusi tektonik di Asia Tenggara

hadir sebagai gaya pengontrol siklus-siklus sikuen besar dari sedimentasi di

Sundaland.

Dari faktor-faktor yang mempengaruhinya tersebut pembagian stratigrafi

dari cekungan ini dapat dibagi menjadi (Pertamina BPPKA, 1996):

1. Batuan Dasar “Cretaceous” Pre-Tersier

Batuan dasar di Cekungan Jawa Timur tersusun atas serangkaian melange

dari batuan-batuan meta-sedimen yang secara lokal terpatahkan angkat

(accretionary wedge dari kerak intermediet) yang dipisahkan oleh tinggian

mikro-kontinen berarah barat daya-tmur laut. Selama Cretaceous, mikro-

kontinen granitik dan sedimen-sedimen wedge terakresikan ke batas tenggara

dari Craton Sunda. Kemudian menjadi zona-zona lemah yang menjadi lokasi

yang memungkinkan dari proses subsidence dan wrenching selama fase rifting

Paleogen. Sumur-sumur yang menembus mengindikasikan bahwa batuan-

batuan dasar meliputi accretionary wedge dari gabbro, ophiolite, batuan-batuan

metamorf, meta-volkanik/volkanik, batuan beku, serta sedimen-sedimen

Cretaceous yang merupakan sikuen batupasir quartzite yang terlitifikasi secara

baik, batulanau, karbonat dan shale dengan beberapa chert. Kontrol data
paleontologi yang relatif jarang mengindikasikan unit batuan ini berumur

Cretaceous pre-Cenomanian.

2. Sedimen Paleosen “Pre-Ngimbang”

Formasi Pre-Ngimbang telah dikenali di bagian timur dari Cekungan Jawa

Timur melingkupi Northern Platform dan Central High. ( Harper 1989, di dalam

Pertamina BPPKA, 1996) mendefinisikan formasi Pre-Ngimbang sebagai

berikut: “Formasi Pre-Ngimbang berumur Paleosen hingga Eosen Tengah dari

Northern Platform-Central High di Kangean dan Sepanjang PSC, meliputi

sikuen dari batupasir, batulanau dan shale yang secara tidak selaras menindih

batuan dasar Cretaceous dan secara tidak selaras ditindih oleh Ngimbang

berumur Eosen Akhir.”

Formasi ini dijelaskan sebagai endapan syn-rift yang sebagian besar terdiri

dari perlapisan tipis pasir dan shale dengan sedikit perlapisan batubara. Bagian

Fluvial-Deltaik mengisi daerah-daerah rendahan, yang diperkirakan selama

waktu Paleosen hingga Eosen Tengah. Formasi ini secara tidak selaras menindih

endapan-endapan Cretaceous tetapi terkadang tidak dijumpai pada tinggian-

tinggian Cretaceous.

3. Sedimen Eosen “Ngimbang”

Formasi ini pada dasarnya menunjukkan endapan-endapan basement wash

coastal/deltaik berumur Eosen Tengah hingga Akhir yang diikuti kemudian oleh

sikuen karbonat. Awal sedimentasi dari formasi ini dipengaruhi oleh topografi
yang kompleks yang kemungkinan diendapkan pada daerah-daerah rendahan

lokal dan sedimen yang kaya akan materi-materi organik dan karbonat di bagian

atasnya mengindikasikan peningkatan ke dalaman permukaan air dan kondisi

laut yang lebih terbuka. Sedimen-sedimen “Ngimbang” di seluruh area cekungan

ini didokumentasikan sebagai endapan-endapan alluvial/fluvial, deltaik,

lakustrin dan transisi. Ngimbang diperkirakan berumur Eosen Tengah hingga

Akhir.

4. Sedimen Oligosen “Kujung”

Formasi ini menunjukkan sebuah pengendapan selama periode permukaan

laut tinggi pada lingkungan paparan dangkal yang stabil. Di beberapa area,

formasi ini menunjukkan sebuah pengendapan dari sedimen-sedimen regresi

costal dan deltaik selama periode umumnya permukaan laut rendah yang

berhubungan dengan penurunan muka laut yang besar pada Oligosen Tengah.

Kujung berumur Oligosen Awal utamanya terdiri dari perlapisan-perlapisan

batugamping, serpih dan batupasir, serta sedimen konglomeratan dengan sisipan

batubara. Di beberapa tempat mengandung sedimen-sedimen tufaan dan bahkan

tidak terendapkan sama sekali. Secara regional, formasi ini diendapkan pada

lingkungan tektonik transgresi-regresi. Pada Oligosen Tengah, aktifitas tektonik

secara relatif lebih tenang yang ditunjukkan oleh ketebalan yang seragam dari

karbonat Kujung. Pada Oligosen Akhir, sedimen-sedimen laut dalam hingga laut

dangkal berlanjut terendapkan termasuk adanya karbonat terumbu pada

tinggian-tinggian batuan dasar tua.


5. Sedimen Miosen “Cepu”

Formasi ini pada dasarnya mewakili sebuah lingkungan pengendapan yang

kompleks: pertama, lapisan-lapisan tipis yang didominasi oleh serpih, lanau dan

karbonat diendapkan pada kondisi neritik dalam hingga luar selama permukaan

laut Miosen Awal lebih rendah; kedua, pengendapan pada kondisi lebih neritik

dalam dimana perkembangan terumbu secara setempat terjadi selama siklus

transgresi pada Miosen bawah (Cepu bawah); ketiga, mewakili sebuah penanda

pendangkalan dari lingkungan pengendapan dari paparan pada bagian bawahnya

hingga nearshore di bagian atasnya. Unit dari siklus ketiga secara utamanya

meliputi serpih karbonatan atau batubaraan dengan batupasir glaukonitan dan

fosil-an menjadi lebih dominan semakin ke arah atas; keempat, mewakili sebuah

siklus transgresi pada Miosen Akhir seperti yang ditunjukkan oleh onlap lokal

terhadap formasi di bawahnyayang secara umum tersusun dari batulempung dan

batulanau yang terkadang mungkin batubaraan atau glaukonitan. Lapisan-

lapisan tipis karbonat semakin kebagian atas dari unit ini.

Pada saat Miosen Awal, aktifitas tektonik relatif lebih tenang di daerah barat

dari Cekungan Jawa Timur, tetapi cukup aktif pada daerah tengah dan timur.

Selama periode ini, karbonat (Kujung dan Prupuh) berkembang dengan baik

ditingian-tingian batuan dasar tua. Karbonat ini pada umumnya berwarna putih,

fosilan, kapuran dibeberapa bagian dan terkadang terdapat perselingan dolomit

dan chert didekat bagian bawahnya.

Distribusi lateral dari unit ini cukup tersebar luas selaras dengan karbonat

Miosen Awal regional di Indonesia. Ketebalan dari unit ini bervariasi dari 300
hingga 1300 feet. Ketebalan ini semakin menipis ke arah cekungan dari

Cekungan Jawa Timur Utara dan menebal ke arah cekungan dari sub-cekungan

Jawa Timur Utara-Madura.

Build-up terumbu dari unit ini berkembang dengan baik pada daerah-daerah

tinggian batuan dasar tua dan tergantikan oleh fasies yang lebih serpihan dengan

lapisan tipis batugamping energi rendah pada daerah-daerah rendahan batuan

dasar tua. Secara regional, unit ini diendapkan pada lingkungan tektonik

trangresi-regresi. Beberapa fluktuasi kecil permukaan laut teramati pada sekitar

batas Miosen Awal hingga Tengah oleh Vail, dkk (1977) dan Haq, dkk (1986).

Selama waktu Miosen Tengah, karbonat/karbonat terumbu diendapkan secara

setempat di paparan Madura Utara, paparan Madura Selatan dan juga

kemungkinan di paparan Laut Jawa Timur Utara. Meskipun begitu,

pengendapan sedimen di laut dangkal menjadi sangat dominan di seluruh Blok

Madura Barat.
OCCURENCES
STRATIGRAPHIC COLUMN

NP ZONES

NN ZONES

Haq et.al
TERMS
- LITHOLOGIES

STUDY
NW - NAMED ROCK UNITS SE

ZONES
EUSTATIC CURVES

HC
Northern
Platform B-D-1 Paternoster
Central Volc.
Karimun High Bawean Platform Arc
Jawa
Arc
0
HOL. N 23
1
PLEST. “LIDAH”

“PACIRAN”
Upper N 23
PLIOCENE

N 20
4
Lower N 19 TERANG
MDA
N 18 LIDAH 5
5
N 17
KEPODANG
Upper
N 16 10
10
N 15
MIOCENE

N 14
Upper
“CEPU”
N 13
Tf
Middle N 12
N 11 15
15
N9
N8 Lower
Tf
N7
Lower N6
20
20
N5 Upper
Te
N4

25
25
“KUJUNG”

P 21
Upper
OLIGOCENE

CAMAR
Td
P 20
30
30
P 19
Lower
P 18 Tc
35
35 P 17 W. KANGEAN
“NGIMBANG”

Upper P 15 Tb JS53-A
40
40 P 14
EOCENE

P 13
Middle P 12 Ta3
P 11 50
P 10
50 P9
P8
Lower P7 Ta2
P6
PALEOCENE

NGIMBANG”

P5 60
P4
“ PRE-

60 P3
Ta1
P2 65
P1
65
70 Maastrichtian
Campanian
UPPER

80 Santonian
Coniacian
Turonian ++
90 +++
Cenomanian +++
CRETACEOUS

+ +++
100 + + ++ +
Albian
110
LOWER

Aptian
120
Barremian
130
Hauterivian
Valanginian
140
Berriasian

Gambar 2.3. Stratigrafi regional Cekungan Jawa Timur (Pertamina BPPKA, 1996)
Batugamping-batugamping tersebut, di daerah-daerah dengan energi yang

lebih besar seperti di bagian barat dari Northern Platform, dicirikan oleh tipe-

tipe terumbu, sementara karbonat-karbonat energi lemah dijumpai di daerah

utara. Sedimen tersebut terdiri dari batupasir, batulanau, batulampung, serpih

dengan perselingan batubara dan batugamping. Sedimen ini tebal dan memiliki

butir kasar ke arah daerah-daerah tinggian. Secara regional, anggota batuan ini

diendapkan pada lingkungan tektonik regresi.

Selama Miosen Akhir, beberapa cekungan yang terbentuk sebelumnya di

Northern Platform terangkatkan kembali dan menjadi daerah pengendapan

karbonat paparan. Meskipun demikian, Southern Basin berlanjut mengalami

penurunan ke dalam lingkungan laut dalam dan menyebabkan pengendapan

sikuen serpih lempungan. Siklus transgresi berlanjut pada waktu ini dan

akhirnya terhenti oleh pengankatan dan erosi regional.

6. Sedimen Pliosen “Paciran”

Formasi ini mewakili pengendapan neritik dalam hingga laut dalam yang

utamanya meliputi karbonat pasiran dan karbonat gaukonitan dengan fauna

neritik dalam yang melimpah yang menindikasikan perkembangan setempat dari

terumbu patch. Sedimen-sedimen formasi ini terdiri dari batugamping,

batulempung, batupasir dan batulanau. Batugamping umumnya merupakan

terumbu pada daerah tinggian dan berubah menjadi lapisan tipis fasies karbonat

energi rendah dan sedimen-sedimen klastik halus pada daerah rendahan.

Batupasir merupakan kuarsa bersih, lepas, berbutir halus hingga kasar, terpilah
buruk hingga baik, sedikit gampingan dan mengandung foraminifera planktonik

“globigerina” dalam jumlah sedikit hingga berlimpah.

7. Sedimen Pleistosen “Lidah dan Sedimen Holosen

Kenampakan dari sedimen-sedimen tidak menyatu yang dipisahkan dari

lapisan diatasnya oleh ketidakselarasan kecil. Lapisan vulkaniklastik yang

diendapkan dikaitkan dengan fase ketiga vulkanik yang muncul sebagai

kaitannya dengan pengangkatan Jawa Timur.

2.2. Geologi Kangean Blok

2.2.1. Struktur

Evolusi tektonik dari cekungan

Jawa Timur dimana Kangean Blok berada telah menyusun pola-pola struktur

yang membentuk sub-cekungan Kangean ke dalam beberapa province geologi yang

berbeda (Phillips, dkk., 1991). Province geologi tersebut antara lain:

Northern Platform: Umumnya memiliki struktur dengan kemiringan relatif datar di

bagian utaranya. Di bagian selatan province geologi ini dibatasi oleh patahan Sakala

yang memisahkannya dengan Central High. Pola Antiklin dan sinklin dengan

sumbu timur-barat, sesar naik timur-barat.

Central High: merupakan daerah yang mengalami inversi paling kuat dengan area

pengangkatan timur-barat sepanjang bagian tengah dari Blok Kangean. Area

tersebut dibatasi pada bagian utara oleh batas patahan besar half-graben Sakala

yang terbuka ke arah selatan. Di bagian selatan dibatasi oleh patahan Sepanjang.
Pergerakan disepanjang patahan diawali pada masa Paleocene atau Eocene dan

terangkat serta terinversi dimulai sejak Miocene Akhir.

Kemirian Terrace: sebuah sistem half-graben yang menghadap selatan yang

terinversi pada bagian tengah-barat dari Blok ini yang memisahkan Central High

dan Southern Basin.

Southern Basin: merupakan sebuah half-graben yang terinversi dengan bidang

patahan menghadap ke selatan yang telah mengalami penurunan yang sangat cepat

yang dimulai pada Pliocene.

Gambar 2.4. Province geologi Blok Kangean (Phillips, dkk., 1991)

2.2.2. Stratigrafi

Evaluasi dari data seismik dan sumuran mengidentifikasi bahwa Stratigrafi

dari Blok Kangean terdiri dari setidak-tidaknya tujuh siklus sedimentasi, dapat

dilihat pada gambar 2.5 yang memuat stratigrafi regional di Blok Kangean.
Siklus sedimetasi yang tertua (lebih tua dari 40 JTL) adalah Formasi Pre-

Ngimbang yang berumur Paleosen hingga Eosen Tengah dan secara langsung

menutupi batuan dasar metamorf yang berumur Pre-Tersier. Pre-Ngimbang adalah

merupakan sedimen hasil pengendapan di dalam graben, umumnya diendapkan di

daerah cekungan. Endapan ini terdiri dari perselingan serpih karbonat dan

batupasir.

Siklus kedua adalah Formasi Ngimbang yang diendapkan pada umur Eosen

Akhir (36.5 – 40 JTL), terdiri dari endapan alluvial non marine dan fasies transgresi

fluvio-deltaic. Batuan karbonat laut dangkal terbentuk dengan sangat baik di bagian

atas formasi ini. Batupasir basal massive yang ada di Lapangan Pagerungan adalah

contoh endapan yang berhubungan dengan pengisian lembah (valley) yang

terbentuk selama penurunan muka air laut secara global pada umur sekitar 40 JTL.

Siklus ketiga adalah pembentukan Formasi Kujung yang berumur Oligosen.

Selama masa Oligosen (23.5 – 36.5 JTL), batugamping terendapkan di berbagai

wilayah di bagian utara cekungan Jawa Timur termasuk di daerah Kangean Blok.

Siklus ke-empat adalah Miosen Awal-Tengah, Formasi Lower Cepu (13 –

23.5 JTL). Pada bagian atas dari siklus ini diendapkan Karbonat Lower Rancak

yang tersebar merata hampir ke seluruh bagian.

Siklus kelima adalah Upper Cepu Miosen Tengah-Akhir (5.2 – 13 JTL).

Hampir sama dengan Lower Rancak, paparan karbonat Upper Rancak juga

diendapkan di bagian atas dari siklus ini.

Siklus ke-enam adalah pembentukan Formasi Mundu yang berumur Pliosen

(2-5.2 JTL). Didominasi oleh batulempung dan serpih gampingan yang diendapkan
dilingkungan laut dangkal hingga laut terbuka. Siklus yang termuda adalah sedimen

Kuarter (lebih muda dari 2 JTL). Formasi ini sebagian besar terdiri dari endapan

laut dangkal hingga laut terbuka dan disebut sebagai Formasi Lidah.

LITHO-
EPOCH STRATIGRAPHIC SOUTHERN CENTRAL NORTHERN
UNIT BASIN HIGH PLATFORM

QUATER N 23
NARY N 22
Th LIDAH FM.
? 2
N 21 MUNDU FM .
PLIO- N 20
N 19 PACIRAN MBR .
CENE N 18 5 ( LST )
5.2
Tg
N 17

N 16 10
10.4
N 15 Late UP. RANCAK
MBR ( LST )
N 14 Tf
N 13 13
N 12 LW. RANCAK
Middle 15 MBR ( LST )
N 11- Tf
N 9 16
N 8 Early
N 7 Tf
N 6
20
N 5 Late
Te
N 4
23.5
P 22
25
(N.3)

P 21
Early
(N.2)
Te
30 30
P 20

P 19
Tcd 35
P 18
P 17 36.5
SHALE
P 16
CARBONATE 38.5
P 15 CLASTICS
Tb 40
40
P 14

P 13

P 12 45
Ta
P 11-
P 6
53.5
P 5
PALEO P 1
65 ? 65
PRE - TERTIARY LATE CRETACEOUS
MELANGE
BASEMENT METASEDIMENT

KANGEAN BLOCK
GENERALIZED STRATIGRAPHY
MODIFIED FROM J.R. DAVIES ( MAY, 1989 )
Figure 2
BNCH 00013 - JR. Davis

Gambar 2.5. Stratigrafi umum Kangean Blok


2.3 Petroleum System

Source Rock

Distribusi penyebaran batuan induk yang efektif diindikasikan oleh

kehadiran minyak dan gas di Cekungan Jawa Timur. Potensinya terdapat

pada Formasi Ngimbang, Kujung dan Tuban.

Model pematangan dibuat menggunakan data seismik dan log yang

dapat menerangkan sejarah terbentuknya hidrokarbon di dua bagian

platform Madura Utara yaitu central deep bagian NW. Pada bagian central

deep menunjukkan batuan induk alluvial dan lakustrin pada bagian sekuen

Ngimbang bawah yang menunjukkan kerogen tipe I dan II. Sedangkan pada

bagian marin Ngimbang atas merupakan kerogen tipe II dan III yang

berumur Miosen Akhir.

Menurut Mudjiono dan Pireno (2001), hasil pemodelan pematangan

pada platform Madura utara mengindikasikan fasies aluvial dan lakustrin

pada Ngimbang bagian bawah dan merupakan sumber minyak dan gas pada

area platform Madura, tapi 14 kerogen marin pada bagian atas Ngimbang

juga berkontribusi. Sejarah panjang pembentukan kerogen tipe I dan II ini

berhubungan dengan sesar dan carrier bed dapur sumber cekungan.

Reservoirs, Trap dan Seal

Target reservoir pada Platform Madura Utara adalah :

1. Formasi Ngimbang bagian bawah


2. Karbonat dari Formasi Ngimbang bagian atas, kecuali pada bagian crest

yang tidak mengalami pengendapan dan erosi

3. Batugamping dari Formasi Kujung pada build up karbonat timur-barat

sepanjang platform. Kujung I dan II yang terbentuk di atas crest. Pada

daerah ini, target ekslorasi adalah klastik Ngimbang dan karbonat

Formasi Kujung dan Ngimbang bagian Atas.

Banyak tipe perangkap yang hadir di sini. Pada batas NW dan Utara

platform Madura Utara mengalami patahan, inversi yang berasosiasi dengan

sesar minor dan utama area struktur ini. Penyebaran Platform Madura Utara

juga berpotensi untuk perangkap stratigrafi yang terbentuk oleh onlap

klastik dasar Ngimbang.

Migrasi

Migrasi hidrokarbon secara lateral ke dalam Madura Utara mengalami

ekspulsi dari source rock yang berdasarkan pada carrier bed dan sesar.

Mekanisme migrasi pada zona klastik Ngimbang bawah mengindikasikan

dari utara. Zona pori pada karbonat Ngimbang dan Kujung juga berpotensi

mengalami migrasi. Sesar reservoir kujung berhubungan dengan source

rock pada Platform Madura Utara. Sesar juga penting pada perkiraan dapur

sumber ke carrier bed, dan aliran minyak dan gas ke perangkap.

Anda mungkin juga menyukai