1. Sloof (S-1) : 30 x 60 cm
2. Kolom (K-1) : 80 x 80 cm
3. Kolom (K-2) : 60 x 60 cm
4. Balok anak (Ba) : 25 x 40 cm
5. Balok induk (Bi) : 30 x 50 cm
71
72
Beban yang bekerja pada struktur apartemen adalah beban mati, beban
hidup dan beban gempa. Beban mati dan beban hidup dalam struktur
mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung SNI-03-1727-
1989. Sedangkan beban gempa yang digunakan mengacu pada Standar
Perecanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Bertingkat SNI-03-
1726-2002.
Spesifikasi komponen serta material dari model struktur gedung dalam
analisis struktur bangunan ini sebagai berikut :
1. Plat atap
a. Tebal plat : 10 cm
73
2. Plat lantai
a. Elevasi Lantai 1 : ±0.00
Lantai 2 : +6. 000 meter
Lantai 3-5, setiap lantai : +5.00 meter
Lantai 6-8, setiap lantai : +4.00 meter
Lantai atap : +42 meter
b. Tebal plat : 12 cm
c. Tebal keramik : 1 cm
d. Tebal spesi : 3 cm
e. Tebal plesteran : 2 cm
f. Tebal pasir : 2 cm
3. Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung
a. Beton bertulang : 2.400 Kg/m3
b. Dinding pasangan batu merah : 250 Kg/m2
c. Keramik : 24 Kg/m3
d. Pasir (jenuh air) : 1.800 Kg/m3
e. Spesi : 21 Kg/m3
f. Aspal : 14 Kg/m3
g. Plafond : 11 Kg/m2
h. Penggantung langit- langit :7 Kg/m2
i. Mekanikal & elektrikal (asumsi) : 10 Kg/m2
j. Plumbing (asumsi) : 10 Kg/m2
(Sumber : SNI-03-1727-1989)
4. Beban hidup (LL)
a. Beban atap : 100 Kg/m2
b. Beban air : 20 Kg/m2
c. Beban lantai Perkantoran : 250 Kg/m2
d. Koefisien reduksi perkantoran : 0.7
74
5. Beban Gempa
a. Surakarta berada di zona gempa wilayah 3
b. Tanah sedang : 0.33
c. Faktor keamanan (I) : 1,0
(Sumber :SNI-03-1726-2002)
4.3. Perencanaan Pembebanan
4.3.1. Beban Mati ( DL )
1. Plat lantai 12 (atap)
B.s plat lantai = 0,1 x 2400 = 240 Kg/m2
B.s asphalt sheet = 0,02 x14 = 0.28 Kg/m2
B.s plafond + penggantung = (11 + 7) = 18 Kg/m2
B.s plumbing = 10 = 10 Kg/m2
B.s mekanikal & elektrikal = 10 = 10 Kg/m2+
DLPlat lantai atap =278.28Kg/m2
DLPlatlantai atap = 2.783KN/m2
2. Plat lantai 1 – 7
B.s plat lantai = 0,12 x 2400 = 288 Kg/m2
B.s plafond + rangka = (11 + 7) = 18 Kg/m2
B.s penutup lantai
Keramik = 24 = 24 Kg/m2
Adukan spesi = 21 x 0.03 = 0.63 Kg/m2
Pasir = 1800 x 0.02 = 36 Kg/m2
B.s plumbing = 10 =10 Kg/m2
B.s mekanikal & elektrikal = 10 =10 Kg/m2
B.s dinding pasangan bata = 250 = 250 Kg/m2
B.s plesteran = ((21 x 0.02).2) = 0.84 Kg/m2+
DLPlat lantai 11- 1 =637.47 Kg/m2
DLPlat lantai 1`- 1 = 6.376 KN/m
75
Gambar 4.2. Denah Beban Mati pada Plat Atap dalam SAP 2000 v.14.0.0
77
Gambar 4.3. Denah Beban Mati pada Plat Lantai dalam SAP 2000 v.14.0.0
Gambar 4.4. Denah Beban Hidup pada Plat Atap dalam SAP 2000 v.14.0
78
Gambar 4.5. Denah Beban Hidup pada Plat Lantai dalam SAP 2000 v.14.0.0
Gambar 4.6. Potongan X (XZ) Beban Mati pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0
79
Gambar 4.7. Potongan X (XZ) Beban Hidup pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0
Ga
mbar 4.8. Potongan Y (YZ) Beban Mati pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0
80
Gambar 4.9. Potongan Y (YZ) Beban Hidup pada Plat dalam SAP 2000v.14
Gambar 4.10. Pembebanan 3 Dimensi pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0.0
81
Setelah beban yang bekerja pada struktur dihitung, maka dapat dihitung
berat struktur pada masing-masing lantai. Perhitungan berat dilakukan dengan
menentukan koefisien beban mati dan beban hidup sebagai komponen berat
struktur. Ditentukan berat dari beban mati 100% dan beban hidup 30%.
Berat struktur pada masing-masing lantai dihitung dengan
menggunakan asumsi berat kolom terbagi pada lantai, ½ berat kolom bekerja
ke lantai atas dan ½ berat kolom lainnya ke lantai bawahnya, hal yang sama
berlaku juga untuk perhitungan dinding. Berat struktur pada masing-masing
lantai kemudian digunakan sebagai dasar dalam perhitungan beban gempa
pada struktur.
1.
4.5. Analisis Beban Gempa Statis
4.5.1. Persiapan Input Data SAP 2000
Analisis gempa statis merupakan salah satu metode untuk
menganalisis struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan
menggunakan beban gempa nominal statik ekivalen menurut Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
(SNI-03-1726-2002), analisis gempa statis cukup dapat dilakukan pada
gedung yang memiliki struktur beraturan. Ketentuan-ketentuan
mengenai struktur gedung beraturan disebutkan dalam pasal 4.2.1 dari
SNI-03-1726-2002.
Kemudian pilih analisis gempa statis sesuai dengan UBC 97, klik
modify lateral load pattern.
Tetapi untuk program SAP 2000 v.14.0.0, waktu getar alami (T) di
input pada Time period – Method A dengan angka yang ada.
Dalam Tabel 4.5 menunjukkan rasio partisipasi massa dilihat pada mode
12 untuk arah X (SumUX) adalah 0,98374 dan untuk arah Y (SumUY) adalah
0,98569, sehingga telah memenuhi syarat minimal 90%. Hal ini juga
menunjukkan struktur gedung beraturan sesuai dengan persyaratan dalam Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-
2002)
2.
4.6. Analisis Beban Gempa Dinamis
4.6.1. Persiapan Input Data SAP 2000
Analisis gempa dinamis yang digunakan adalah analisis ragam
Respons Spectrum. Karena yang perlu ditinjau salah satunya yaitu
analisis menggunakan Respons Spectrum dapat memperhitungkan
beragam getaran sehingga dapat terpenuhi massa partisipasinya lebih
dari 90% dari massa partisipasi totalnya.
Tabel 4.6. Nilai Input Grafik Respons Spectrum wilayah gempa 3 tanah sedang
T ( detik ) C(g)
0 0,0000
0,2 0,5500
0,6 0,5500
89
0,7 0,4714
0,8 0,4125
0,9 0,3667
1 0,3300
1,1 0,3000
1,2 0,2750
1,3 0,2538
1,4 0,2357
1,5 0,2200
1,6 0,2063
1,7 0,1941
1,8 0,1833
1,9 0,1737
2 0,1650
2,1 0,1571
2,2 0,1500
2,3 0,1430
2,4 0,1735
2,5 0,1320
2,6 0,1269
2,7 0,1222
2,8 0,1179
2,9 0,1138
3 0,1100
Gambar 4.14. Respons spectrum wilayah gempa 3 tanah sedang SAP 2000
Perhitungan respons dinamik struktur gedung tidak beraturan
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana,
dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam Respons Spectrum dengan
menggunakan bantuan program SAP 2000 v.14.0.0 untuk penginputan data
91
Gambar 4.19. Potongan XZ gaya batang beban respon spectrum arah X pada
program SAP 2000 (momen 3-3/lentur)
95
Gambar 4.20. Potongan YZ gaya batang beban respon spectrum arah X pada
program SAP 2000 (momen 3-3/lentur)
Dimana :
T1 = hasil output waktu getar alami SAP 2000
(table 4.9 diambil paling atas)
n = jumlah tingkat (8 lantai)
ζ = koefisien yang membatasi waktu getar alami (Tabel 4.8)
97
0,8 . V1
Vt
0,03
∆s ≤ . hi atau ∆ s ≤ 30 mm
R
Dimana:
∆s = selisih defleksi n2 – tingkat n1
R = reduksi gempa
hi = tinggi tingkat (mm)
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung,
tidak boleh melebihi dari ketentuan berikut ini:
0,03
Lantai 1-2 :∆s = . 5000 mm = 18,75 mm ≤ 30 mm
8
0,03
Lantai 2-15 :∆s = . 4000 mm = 15 mm ≤ 30 mm
8
ξ = 0,7 R
dimana:
R = reduksi gempa
0,8 .Vstatik
Faktor Skala = ≥1
V dinamis
0,8 .1309201,38
Faktor Skala = ≥1
1364190,70
= 0,76
Digunakan rumus struktur gedung tidak beraturan:
0,7 . 8
ξ =
0 ,7,6
= 9,625
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung,
tidak boleh melebihi dari ketentuan sebagai berikut:
ξ ≤ 0,02 . hi
102
ξ = 9,625
0,02 . 4000 = 80
ξ ≤ 0,02 . hi [OK!]