Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

ANALISIS BEBAN VERTIKAL DAN GEMPA

4.1. Pengertian Beban


Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu struktur yang bersifat
tetap, misalnya mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari gedung itu.
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah.
Beban gempa adalah semua beban ekivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang di sebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
(Sumber : SNI-03-1727-1989)
4.2. Pemodelan Struktur
Struktur yang ditinjau adalah Perencanaan Gedung Perkantoran 8
Lantai di Surakarta. Dasar perencanaan struktur gedung ini menggunakan
mutu beton sebagai berikut :
1. Mutu beton (f’c) : K - 350
2. Kuat leleh tulangan utama (fy) : 400 Mpa
3. Kuat leleh tulangan geser (fys) : 240 Mpa
4. Modulus elastisitas beton (E) : 4700 √f’c = 25332 Mpa
5. Angka poisson beton : 0.2

Sedangkan perencanaan untuk dimensi beton struktur direncanakan


sebagai berikut :

1. Sloof (S-1) : 30 x 60 cm
2. Kolom (K-1) : 80 x 80 cm
3. Kolom (K-2) : 60 x 60 cm
4. Balok anak (Ba) : 25 x 40 cm
5. Balok induk (Bi) : 30 x 50 cm
71
72

Berdasarkan data yang sudah diketahui, selanjutnya dilakukan permodelan


dengan menggunakan program SAP 2000 v.14.0.0. Struktur yang di modelkan
ditampilkan mendekati dalam model 3 dimensi agar perilaku struktur yang
dianalisis dapat lebih kondisi sebenarnya. Pemodelan 3 dimensi dapat lihat pada
gambar dibawah ini :

Gambar 4.1. Pemodelan 3 Dimensi Struktur Gedung

Beban yang bekerja pada struktur apartemen adalah beban mati, beban
hidup dan beban gempa. Beban mati dan beban hidup dalam struktur
mengacu pada Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung SNI-03-1727-
1989. Sedangkan beban gempa yang digunakan mengacu pada Standar
Perecanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Bertingkat SNI-03-
1726-2002.
Spesifikasi komponen serta material dari model struktur gedung dalam
analisis struktur bangunan ini sebagai berikut :
1. Plat atap
a. Tebal plat : 10 cm
73

b. Asphal sheet (perapihan) : 2,5 cm

2. Plat lantai
a. Elevasi Lantai 1 : ±0.00
Lantai 2 : +6. 000 meter
Lantai 3-5, setiap lantai : +5.00 meter
Lantai 6-8, setiap lantai : +4.00 meter
Lantai atap : +42 meter
b. Tebal plat : 12 cm
c. Tebal keramik : 1 cm
d. Tebal spesi : 3 cm
e. Tebal plesteran : 2 cm
f. Tebal pasir : 2 cm
3. Berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung
a. Beton bertulang : 2.400 Kg/m3
b. Dinding pasangan batu merah : 250 Kg/m2
c. Keramik : 24 Kg/m3
d. Pasir (jenuh air) : 1.800 Kg/m3
e. Spesi : 21 Kg/m3
f. Aspal : 14 Kg/m3
g. Plafond : 11 Kg/m2
h. Penggantung langit- langit :7 Kg/m2
i. Mekanikal & elektrikal (asumsi) : 10 Kg/m2
j. Plumbing (asumsi) : 10 Kg/m2
(Sumber : SNI-03-1727-1989)
4. Beban hidup (LL)
a. Beban atap : 100 Kg/m2
b. Beban air : 20 Kg/m2
c. Beban lantai Perkantoran : 250 Kg/m2
d. Koefisien reduksi perkantoran : 0.7
74

5. Beban Gempa
a. Surakarta berada di zona gempa wilayah 3
b. Tanah sedang : 0.33
c. Faktor keamanan (I) : 1,0
(Sumber :SNI-03-1726-2002)
4.3. Perencanaan Pembebanan
4.3.1. Beban Mati ( DL )
1. Plat lantai 12 (atap)
B.s plat lantai = 0,1 x 2400 = 240 Kg/m2
B.s asphalt sheet = 0,02 x14 = 0.28 Kg/m2
B.s plafond + penggantung = (11 + 7) = 18 Kg/m2
B.s plumbing = 10 = 10 Kg/m2
B.s mekanikal & elektrikal = 10 = 10 Kg/m2+
DLPlat lantai atap =278.28Kg/m2
DLPlatlantai atap = 2.783KN/m2

2. Plat lantai 1 – 7
B.s plat lantai = 0,12 x 2400 = 288 Kg/m2
B.s plafond + rangka = (11 + 7) = 18 Kg/m2
B.s penutup lantai
 Keramik = 24 = 24 Kg/m2
 Adukan spesi = 21 x 0.03 = 0.63 Kg/m2
 Pasir = 1800 x 0.02 = 36 Kg/m2
B.s plumbing = 10 =10 Kg/m2
B.s mekanikal & elektrikal = 10 =10 Kg/m2
B.s dinding pasangan bata = 250 = 250 Kg/m2
B.s plesteran = ((21 x 0.02).2) = 0.84 Kg/m2+
DLPlat lantai 11- 1 =637.47 Kg/m2
DLPlat lantai 1`- 1 = 6.376 KN/m
75

4.3.2. Beban Hidup ( LL )


1. Plat lantai 8 (atap)
Beban atap = 100 = 100 Kg/m2
Beban air = 20 = 20 Kg/m2+
LLPlat atap =120 Kg/m2
LLPlat atap =1.2 KN/m2
2. Plat lantai 1 - 7
Beban lantai perkantoran LLPlat Lantai = 250 Kg/m2
LLPlat Lantai = 2.5 KN/m2
4.3.3. Beban Dinding
1. Lantai 8 - 2
Berat sendiri dinding = 4.00 x 250 = 1000 Kg/m2
Berat plesteran = (21 x 0.02).2 = 0.84 Kg/m2+
=1000.84 Kg/m2
=10.01 KN/m2
2. Lantai 1
Berat sendiri dinding = 3.50 x 250 = 875 Kg/m2
Berat plesteran = (21 x 0.02).2 = 0.84 Kg/m2+
=875.84Kg/m2
=8.76 KN/m2

4.4. Analisa Struktur Beban vertikal


Berdasarkan beban yang bekerja pada struktur gedung apartemen dapat
dilakukan analisa struktur beban vertikal baik itu beban mati maupun beban
hidup, kemudian dapat di input kepermodelan struktur yang sudah dibuat
sebelumnya melalui software SAP 2000 v.14.0.0. Seluruh pembebanan yang
bekerja dengan baik sesuai dengan data yang sudah ada yaitu beban hidup
maupun beban mati setelah data di input. Input pembebanan melalui software
SAP 2000 v.14.0.0 menjadi seperti gambar dibawah ini :
76

Gambar 4.2. Denah Beban Mati pada Plat Atap dalam SAP 2000 v.14.0.0
77

Gambar 4.3. Denah Beban Mati pada Plat Lantai dalam SAP 2000 v.14.0.0

Gambar 4.4. Denah Beban Hidup pada Plat Atap dalam SAP 2000 v.14.0
78

Gambar 4.5. Denah Beban Hidup pada Plat Lantai dalam SAP 2000 v.14.0.0

Gambar 4.6. Potongan X (XZ) Beban Mati pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0
79

Gambar 4.7. Potongan X (XZ) Beban Hidup pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0

Ga
mbar 4.8. Potongan Y (YZ) Beban Mati pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0
80

Gambar 4.9. Potongan Y (YZ) Beban Hidup pada Plat dalam SAP 2000v.14

Gambar 4.10. Pembebanan 3 Dimensi pada Plat dalam SAP 2000 v.14.0.0
81

Setelah beban yang bekerja pada struktur dihitung, maka dapat dihitung
berat struktur pada masing-masing lantai. Perhitungan berat dilakukan dengan
menentukan koefisien beban mati dan beban hidup sebagai komponen berat
struktur. Ditentukan berat dari beban mati 100% dan beban hidup 30%.
Berat struktur pada masing-masing lantai dihitung dengan
menggunakan asumsi berat kolom terbagi pada lantai, ½ berat kolom bekerja
ke lantai atas dan ½ berat kolom lainnya ke lantai bawahnya, hal yang sama
berlaku juga untuk perhitungan dinding. Berat struktur pada masing-masing
lantai kemudian digunakan sebagai dasar dalam perhitungan beban gempa
pada struktur.

1.
4.5. Analisis Beban Gempa Statis
4.5.1. Persiapan Input Data SAP 2000
Analisis gempa statis merupakan salah satu metode untuk
menganalisis struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan
menggunakan beban gempa nominal statik ekivalen menurut Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
(SNI-03-1726-2002), analisis gempa statis cukup dapat dilakukan pada
gedung yang memiliki struktur beraturan. Ketentuan-ketentuan
mengenai struktur gedung beraturan disebutkan dalam pasal 4.2.1 dari
SNI-03-1726-2002.

Dirumuskan: Gaya statik base shear


82

Dimana sesuai rumus dapat diaplikasikan pada SAP 2000


v.14.0.0 melalui perintah load pattern (Analisis gempa statis mengikuti
petunjuk pada UBC 1997) :

V = Gaya geser gempa = ( Statik base shear )


C = Koefisien gempa = ( Ca dan Cv )
I = Faktor keutamaan gedung (Sumber : SNI-03-1726-2002)
R = Faktor reduksi gempa (Sumber : SNI-03-1726-2002)
Wt = Berat sendiri total gedung
H = Tinggi bangunan
T = waktu getar alami = (Time period, Method A)

Kemudian pilih analisis gempa statis sesuai dengan UBC 97, klik
modify lateral load pattern.

Gambar 4.11. Analisis gempa statis UBC 97 SAP 2000 v.14.0.0

1). Waktu getar alami ( T )


83

Waktu getar alami suatu bangunan dihitung dengan menggunakan cara


empiris mengikuti petunjuk pada UBC 1997 untuk struktur beton yaitu
dengan persamaan sebagai berikut :
Dirumuskan: Untuk struktur beton

Tetapi untuk program SAP 2000 v.14.0.0, waktu getar alami (T) di
input pada Time period – Method A dengan angka yang ada.

2). Faktor reduksi gempa ( R )


Faktor reduksi gempa ( R ) didapat dari tabel SNI-03-1726-2002 untuk
gempa wilayah 4 termasuk dalam kategori SDSB karena pemikul beban
lateral menggunakan beton bertulang berupa kolom dan balok dengan
menggunakan dinding geser, sehingga didapat Rm ≤ 4,5. Jadi, diambil
Faktor reduksi gempa yang minimum yaitu ( R ) = 4.
Faktor
Jenis Struktur yang Dipakai
Resiko Gempa Modifikasi
(RSSNI Beton 2002)
Respons (R)
Rendah : Rangka Pemikul Momen :
Wilayah 1 - 2 1. SRPMB (Bab 2-20) 3 – 3.5
2. SRPMM (Ps. 23-10) 5 – 5.5
3. SRPMK (Ps. 23.3-23.5) 8 – 8.5
Sistem Dinding Struktural :
1. SDSB (Bab 2-20) 4 – 4.5
2. SDSK (Ps. 23.6) 5.5 – 6.5
Menengah : Rangka Pemikul Momen :
Wilayah 3 - 4 1. SRPMM 5 – 5.5
2. SRPMK 8 – 8.5
SistemDindingStruktural :
1. SDSB 4 – 4.5
2. SDSK 5.5 – 6.5
Khusus : Rangka Pemikul Momen :
Wilayah 5 - 6 1. SRPMK 8 – 8.5
Sistem Dinding Struktural :
84

2. SDSK 5.5 – 6.5

Tabel 4.1. Faktor respons untuk sistem struktur beton bertulang

3). Faktor Keutamaan (I)


Faktor keutamaan gedung apartemen dapat diartikan sebagai
gedung umum atau penghunian, sehingga dapat ditentukan melalui
tabel yang ada pada SNI-03-1726-2002, Faktor Keutamaan adalah 1.
Untuk input program SAP 2000 faktor keutamaan (I) disebut dengan
Importance Factor.
4). Koefisien Gempa
Pada perencanana struktur apartemen ini, gedung terletak pada :
a). Daerah wilayah gempa 3
b). Di atas tanah sedang
Sehingga koefisien gempa rencana ( C ) didapat dari hasil grafik :

Gambar 4.12. Respons spektrum gempa rencana wilayah gempa 3


(SNI 1726-2002)
Untuk penginputan program SAP 2000 v.14.0.0 sebagai
load pattern mengacu ke UBC 97 yang mendekati SNI yang
berlaku, sehingga dalam penginputan data dibutuhkan Ca dan Cv
sebagai data koefisien gempa rencana.
85

Tabel 4.2. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak


muka tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia. (user
defined Ca, input pada program SAP 2000 v.14.
(Sumber : SNI 03-1726-2002) (Sumber : SNI 03-1726-2002)

Tabel 4.3. Spektrum respons gempa rencana (user defined Cv,


input pada program SAP 2000 v.19.0)

(Sumber : SNI 03-1726-2002)


Setelah data ditentukan, input data ke SAP 2000 agar dapat
mengetahui hasil output. Untuk menampilkan data gaya beban
geser dan gaya lateral pada program SAP 2000 dengan langkah
running analyze.
Setelah “Analysis Complete” yang berarti penginputan data
benar dan hasil output yang diinginkan dapat ditampilkan pada
sebuah tabel seperti berikut :
86

Gambar 4.13. Pemilihan tabel hasil output SAP 2000 v.14.0.0

4.5.2. Output Hasil Analisis Beban Gempa Statis


1). Gaya beban geser dasar nominal static ekuivalen (V)
Gaya beban geser dasar nominal static ekuivalen (V) yang
terjadi dapat ditentukan dengan mencari jumlah beban total (Wt)
terlebih dahulu. Jumlah beban total (Wt) akan otomatis dihitung
oleh program SAP 2000 karena dalam pemasukan data multiplier
diberi angka 1. Apabila mengkehendaki akan dihitung manual atau
sendiri dalam multiplier diberi angka 0.
Tabel 4.4. Output base shear (V) dengan SAP 2000 v.14.0.0
TABLE: Base
Reactions
OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ GlobalMX GlobalMY GlobalMZ
Text Text KN KN KN KN-m KN-m KN-m
DEAD LinStatic 2,017E-09 4,525E-08 78353,04 1392107,04 -1629274,32 0,000001373
LIVE LinStatic 4,671E-10 1,078E-08 15199,2 273585,6 -319183,2 3,275E-07
-
-1,013E- 0,00000146
QUAKE X LinStatic -4194,842 6,426E-08 10 4 -104517,734 74999,575
101773,621
QUAKE Y LinStatic 6,577E-08 -4076,055 1,472E-10 7 0,000001496 -85127,1475
87

2). Beban gempa nominal static ekuivalen (Fi)


V =1338.56Gaya geser V distribusikan kesepanjang tinggi

gedung dengan dirumuskan Gaya geser yang bekerja tiap lantai :

Hasil perhitungan beban gempa nominal static ekuivalen Fi


untuk masing-masing lantai akan otomatis dihitung oleh program
SAP 2000 karena dalam pemasukan data multiplier diberi angka 1.
Apabila mengkehendaki akan dihitung manual atau sendiri dalam
multiplier diberi angka 0.

3). Modal Participating Mass Ratios


Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan bantuan
program SAP 2000 diperoleh rasio partisipasi massa pada analisis
gempa statis untuk masing-masing ragam (Modal Participating
Mass Ratios) dalam arah tinjauan gempa

Tabel. 4.5. Rasio partisipasi massa ragam


TABLE: Modal Participating Mass Ratios
OutputCas StepTyp StepNu
e e m Period UX UY UZ SumUX SumUY
Unitles Unitles Unitles Unitles
Text Text Unitless Sec s s Unitless s s
0,0224 0,7923 0,0224 0,7923
MODAL Mode 1 1,303981 7 4 0,00003325 7 4
0,8064 0,0271 0,8288 0,8195
MODAL Mode 2 1,267693 2 9 2,267E-07 8 3
0,0127 0,0163 0,8416 0,8358
MODAL Mode 3 1,052343 4 6 0,00002355 2 9
0,0001 0,0786 0,00000712 0,9145
MODAL Mode 4 0,45658 8 8 4 0,8418 7
0,0759 0,0001 0,9177 0,9147
MODAL Mode 5 0,440881 3 8 3,891E-07 3 5
0,0011 0,9179 0,9158
MODAL Mode 6 0,346262 0,0002 4 0,00337 3 9
0,0046 0,0219 0,9225 0,9378
MODAL Mode 7 0,265495 1 9 0,00116 4 8
0,0193 0,0063 0,9419 0,9441
MODAL Mode 8 0,258889 8 1 0,00037 2 9
88

0,0197 9,938E 0,9617 0,9441


MODAL Mode 9 0,204559 9 -07 0,00387 1 9
0,0004 0,0251 0,00000619 0,9621 0,9693
MODAL Mode 10 0,184444 1 8 7 2 7
0,0195 0,0021 0,9817
MODAL Mode 11 0,125659 9 4 0,00286 1 0,9715
0,0020 0,0141 0,9837 0,9856
MODAL Mode 12 0,0962 2 9 0,00002224 4 9

Dalam Tabel 4.5 menunjukkan rasio partisipasi massa dilihat pada mode
12 untuk arah X (SumUX) adalah 0,98374 dan untuk arah Y (SumUY) adalah
0,98569, sehingga telah memenuhi syarat minimal 90%. Hal ini juga
menunjukkan struktur gedung beraturan sesuai dengan persyaratan dalam Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-1726-
2002)

2.
4.6. Analisis Beban Gempa Dinamis
4.6.1. Persiapan Input Data SAP 2000
Analisis gempa dinamis yang digunakan adalah analisis ragam
Respons Spectrum. Karena yang perlu ditinjau salah satunya yaitu
analisis menggunakan Respons Spectrum dapat memperhitungkan
beragam getaran sehingga dapat terpenuhi massa partisipasinya lebih
dari 90% dari massa partisipasi totalnya.

1). Respon Spectrum


Respons Spectrum gempa rencana yang digunakan pada
wilayah gempa 3 dengan jenis tanah sedang, sehingga nilai
Respons Spectrum didapat seperti pada tabel 4.6

Tabel 4.6. Nilai Input Grafik Respons Spectrum wilayah gempa 3 tanah sedang
T ( detik ) C(g)
0 0,0000
0,2 0,5500
0,6 0,5500
89

0,7 0,4714
0,8 0,4125
0,9 0,3667
1 0,3300
1,1 0,3000
1,2 0,2750
1,3 0,2538
1,4 0,2357
1,5 0,2200
1,6 0,2063
1,7 0,1941
1,8 0,1833
1,9 0,1737
2 0,1650
2,1 0,1571
2,2 0,1500
2,3 0,1430
2,4 0,1735
2,5 0,1320
2,6 0,1269
2,7 0,1222
2,8 0,1179
2,9 0,1138
3 0,1100

Kemudian masukkan data nilai Respons Spectrum yang sudah


ditentukan sesuai gempa rencana yang di rancang ke program SAP
2000 v.14.0.0. Sehingga apabila input nilai Respons Spectrum
digambarkan dalam bentuk grafik Respons Spectrum gempa
wilayah 3 pada program SAP 2000 v.14.0.0 seperti Gambar 4.14.
90

Gambar 4.14. Respons spectrum wilayah gempa 3 tanah sedang SAP 2000
Perhitungan respons dinamik struktur gedung tidak beraturan
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana,
dapat dilakukan dengan metoda analisis ragam Respons Spectrum dengan
menggunakan bantuan program SAP 2000 v.14.0.0 untuk penginputan data
91

Gambar 4.15. Peng-inpu-tan data analisis gempa dinamis SAP


200
Perhitungan factor koreksi (scale factor) Respons Spectrum
I 1
gempa rencana sebagai berikut : x g= x 9,81=1,96 2
R 5
Dimana :
R = 5 (faktor reduksi gempa)
I = 1 (gedung umum, perkantoran dan perniagaan)
g = 9,81 m/s2
Setelah data fungsi Respons Spectrum dan factor koreksi
(scale factor) didapat, input data ke analisis gempa dinamis yang
sebelumnya sudah dibuat pada program SAP 2000 v.14.0.0 seperti
gambar berikut :

Gambar 4.16. Peng-input-an data Respons Spectrum dan factor


koreksi (scale factor) pada program SAP 2000
92

Penginputan data Respons Spectrum dan faktor koreksi


(scale factor) pada program SAP 2000 untuk analisis gempa
dinamis sudah dilakukan sehingga perlu ditindak lanjuti untuk
mengetahui massa partisipasi dengan ketentuan batas minimal
massa partisipasi minimal 90%. Untuk mencari massa partisipasi
tersebut, pada program SAP 2000 v.14.0.0 telah disediakan
bentuk “MODAL” untuk di modifikasi datanya sesuai
penginputan sebelumnya. Penginputan untuk mencari tahu massa
partisipasi analisis gempa dinamis adalah sebagai berikut :

Gambar 4.17. Ketersedian bentuk “MODAL” SAP 2000


93

Gambar 4.18. Penginputan bentuk “MODAL” program SAP 2000

Setelah data ditentukan, input ke SAP 2000 agar dapat


mengetahui hasil output. Untuk menampilkan data gaya beban geser
dan gaya lateral pada program SAP 2000 dengan langkah running
analyze seperti saat pemodelan gaya gempa statis.

Setelah perintah running analyze, apabila berhasil akan muncul


kata “Analysis Complete” yang berarti penginputan data benar dan hasil
output yang diinginkan dapat ditampilkan pada sebuah tabel dengan
cara seperti saat pemodelan gaya gempa statis.

4.6.2. Output hasil analisis beban gempa dinamis


1). Modal Participating Mass Ratios
Berdasarkan analisis program SAP 2000 diperoleh rasio
partisipasi massa pada analisis gempa statis untuk masing-masing
ragam dalam arah tinjauan gempa seperti tampak pada Tabel. 4.7

Dari tabel 4.7 dapat dilihat jumlah partisipasi massa pada


mode ke 12 untuk arah X adalah 0,98862 dan untuk arah Y adalah
0,98954 berarti telah memenuhi syarat minimal 90%.

TABLE: Modal Participating Mass Ratios


OutputCase StepType StepNum Period UX UY UZ SumUX SumUY
Text Text Unitless Sec Unitless Unitless Unitless Unitless Unitless
MODAL Mode 1 1,678168 0,02606 0,79749 0,00004031 0,02606 0,79749
MODAL Mode 2 1,630647 0,81135 0,03082 3,525E-07 0,83741 0,82831
MODAL Mode 3 1,325159 0,01212 0,01546 0,0000304 0,84954 0,84377
MODAL Mode 4 0,579218 0,00025 0,07864 0,00001016 0,84979 0,92242
MODAL Mode 5 0,55904 0,07603 0,00026 3,473E-07 0,92582 0,92268
MODAL Mode 6 0,431321 0,00029 0,00183 0,0053 0,92611 0,92451
MODAL Mode 7 0,34069 0,01032 0,00453 0,00574 0,93643 0,92904
MODAL Mode 8 0,328602 0,00147 0,02242 0,00072 0,9379 0,95146
MODAL Mode 9 0,294251 0,02359 0,00073 0,00498 0,96149 0,95219
94

MODAL Mode 10 0,236995 0,00369 0,02058 0,000001196 0,96518 0,97277


MODAL Mode 11 0,178052 0,01951 0,0059 0,00144 0,9847 0,97867
MODAL Mode 12 0,133432 0,00392 0,01087 0,00001395 0,98862 0,98954

Gambar 4.19. Potongan XZ gaya batang beban respon spectrum arah X pada
program SAP 2000 (momen 3-3/lentur)
95

Gambar 4.20. Potongan YZ gaya batang beban respon spectrum arah X pada
program SAP 2000 (momen 3-3/lentur)

Gambar 4.21. Potongan XZ gaya batang beban respon spectrum


arah Y pada program SAP 2000 (momen 3-3/lentur)
96

Gambar 4.22. Potongan YZ gaya batang beban respon spectrum


arah Y pada program SAP 2000 (momen 3-3/lentur)

2). Waktu Getar Alami (T)


Setelah beban gempa dinamis diketahui selanjutnya mencari
waktu getar alami (T), untuk mengkoreksi kombinasi respon
spectrum analisis gempa dinamis dan pembatasan waktu getar
alami sesuai jumlah tingkat gedung yang dirancang pada output
SAP 2000 v.14.0.0. Dicari rumus:
T1 <ζn

Dimana :
T1 = hasil output waktu getar alami SAP 2000
(table 4.9 diambil paling atas)
n = jumlah tingkat (8 lantai)
ζ = koefisien yang membatasi waktu getar alami (Tabel 4.8)
97

Tabel 4.8 Koefisien ζ yang membatasi waktu getar alami


fundamental struktur gedung.(Sumber : SNI 03-1726-2002)

Tabel 4.9. Output waktu getar alami (T)


TABLE: Modal Periods And Frequencies
OutputCase StepType StepNum Period Frequency CircFreq Eigenvalue
Text Text Unitless Sec Cyc/sec rad/sec rad2/sec2
MODAL Mode 1 1,678168 0,59589 3,7441 14,018
MODAL Mode 2 1,630647 0,61325 3,8532 14,847
MODAL Mode 3 1,325159 0,75463 4,7415 22,481
MODAL Mode 4 0,579218 1,7265 10,848 117,67
MODAL Mode 5 0,55904 1,7888 11,239 126,32
MODAL Mode 6 0,431321 2,3185 14,567 212,21
MODAL Mode 7 0,34069 2,9352 18,443 340,13
MODAL Mode 8 0,328602 3,0432 19,121 365,61
MODAL Mode 9 0,294251 3,3985 21,353 455,96
MODAL Mode 10 0,236995 4,2195 26,512 702,88
MODAL Mode 11 0,178052 5,6163 35,289 1245,3
MODAL Mode 12 0,133432 7,4944 47,089 2217,4

Sehingga dapat dirumuskan waktu getar alami (T) pada output


program SAP 2000 v.14.0.0 sebagai berikut :
T1 <ζn
T1 < 0,18 . 8
1,281682 < 1,44 detik [OK!]

Dilakukan analisis dengan bantuan program SAP 2000 untuk


mendapatkan nilai waktu getar alami, sesuai dengan SNI-03-1726-
2002 pasal 7.2.2 antara metode CQC (Complete Quadratic
Combination) untuk struktur waktu getar alami berdekatan 15%
dan SRSS (Spare Roof of the SUM of Squares) untuk struktur
waktu getar alami yang berjauhan dari 15%.
98

Dari pernyataan diatas dapat dihitung masing-masing ragam


untuk menentukan salah satu metode yang akan dipakai.
Dirumuskan perhitungan sebagai berikut :
Tn : Periode sebelumnya
Tm : Peridode sesudahnya

((Tn – Tm) / Tn) x 100%

Tabel 4.10. Tabel perhitungan waktu getar alami (metode


CQC/SRSS)

Berdasarkan perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa


metode yang dipakai adalah metode SRSS (Spare Roof of the SUM
of Squares) karena struktur waktu getar alami selisih lebih dari
15%.

3). Base Shear


Untuk memenuhi persyaratan nilai akhir analisis gempa
dinamis struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal
akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu tidak
boleh diambil kurang dari 80% nilai analisis gempa statis, maka
gaya geser tingkat nominal analisis ragam respon spectrum harus
dikalikan nilainya dengan suatu factor skala yang dirumuskan :
99

0,8 . V1
Vt

Dimana : V1 = Gaya geser dasar analisi statis


Vt = Gaya geser dasar respon spectrum

Tabel 4.11. Tabel output gaya geser dasar (base reaction)

TABLE: Base Reactions

OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY

Text Text Text KN KN

QUAKE X LinStatic -4194,842 6,426E-08

QUAKE Y LinStatic 6,577E-08 -4076,055

QUAKE RS X LinRespSpec Max 3537,639 394,415

QUAKE RS Y LinRespSpec Max 374,729 3421,473

Dari hasil analisis dengan SAP 2000 didapatkan hasil sebagai


berikut:
1. Arah- X (dibaca kolom GlobalFX, diambil nilai absolut) :
V Statik (B.Beban X) = -4194,842
V Dinamik (Gempa SPRT) = 3537,639
80% V Statik = 3355,8736
 V Dinamik > 80% V Statik . ok !!!
2. Arah- Y (dibaca kolom GlobalFY, diambil nilai absolut) :
V Statik (B.Beban Y) = 4076,055
V Dinamik (Gempa SPRT) = 3421,473
80% V Statik = 3260,844
 V Dinamik > 80% V Statik . ok !!!
100

Maka nilai base shear telah memenuhi syarat. Analisis selanjutnya


dengan menggunakan respon spektrum gempa rencana terkoreksi yang sudah
dikali faktor skala. Hasil analisis berupa gaya-gaya dalam yang selanjutnya
dapat digunakan untuk perhitungan tulangan elemen struktur.

3. Kinerja Batas Layan


Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-
tingkat akibat pengaruh Gempa Rencana, yaitu untuk membatasi
terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, di samping
untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
Simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur
gedung tersebut akibat pengaruh Gempa Nominal yang telah dibagi Faktor
Skala.

Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung,


dengan menggunakan faktor pengalian sebagai berikut:

0,03
∆s ≤ . hi atau ∆ s ≤ 30 mm
R

Dimana:
∆s = selisih defleksi n2 – tingkat n1
R = reduksi gempa
hi = tinggi tingkat (mm)
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung,
tidak boleh melebihi dari ketentuan berikut ini:

0,03
Lantai 1-2 :∆s = . 5000 mm = 18,75 mm ≤ 30 mm
8
0,03
Lantai 2-15 :∆s = . 4000 mm = 15 mm ≤ 30 mm
8

4. Kinerja Batas Ultimit


101

Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan


simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh
Gempa Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan,
yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur
gedung yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk
mencegah benturan berbahaya antar-gedung atau antar bagian struktur
gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela delatasi). Sesuai Pasal
4.3.3 simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari
simpangan struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan
dengan suatu faktor pengali ξ sebagai berikut:

- Untuk struktur gedung beraturan:

ξ = 0,7 R

- Untuk struktur gedung tidak beraturan:


0,7 R
ξ=
faktor skala

dimana:

R = reduksi gempa
0,8 .Vstatik
Faktor Skala = ≥1
V dinamis
0,8 .1309201,38
Faktor Skala = ≥1
1364190,70
= 0,76
Digunakan rumus struktur gedung tidak beraturan:
0,7 . 8
ξ =
0 ,7,6
= 9,625
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung,
tidak boleh melebihi dari ketentuan sebagai berikut:

ξ ≤ 0,02 . hi
102

hi = tinggi tingkat (mm)

ξ = 9,625

0,02 . 4000 = 80

ξ ≤ 0,02 . hi [OK!]

Anda mungkin juga menyukai