Kolom
2500
5000
8375
2500
61400
1.3.1 Beban Gravitasi ( Beban Mati dan Beban Hidup ) (PPUIG 83)
Beban gravitasi ini meliputi beban mati dan beban hidup yang berdasarkan peraturan
PPIUG 83
Beban mati ialah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsure unsure tambahan, penyelesaian penyelesaian mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
Pelat Lantai :
Tebal Pelat = 20cm
Tebal spesi = 3cm
Tegel Keramik = 24 kg/m
Berat Plafond = 11 kg/m
Beban Guna lantai sebagai hunian ( apartemen ) = 200 kg/m
Beban Mati :
Pelat = 0.20mx 2400 kg/m3 = 480 kg/m
Spesi = 3 x 21 kg/m2 = 63 kg/m
Keramik = 24 kg/m
Plafond = 11 kg/m +
qD = 578 kg/m
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung , dan kedalamnya termasuk beban beban pada lantai
yang berasal dari barang barang yang dapat berpindah, mesin mesin serta
peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat
diganti selama masa hidup dari gedung itu sehingga mengakibatkanperubahan dalam
pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap kedalam beban hidup dapat
termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat
tekanan jatuh ( energi kinetik ) butiran air. Kedalam beban hidup tidak termasuk
beban angin, gempa dan beban khusus.
Beban hidup pada lantai gedung harus diambil menurut Tabel 3.1 ( PPIUG
1983 ). Kedalam beban hidup tersebut sudah termasuk perlengkapan ruang sesuai
dengan kegunaan lantai ruang yang bersangkutan, dan juga dinding dinding
pemisah ringan dengan berat tidak lebih dari 100 kg/m. beban beban berat
misalnya yang disebabkan oleh lemari lemari arsip dan perpustakaan serta oleh alat
alat, mesin dan barang barang lain tertentu yang sangat berat, harus ditentukan
tersendiri.
Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap serta pada struktur tudung
(canopy) yang dapat dicapai dan dibebani orang, harus diambil minimum sebesar 100
kg/m2.
Beban hidup :
Beban guna lantai sebagai apartemen ( Hunian ) qL = 200 kg/m
Pelat Atap :
Beban Mati :
Pelat = 0.18m x 2400kg/m3 = 432 kg/m
Plafond = 11kg/m +
qD = 443 kg/m
Beban Hidup :
Beban hidup lantai = 100kg/m
Beban hujan, diasumsikan ketebalan air hujan 2 cm
dengan berat jenis air 1000 kg/m = 0.002 m x 1000 kg/m = 20Kg/m +
qL = 120kg/m
C = + 0.9 C = - 0.4
BANGUNAN UTAMA
C = + 1.6 C = + 1.2
A J
2588 7140 9480 6280 4700 4700 6280 9480 7140 2588
Area Pembebanan
8375 2500
26750
5000
2500 8375
A J
Dipihak angin :
As A = As J = 1.6 x 25 kg/m2 x 2.59 m = 103.6 kg/m
As B = As I = 1.6 x 25 kg/m2 x 7.14 m = 285.6 kg/m
As C = As H = 1.6 x 25 kg/m2 x 9.48 m = 379.2 kg/m
As D = As G = 1.6 x 25 kg/m2 x 6.28 m = 251.2 kg/m
As E = As F = 1.6 x 25 kg/m2 x 4.7 m = 188.0 kg/m
Di belakang angin :
As A = As J = 1.2 x 25 kg/m2 x 2.59 m = 77.7 kg/m
As B = As I = 1.2 x 25 kg/m2 x 7.14 m = 214.2 kg/m
As C = As H = 1.2 x 25 kg/m2 x 9.48 m = 284.4 kg/m
As D = As G = 1.2 x 25 kg/m2 x 6.28 m = 188.4 kg/m
As E = As F = 1.2 x 25 kg/m2 x 4.7 m = 141 kg/m
61400
1525
6 6
2500
6062.5 5712.5
8375
26750
5000
5712.5 6062.5
8375
2500
1525
Dipihak angin :
As 1 = As 6 = 1.6 x 25 kg/m2 x 1.525m = 61 kg/m
As 2 = As 5 = 1.6 x 25 kg/m2 x 5.7125m = 228.5 kg/m
As 3 = As 4 = 1.6 x 25 kg/m2 x 6.0625m = 242.5 kg/m
Dibelakang angin :
As 1 = As 6 = 1.2 x 25 kg/m2 x 1.525m = 45.8 kg/m
As 2 = As 5 = 1.2 x 25 kg/m2 x 5.7125m = 171.4 kg/m
As 3 = As 4 = 1.2 x 25 kg/m2 x 6.0625m = 181.9 kg/m
II. Beban angin pada crown
Untuk atap segitiga dengan sudut kemiringan = 82
Dipihak angin dengan 65<< 90 = + 0.9
Dibelakang angin untuk semua = -0.4
6060 6060
3450
7 9
Kolom
3450
3750
Area Pembebanan
Gambar 4.5 : Denah area pembebanan dipihak angin & belakang angin
Arah X pada crown
Sumber : PT. Davi Sukamta & Partner Konsultan pada
Proyek Apartemen The Pakubuwono Signature Jakarta
Dipihak angin :
As 7 = As 9 = 0.9 x 25 kg/m2 x 6.06m = 136.35 kg/m
Dibelakang angin :
As 10 = As 8 = -0.4 x 25 kg/m2 x 6.06 m = -60.6 kg/m
6060 6060
3 3450 6
Kolom
3450
1662
3750
2
1
1482
Area Pembebanan
Gambar 4.6 : Denah area pembebanan dipihak angin & belakang angin
Arah Y pada crown
Sumber : PT. Davi Sukamta & Partner Konsultan pada
Proyek Apartemen The Pakubuwono Signature Jakarta
Dipihak angin :
As 1 = 0.9 x 25 kg/m2 x 3.75m = 84.375 kg/m
As 3 = As 5 = (q1) = 0.9 x 25 kg/m2 x 3.45 m = 77.625 kg/m
= (q2) = 0.9 x 25 kg/m2 x 1.662 m = 37.395 kg/m
Karena pada sudut, (q1) = 77.625 kg/m x 2 = 155.25 kg/m
(q2) = 37.395 kg/m x 2 = 74.790 kg/m
Dibelakang angin :
As 2 = -0.4 x 25 kg/m2 x 3.75m = -37.5 kg/m
As 4 = As 6 = (q1) = -0.4 x 25 kg/m2 x 3.45 m = -34.5 kg/m
= (q2) = -0.4 x 25 kg/m2 x 1.662 m = -16.62 kg/m
Karena pada sudut, (q1) = -34.500 kg/m x 2 = -69.00 kg/m
(q2) = -16.20 kg/m x 2 = -32.40 kg/m
4. Koefisien Kz atau Kh
Sebuah kategori paparan daerah yang berlaku untuk letak bangunan dan
koefisien kecepatan tekanan. Nilai Koefisien paparan kecepatan tekanan (Velocity
Pressure Exposure Coefficient) Kz dapat ditentukan pada tabel 1.6, beradasarkan
ketinggian diatas muka tanah dan kategorinya. Lokasi gedung The Pakubuwono
Signature terletak di daerah perkotaan tepatnya di jalan pakubuwono VI kebayoran
lama. Karena lokasi gedung didaerah perkotaan, paparan yang tepat adalah Paparan
B (Exposure B) yaitu untuk daerah perkotaan dan pinggir kota atau daerah lain dekat
dengan berbagai jarak penghalang satu atau lebih.
5. Faktor topografi Kzt
Dalam peraturan ini akibat dari topografi dapat diambil nilai faktor topografi
Kzt = 1
n1=frekuensi alami0.1 Hz
= 0.46
Dimana,
P = Tekanan angin rencana / design wind pressure atas tinggi z diatas
permukaan tanah dalam satuan (psf) atau (kg/m2).
qz = Tekanan kecepatan terhadap tinggi z diatas permukaan tanah dalam
satuan (psf) atau (kg/m2).
Gf = Guest Effect Factor / Faktor hembusan
Cp = Koefisien tekanan eksternal.
7. qz & qh =
qz yang terjadi pada struktur gedung adalah faktor kecepatan tekanan di
pihak angin ( Windward wind ).
Sedangkan qh yang terjadi pada struktur gedung adalah factor kecepatan
tekanan di belakang angin ( Leeward wind ).
Comb 1 = 1,4 D
Comb 2 = 1,2 D + 1,6 L
Comb 3 = 1.2 D + 1.0 L + 1.6 W
Comb 4 = 0.9 D + 1.6 W
Comb 5 = 0.9 D 1.6 W
1. Input semua beban yang terjadi dengan program bantu SAP 2000, sebelumnya kita
buat permodelan struktur sesuai dengan model pada gambar strukturnya, gambar 4.6
(a e) berikut adalah permodelan struktur proyek The Pakubuwono Signature
Jakarta secara 3 Dimensi. Dalam permodelan struktur ini ada 5 model.
1. Model struktur tanpa outrigger
H
4.6.2 Permodelan Struktur dan Input beban Berdasarkan ASCE 07 - 02
2. Input semua beban yang terjadi dengan program bantu SAP 2000, sebelumnya kita
buat permodelan struktur sesuai dengan model pada gambar strukturnya, gambar 4.7
(a e) berikut adalah permodelan struktur proyek The Pakubuwono Signature
Jakarta secara 3 Dimensi. Dalam permodelan struktur ini ada 5 model.
1. Model struktur tanpa outrigger
Dari hasil output SAP, didapatkan nilai displacement maksimum pada struktur
tanpa outrigger di COMBINASI 2 dengan nilai displacement = 1.3790 m atau 1379
mm pada peraturan PPIUG 83 dan 1,4185 m atau 1418.5 mm pada peraturan ASCE
07 - 02. Sehingga dari semua hasil analisis SAP dari masing masing model struktur
menggunakan Combinasi 2 untuk melihat displacement yang terjadi.
Hasil dari analisis SAP dapat dilihat pada tabel 4.4adan 4.4bberikut :
1. Persentase Displacement yang terjadi pada masing masing model struktur
dengan menggunakan peraturan PPIUG 8.
D' Max - D Max x 100 %
%D =
D' Max D' Max - D Max x 100 %
%D =
Tabel 4.4a. Persentase Pengurangan D' Max
Displacement
No Kategori Struktur masing D Maxletak
Note masing D' Max (mm) % D (%)
(mm) outrigger
1 Struktur tanpa
NoOutrigger Kategori Struktur 0 1379.000
Note D Max (mm) D'0.000
1379.000 Max (mm) % D (%)
2 Outrigger di 1/4
1 bangunan
Struktur tanpa Outrigger 1/4 1374.400
0 1379.000 0.334
1379.000 0.000
3 Outrigger eksisting ( 1/2 tinggi
2 Outrigger di 1/4bangunan )
bangunan 1/2 1373.200
1/4 1379.000
1374.400 0.421
1379.000 0.334
4 Outrigger di 3/4 tinggi bangunan 3/4
3 Outrigger eksisting ( 1/2 tinggi bangunan ) 1370.600
1/2 1379.000
1373.200 0.609
1379.000 0.421
5 Outrigger diatas
4 Outrigger di 3/4 tinggi bangunan 1 1371.700
3/4 1379.000
1370.600 0.529
1379.000 0.609
5 Outrigger diatas 1 1371.700 1379.000 0.529
2. Displacement yang terjadi pada masing masing model struktur dengan
menggunakan peraturan ASCE 07 02
Dapat dilihat bahwa dari 2 peraturan lokasi optimum outrigger yang diletakkan
di 3/4 tinggi bangunan akan lebih mengurangi displacement akibat beban angin. Dari
hasil analisa ini, beban angin sangat berpengaruh besar terhadap prilaku struktur
gedung.