PEMBANGUNAN
KLINIK UTAMA RAWAT INAP
CITAMA CICURUG
KAB. SUKABUMI
~1~
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr.wb
Semoga Allah S.W.T. selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Berikut kami sampaikan laporan hasil analisa struktur dengan menggunakan
Aplikasi Perhitungan yang Subtantiated sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
Struktur kantor PEMBANGUNAN KLINIK UTAMA RAWAT INAP CITAMA
CICURUG di daerah KAB. SUKABUMI, out put perhitungan aplikasi dilampirkan.
Demikian hasil analisa yang dilakukan. Semoga data yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk perencanaan yang aman dan efisien. Terima kasih kepada semua
pihak atas kepercayaan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan penyelidikan ini.
Kami berharap akan kelanjutan kerja sama ini pada masa yang akan datang. Atas
perhatian dan kerja samanya selama ini, kami ucapkan banyak terima kasih.
Wassalammualaikum, wr.wb.
~2~
BAB 1
PENDAHULUAN
~3~
1.2. Tujuan
Mendapatkan perencanaan yang aman dan efisien
1.3 Batasan
Batasan masalah yang akan dibahas, antara lain:
1. Membuat perencanaan struktur beton bertulang dengan metode SRPMM
2. Aspek-aspek yang ditinjau adalah dimensi balok dan kolom, gaya dalam, serta berat
struktur
~4~
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rr = ø R n (2.1)
dimana:
Rr = Kuat Rencana
Ø = Faktor reduksi kekuatan
Rn = Kuat nominal
Ru = Kuat perlu
~5~
U = 0,9.D ± 1,6 W (2.5)
4) Jika pengaruh beban gempa E diperhitungkan, maka diambil yang besar dari dua
macam rumus berikut :
U = 1,2.D + 1,0.L ± 1,0.E (2.6)
U = 0,9.D ± 1,0.E (2.7)
dengan:
U = kombinasi beban berfaktor, kN, kN/m’ atau kNm.
D = beban mati (Dead Load), kN, kN/m’ atau kNm.
L = beban hidup (Life Load), kN, kN/m’ atau kNm.
A = beban hidup atap, kN, kN/m’ atau kNm.
R = beban air hujan, kN, kN/m’ atau kNm.
W = beban angin (Wind Load), kN, kN/m’ atau kNm.
E = beban gempa (Earth Quake Load), kN, kN/m’ atau kNm.
~6~
BAB 3
METODOLOGI PERENCANAAN
~7~
Perancangan, penetapan fungsi dari
Mulai Preliminary
struktur
data
Perencanaan:
1. Analisis struktur
2. Evaluasi struktur
Gagal Berhasil
Perencanaan Akhir
Laporan
Selesai
~8~
15. Profil TB1 (Tee Beam) : TB1 40 cm x 30 cm
16. Profil TB2 (Tee Beam) : TB2 40 cm x 20 cm
17. Fy : 2400 kg/cm2
18. Fu : 4000 kg/cm2
19. Pelat lantai (t=12 cm) : Beton K-300
3.3 Pembebanan
a) Beban mati (Dead load)
Berat sendiri elemen struktur dihitung sebagai beban mati dimana elemen struktur
tersebut adalah kolom, balok dan plat lantai. Berat elemen struktur tersebut akan
dihitung sebagai Self Weight pada aplikasi perhitungan konstruksi.
Selain berat sendiri pada elemen struktur dihitung pula berat dari beban arsitektural
sebagai beban mati, seperti:
1) Berat penutup lantai : 45 Kg/m 2
2) Berat plafond : 11 Kg/m 2
3) Pasangan dinding habel : 100 Kg/m’
4) Plesteran : 21 Kg/ m 2
5) Mekanikal & Elektrikal : 20 Kg/m 2
Pembebanan ini ditentukan dari Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung
tahun 2013.
~9~
b) Beban hidup (Life load)
Untuk berat beban hidup sendiri ditentukan sebesar 400 Kg/m 2 untuk Rumah Sakit,
penentuan berat ini telah diatur dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung tahun 2013.
c) Beban gempa
Analisis beban gempa ini menggunakan metode SRPMM yang telah ditentukan oleh
SNI 1726-2021 dan SNI 1729-2015 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
dan Baja Untuk Bangunan Gedung. Analisis beban gempa digunakan metode analisis
dinamik spektrum respon. Besarnya beban gempa nominal yang diterima struktur
gedung dihitung dengan menggunakan persamaan:
. .
= (3.1)
dimana:
V = Beban gempa (Kg, Ton)
W = Beban gedung (Kg, Ton)
C = Koefisien percepatan gempa (Detik)
I = Faktor keutamaan struktur
R= Faktor reduksi gempa
~ 10 ~
Dari tabel 3.1 dapat ditentukan faktor keutamaan gedung dengan nilai I = 1, diambil dari
kategori gedung atau bangunan sebagai gedung umum seperti untuk penghunian,
perniagaan dan perkantoran.
Tabel 3.1. Faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung atau bangunan
Kategori gedung atau bangunan Faktor
Keutamaan
(I)
Gedung umum, seperti untuk penghunian, perniagaan dan 1
perkantoran.
Monumen dan bangunan monumental. 1
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air 1,5
bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam
keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
Gedung tempat menyimpan barang berbahaya seperti gas, 1,5
produk minyak bumi, asam, dan bahan beracun.
Cerobong, tangki atas menara. 1,25
Sumber :SNI-03-1726-2003
Sedangkan untuk menentukan nilai R atau faktor reduksi gempa kita dapat
menentukan dengan mengggunakan tabel 3.2 yang diambil dari SNI-03-1726-2003 dengan
nilai R = 5,5 diambil dari sistem dan subsistem bangunan gedung dengan sistem rangka
pemikul momen (Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul
beban gravitasi secara lengkap, beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur) dan untuk uraian sistem pemikul beban gempa digunakan
sistem rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) (tidak unntuk wilayah 5 dan 6).
Tabel 3.2. Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum dan faktor
tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan
subsistem struktur bangunan gedung
Sistem dan subsistem Rm
struktur bangunan Uraian sistem pemikul beban µm Pers. F
gedung (5)
1.sistem dinding penumpu 1. dinding geser beton bertulang. 2,7 4,5 2,8
(Sistem struktur yang 2. dinding penumpu dengan 1,8 2,8 2,2
tidak memiliki rangka rangka baja ringan dan bresing
ruang pemikul beban tarik.
gravitasi secara lengkap. 3. rangka bresing dimana
Dinding penumpu atau bresingnya memikul beban
sistem bresing memikul gravitasi.
hampir semua beban a. baja 2,8 4,4 2,2
gravitasi. Beban lateral b. beton bertulang (tidak untuk 1,8 2,8 2,2
dipikul dinding geser atau wilaya 5 & 6)
rangka bresing).
~ 11 ~
2. sistem rangka gedung 1. rangka bresing eksentris baja 4,3 7,0 2,8
(sistem struktur yang pada (RBE)
dasarnya memiliki rangka 2. dinding gesr beton bertulang 3,3 5,5 2,8
ruang pemikul beban 3. rangka bresing biasa
gravitasi secara lengkap. a. baja 3,6 5,6 2,2
Beban lateral dipikul b. beton bertulang (tidak untuk 3,6 5,6 2,2
dinding geser atau rangka wilayah 5 & 6)
bresing). 4. rangka bresing kosentrik
khusus
a. baja 4,1 6,4 2,2
5. dinding geser beton bertulang 4,0 6,5 2,8
berangkai daktail
6. dinding geser beton bertulang 3,6 6,0 2,8
kantilever daktail penuh
7. dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8
kantilever daktail parsial
3. sistem rangka pemikul 1. rangka pemikul momen khusus
momen (sistem struktur (SRPMK)
yang pada dasarnya a. baja 5,2 8,5 2,8
memiliki rangka ruang b. beton bertulang 5,2 8,5 2,8
pemikul beban gravitasi 2. rangka pemikul momen 3,3 5,5 2,8
secara lengkap. Beban menengah beton (SRPMM) (tidak
lateral dipikul rangka untuk wilayah 5 & 6)
pemikul momen terutama 3. rangka pemikul momen biasa
melalui mekanisme (SRPMB)
lentur) a. baja 2,7 4,5 2,8
b. beton bertulang 2,1 3,5 2,8
4. rangka batang baja pemikul 4,0 6,5 2,8
momen khusus (SRPMK)
4. sistem ganda 1. dinding geser
(terdiri dari: 1) rangka a. beton bertulang dengan 5,2 8,5 2,8
yang memikul seluruh SRPMK beton bertulang
beban gravitasi; 2) b. beton bertulang dengan 2,6 4,2 2,8
pemikul beban lateral SRPMB baja
berupa dinding geser atau c. beton bertulang dengan 4,0 6,5 2,8
rangka bresing dengan SRPMM beton bertulang
rangka pemikul momen 2. RBE baja
harus direncanakan secara a. dengan SRPMK baja 5,2 8,5 2,8
terpisah mampu memikul b. dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
sekurang-kurangnya 25% 3. rangka bresing biasa
dari seluruh beban lateral; a. baja dengan SRPMK baja 4,0 6,5 2,8
3) kedua sistem harus b. baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
direncanakan untuk c. beton bertulang dengan 4,0 6,5 2,8
memikul secara bersama- SRPMK beton bertulang (tidak
sama seluruh beban lateral untuk wilayah 5 & 6)
dengan memperhatikan d. beton bertulang dengan 2,6 4,2 2,8
interaksi/sistem ganda) SRPMM beton bertulang (tidak
untuk wilayah 5 & 6)
4.rangka bresing konsentrik
~ 12 ~
khusus
a. baja dengan SRPMK baja 4,6 7,5 2,8
b. baja dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8
5. sistem struktur Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2
bangunan gedung kolom
kantilever: (sistem
struktur yang
memanfaatkan kolom
kantilever untuk memikul
beban lateral)
6. sistem interaksi dinding Beton bertulang menengah (tidak 3,4 5,5 2,8
geser dengan rangka untuk wilayah 3, 4, 5 & 6)
7. subsistem tunggal 1. rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8
(subsistem struktur bidang 2. rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,8
yang memebentuk 3. rangka terbuka beton bertulang 3,3 5,5 2,8
struktur bangunan gedung dengan balok beton pratekan
secara keseluruhan) (bergantung pada indeks baja
total)
4. didnding geser beton bertulang 4,0 6,5 2,8
berangkai daktail penuh
5. dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8
kantilever daktail parsial
Sumber :SNI-03-1726-2003
Tabel 3.3. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah
untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia
Wilayah Percepatan Percepatan puncak muka tanah Ao (‘g’)
Gempa puncak Tanah Tanah Tanah Tanah khusus
batuan dasar keras sedang lunak
(‘g’)
1 0,03 0,03 0,04 0,08 Diperlukan evaluasi
2 0,10 0,12 0,15 0,23 khusus di setiap
3 0,15 0,18 0,22 0,30 lokasi
4 0,20 0,24 0,28 0,34
5 0,25 0,29 0,33 0,36
6 0,30 0,33 0,36 0,36
Sumber :SNI-03-1726-2003
~ 13 ~
3 0,45 0,23 0,55 0,33 0,75 0,50 0,67
4 0,60 0,30 0,70 0,42 0,85 0,64 0,75
5 0,73 0,36 0,83 0,50 0,90 0,76 0,84
6 0,83 0,42 0,90 0,54 0,90 0,84 0,93
Sumber :SNI-03-1726-2003
Dimana :
T = Periode Natural
h = Banyak lantai
Dengan menggunakan persamaan (3.2) maka didapat nilai periode natural sebagai
berikut :
T = 0,0731 x 2(3/4)
~ 14 ~
= 1,68 detik
Setelah mendapatkan periode natural (T) maka tahap selanjutnya adalah pengecekan
dengan menggunakan persamaan-persamaan dibawah ini :
Untuk T ≤ Tc :
C = Am (3.3)
C= (3.4)
Karena nilai periode natural (T) lebih besar dari pada waktu getar alami (Tc).
Sehingga persamaan yang digunakan adalah persamaan (3.4) sebagai berikut :
C=
= 0,42/1,68
= 0,25
~ 15 ~
3.4 Evaluasi
Setelah semua parameter rencana dimasukan seperti profil konstruksi dan pembebanan
maka didapat hasil 3D layout seperti pada gambar 3.2
~ 16 ~
Gambar 3.3 Detail hasil Evaluasi
Setelah semua parameter rencana dimasukan seperti profil konstruksi dan pembebanan
maka didapat hasil gaya dalam seperti pada gambar 3.3
~ 17 ~
BAB 4
HASIL DAN BAHASAN
~ 18 ~
Gambar 4.2 Hasil Analisis Momen
Dari gambar 4.1dan 4.2 Hasil analisis di atas menyatakan bahwa output dari pengunaan
profil beton yang direncanakan dapat menahan beban yang bekerja, hasil tersebut dapat
dilihat dari output perencanaan bangunan yang menampilkan rekomendasi pembesian
struktur. Maka dengan demikian perencanaan dinyatakan berhasil.
~ 19 ~
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisi perencenaan yang dilakukan untuk struktur Gedung Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bogor, dinyatakan bahwa perencanaan berhasil dengan profil yang
digunakan seperti dibawah ini:
1. Jenis konstruksi : Struktur Beton Bertulang
2. Tinggi konstruksi : 13,75 m
3. Lebar konstruksi : 30 m
4. Panjang konstruksi : 40 meter
5. Profil K1 (kolom) : 40 cm x 40 cm
6. Profil K2 (kolom) : 30 cm x 30 cm
7. Profil K3 (kolom) : 80 cm x 80 cm
8. Profil K4 (kolom) : 15 cm x 45 cm
9. Profil B1 (balok) : B1 50 cm x 30 cm
10. Profil B2 (balok) : B2 40 cm x 20 cm
11. Profil B3 (balok) : B3 30 cm x 15 cm
12. Profil B4 (balok) : B4 20 cm x 15 cm
13. Profil B5 (balok) : B5 70 cm x 40 cm
14. Profil B6 (balok) : B1 50 cm x 15 cm
15. Profil TB1 (Tee Beam) : TB1 40 cm x 30 cm
16. Profil TB2 (Tee Beam) : TB2 40 cm x 20 cm
17. Fy : 2400 kg/cm2
18. Fu : 4000 kg/cm2
19. Pelat lantai (t=12 cm) : Beton K-300
~ 20 ~
5.2 Saran
Sebaiknya struktur yang akan dibangun mengikuti dari hasil perencanaan yang sudah
dilakukan sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dan semua profil konstruksi harus
sesuai dengan evaluasi perencanaan. Bila dalam tahap pembangunan ada perubahan profil
baja, maka harus ada evaluasi ulang.
~ 21 ~
DAFTAR PUSTAKA
Ali Asroni. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Graha Ilmu. Yoyakarta.
Eri Setia Romadon. 2009. Struktur Beton Sesuai Dengan Standart SKSNI 03-2847-2002.
TS FTUIKA. Bogor
M. Firdaus Alkaff. 2005. STAAD 2004 Untuk Orang Awam. Maxikom. Palembang.
M. Firdaus Alkaff. 2006. STAAD 2004 Untuk Tingkat Menengah. Maxikom. Palembang.
Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. 1983. Badan Standar Nasional. Jakarta.
SNI 03-1726-2003. 2003. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempauntuk Bangunan
Gedung. RSNI 3. Badan Standar Nasional. Jakarta.
SNI 03-1729-2002. 2002. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. RSNI 3.
Badan Standar Nasional. Jakarta
SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung. RSNI 3. Badan Standar Nasional. Jakarta.
Spektra Indo. 2010. ITB. Bandung
SNI 1729:2015 Dan Direct Analysis Method (Metode Baru Perencanaan Baja Berbasis
Komputer)
~ 22 ~
LAMPIRAN 1
HASIL ANALISA STRUKTUR
~ 23 ~