Anda di halaman 1dari 87

TUGAS 1

Struktur Bangunan Tingkat Tinggi Review Jurnal


Jurnal, kliping atau artikel tentang bangunan gedung bertingkat tinggi

Disusun Oleh:

HERNANTO MBADI PRAING (19.21.015)

JUAN UMBU NGUNJU (1921027)

FUAD ABDULLAH ( 19.21.093)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S-1

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

2022
JUDUL JURNAL:

1. PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA HOTEL 17


TINGKAT MAKASSAR
2. PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG 32 LANTAI DENGAN
METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
3. Desain Modifikasi Struktur Gedung Apartemen One East Surabaya
Menggunakan Struktur Flat Slab dengan Penambahan Shear Wall
(31 lantai )
4. Desain Perencanaan Struktur Gedung 38 Lantai Dengan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SPRMK)
5. Analisis Kinerja Waktu dan Penerapan Building Information
Modeling pada Proyek Pembangunan Jasmine Park Apartment
Bogor
6. ANALISA INDEKS KINERJA ERECTION DINDING FASADE
BANGUNAN GEDUNG TINGAKAT TINGGI (34 LANTAI)
PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN GEMPA HOTEL 17
TINGKAT MAKASSAR
Desain Modifikasi Struktur Gedung Apartemen One East Surabaya
Menggunakan Struktur Flat Slab dengan Penambahan Shear Wall (31
lantai )
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG 32 LANTAI DENGAN
METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)
Analisis Kinerja Waktu dan Penerapan Building Information Modeling
pada Proyek Pembangunan Jasmine Park Apartment Bogor
Desain Perencanaan Struktur Gedung 38 Lantai Dengan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SPRMK)
ANALISA INDEKS KINERJA ERECTION DINDING FASADE
BANGUNAN GEDUNG TINGAKAT TINGGI (34 LANTAI)
Tugas Kelompok Jurnal, kliping atau artikel tentang bangunan gedung bertingkat
tinggi (mnimal 8 lantai) sebanyak minimal 6 (enam) gedung:

- poin yg direview: lingkup, tujuan, masalah, metode, hasil, kesimpulan

- Point yang di bahas Beserta Penjelasan :

1. Judul :

“PERENCANAAN STRUKTUR TAHAN


GEMPA HOTEL 17 TINGKAT
MAKASSAR”
Willy Wirata 1), Faisal 2) dan Gatot Setya Budi 3)
1)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Pontianak
Dosen Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura Pontianak

2. Lingkup Pembahasan :

Hotel merupakan bangunan bertingkat yang bertujuan untuk menyediakan sebuah


tempat beristirahat bagi mereka yang datang dari luar kota ataupun bagi mereka yang
ingin merasakan suasana yang baru. Selain itu juga hotel juga biasa dapat menyediakan
sebuah ruangan untuk diadakannya sebuah acara besar misalnya, pesta perkawinan.
Karena hotel dapat dikatakan sebuah tempat untuk banyak orang maka fisik bangunan
dari hotel ini pun harus kokoh, kuat dan dapat menahan beban-beban yang ditimbulkan
oleh gempa pada daerah gempa. Hal ini harus dilakukan karena gempa dapat
menimbulkan kerusakan yang besar pada bangunan bahakan dapat menyebabkan
keruntuhan.
Risiko timbulnya korban ini dapat dikurangi dengan membangun bangunan tahan gempa.
Dimana bangunan tersebut harus mampu menahan gaya yang di timbulkan oleh gempa
sehingga bangunan tersebut tidak mengalami keruntuhan. Dengan seiring perkembangan
zaman pengetahuan tentang perilaku gaya yang ditimbulkan oleh gempa sudah sangat
berkembang. Dengan pengetahuan tentang perilaku ini kita dapat mengantisipasi risiko
gempa yang telah di tetapkan.
Pada perencanaan gedung hotel ini diambil dari salah satu hotel di Makassar yang
sebelumnya direncanakan pada tahun 2004 dengan acuan dari SNI 2847:2002 dan
1726:2002 dan akan direncanakan kembali dengan mengacu pada SNI 1726:2012 dan
2847:2013. Struktur utama yang sudah ada ini juga dilakukan sedikit modifikasi sehingga
menjadi lebih sederhana untuk penyelesaian tugas akhir.
Pemilihan daerah makassar ini juga dipilih karena pada daerah disekitar makassar
sendiri sering dilanda gampa yang cukup besar dan hotel tinjauan yang diambil merupakan
hotel bertingkat tinggi yang mana belum ada di daerah Pontianak. Daerah di Pontianak
sendiri juga bukan merupakan daerah rawan gempa sehingga menjadi unik untuk
direncanakan kembali hotel yang sudah ada ini.

3. Tujuan :
Ada beberapa maksud yang ingin perencana capai diantaranya sebagai berikut :
- Perencana dapat merencanakan struktur bangunan gedung tahan gempa 17 tingkat
yang kokoh dalam hal ini bangunan Hotel di Makassar.
- Perencana mengetahui permasalahan yang ada dalam proses analisa dan perhitungan
sehingga mampu untuk memahami tahapan – tahapan perhitungan gedung
bertingkat.

4. Pembatasan Masalah :

Mengingat permasalahan yang menyangkut perhitungan struktur suatu gedung begitu


kompleks, serta kemampuan yang terbatas, maka pada tugas akhir ini perhitungan struktur
dibatasi sebagai berikut:
1. Perencanaan pondasi dianggap perletakan jepit sehingga tidak mengalami translasi dan
rotasi.
2. Perencanaan memperhitungkan beban mati, beban hidup dan beban gempa.
3. Perencanaan tidak mencakup pada segi arsitektural.
4. Perencanaan mengacu pada SNI 1726:2012 tentang ketahanan gempa, SNI 2847:2013
tentang persyaratan struktural dan SNI 1727:2013 tentang pembebanan.
Perencanaan struktur utama menggunakan sistem rangka pemikul momen tanpa dinding
geser
Data Struktur
Adapun karakteristik gedung Hotel di Makassar yang akan direncanakan
sebagai berikut:
 Material struktur : beton bertulang
 Jumlah lapis : 19 tingkat
 Tinggi lantai 1 – 2 : 3,9 m
 Tinggi lantai 3 : 5,2 m
 Tinggi lantai 4 – 16 : 3,6 m
 Tinggi lantai 17 : 5,2 m
 Atap penutup : 2,4 m
 Panjang bangunan : 31,4 m
 Lebar bangunan : 19 m
 Tinggi total : 67,4 m
5. Landasan Teori

Pembebanan yang dikenakan pada struktur yaitu, beban mati, beban hidup dan beban
gempa yang didasarkan pada SNI 1726:2012 dan SNI 1727:2013.

Beban Mati
Beban mati ada 2 jenis yaitu beban dari berat sendiri struktur yang mana merupakan
volume dari struktur dikalikan berat jenisnya untuk beton betulang nilainya 24
kN/m3 dan berat mati tambahan. Untuk beban mati tambahan yang dikenakan pada
struktur sebagai berikut :
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur didasarkan pada SNI 1727: 2013 sebagai
berikut :

Beban Gempa
Beban dan parameter-parameter perencanaan gempa yang direncanakan akan didasarkan
pada SNI 1726:2012. Parameter perencanaan gempa didasarkan pada lokasi yang mana
perlu dilihat pada peta zonasi gempa.
Dengan ditentukannya nilai Ss dan S1 maka parameter lain dapat ditentukan sesuai
dengan tabel yang ada yaitu Fa dan Fv kemudian dapat menghitung nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1.

Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1 dapat ditentukan kategori desain seismik sehingga dapat
ditentukan model sistem penahan gaya gempa (tabel 3) yang akan digunakan.
Dari gaya gempa yang bekerja pada struktur akan menghasilkan goyangan pada
struktur yang mana ada persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
 Perioda fundamental struktur
 Partisipasi massa
 Gaya geser dasar seismik
 Simpangan antar lantai
 Ketidakberaturan horizontal dan vertikal

Kombinasi Pembebanan
Adapun untuk kombinasi yang digunakan untuk merencanakan struktur bangunan
sebagai berikut :
C1 : 1,4D
C2 : 1,2D + 1,6L + 0,5Lr
C3 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX + EY
C4 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX - EY
C5 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX + EY
C6 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX - EY
C7 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX + 0,3EY
C8 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX - 0,3EY
C9 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX + 0,3EY
C10 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX - 0,3EY
C11 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX + EY
C12 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX - EY
C13 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX + EY
C14 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX - EY
C15 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX + 0,3EY
C16 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX - 0,3EY
C17 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX + 0,3EY
C18 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX - 0,3EY

6. Metode :

Proses Analisa struktur akan di bantu dengan program komputer dengan langkah
perencanaan yang dilakukan sebagaimana tertera pada gambar 3.
7. Hasil Penelitian :

Penentuan Sistem Penahan Seismik


Pada perencanaan awal akan ditentukan terlebih dahulu respons spektrum dan sistem
penahan gaya gempa yang akan digunakan.
Hotel dikategorikan dalam kategori risiko II dengan faktor keutamaannya 𝐼𝑒 = 1.
Parameter respons spektrum dan penentuan kategori desain seismik ditentukan sesuai
dengan SNI 1726:2012 dengan langkah sebagai berikut :
1.Menentukan kelas situs, didapatkan :
ο Kelas situs SD
2.Menentukan Ss dan S1 berdasarkan peta zonasi pada gambar 1 dan 2, didapatkan :
ο 𝑆𝑠 = 0,25 g
ο 𝑆1 = 0,1 g
3.Menentukan koefisien situs, didapatkan :
ο 𝐹𝑎 = 1,6
ο 𝐹𝑣 = 2,4
4.Menghitung nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1, didapatkan :
ο 𝑆𝐷𝑆 = 2 3 × 0,25 × 1,6 = 0,267 s
ο 𝑆𝐷1 = 2 3 × 0,1 × 2,4 = 0,16 s
5.Menghitung perioda parameter respons :

6. Membuat grafik respons spektrum desain:

Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 = 0,21 dan 𝑆𝐷1 = 0,16 didapat kategori desain seismik KDS C.
Dengan didapatkan KDS C maka sesuai dengan tabel 3, parameter sistem penahan
gaya gempa untuk rangka beton bertulang yang akan digunakan yaitu yang khusus
(SRPMK).

Perkiraan Awal Dimensi Struktur


Berdasarkan SNI 2847:2013 untuk penentuan dimensi awal struktur bangunan
didapatkan hasil sbb:
 Tebal pelat :
Pelat lantai dasar – 17 = 120 mm Pelat atap penutup = 100 mm
 Dimensi balok :
Balok B1 = 250 x 400 mm (Lantai 1 – Atap) Balok B2 = 350 x 500 mm (Lantai 1
– 17)
Balok B3 = 350 x 700 mm (Lantai 1 – 17)
Tie Beam = 350 x 800 mm (Lantai Dasar)
 Dimensi Kolom :
Kolom K1 = 650 x 650 mm (Lantai Dasar – 6) Kolom K2 = 700 x 700 mm (Lantai 7
– 11)
Kolom K3 = 750 x 750 mm (Lantai 12 – 17)
Kolom Lift = 550 x 550 mm
(Lantai Dasar – Atap)
Kolom Tangga Kanan = 450 x 450 mm
(Lantai 1 – 17)
Kolom Tangga Tengah = 450 x 450 mm
(Lantai 4 – Atap)
Kolom Tangga Tengah = 550 x 550 mm
(Lantai 1 – 3)
Pengecekan Persyaratan Gempa
Perioda fundamental struktur yang dihasilkan dari bantuan program menghasilkan 𝑇𝑐
= 3,244 detik. Berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.2 disebutkan bahwa periode
fundamental struktur (𝑇𝑐) tidak boleh melebihi batas atas (𝐶𝑢 𝑇𝑎) dan peridode
pendekatan ( 𝑇𝑎 ) [𝑇𝑎 < 𝑇𝑐 < 𝐶𝑢 𝑇𝑎] . Nilai 𝑇𝑎 dan 𝐶𝑢 𝑇𝑎 dihitung sebagai berikut :

Sehingga,

Nilai ini memenuhi persyaratan pada SNI.

Gaya geser dasar seismik ( 𝑉 ) berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1 dihitung sebagai
berikut dengan menghitung nilai koefisien respons siesmik ( 𝐶𝑠 ) terlebih dahulu.

Nilai 𝐶𝑠 harus tidak kurang dari


𝐶𝑠 𝑚𝑖𝑛 = 0,044 𝑆𝐷𝑆.𝐼𝑒 ≥ 0,01
= 0,044 (0,267) (1)
= 0,01173 ≥ 0,01
Sehingga 𝐶𝑠 yang dipakai adalah 𝐶𝑠 𝑚𝑖𝑛.
Berat total bangunan (𝑊) yang diperlukan untuk menghitung nilai 𝑉 dihitung dengan
kombinasi DL+0,3LL. Nilai 𝑊 didapat sebesar = 123430,677 kN.
Sehingga nilai 𝑉 dihitung sebagai berikut:
𝑉 = 𝐶𝑠 𝑊 = 0,01173 × 123430,677
= 1448,253 kN
Pengecekan simpangan antar tingkat berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.12.1 untuk
batas simpangan antar tingkat izin (∆𝑎). Nilai simpangan antar tingkat pada struktur
dihitung dengan bantuan program. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6.

Desain Penulangan Pelat


Perhitungan momen pelat yang telah dihitung dengan bantuan program
kemuadian hasil yang didapat diolah dengan menggunakan metode oleh Wood –
Amer untuk mendapatkan momen desain pelat penulangan pelat lantai (CSi, 2018).
𝑚𝑟1 = 𝑚11 ± |𝑚12| ≥ 0
𝑚𝑟2 = 𝑚22 ± |𝑚12| ≥ 0
Desain Penulangan Balok Perhitungan tulangan balok diambil berdasarkan gaya
dalam hasil analisa program serta gaya kapasitas balok sesuai dengan konsep
SRPMK (Willyanto, 2021). Perhitungan balok akan dicontohkan perhitungan balok
pada tumpuan kiri dengan data perencanaan sebagai berikut:
 Lebar balok (b) = 350 mm
 Tinggi balok (h) = 700 mm
 Tulangan longitudinal (𝑑𝑙 ) = D16 mm
 Tulangan tranversal (𝑑𝑡 ) = Ø10 mm
 Tebal selimut beton (𝑡𝑠 ) = 40 mm
 Tinggi efektif balok (d) = 642 mm
 Panjang bentang = 7450 mm
 Panjang bentang bersih (𝑙𝑛) = 6750 mm
Kebutuhan tulangan torsi longitudinal akan dibagikan 4 sisi balok.

Kebutuhan tulangan torsi transversal akan dibagikan pada tulangan transversal


utamanya dengan perhitungan sebagai berikut:

pada daerah lainnnya juga dilakukan perhitungan yang sama sehingga didapatkan
hasil sebagai beriku.
Desain Penulangan Kolom
Pada penulangan kolom akan menggunakan hasil tulangan yang dihasilkan oleh
program yang kemudian akan dilakukan pengecekan kembali dengan diagram
interaksi kolom. Dicontohkan pada kolom 75 x 75 pada lantai 3 yang mana panjang
kolom = 5200 mm.

Setelah diketahui bahwa gaya dalam pada kolom tidak ada yang keluar dari diagram
interaksi maka disimpulkan kolom kuat untuk menahan beban. Berdasarkan
2847:2013 pasal 21.6.2.2 pengecekan Strong Column – Weak Beam menggunakan
persamaan.

Gaya geser desain pada kolom SRPMK didasarkan pada SNI 2847:2013 pasal
21.6.5.1 dimana nilai gaya geser rencana dari kolom (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)tidak perlu
melebihi geser dari balok yang menumpu (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) dan juga harus lebih
besar dari nilai geser dari hasil analisa program (𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚) .
Berdasarkan Yudah Lesmana (2019) persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi
: 𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 Dari data yang ada
didapatkan hasil sebagai berikut :
 Gaya geser (𝑉𝑢) = 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 170,645 kN
 Ukuran Kolom = 750 x 750 mm
 Luas bruto kolom (𝐴𝑔) = 562500 mm2
 Ukuran inti penampang (𝑏𝑐 ) = 670 mm
 Luas inti penampang (𝐴𝑐ℎ) = 448900 mm2
 Tebal selimut beton (𝑡𝑠 ) = 40 mm
 Tinggi bersih kolom (𝑙𝑛) = 4500 mm
 Tulangan longitudinal (𝑑𝑙 ) = D25 mm
 Tulangan tranversal (𝑑𝑡 ) = Ø10 mm
 Tinggi efektif kolom (d) = 687,5 mm
 Mutu beton (𝑓𝑐 ′) = 30 MPa
 Mutu tulangan tranversal (𝑓𝑦𝑡) = 420 MPa
Nilai 𝑉𝑐 diperhitungkan karena tidak memenuhi persyaratan pada SNI
2847:2013 pasal 21.6.5.2.

Dikarenakan nilai 𝑉𝑐 > 𝑉𝑢 maka beton dianggap mampu menahan geser


namun karena ada perysaratan penulangan transversal minimum makan akan
menggunakan nilai ini. Panjang daerah sendi plastis (𝑙𝑜) diambil 800 mm dan jarak
antar tulangan gesernya diambil 50 mm. Perhitungan tulangan transversal minimum
berdasarkan SNI 2847:2013 pasal 21.6.4.4 dihitung sebagai berikut :

Sehingga kebutuhan tulangan transversal, 𝐴𝑠ℎ = 4,307 × 50 = 215,357 mm2


Pada daerah 𝑙𝑜 akan digunakan tulangan transversal berdiameter 10 mm, sehingga
dibutuhkan tulangan 3 kaki D10 (𝐴𝑣𝑡 = 235,5 mm2 ).

235,5 mm2 > 215,357 mm2 ..... OKE

Pada daerah diluar sendi plastis digunakan tulangan yang sama namun jaraknya 150 mm.

Hubungan Balok Kolom (HBK)


Dari hasil kolom tinjauan pada lantai 6 didapatkan hasil gaya geser yang terjadi pada
balok – balok yang mengaku pada joint dan momen pada kolom seperti terlihat pada
gambar 11.

Kebutuhan tulangan geser pada HBK dapat dihitung sebagai berikut :


Kemudian dihitung kebutuhan tulangan HBKnya

Digunakan spasi = 100 mm, dan tulangan geser HBK D10

Sehingga pada joint yang ditinjau akan dipasang tulangan geser 4D10 – 100 mm.

Perencanaaan Fondasi Fondasi yang digunakan adalah fondasi tiang pancang dengan
kedalaman pancang 20 – 28 m. Ukuran tiang pancang yang digunakan adalah 45 x45 cm
berbentuk persegi dengan mutu 𝑓𝑐 ′ = 41,5 MPa.

Daya dukung tiang akan diambil hasil yang terkecil dari data N-SPT, sondir dan batas
izin material tiang (Anugrah & Erni, 2013). Sehingga didapatkan 𝑃𝑎 = 1410,84 kN.
Untuk menghitung kebutuhan tiang dapat diasumsikan untuk efisiensi pada tiang
pancang sebesar 75%.
 𝑃𝑢 pada titik tinjauan= 7056,276 kN
 𝑃𝑎 yang dipakai = 1410,84 kN
 Asumsi efisiensi 𝑃𝑎 = 75%
Dengan 9 buah pile yang dibutuhkan didapatkan pile cap rencana sebagai berikut:
 Ukuran pile cap = 2,8 m x 2,8 m
 Tebal pile cap = 0,75 m
 Berat jenis beton = 24 kN/m3
 Berat pile cap = 2,8 × 2,8 × 0,75 × 24 = 141,12 kN

Kemudian dicek kembali efisiensi dan daya dukung kelompok tiang dengan persamaan
Converse-Labbarre.

Sehingga daya dukung kelompok tiang :


𝑃𝑎 𝑔𝑟𝑢𝑝 = 𝐸𝑔 × jumlah tiang × daya dukung tiang
= 60,644% × 9 × 1410,84
= 7700,355 kN
𝑃𝑎 𝑔𝑟𝑢𝑝 > Σ𝑃𝑢 7700,355 kN > (7056,276 + 141,12) kN
7700,355 kN > 7197,396 kN..... OKE
Daya dukung kelompok tiang dapat menahan beban yang bekerja.

Penulangan Pile Cap


Penulangan pile cap dilakukan pengecekan terhadap gaya geser satu arah dan dua arah
pada fondasi terlebih dahulu.
8. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dari analisa dan perhitungan, diperoleh kesimpulan untuk perencanaan
hotel 17 tingkat makassar sebagai berikut :
 Mutu bahan yang digunakan :
 Mutu beton = 30 MPa
 Mutu baja tulangan ulir = 420 MPa
 Mutu baja tulangan polos = 240 MPa
 Mutu wiremesh = 500 MPa

 Kategori desain seismik termasuk dalam kategoti KDS C yang mana pada
perencanaan strukturnya akan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).

 Dimensi elemen struktur yang akan digunakan :


 Tebal pelat lantai = 120 mm
Tebal pelat penutup atap = 100 mm

 Dimensi balok :
- Balok B3 350 x 700 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B3A,
B3B, B3C
- Balok B2 350 x 500 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B2A,
B2B, B2C
- Balok Lift (B2L) 350 x 500 mm
- Balok Kantilever (B2K) 350 x 500 mm
- Balok Tangga (B2T) 350 x 500 mm - Balok B1 250 x 400
- Balok Atap (B1A) 250 x 400 - Tie Beam 350 x 800

 Dimensi Kolom :
- Kolom 650 x 650 mm
- Kolom 700 x 700 mm
- Kolom 550 x 500 mm, lift
- Kolom 550 x 550 mm, tangga
- Kolom 450 x 450 mm, tangga

 Fondasi menggunakan pondasi tiang pancang dengan kedalaman 20 – 28 m


dengan beberapa macam tipe fondasi.
- Fondasi P1 2800 x 2800 x 800 mm (9 buah tiang)
- Fondasi P2 2200 x 3000 x 750 mm (6 buah tiang)
- Fondasi P3 2200 x 2200 x 600 mm (4 buah tiang)
- Fondasi P4 1000 x 2000 x 600 mm (2 buah tiang)
Tugas Kelompok Jurnal, kliping atau artikel tentang bangunan gedung bertingkat
tinggi (mnimal 8 lantai) sebanyak minimal 6 (enam) gedung:
- poin yg direview: lingkup, tujuan, masalah, metode, hasil, kesimpulan
- Point yang di bahas Beserta Penjelasan :

1. Judul :

“PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG 32 LANTAI


DENGAN METODE SISTEM GANDA (DUAL SYSTEM)”
Sulardi

Santi

Widayani

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan


Perencanaan Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424
Lardiardi@yahoo.com

2. Lingkup Pembahasan :

Perencanaan struktur bertujuan untuk menghasilkan suatu struktur yang stabil,


kuat, awet, mampu menahan beban layan, dan memenuhi tujuan lainnya seperti
ekonomis dan kemudahan pelaksanaan. Untuk mecapai tujuan perencanaan tersebut,
perencanaan struktur harus mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah berupa
Standar Nasional Indonesia (SNI), dan setiap perancangan struktur gedung bangunan
minimal harus mengikuti SNI atau peraturan-peraturan lain yang bisa dibuktikan secara
teoritis.

Dalam perencanaan bangunan gedung ini digunakan beton bertulang, karena beton
merupakan material yang kuat dalam kondisi tekan tapi lemah dalam kondisi tarik.
Kuat tarik beton bervariasi dari 8% ̶ 14% kuat tekannya. Dengan sifat tersebut, beton
dimanfaatkan sebagai material pembentuk struktur yang baik seperti beton bertulang,
dimana dalam struktur tersebut beton dan tulangan baja yang kuat terhadap tarik
bekerja sama menahan gaya-gaya yang ada. Agar bangunan struktur beton bertulang
dapat berfungsi dengan baik, perancang struktur wajib mendesain elemen- elemen
dengan tepat. Elemen yang sering digunakan dalam struktur beton bertulang yaitu,
pelat lantai, balok, kolom, dinding dan fondasi.
Sehubungan dengan hal diatas, penulis ingin melakukan perencanaan gedung
bertingkat tahan gempa 32 lantai pada wilayah gempa berat dengan menggunakan sistem
rangka beton bertulang pemikul momen khusus (SRPMK), sesuai dengan SNI 03-
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan SNI 03-
1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
dan Non Gedung. Kedua SNI ini merupakan dasar utama dalam perencanaan struktur
dengan sistem struktur penahan gaya seismik. Dengan pedoman Standar Nasional
Indonesia ini, diharapkan struktur mampu bertahan dari beban gravitasi dan beban gempa
tanpa mengalami kegagalan struktur. Apabila terjadi kegagalan struktur balok sehingga
dapat memberikan tanda dan waktu bagi penghuni gedung untuk menyelamatkan diri
sebelum kegagalan kolom terjadi.

3. Tujuan :

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :


1. Menghasilkan struktur bangunan gedung apartemen 32 lantai sesuai dengan SNI
2847:2013.
2. Menghasilkan dimensi yang digunakan untuk elemen struktur atas seperti pelat,
baok, kolom dan dinding geser (shear wall).
3. Mendapatkan jumlah tulangan struktur kolom, stuktur balok, struktur pelat lantai,
struktur dinding geser dan tulangan struktur fondasi.
4. Mendapatkan harga Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari bangunan gedung
apartemen 32 lantai yang direncanakan.
4. Pembatasan Masalah :

- Dengan berpedoman Standar Nasional Indonesia ini, diharapkan struktur mampu


bertahan dari beban gravitasi dan beban gempa tanpa mengalami kegagalan struktur.

5. Landasan Teori:
a. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Sistem rangka struktur yang pada dasarnya memiliki rangka pemikul beban
gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur. Komponen struktur yang memikul lateral dan gaya aksial
(kolom) yang diakibatkan oleh beban gempa bumi, serta beban aksial terfaktor yang
bekerja melebihi Agf’c/10, harus memenuhi persyaratan ukuran penampang sebagai
berikut :
1. Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik pusat
geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm.
2. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah tegak
lurusnya tidak kurang dari 0,4 mm.

b. Sistem Ganda (Dual System)


Sistem ganda pada dasarnya terdi dari :
i. Rangka ruang memikul seluruh beban gravitasi.
ii. Pemikul beban lateral berupa dinding geser atau rangka bresing
dengan rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen harus
direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang- kurangnya
25% dari seluruh beban lateral, sedangkan sisanya akan dipikul oleh
dinding geser.
iii. Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul bersama-sama
seluruh beban lateral dengan memperhatikan interaksi antara sistem
rangka pemikul momen dengan dinding geser.
iv. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu
menahan paling sedikit 25% gaya gempa yang ditetapkan.

c. Analisis Gempa
Beban gempa adalah beban yang timbul akibat perencanaan getaran tanah pada
saat gempa terjadi. Analisa yang digunakan pada perencanaan ini adalah metode
analisis respons spectrum. Renspons spectrum adalah suatu spectrum yang disajikan
dalam bentuk grafik/ plot antara periode getar struktur T, lawan respns-respons
maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Respons-respons maksimum
dapat berupa simpangan maksimum (Spectral Displacement, SD), kecepatan maksimum
(Spectral Velocity, SV) atau percepatan maksimum (Spectral Acceleration, SA) massa
struktur singe degree of freedom (SDOF), (Widodo, 2001). Pembebanan gempa respons
spectra berguna untuk melihat perilaku dinamik dari pola geser bangunan tinggi.

6. Metode :

Perencanaan struktur memiliki beberapa metode dan tahapan yang harus


dilakukan agar mendapat hasil yang optimal dan sesuai. Berikut merupakan tahapan
yang akan dilakukan dalam perencanaan struktur :
1. Persiapan literature
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi atau referensi yang berkaitan
dan mengacu pada tugas akhir. Literature yang akan digunakan sebagai acuan
seperti SNI 1726:2012, SNI 1727:2013, SNI
2847:2013 dan PPIUG 1983.
2. Data perencanaan
Dalam melakukan proses pembangunan gedung, perlu adanya gambaran yang
berkaitan dengan struktur dan kontruksi bangunan yang sedang direncanakan.
3. Preliminary design
merupakan desain awal dalam menentukan dimensi penampang struktur yang
nantinya akan digunakan dalam pemodelan struktur menggunakan software
ETABS.
4. Pemodelan struktur Memodelkan struktur gedung menggunakan software
ETABS dengan memasukan data yang sudah diperoleh seperti
preliminary design, mutu material dan pembebanan.
5. Pengecekan perilaku struktur Pengecekan perilaku struktur dari hasil proses
pemodelan untuk penentuan struktur apakah sudah sesuai dengan syarat
SNI 1726:2012.
6. Desain penulangan
Mendesain penulangan pelat, balok, kolom dan shear wall (dinding geser) sesuai
dengan syarat SNI 2847:2013 dengan hasil gaya dalam yang diperoleh dari
ETABS.
7. Desain fondasi tiang
Menentukan jumlah kebutuhan pondasi tiang yang diperlukan dan tebal dimensi
pile cap dalam setiap kolom dan shear wall.
8. Rencana anggaran biaya
Menentukan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek dengan harga yang
berbeda, sesuai volume pekerjaan.
Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian

7. Data Perencanaan :
a. Data Umum
Adapun penjabaran dari data umum desain struktur perancangan gedung tersebut
adalah sebagai berikut :
i. Tipe Bangunan : Apartemen
ii. Tinggi Bangunan : ±105,5 m
iii. Jumlah Lantai : 32 Lantai
iv. Material : Beton Bertulang
v. Sistem Gedung : Sistem Ganda (Dual System)

b. Spesifikasi Material Beton


Adapun detail spesifikasi beton yang digunakan adalah sebagai berikut :
i. K-500 (shear wall dan fondasi)
Mutu Beton : 41,50 Mpa
ii. K-400 (kolom, balok dan pelat)
Mutu Beton : 34,86 Mpa
iii. Possion’s Ratip (vc) : 0,2
iv. Berat Jenis (λc) : 2400 kg/m

c. Spesifikasi Baja Tulangan


Adapun detail spesifikasi baja tulangan yang digunakan sesuai dengan SNI
2847:2013 adalah sebagai berikut :
i. Fy : 400 Mpa
ii. Fu : 570 Mpa
iii. Fye : 440 Mpa
iv. Fue : 627 Mpa

d. Gambar Gedung
Berikut merupakan gambar hasil pemodelan struktur gedung dengan menggunakan
program ETABS 2013 serta tamapk sampingnya :
e. Data Tanah
Data tanah ini didapat sesuai kondisi eksisting di kawasan Cibubur, Depok,
Jawa Barat. Berdasarkan data tanah bore log BH-3A didapat hasil perhitungan nilai
N-SPT sesuai dengan klasifikasi situs tanah pada SNI 1726:2012 yaitu termasuk
tanah lunak (SE).

f. Data Gempa
Wilayah Cibubur, Depok, Jawa Barat masuk kedalam wilayah gempa 4.
Zona gempa berfungsi memberikan gambaran wilayah-wilayah yang berada pada
kawasan rawan gempa. Peta zonasi gempa didapatkan melalui website yang sesuai
dengan peraturan SNI 1726:2012. Gedung Apartemen masuk kedalam kategori resiko
gempa II menurut SNI 1726:2012. Data gempa rencana didapat dari situs
http://puskim.pu.go.id desain spectra Indonesia. Didapat data untuk daerah Cibubur,
sebagai berikut :
8. Hasil Dan Pembahasan :

Pembebanan yang diberikan pada gedung rencana diantaranya yaitu pembebanan


gravitasi (meliputi beban mati, beban mati tambahan sesuai PPIUG 1983 dan beban
hidup sesuai SNI 1727:2013), dan pembebanan gempa sesuai SNI 1726:2012.

a. Kategori Risiko Bangunan


Berdasarkan SNI 1726:2012 Pasal 4.1.2, gedung apartemen termasuk kedalam
kategori risiko II dengan nilai factor keutamaan gempa, Ie sebesar 1,0.

b. Kategori Desain Seismik


Nilai SDS = 0,6 dan SD1 = 0,578
dengan kategori risiko II maka kategori desain seismik yang digunakan pada
penelitian ini adalah KDS D.

c. Sistem Struktur dan Parameter


Berdasarkan sistem struktur yang digunakan yaitu sistem rangka pemikul momen
khusus, didapat rincian parameternya sebagai berikut :
a. (R) = 7
b. (Ω0) = 2,5
c. (Cd) = 5,5

d. Penentuan Perioda Desain


Mengacu pada SNI 1726:2012, nilai perioda struktur dibatasi oleh batas bawah
perioda (perioda fundamental pendekatan) dengan batas atas perioda
(perioda maksimum).
Tipe struktur yang digunakan adalah semua sistem struktur lainnya. Berikut
merupakan perhitungan batas bawah perioda :
Ta = Ct × Hnx
Ta = 0,0488 × 105,20,75
= 1,603 detik (batas bawah) Berikut merupakan perhitungan batas atas perioda :
T = Cu × T a
T = 1,4 × 1,603
= 2,244 detik (batas atas)

Berdasarkan program ETABS, didapat nilai perioda berdasarkan mode untuk


masing-masing arah, yaitu :

Tx = 4,379 detik Ty = 4,175 detik


Maka perioda desain yang akan digunakan sesuai dengan persyaratan penggunaan
perioda desain adalah sebagai berikut :
Tx = 4,379 < 2,244 maka Tx = 2,244
Ty = 4,175 < 2,244 maka Ty = 2,244

e. Analisis Mode Ragam


Menurut SNI 1726:2012 Pasal
7.9.1 analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatjkan
partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90% dari massa aktual
dalam masing-masing arah horizontal dari respons yang ditinjau :

Dapat dilihat bahwa analisis statik partisipasi massa sudah mencapai 100% di kedua
arah orthogonal dan analisis dinamik partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%,
hal ini menunjukan sedah sesuai dengan persyaratan. Pengecekan selanjutnya yaitu
mengecek Modal Participating Mass Ratio, untuk mode ke-1 dan mode ke-2 haris
berada dalam kondisi untuk bertranslasi, kemudian untuk mode ke-3 dan seterusnya
gedung harus dalam kondisi untuk berotasi.

Dari table diatas, dapat dilihat pada mode 1 nilai faktor translasi UX
memberikan angka dominan, hal ini menunjukan gerak translasi arah X terjadi pada
mode ini sesuai dengan animasi. Pada mode 2 nilai faktor translasi UY memberikan
angka yang dominan, hal ini menunjukan gerak translasi arah Y terjadi pada mode ini
sesuai dengan animasi. Pada mode 3 nilai RZ dominan, hal ini menunjukan pada mode
ini gerak struktur dominan dalam berotasi. Persyaratan gerak ragam sudah sesuai.

f. Gaya Geser Statik


Gaya geser merupakan kumulatif dari penjumlahan dari gaya gempa static
ekivale tiap lantai. Gaya geser tiap lantai akibat beban gempa dasar dapat dihitung
sesuai pasal 7.8.4 dengan menggunakan persamaan berikut :
Maka dengan menggunakan rumus tersebut, didapat VBASE SHEAR sebesar
1095837,39 kgf.

g. Dinamik Respons Spektra


Adapun parameter spektral dalam membuat kurva respons spektra tersebut
didapatkan dari situs puskim.pu.go.id Desain Spektra Indonesia. Kurva spektrum respons
desain merupakan fungsi percepatan spectral (Sa) terhadap perioda (T). Kurva tersebut
digunakan dalam analisis dinamik untuk mendapat percepatan tanah desain dari masing-
masing modal yang ada. Adapun hasil dari gaya geser dinamik yang didapat secara
manual dengan membuat kurva respons spektrum desain adalah sebagai berikut :
Vx = 475106,2248 kgf
Vy = 512138,6086 kgf

h. Simpangan Antar Lantai


Berdassarkan SNI 1726:2012, kontrol simpangan antar lantai tingkat desain tidak
boeh melebihi simpangan awal antar lantai tingkat izin. Adapun contoh perhitungan
simpangan antar lantai pada lantai atap arah gempa Y adalah sebagai berikut :

Berdassarkan SNI 1726:2012, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx. Nilai
hsx merupakan tinggi antar tingkat. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : ΔIjin =
0,020 × hsx = 0,020 × 3200 = 64 mm

Maka, ΔAtap < ΔIjin


i. Kestabilan Bangunan
Analisis kontrol selanjutnya yaitu pengecekan kestabilan bangunan atau akibat efek P-
Delta, dibutuhkan nilai beban kumulatif gravity pada tiap lantai dengan factor beban
individu tidak melebihi 1,0. Adapun perhitungan control efek P-Delta pada story 5 akibat
gempa arah Y adalah sebagai berikut :
j. Penulangan Pelat Lantai

Penulangan pelat lantai didapatkan hasil sebagai berikut :

k. Penulangan Balok

Penulangan balok didapatkan hasil sebagai berikut :


l. Penulangan Kolom

Penulangan kolom didapatkan hasil sebagai berikut :

m. Penulangan Shearwall
Penulangan shearwall
didapatkan hasil sebagai berikut :

n. Fondasi

Diameter tiang rencana = 0,8 m. Kedalaman fondasi berdasarkan bore hole BH-3A
didapat 23 m, diambil berdasarkan nilai N-SPT pada data boring log yang menunjukan
pada kedalaman tersebut sudah mencapai tanah keras (NSPT = 50).
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat jumlah tiang yang digunakan pada struktur
kolom dan shear wall adalah sebagai berikut :
o. Rencana Anggaran Biaya

Berdasarkan hasil perhitungan dari pengalian antara Analisa Harga Satuan Pekerja
(AHSP) dan Bill of Quantity (BOQ) maka didapat rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
(RAB). Adapun total biaya yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk gedung 32 lantai
ini dapat dilihat pada table berikut :
9. Kesimpulan :

Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil pembahasan dan tujuan


daripada penulisan Penelitian analisis struktur ini adalah sebagai berikut :
1. Struktur gedung bertingkat yang direncanakan, dinyatakan sudah aman terhadap
beban-beban yang bekerja sesuai dengan fungsi yang direncanakan dalam
perencanaan denah arsitektur sebagai Gedung Apartemen.
2. Struktur gedung beton bertulang bertingkat 32 lantai direncanakan berdasarkan
syarat dan ketentuan SNI 1726:2012 dengan menggunakan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
a. Analisa Ragam Gerak arah X dan Y, mode-1 dan mode-2 adalah Translasi.
b. Analisan Ragam Gerak arah Z mode-3 adalah Berotasi.
c. Simpangan antar tingkat maksimum pada batas ultimit arah X adalah 4,379 dan
Y adalah 4,175.
3. Hasil perhitungan tulangan struktur atas, untuk pelat lantai sebesar D13-225 untuk
tulangan utama. Tulangan balok tumpuan atas 6D19, tumpuan bawah 3D19, tulangan
lapangan atas 3D16, lapangan bawah 5D16, tulangan sengkang D13-100. Tulangan
kolom K1 15D25 dengan tulangan sengkang lapangan D13-200 dan tulangan
sengkang tumpuan D13-150, Tulangan longitudinal shearwall D25-225, boundary
D25-100, tulangan transversal shearwall D13-225, boundary D13-150.
4. Hasil perhitungan struktur bawah, fondasi yang digunakan yaitu bored pile dengan
dimensi tiang 0,8 mm dan didapat nilai Qijin = 181,713 ton.
5. Hasil Rencana Anggaran Biaya (RAB) Struktur didapat sebesar
Rp55.671.872.073.
1. Judul:
Desain Modifikasi Struktur Gedung Apartemen One East Surabaya
Menggunakan Struktur Flat Slab dengan Penambahan Shear Wall (31 lantai )
2. Lingkup Pembahasan
Berkembangnya infrastruktur yang semakin pesat memacu peningkatan laju
pertumbuhan urbanisasi dari desa ke kota. Menurut data Dinas Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil kota Surabaya, pada tahun 2009 angka urbanisasi penduduk dari
luar kota ke wilayah Surabaya yakni sebesar 50,995 jiwa, sedangkan pada tahun 2014
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar 67,416 jiwa.
Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan didapatkan ringkasan bahwa
rangka utama gedung mampu menahan beban lateral Arah X dan Y yang masing-
masing arah sebesar 8,41% dan 4,85% sehingga memenuhi syarat Sistem Rangka
Gedung terpenuhi. Analisis harga terhadap perbedaan tebal pelat dilakukan untuk
mengetahui efektifitas pemilihan pelat yang efisien dan ekonomis. Salah satu upaya
pemerintah untuk menciptakan hunian yang layak di wilayah Surabaya adalah dengan
memaksimalkan pembangunan ke arah vertikal seperti hunian apartemen.
Struktur gedung pada umumnya memiliki komponen-komponen penyusun
yang menyatu seperti pelat, balok dan kolom. Namun saat ini penggunaan sistem
struktur konvensional balok - kolom dinilai kurang efektif diterapkan pada gedung
apartemen karena memiliki ruang bebas yang rendah. Pada studi ini akan
direncanakan sistem konstruksi alternatif Flat Slab di gedung apartemen One East
Surabaya dengan menggunakan beberapa alternatif perkuatan untuk mendukung
sistem struktur Flat Slab. .Konstruksi perkuatan alternatif yang pertama adalah dengan
adanya Drop Panel sebagai penahan geser struktur, dan konstruksi perkuatan alternatif
kedua adalah dengan adanya Coloumn Capital sebagai penahan geser pada bagian
kritis daerah kolom. Dari kedua alternatif konstruksi tersebut akan dibandingkan
dengan efisiensi tinggi ruang bebas yang didapatkan pada pembangunan gedung
apartemen One East Surabaya.
Apartemen One East sendiri merupakan gedung dengan struktur 31 lantai yang
memiliki tipikal sehingga mulai dari lantai 4 ke atas memiliki konfigurasi denah yang
sama. Pada Desain struktur gedung apartement One East ini akan di desain ulang
dengan menggunakan struktur Flat Slab. angka utama akan didesain sebagai Sistem
Rangka Gedung dan dinding struktur didesain sebagai dinding struktur beton khusus
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
a. Membandingkan efisiensi tinggi ruang bebas yang didapatkan pada pembangunan
gedung apartemen One East Surabaya.
b. menciptakan hunian yang layak di wilayah Surabaya adalah dengan
memaksimalkan pembangunan ke arah vertical.
c. mendesain ulang Apartemen One East dengan menggunakan struktur Flat Slab

Rumusan Masalah :
a. Bagaimana cara menganalisa beban lateral Apartemen One East ?
b. Bagaimana cara mendesain ulang Apartemen One East dengan menggunakan
struktur Flat Slab?
3. Tinjauan Pustaka
Flat Slab merupakan sistem struktur dengan pelat beton bertulang yang
diperkuat dua arah langsung ditunjang oleh kolom tanpa adanya balok[1]. Sistem flat
slab merupakan sistem yang sangat simpel untuk metode konstruksi dan untuk
bangunan dengan tinggi yang minimum. Analisis dinamik dari flat slab dan pelat dua
arah konvensioanal untuk analisis seismik dengan mempertimbangkan perbedaan area
seismik yang sangat mempengaruhi.
Tebal pelat dan kebutuhan tulangan untuk sistem flat slab dihitung
berdasarkan nilai-nilai ultimit gaya dalam hasil analisis struktur. Setelah itu, tulangan
yang akan dirancang harus kuat untuk menahan besarnya momen positif dan momen
negatif, sehingga terdapat dua bagian perancangan dalam hal ini, yaitu perancangan
tulangan momen positif dan tulangan momen negative
4. Hasil
 Data gedung

Desain Gedung Apartemen One East menggunakan sistem Flat Slab. Data
bangunan yang akan digunakan dalam pengerjaan Studi yaitu :
• Tipe Bangunan : Gedung Apartemen
• Lokasi : Surabaya
• Ketinggian Lantai
o Basement : 4 m
o Ground Floor : 4,5 m
o Lantai 1 – 19 : 3,4 m
• Luas Lantai : ± 1842,586 m2
• Tinggi Total Bangunan: ± 69,7 m
• Mutu Beton (f’c) : 40 MPa
• Mutu Baja (fy) : 400 MPa
• Data Tanah : Terlampir
• Data Gambar : Terlampir

 Analisa dan perhitungan


a. Permodelan struktur
Dalam Desain gedung bertingkat perlu dilakukan adanya
Desain pembebanan gravitasi maupun pembebanan gempa.
Program bantu ETABS 2016 akan membantu dalam cek serta
kontrol perhitungan struktur sesuai persyaratan yang telah
ditetapkan dalam SNI 1726 : 2012.

b. Pembebanan gravitasi
Pembebanan Gravitasi berupa beban mati dan beban hidup
yang bekerja pada gedung. Dari analisa pembebanan Gravitasi
pada gedung Apartemen One East yang telah dilakukan
didapatkan total beban secara manual (1D +1L) adalah
53105903,87 kg

c. Pembebanan gempa
Berdasarkan pasal 4.1.2 SNI 1726-2012, struktur ini
termasuk dalam kategori risiko II (Gedung Apartemen)
dengan faktor keutamaan gempa (Ie) = 1. Berdasarkan pasal
6.2 SNI 1726-2012, nilai Ss dan Ss ditentukan berdasarkan
peta zona gempa pada Gambar 9 dan 10 di SNI 1726-2012.
Sehingga didapatkan nilai Ss = 0,663 dan S1= 0,247.
Berdasarkan pasal 6.3 SNI 1726-2012, parameter
percepatan spektral desain, yaitu SDS dan SD1 ditentukan
berdasarkan rumus di bawah ini.

Dengan nilai-nilai tersebut, struktur gedung diklasifikasikan


sebagai kategori desain seismik kategori D. Untuk kategori
desain seismik D, dapat digunakan sistem rangka gedung
(SRG) sebagai sistem strukturnya. Dengan sistem rangka
gedung dengan dinding geser beton bertulang khusus maka
90% gaya gempa akan di pikul dinding geser Parameter sistem
struktur untuk arah x dan y dengan dinding geser beton
bertulang khusus adalah Ro= 6, Ωo= 2,5 dan Cd=5.
d. Perencanaan Struktur Sekunder
Struktur sekunder tidak menahan beban secara
keseluruhan, namun tetap mengalami tegangan akibat
pembebanan yang bekerja secara langsung pada bagian
tersebut, maupun perubahan bentuk dari struktur primer.
Analis Perhitungan struktur sekunder diantaranya
adalah perancangan tangga, balok bordes dan perancangan
balok penggangtung lift.
1. Perencanaan Tangga

2. Perencanaan Balok Bordes


Desain balok bordes sesuai dengan SNI-2847-2013
pasal 9.5.2.1 tabel 9.5a. Direncanakan balok bordes
dengan dimensi b = 200 mm, h = 300 mm. Berikut adalah
hasil rekapitulasi penulangan balok bordes :

3. Perencanaan Balok Penggantung Lift


Perencanaan yang dilakukan pada lift ini meliputi
balokbalok yang berkaitan dengan mesin lift.
4. Preliminary Design
Perencanaan awal dilakukan menurut peraturan SNI
2847:2013. Preliminary desain yang dilakukan terhadap
komponen struktur antara lain balok tepi, balok anak,
pelat, shearwall dan kolom. Sebelum melakukan
preliminary baiknya dilakukan penentuan data
perencanaan dan beban yang akan diterima oleh struktur
gedung.
e. Perencanaan struktur primer
Struktur utama adalah elemen utama suatu gedung dan
berfungsi untuk menahan pembebanan yang berasal dari
beban gravitasi dan beban lateral berupa beban gempa maupun
beban angin. Elemen utama terdiri dari pelat, balok tepi,
kolom dan shear wall. Perancangan elemen-elemen tersebut
mengacu pada SNI-2847-2013[6].
1. Desain pelat

2. Analisa Harga Besi Tulangan dan Beton Cor pada Pelat t =


250 mm dan t = 350 mm
Dalam analisa perbandingan penulangan tebal pelat
didapatkan kebutuhan tulangan untuk masing – masing
ketebalan pelat yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan analisa harga dapat disimpulkan
bahwa dengan menggunakan alternatif Option 2 dapat
menghemat biaya pembuatan pelat dengan presentase
sebesar 10,803%.

f. Perencanaan pondasi
5. Kesimpulan
1. Analisa struktur menggunakan program bantu ETABS.
2. Studi Desain menggunakan sistem Flat Slab dengan membuat variasi terhadap
tebal pelat menunjukan bahwa biaya pembuatan Option 1 (t pelat=350 mm, t drop
panel =100 mm) menghasilkan harga pembuatan sebesar Rp74.553.887 dan biaya
pembuatan Option 2 (t pelat=250 mm, t drop panel =200 mm) menghasilkan harga
pembuatan sebesar Rp66.499.595. Sehingga dalam pembuatannya Option 2 dapat
menghemat biaya pembuatan pelat sebesar 10,803%.
3. Penggunaan sistem Flat Slab efisien terhadap waktu dalam pelaksanaannya
karena tidak memerlukan bekisting balok dan tulangan pelat dapat menggunakan
tulangan fabrikasi.
4. Perhitungan gaya gempa pada Desain Gedung Apartement One East
menggunakan analisa respon spektrum di daerah Surabaya, sesuai dengan
peraturan SNI 1726:2012. 5. Desain struktur beton bertulang menggunakan
peraturan SNI 2847:2013, dengan sistem gedung yang digunakan adalah Sistem
Rangka Gedung.
6. Pondasi direncanakan dengan pondasi dalam tiang pancang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan menerima beban melalui poer.
1. Judul:
Desain Perencanaan Struktur Gedung 38 Lantai Dengan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SPRMK)
2. Lingkup Pembahasan
Semakin tinggi suatu bangunan, maka beban akibat gaya lateral yang terjadi
akan semakin besar.Gempa merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan struktur gedung bertingkat jika struktur berada di wilayah rawan
gempa.Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, struktur diharapkan dapat
merespons dengan baik terhadap beban gempa yang bekerja pada struktur tersebut
sehingga dapat menjamin bangunan tersebut tidak rusak karena gempa-gempa kecil
dan gempa sedang, serta tidak runtuh akibat gempa besar.
Dalam perencanaan struktur gedung Apartemen 88 Avenue Surabaya ini
digunakan sistem struktur SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) dan
Perencanaan bangunan gedung ini berdasarkan Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013). Serta untuk gempa berdasarkan Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 1726 : 2012). Dalam analisa beban gempa menggunakan analisis dinamik
Respons Spektrum.
3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
 Dapat merencanakan struktur gedung dengan sistem rangka pemikul momen
khusus pada daerah rawan gempa
 Dapat merencanakan komponen struktur atas dan struktur bawah
4. Masalah
 Bagaimana merencanakan struktur gedung dengan sistem rangka pemikul
momen khusus pada daerah rawan gempa?
 Bagaimana merencanakan komponen struktur atas dan struktur bawah?

5. Tinjauan Pustaka
Sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur dimana komponen
struktur balok, kolom, dan joint-jointnya menahan gaya-gaya melalui aksi lentur,
geser, dan aksial (Ambarwati, 2017). Ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus yang akan digunakan dalam perencanaan Gedung 38 Apartement 88
Avenue Surabaya ini yaitu sebagai berikut :
 Persyaratan Gaya
a. Gaya aksial tekan terfaktor, Pu tidak boleh melebihi /10 ' c g A f
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektifnya.
c. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
(Yudo Basuki.2009)
 Tulangan Longitudinal

 Tulangan Tranversal
a. Sengkang pertama harus dipasang  50 mm dari muka tumpuan. Jarak
maksimum sengkang (S max) :
 d/4
  6 kali diameter terkecil batang tulangan lentur utama
 150 mm
b. Sengkang pada daerah lebih dari dua kali tinggi balok diukur dari muka
tumpuan pada kedua sisi dari suatu penampang dengan kait gempa pada
kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d / 2
sepanjang bentang komponen struktur

Dalam perencanaan Gedung 38 Apartement 88 Avenue Surabaya ada


beberapa jenis beban yang ditinjau,antara lain yaitu :
 Beban mati
 Beban hidup
 Beban gempa

 Perhitungan struktur balok


1. Balok T
a. bf ≤ 1/4 ℓn (bentang bersih balok terdukung)
b. bf ≤ 16 hf + bw
c. bf ≤ 1/2ℓw (bentang bersih antara web-web)
2. Balok L
a. bf ≤ 1/4 ℓn (bentang bersih balok terdukung)
b. bf ≤ 6 hf (tebal plat) + bw
c. bf ≤ 1/2 bentang bersih antara web-web
 Perhitungan struktur kolom

 Perhitungan struktur pondasi


1. Pondasi bore pile

a. Perhitungan jarak antar tiang 2 D ≤ S ≤ 3D


b. Perhitungan jarak tiang ke tepi poer 1,5 D ≤ S’ ≤ 2D
c. Efisiensi

d. Gaya yang dipikul oleh masing-masing bore pile


2. Perencanaan pile cap
 Perhitungan struktur pelat
6. Hasil
 Preliminary Desingn
Preliminary Design adalah desain awal untuk membentuk stuktur bangunan
yang sesuai dengan SNI 2847-2013.
1. Preliminary Design Balok
Preliminary Design Balok sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 9.5.2

2. Preliminary Design Pelat


Preliminary Design Balok sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 9.5.3

3. Preliminary Design Kolom


Preliminary Design Balok sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 9.3.2.2

 Analisa Pembebanan
Dalam perencanaan pembangunan Gedung 38 Apartement 88 Avenue
Surabaya beberapa hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Kategori resiko
Dalam menentukan kategori resiko yang harus ditinjau dalam perencanaan
struktur bangunan gedung adalah fungsi bangunan tersebut. Untuk kasus
ini fungsi bangunan adalah apartemen sehingga digunakan kategori resiko
II.
2. Faktor keutamaan
Faktor Keutamaan Gempa (Ie) adalah 1,0 sesuai dengan SNI 1726-2012.
3. Klasifikasi Situs Tanah

Untuk Klasifikasi Situs Tanah pada SNI 1726-2012, nilai N 17,68


diketegorikan SD (tanah sedang)

4. Parameter Percepatan Tanah Ss dan S1


Ss = 0,665 (berdasarkan puskim)
S1 = 0,252 (berdasarkan puskim)
5. Koefisien Lokasi Fa dan Fv
Fa = 1,268 (berdasarkan puskim)
Fv = 1,897 (berdasarkan puskim)
6. Nilai SMS dan SM1
SMS = Fa x Ss
= 1,268 x 0,665
= 0,84322
SM1 = Fv x S1
= 1,897 x 0,252
=0,47804
7. Parameter Percepatan Spektrum Desain SDS dan SD1

8. Kategori Desain Seismik


Berdasarkan parameter percepatan spektrum desain SDS, gedung ini
termasuk kategori desain seismik D.
9. Sistem Penahan Gempa
Sistem Penahan Gempa untuk gedung ini menggunakan sistem
rangka beton bertulang pemikul momen khusus. Berdasarkan tabel
Sistem Penahan Gempa pada SNI 1726-2012, diperoleh data sebagai
berikut :

Waktu Getar Alami Fundamental (T)

10. Gaya geser


11. Partisipasi massa
12. Simpangan Antar Lantai (Story Drift)

 Perencanaan struktur
Dalam perencanaan pembangunan Gedung 38 Apartement 88 Avenue Surabaya
ini,perencanaan struktur sekunder,primer,dan struktur bawah antara lain
meliputi :
1. Perencanaan struktur sekunder
2. Perencanaan struktur primer

3. Perencanaan struktur bawah


7. Kesimpulan
Dari analisa struktur menggunakan SAP2000, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Struktur penahan gempa yang diterapkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK), dan gedung termasuk kategori desain seismik D. Terdapat
kontrol nilai akhir respon spektrum Vdinamik arah x sebesar 11977 kN dan arah y
sebesar 11986 kN, serta Vstatik arah x sebesar 14105 kN dan arah y sebesar 14105
kN. Kontrol partisipasi massa memenuhi syarat yaitu pada mode 6, dan kontrol
waktu getar (T) sebesar 2,8778 detik. Dari hasil perhitungan nilai N-SPT sebesar
17,68 , klasifikasi situs tanah dikategorikan tanah sedang (SD).
2. Hasil perencanaan yaitu :
Pondasi
Perencanaan bore pile, direncanakan diameter 100 cm kedalaman 30 m. Serta pile
cap berdimensi 625 x 625 x115 cm dengan penulangan D25-175.
Tugas Kelompok Review Artikel Jurnal:
- Poin yang direview: lingkup, tujuan, masalah, metode, hasil, kesimpulan
Point yang di bahas Beserta Penjelasan:
1. Judul:
Analisis Kinerja Waktu dan Penerapan Building Information Modeling pada Proyek
Pembangunan Jasmine Park Apartment Bogor
(Time Schedule Analysis and Building Information Modeling Application on Jasmine
Park Apartment Bogor).
2. Lingkup Pembahasan
Perkembangan ilmu dan teknologi sangat berdampak pada bidang konstruksi.
Bidang konstruksi memiliki peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan lapangan kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya
pembangunan konstruksi. Meningkatnya pembangunan tentu dibutuhkan pekerjaan
dengan tingkat produktivitas tinggi, efektif, dan efisien. BIM adalah seperangkat
teknologi, proses, kebijakan yang seluruh prosesnya berjalan secara kolaborasi dan
integrasi dalam sebuah model digital. Penggunaan BIM dalam pekerjaan konstruksi,
proses desain, pengadaan, dan pelaksanaan konstruksi dapat dengan mudah
terhubung, selain itu, memungkinkan pelaku yang terlibat dalam suatu proyek bekerja
secara kolaborasi (Eastman et al. 2011).
Penggunaan BIM dalam pekerjaan konstruksi, proses desain, pengadaan, dan
pelaksanaan konstruksi dapat dengan mudah terhubung. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22/PRT/M/2018 tentang
Pembangunan Bangunan Gedung Negara, penggunaan BIM wajib diterapkan pada
Bangunan Gedung Negara tidak sederhana dengan kriteria luas di atas 2000 m2 dan di
atas 2 lantai. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan penerapan BIM dengan
menggunakan software Tekla Structure pada proyek pembangunan Jasmine Park
Apartment Bogor.
3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
 Mengaplikasikan building information modeling (BIM) 4 Dimensi (4D) pada
pembangunan Jasmine Park Apartment Bogor menggunakan software Tekla
Structure.
 Menganalisis kinerja waktu pada proyek pembangunan Jasmine Park
Apartment Bogor dengan membandingkan bobot pekerjaan kurva S rencana
dengan kurva S realisasi. Menganalisis faktor penyebab keterlambatan dan
cara untuk menanggulanginya.
4. Masalah
Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah untuk menemukan metode yang
cepat dalam pembangunan Jasmine Park Apartment Bogor menggunakan software
Tekla Structure.
5. Metode
Penelitian yang dilaksanakan pada bulan April 2020. Untuk pengambilan data
dilakukan di proyek Jasmine Park Apartement Bogor, dan alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laptop yang telah dilengkapi dengan software AutoCAD, Tekla
Struktures ® 2019i dan Microsoft Office 2016. Penelitian dimulai dengan studi
literatur guna mencari informasi dan mengumpulkan data. Sedangkan data yang
digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder:
 Data primer didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak terkait
untuk memperoleh informasi pada proyek dan untuk mengklarifikasi
masalah yang terjadi di lapangan
 Data sekunder yang digunakan yaitu jadwal perencanaan dan realisasi
kegiatan proyek pembangunan, data progres bobot pekerjaan realisasi
dan rencana, kurva S, serta shop drawing. Kemudian dilakukan
pengolahan data yang meliputi pemodelan 3D dan 4D yang difokuskan
pada pekerjaan struktur pada Proyek Pembangunan Jasmine Park
Apartment serta analisis kinerja waktu.
Kemudian dilakukan pengolahan data yang meliputi pemodelan 3D dan 4D
yang difokuskan pada pekerjaan struktur pada Proyek Pembangunan Jasmine Park
Apartment serta analisis kinerja waktu. Pemodelan 3D dilakukan dengan pemodelan
pondasi, kolom, shear wall, balok, pelat, tangga dan atap. Pertama hal yang dilakukan
adalah log in dan kotak configuration dipilih educational. Tahapan selanjutnya
dilakukan pemodelan seperti pembuatan grid, pemodelan pondasi, pemodelan pile cap
dan tie beam, pemodelan shear wall, pemodelan kolom, pemodelan balok, pemodelan
tangga, dan pemodelan atap. Skenario dibuat sesuai dengan jadwal perencanaan dan
realisasi proyek. Jadwal kegiatan dihubungkan dengan objek model masing-masing
dengan langkah awal model organizer yang telah dibuat dibuka. Tampilan model
diubah terlebih dahulu dengan menekan tombol ctrl+5 pada keyboard atau dengan
cara pada menu view dipilih rendering lalu diklik show only selected part. Komponen
struktur pada model organizer yang dipilih diklik kanan, yang merupakan model 3D
dari bangunan yang ditambahkan dengan waktu berupa penjadwalan. Pemodelan 3D
dan Pengklasifikasian Komponen Struktur Pemodelan dimulai dengan pembuatan grid
dan level yang disesuaikan dengan gambar shop drawing.

Analisis Kinerja Waktu Analisis kinerja waktu dilakukan dengan


membandingkan jadwal rencana dengan jadwal realisasi kegiatan proyek. Analisis
yang dilakukan yaitu dengan membandingkan bobot rencana dan bobot realisasi pada
kurva S. Nilai bobot dari kurva S diubah menjadi bobot perbulan untuk mengetahui
kinerja waktu proyek setiap bulannya.

6. Hasil
 Gambaran Umum Proyek
Proyek pembangunan Jasmine Park Apartment Bogor berlokasi di Jalan Letjen
Ibrahim Adjie No. 1, Laladon, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Terdapat tiga
apartemen yang akan dibangun antara lain adalah Tower Green, Tower Red, dan
Tower Blue. Proses pekerjaan yang dilakukan pada proyek ini terbagi menjadi
beberapa pekerjaan yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur
serta pekerjaan mekanikal, elektrikal, dan plumbing (MEP). Lokasi proyek
pembangunan Jasmine Park Apartment dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Proyek Pembangunan Jasmine Park Apartment

 Pemodelan Pondasi dan Pile Cap


Pembangunan pondasi pada Tower Green Jasmine Park Bogor
menggunakan jenis pondasi bored pile. Bored pile diikat oleh pile cap
sebelum didirikan kolom diatasnya. Struktur pondasi memiliki spesifikasi
mutu beton dengan fc’ 30 MPa. Terdapat lima tipe pile cap yang digunakan
yaitu pile cap tipe PC1, PC2, PC3, PC6, dan PC11.

Gambar 2. Detail Penulangan Pondasi Jasmine Park Apartment

 Pemodelan Kolom
Terdapat enam tipe kolom beton yang digunakan pada Tower Green
Jasmine Park Apartment, yaitu kolom tipe CO1, CO2, CO3, CO4, CO5, dan
CO6. Pemodelan kolom dengan program Tekla Structures 2019i
menggunakan menu concrete column.

Gambar 3. Detail Penulangan Kolom CO4 Jasmine Park Apartment


 Pemodelan Shear Wall
Pemodelan shear wall pada bangunan ini menggunakan tipe precast.
Hasil pemodelan shear wall penggunakan program Tekla Structures 2019i
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Pemodelan Shear Wall


 Pemodelan Balok dan Tie Beam
Hasil detail penulangan balok menggunakan program Tekla
Structures 2019i dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Detail Penulangan Balok Jasmine Park Apartment

 Pemodelan Pelat
Pelat pada bangunan ini memiliki berbagai tipe SA, SB, SC, SD, SE,
SF, SG, SH, SI, SJ, SK, dan SL
Gambar 6. Detail Penulangan Pelat SG Jasmine Park Apartment
 Pemodelan Tangga
Hasil pemodelan tangga menggunakan program Tekla Structures dapat
dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Pemodelan Tangga

 Pemodelan Atap
Hasil pemodelan keseluruhan pembangunan Tower Green Jasmine
Park Apartment dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hasil Pemodelan Keseluruhan Pembangunan Tower Green
Jasmine Park Apartment
 Pemodelan 4D
Hubungan antara pemodelan 3D, model organizer, dan task manager
dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan antara Pemodelan 3D, Model Organizer, dan Task


Manager

Pemodelan 3D dari Tower Green Jasmine Park Apartment dan jadwal


kegiatan yang sudah dimasukkan dalam task manager kemudian diolah
menggunakan project visualization. Tahap ini digunakan untuk
mengintegrasikan hasil visualisasi model dengan penjadwalan kegiatan proyek
sehingga dikatakan sebagai pemodelan 4D.

Hasil dari project visualization yang menunjukkan rencana dan realisasi


kemajuan pekerjaan struktur dari pembangunan Tower Green Jasmine Park
Apartment dapat dilihat pada Gambar 10.
 Analisis Kinerja Waktu
Kurva S pembangunan yang menunjukkan progres pekerjaan setiap
bulannya dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Kurva S Pembangunan Tower Green

Bobot pekerjaan setiap bulan pada pembangunan Tower Green


Jasmine Park Apartment dapat dilihat pada Tabel 1.

7. Kesimpulan

Penerapan BIM menggunakan software Tekla Structure 2019i dapat dengan


baik memodelkan pemodelan 3D dan 4D pada pembangunan Jasmine Park Apartment
Bogor. Kelebihan dalam penggunaan software Tekla Structure 2019i dapat melakukan
pemodelan 3D dilakukan berdasarkan shop drawing tanpa analisis pembebanan dan
dapat dilihat spesifikasinya pada Model Organizer. Pemodelan 4D dilakukan dengan
menambahkan jadwal pekerjaan yang terhubung dengan pemodelan 3D dengan tools
task manager.
Dari analisis kinerja waktu menggunakan kurva S didapatkan bahwa proyek
ini mengalami keterlambatan dengan nilai deviasi tertinggi pada bulan Juni 2020
sebesar -13,67%.
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pihak kontraktor faktor
penyebab keterlambatan pada proyek ini adalah keterlambatan pengadaan MEP dan
keadaan cuaca. Percepatan pekerjaan dilakukan dengan menambah jam kerja (lembur)
serta penambahan jumlah pekerja.
Tugas Kelompok Review Artikel Jurnal:
- Poin yang direview: lingkup, tujuan, masalah, metode, hasil, kesimpulan
Point yang di bahas Beserta Penjelasan:
1. Judul:
Analisa Indeks Kinerja Erection Dinding Fasade Bangunan Gedung Bertingkat
Tinggi. (34 lantai)
2. Lingkup pembahasan
Pembangunan infrastruktur di Indonesia dewasa ini sedang berkembang
dengan pesatnya. Terutama pembangunan apartemen sebagai upaya pengurangan
penggunaan lahan secara berlebihan. Semakin banyak pula jenis konstruksi yang
dapat digunakan pada pembangunan apartemen, salah satunya dengan menggunakan
sistem façade precast sebagai pengganti dinding luar yang penggunaannya sudah
menjamur hampir di seluruh proyek pembangunan apartemen di kota-kota besar di
Indonesia. Dinding façade ini tidak dicetak di tempat konstruksi seperti metode
dinding
konvensional pada umumnya, melainkan dicetak ditempat pabrikasi, lalu
dibawa ke lokasi untuk disusun/dirangkai menjadi suatu struktur utuh (setting).
Prinsip dari sistem ini ialah beton dicetak/dicor terlebih dahulu sebelum di-install di
lapangan. Hal ini menjadikan mutu dari beton pracetak dapat terjaga dengan baik
karena dikerjakan secara terpisah diarea pabrikasi. Selain itu, waktu pelaksanaan yang
cepat, biaya pembangunan yang lebih murah, ramah lingkungan, dan pengaruh cuaca
yang dapat diminimalkan menjadikan sistem beton pracetak ini dikatakan lebih
terkontrol, cepat, ekonomis, dan efisien baik segi biaya maupun waktu.
Indeks kinerja pekerjaan setting façade precast itu sendiri adalah salah satu
aspek penting dalam pembangunan konstruksi bangunan bertingkat tinggi dengan
sistem dinding façade. Adapun prosedur setting dinding façade terdiri dari
install/erection dan pengelasan/joint. Untuk itu kebutuhan waktu tiap pekerjaan yang
termasuk dalam prosedur setting dinding façade akan berbeda-beda dikarenakan
beberapa faktor antara lain dipengaruhi oleh kesalahan pembuatan gambar kerja,
kesalahan produksi, jumlah peralatan yang ada, jumlah alat berat yang ada, jumlah
tenaga kerja yang ada, keahlian/kemampuan tenaga kerja, keadaan cuaca saat install,
dan kualitas produksi dinding façade.
Dalam penelitian ini akan diSbahas mengenai waktu yang dibutuhkan
pekerjaan install/erection dan pengelasan dinding façade pada pembangunan
konstruksi bangunan bertingkat tinggi. Dimana penulis akan memperhitungkan dan
menganalisa waktu rata- rata yang dibutuhkan untuk pekerjaan erection dan
pengelasan dinding façade. Analisa waktu setting dinding façade ini berdasarkan hasil
monitoring dilapangan untuk pekerjaan install dan pengelasan dinding façade.
3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks kinerja dan indeks kenaikan
lantai pekerjaan pemasangan dinding façade pada bangunan gedung bertingkat tinggi.
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan kepada pelaksana di lapangan untuk memperhitungkan
durasi pekerjaan install/erection dan pengelasan dinding façade.
2. Menjadi masukan dalam penyusunan RAB untuk anggaran biaya pekerjaan
install dan joint dinding façade
4. Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai waktu berapa lama yang di
butuhkan untuk pekerjaan instal/ erection dan pengelasan dinding facade pada
pembangunan konstruksi bangunan bertingkat tinggi. Di mana penulis akan
memperhitungkan dan menganalisis waktu rata2 yang di butuhkan untuk pekerjaan
erection dan pengelasan dinding facade.
5. Metode
Statistika adalah ilmu yang berhubungan dengan pengumpulan data
(collecting), analisis data (analyze) dan penafsiran data (interpreting). Definisi
statistika tersebut memberikan gambaran bahwa statistika merupakan ilmu yang
sangat erat berhubungannya dengan data. Adapun rencana tahap penelitian yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Penentuan lokasi penelitian, dimana penelitian ini dilakukan pada Proyek
Apartemen Puncak CBD Surabaya dan Proyek Rumah Susun Pasar Rumput.
b. Menganalisis dan menghitung durasi/waktu pekerjaan instalasi dinding façade.
c. Menganalisis/menghitung durasi/waktu pekerjaan pengelasan dinding façade.
d. Menganalisis/menghitung indeks kenaikan lantai pekerjaan install/erection
dinding façade.
e. Menganalisis/menghitung indeks kenaikan lantai pekerjaan pengelasan/joint
dinding façade.
f. Membuat kesimpulan dan saran dari penelitian
6. Landasan teori
Sistem pracetak itu sendiri adalah sistem yang seluruh komponen bangunan
dapat dipabrikasi lalu dipasang dilapangan. Menurut Dwi Dinariana (2013),
pengertian konstruksi beton pracetak adalah suatu konstruksi bangunan yang
komponen bangunannya dicetak/dipabrikasi terlebih dahulu dipabrik atau di lapangan,
lalu disusun di lapangan untuk membentuk satu kesatuan bangunan gedung. Proses
produksi beton pracetak dapat dilakukan di pabrik atau di lapangan. Untuk melakukan
produksi dilapangan dibutuhkan lahan produksi (Casting Area), selain itu diperlukan
juga lahan penumpukan (Stocking Area) baik untuk produksi di pabrik maupun di
lapangan. Beberapa prinsip yang dipercaya dapat memberikan manfaat lebih dari
teknologi beton pracetak ini antara lain terkait dengan waktu, biaya, kualitas,
predictability, keandalan, produktivitas, kesehatan, keselamatan, lingkungan,
koordinasi, inovasi, reusability, serta relocatability (Gibb, 1999). Façade precast ialah
salah satu contoh penggunaan beton pracetak sebagai salah satu cara untuk
mempersingkat waktu.
7. Pembahasan dan hasil
• 7.1Analisa Waktu Rata-rata Pekerjaan Erection Dinding Façade
• 7.2 Analisa Waktu Rata-rata Pekerjaan Pengelasan Dinding Façade
• 7.3 Analisa Indeks Kenaikan Lantai Pekerjaan Erection Dinding Façade
• 7.4 Analisa Indeks Kenaikan Lantai Pekerjaan Pengelasan Dinding Façade
• 7.5 Analisa Indeks Tenaga Kerja Pekerjaan Erection Dinding Façade

• 7.6 Analisa Indeks Tenaga Kerja Pekerjaan Pengelasan Dinding Façade

8. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pekerjaan erection dinding façade terbagi menjadi 2 pekerjaan yaitu
pekerjaan instalasi/erection dan pekerjaan joint/pengelasan.
2. Waktu instalasi/erection dinding façade pada lantai 1 adalah sebesar
171.16 detik sedangkan waktu pengelasan dinding façade untuk lantai 1
adalah sebesar 1830,85 detik. Dimana waktu erection dan waktu
pengelasan setiap lantai mengalami kenaikan atau yang sering disebut
indeks kenaikan lantai.
3. Permasalahan yang dialami pada pekerjaan erection dinding façade antara
lain sering terjadinya lilit pada kabel TC. Dimana semakin tinggi lantai
erection yang dituju semakin besar pula angin yang menerpa komponen,
hal ini menyebabkan sering terjadinya lilitan kabel TC. Permasalahan
lainnya adalah cuaca yang tidak menentu. Dikarenakan proses pekerjaan
erection dinding façade sangat bergantung pada tahap pengangkatan
komponen, maka cuaca
4. Permasalahan yang dialamipada
pekerjaan pengelasan/joint dinding
façade antara lain lamanya proses pengelasandan pengeboran plat
bracket. Jumlah sambungan pada dinding façade dalam penelitian ini
adalah 4 sambungan. Dimana proses pekerjaan ini dilakukan secara
bergantian antar plat bracket dan embedded plat, sehingga waktu
diperlukan cukup besar.
5. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier dan non-linier untuk
waktu yang dibutuhkan pada pekerjaan erection setiap lantai
menggunakan persamaan :
1. untuk dibawah lantai 30 menggunakan persamaan linier
𝑦 = 8.0059𝑥 + 163.61
2. untuk lebih dari atau sama dengan lantai 30 menggunakan
persamaan non-linier 𝑦 = 10.772𝑒0.1202𝑥.
6. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier untuk waktu yang
dibutuhkan pada pekerjaan pengelasan setiap lantai menggunakan
persamaan linier 𝑦 = 1,2545𝑥 + 1829,6.
7. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier untuk indeks
kenaikan lantai pada pekerjaan erection setiap lantai menggunakan
persamaan :
a. untuk dibawah lantai 30
menggunakan persamaan linier
𝑦 = 0,0467𝑥 + 0,9533.
b. untuk lebih dari atau sama dengan lantai 30 menggunakan persamaan
linier
𝑦 = 0,3562𝑥 − 8,4159.
8. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier untuk waktu yang
dibutuhkan pada pekerjaan pengelasan setiap lantai menggunakan
persamaan linier 𝑦 = 0,0007𝑥 + 0,9993.

Anda mungkin juga menyukai