Disusun Oleh:
2022
JUDUL JURNAL:
1. Judul :
2. Lingkup Pembahasan :
3. Tujuan :
Ada beberapa maksud yang ingin perencana capai diantaranya sebagai berikut :
- Perencana dapat merencanakan struktur bangunan gedung tahan gempa 17 tingkat
yang kokoh dalam hal ini bangunan Hotel di Makassar.
- Perencana mengetahui permasalahan yang ada dalam proses analisa dan perhitungan
sehingga mampu untuk memahami tahapan – tahapan perhitungan gedung
bertingkat.
4. Pembatasan Masalah :
Pembebanan yang dikenakan pada struktur yaitu, beban mati, beban hidup dan beban
gempa yang didasarkan pada SNI 1726:2012 dan SNI 1727:2013.
Beban Mati
Beban mati ada 2 jenis yaitu beban dari berat sendiri struktur yang mana merupakan
volume dari struktur dikalikan berat jenisnya untuk beton betulang nilainya 24
kN/m3 dan berat mati tambahan. Untuk beban mati tambahan yang dikenakan pada
struktur sebagai berikut :
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur didasarkan pada SNI 1727: 2013 sebagai
berikut :
Beban Gempa
Beban dan parameter-parameter perencanaan gempa yang direncanakan akan didasarkan
pada SNI 1726:2012. Parameter perencanaan gempa didasarkan pada lokasi yang mana
perlu dilihat pada peta zonasi gempa.
Dengan ditentukannya nilai Ss dan S1 maka parameter lain dapat ditentukan sesuai
dengan tabel yang ada yaitu Fa dan Fv kemudian dapat menghitung nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1.
Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 dan 𝑆𝐷1 dapat ditentukan kategori desain seismik sehingga dapat
ditentukan model sistem penahan gaya gempa (tabel 3) yang akan digunakan.
Dari gaya gempa yang bekerja pada struktur akan menghasilkan goyangan pada
struktur yang mana ada persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
Perioda fundamental struktur
Partisipasi massa
Gaya geser dasar seismik
Simpangan antar lantai
Ketidakberaturan horizontal dan vertikal
Kombinasi Pembebanan
Adapun untuk kombinasi yang digunakan untuk merencanakan struktur bangunan
sebagai berikut :
C1 : 1,4D
C2 : 1,2D + 1,6L + 0,5Lr
C3 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX + EY
C4 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + 0,3EX - EY
C5 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX + EY
C6 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - 0,3EX - EY
C7 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX + 0,3EY
C8 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L + EX - 0,3EY
C9 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX + 0,3EY
C10 : (1,2 + 0,2 SDS)D + L - EX - 0,3EY
C11 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX + EY
C12 : (0,9 - 0,2 SDS)D + 0,3EX - EY
C13 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX + EY
C14 : (0,9 - 0,2 SDS)D - 0,3EX - EY
C15 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX + 0,3EY
C16 : (0,9 - 0,2 SDS)D + EX - 0,3EY
C17 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX + 0,3EY
C18 : (0,9 - 0,2 SDS)D - EX - 0,3EY
6. Metode :
Proses Analisa struktur akan di bantu dengan program komputer dengan langkah
perencanaan yang dilakukan sebagaimana tertera pada gambar 3.
7. Hasil Penelitian :
Dengan nilai 𝑆𝐷𝑆 = 0,21 dan 𝑆𝐷1 = 0,16 didapat kategori desain seismik KDS C.
Dengan didapatkan KDS C maka sesuai dengan tabel 3, parameter sistem penahan
gaya gempa untuk rangka beton bertulang yang akan digunakan yaitu yang khusus
(SRPMK).
Sehingga,
Gaya geser dasar seismik ( 𝑉 ) berdasarkan SNI 1726:2012 pasal 7.8.1 dihitung sebagai
berikut dengan menghitung nilai koefisien respons siesmik ( 𝐶𝑠 ) terlebih dahulu.
pada daerah lainnnya juga dilakukan perhitungan yang sama sehingga didapatkan
hasil sebagai beriku.
Desain Penulangan Kolom
Pada penulangan kolom akan menggunakan hasil tulangan yang dihasilkan oleh
program yang kemudian akan dilakukan pengecekan kembali dengan diagram
interaksi kolom. Dicontohkan pada kolom 75 x 75 pada lantai 3 yang mana panjang
kolom = 5200 mm.
Setelah diketahui bahwa gaya dalam pada kolom tidak ada yang keluar dari diagram
interaksi maka disimpulkan kolom kuat untuk menahan beban. Berdasarkan
2847:2013 pasal 21.6.2.2 pengecekan Strong Column – Weak Beam menggunakan
persamaan.
Gaya geser desain pada kolom SRPMK didasarkan pada SNI 2847:2013 pasal
21.6.5.1 dimana nilai gaya geser rencana dari kolom (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)tidak perlu
melebihi geser dari balok yang menumpu (𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘) dan juga harus lebih
besar dari nilai geser dari hasil analisa program (𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚) .
Berdasarkan Yudah Lesmana (2019) persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi
: 𝑉𝑢−𝑝𝑟𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 ≤ 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 Dari data yang ada
didapatkan hasil sebagai berikut :
Gaya geser (𝑉𝑢) = 𝑉𝑒−𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 = 170,645 kN
Ukuran Kolom = 750 x 750 mm
Luas bruto kolom (𝐴𝑔) = 562500 mm2
Ukuran inti penampang (𝑏𝑐 ) = 670 mm
Luas inti penampang (𝐴𝑐ℎ) = 448900 mm2
Tebal selimut beton (𝑡𝑠 ) = 40 mm
Tinggi bersih kolom (𝑙𝑛) = 4500 mm
Tulangan longitudinal (𝑑𝑙 ) = D25 mm
Tulangan tranversal (𝑑𝑡 ) = Ø10 mm
Tinggi efektif kolom (d) = 687,5 mm
Mutu beton (𝑓𝑐 ′) = 30 MPa
Mutu tulangan tranversal (𝑓𝑦𝑡) = 420 MPa
Nilai 𝑉𝑐 diperhitungkan karena tidak memenuhi persyaratan pada SNI
2847:2013 pasal 21.6.5.2.
Pada daerah diluar sendi plastis digunakan tulangan yang sama namun jaraknya 150 mm.
Sehingga pada joint yang ditinjau akan dipasang tulangan geser 4D10 – 100 mm.
Perencanaaan Fondasi Fondasi yang digunakan adalah fondasi tiang pancang dengan
kedalaman pancang 20 – 28 m. Ukuran tiang pancang yang digunakan adalah 45 x45 cm
berbentuk persegi dengan mutu 𝑓𝑐 ′ = 41,5 MPa.
Daya dukung tiang akan diambil hasil yang terkecil dari data N-SPT, sondir dan batas
izin material tiang (Anugrah & Erni, 2013). Sehingga didapatkan 𝑃𝑎 = 1410,84 kN.
Untuk menghitung kebutuhan tiang dapat diasumsikan untuk efisiensi pada tiang
pancang sebesar 75%.
𝑃𝑢 pada titik tinjauan= 7056,276 kN
𝑃𝑎 yang dipakai = 1410,84 kN
Asumsi efisiensi 𝑃𝑎 = 75%
Dengan 9 buah pile yang dibutuhkan didapatkan pile cap rencana sebagai berikut:
Ukuran pile cap = 2,8 m x 2,8 m
Tebal pile cap = 0,75 m
Berat jenis beton = 24 kN/m3
Berat pile cap = 2,8 × 2,8 × 0,75 × 24 = 141,12 kN
Kemudian dicek kembali efisiensi dan daya dukung kelompok tiang dengan persamaan
Converse-Labbarre.
Kategori desain seismik termasuk dalam kategoti KDS C yang mana pada
perencanaan strukturnya akan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
(SRPMK).
Dimensi balok :
- Balok B3 350 x 700 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B3A,
B3B, B3C
- Balok B2 350 x 500 mm Berdasarkan tipe penulangannya dibagi menjadi B2A,
B2B, B2C
- Balok Lift (B2L) 350 x 500 mm
- Balok Kantilever (B2K) 350 x 500 mm
- Balok Tangga (B2T) 350 x 500 mm - Balok B1 250 x 400
- Balok Atap (B1A) 250 x 400 - Tie Beam 350 x 800
Dimensi Kolom :
- Kolom 650 x 650 mm
- Kolom 700 x 700 mm
- Kolom 550 x 500 mm, lift
- Kolom 550 x 550 mm, tangga
- Kolom 450 x 450 mm, tangga
1. Judul :
Santi
Widayani
2. Lingkup Pembahasan :
Dalam perencanaan bangunan gedung ini digunakan beton bertulang, karena beton
merupakan material yang kuat dalam kondisi tekan tapi lemah dalam kondisi tarik.
Kuat tarik beton bervariasi dari 8% ̶ 14% kuat tekannya. Dengan sifat tersebut, beton
dimanfaatkan sebagai material pembentuk struktur yang baik seperti beton bertulang,
dimana dalam struktur tersebut beton dan tulangan baja yang kuat terhadap tarik
bekerja sama menahan gaya-gaya yang ada. Agar bangunan struktur beton bertulang
dapat berfungsi dengan baik, perancang struktur wajib mendesain elemen- elemen
dengan tepat. Elemen yang sering digunakan dalam struktur beton bertulang yaitu,
pelat lantai, balok, kolom, dinding dan fondasi.
Sehubungan dengan hal diatas, penulis ingin melakukan perencanaan gedung
bertingkat tahan gempa 32 lantai pada wilayah gempa berat dengan menggunakan sistem
rangka beton bertulang pemikul momen khusus (SRPMK), sesuai dengan SNI 03-
2847:2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan SNI 03-
1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
dan Non Gedung. Kedua SNI ini merupakan dasar utama dalam perencanaan struktur
dengan sistem struktur penahan gaya seismik. Dengan pedoman Standar Nasional
Indonesia ini, diharapkan struktur mampu bertahan dari beban gravitasi dan beban gempa
tanpa mengalami kegagalan struktur. Apabila terjadi kegagalan struktur balok sehingga
dapat memberikan tanda dan waktu bagi penghuni gedung untuk menyelamatkan diri
sebelum kegagalan kolom terjadi.
3. Tujuan :
5. Landasan Teori:
a. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Sistem rangka struktur yang pada dasarnya memiliki rangka pemikul beban
gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama
melalui mekanisme lentur. Komponen struktur yang memikul lateral dan gaya aksial
(kolom) yang diakibatkan oleh beban gempa bumi, serta beban aksial terfaktor yang
bekerja melebihi Agf’c/10, harus memenuhi persyaratan ukuran penampang sebagai
berikut :
1. Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik pusat
geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm.
2. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah tegak
lurusnya tidak kurang dari 0,4 mm.
c. Analisis Gempa
Beban gempa adalah beban yang timbul akibat perencanaan getaran tanah pada
saat gempa terjadi. Analisa yang digunakan pada perencanaan ini adalah metode
analisis respons spectrum. Renspons spectrum adalah suatu spectrum yang disajikan
dalam bentuk grafik/ plot antara periode getar struktur T, lawan respns-respons
maksimum berdasarkan rasio redaman dan gempa tertentu. Respons-respons maksimum
dapat berupa simpangan maksimum (Spectral Displacement, SD), kecepatan maksimum
(Spectral Velocity, SV) atau percepatan maksimum (Spectral Acceleration, SA) massa
struktur singe degree of freedom (SDOF), (Widodo, 2001). Pembebanan gempa respons
spectra berguna untuk melihat perilaku dinamik dari pola geser bangunan tinggi.
6. Metode :
7. Data Perencanaan :
a. Data Umum
Adapun penjabaran dari data umum desain struktur perancangan gedung tersebut
adalah sebagai berikut :
i. Tipe Bangunan : Apartemen
ii. Tinggi Bangunan : ±105,5 m
iii. Jumlah Lantai : 32 Lantai
iv. Material : Beton Bertulang
v. Sistem Gedung : Sistem Ganda (Dual System)
d. Gambar Gedung
Berikut merupakan gambar hasil pemodelan struktur gedung dengan menggunakan
program ETABS 2013 serta tamapk sampingnya :
e. Data Tanah
Data tanah ini didapat sesuai kondisi eksisting di kawasan Cibubur, Depok,
Jawa Barat. Berdasarkan data tanah bore log BH-3A didapat hasil perhitungan nilai
N-SPT sesuai dengan klasifikasi situs tanah pada SNI 1726:2012 yaitu termasuk
tanah lunak (SE).
f. Data Gempa
Wilayah Cibubur, Depok, Jawa Barat masuk kedalam wilayah gempa 4.
Zona gempa berfungsi memberikan gambaran wilayah-wilayah yang berada pada
kawasan rawan gempa. Peta zonasi gempa didapatkan melalui website yang sesuai
dengan peraturan SNI 1726:2012. Gedung Apartemen masuk kedalam kategori resiko
gempa II menurut SNI 1726:2012. Data gempa rencana didapat dari situs
http://puskim.pu.go.id desain spectra Indonesia. Didapat data untuk daerah Cibubur,
sebagai berikut :
8. Hasil Dan Pembahasan :
Dapat dilihat bahwa analisis statik partisipasi massa sudah mencapai 100% di kedua
arah orthogonal dan analisis dinamik partisipasi massa telah mencapai lebih dari 90%,
hal ini menunjukan sedah sesuai dengan persyaratan. Pengecekan selanjutnya yaitu
mengecek Modal Participating Mass Ratio, untuk mode ke-1 dan mode ke-2 haris
berada dalam kondisi untuk bertranslasi, kemudian untuk mode ke-3 dan seterusnya
gedung harus dalam kondisi untuk berotasi.
Dari table diatas, dapat dilihat pada mode 1 nilai faktor translasi UX
memberikan angka dominan, hal ini menunjukan gerak translasi arah X terjadi pada
mode ini sesuai dengan animasi. Pada mode 2 nilai faktor translasi UY memberikan
angka yang dominan, hal ini menunjukan gerak translasi arah Y terjadi pada mode ini
sesuai dengan animasi. Pada mode 3 nilai RZ dominan, hal ini menunjukan pada mode
ini gerak struktur dominan dalam berotasi. Persyaratan gerak ragam sudah sesuai.
Berdassarkan SNI 1726:2012, batas simpangan antar lantai ijin adalah 0,020 hsx. Nilai
hsx merupakan tinggi antar tingkat. Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut : ΔIjin =
0,020 × hsx = 0,020 × 3200 = 64 mm
k. Penulangan Balok
m. Penulangan Shearwall
Penulangan shearwall
didapatkan hasil sebagai berikut :
n. Fondasi
Diameter tiang rencana = 0,8 m. Kedalaman fondasi berdasarkan bore hole BH-3A
didapat 23 m, diambil berdasarkan nilai N-SPT pada data boring log yang menunjukan
pada kedalaman tersebut sudah mencapai tanah keras (NSPT = 50).
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat jumlah tiang yang digunakan pada struktur
kolom dan shear wall adalah sebagai berikut :
o. Rencana Anggaran Biaya
Berdasarkan hasil perhitungan dari pengalian antara Analisa Harga Satuan Pekerja
(AHSP) dan Bill of Quantity (BOQ) maka didapat rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
(RAB). Adapun total biaya yang diperoleh dari hasil perhitungan untuk gedung 32 lantai
ini dapat dilihat pada table berikut :
9. Kesimpulan :
Rumusan Masalah :
a. Bagaimana cara menganalisa beban lateral Apartemen One East ?
b. Bagaimana cara mendesain ulang Apartemen One East dengan menggunakan
struktur Flat Slab?
3. Tinjauan Pustaka
Flat Slab merupakan sistem struktur dengan pelat beton bertulang yang
diperkuat dua arah langsung ditunjang oleh kolom tanpa adanya balok[1]. Sistem flat
slab merupakan sistem yang sangat simpel untuk metode konstruksi dan untuk
bangunan dengan tinggi yang minimum. Analisis dinamik dari flat slab dan pelat dua
arah konvensioanal untuk analisis seismik dengan mempertimbangkan perbedaan area
seismik yang sangat mempengaruhi.
Tebal pelat dan kebutuhan tulangan untuk sistem flat slab dihitung
berdasarkan nilai-nilai ultimit gaya dalam hasil analisis struktur. Setelah itu, tulangan
yang akan dirancang harus kuat untuk menahan besarnya momen positif dan momen
negatif, sehingga terdapat dua bagian perancangan dalam hal ini, yaitu perancangan
tulangan momen positif dan tulangan momen negative
4. Hasil
Data gedung
Desain Gedung Apartemen One East menggunakan sistem Flat Slab. Data
bangunan yang akan digunakan dalam pengerjaan Studi yaitu :
• Tipe Bangunan : Gedung Apartemen
• Lokasi : Surabaya
• Ketinggian Lantai
o Basement : 4 m
o Ground Floor : 4,5 m
o Lantai 1 – 19 : 3,4 m
• Luas Lantai : ± 1842,586 m2
• Tinggi Total Bangunan: ± 69,7 m
• Mutu Beton (f’c) : 40 MPa
• Mutu Baja (fy) : 400 MPa
• Data Tanah : Terlampir
• Data Gambar : Terlampir
b. Pembebanan gravitasi
Pembebanan Gravitasi berupa beban mati dan beban hidup
yang bekerja pada gedung. Dari analisa pembebanan Gravitasi
pada gedung Apartemen One East yang telah dilakukan
didapatkan total beban secara manual (1D +1L) adalah
53105903,87 kg
c. Pembebanan gempa
Berdasarkan pasal 4.1.2 SNI 1726-2012, struktur ini
termasuk dalam kategori risiko II (Gedung Apartemen)
dengan faktor keutamaan gempa (Ie) = 1. Berdasarkan pasal
6.2 SNI 1726-2012, nilai Ss dan Ss ditentukan berdasarkan
peta zona gempa pada Gambar 9 dan 10 di SNI 1726-2012.
Sehingga didapatkan nilai Ss = 0,663 dan S1= 0,247.
Berdasarkan pasal 6.3 SNI 1726-2012, parameter
percepatan spektral desain, yaitu SDS dan SD1 ditentukan
berdasarkan rumus di bawah ini.
f. Perencanaan pondasi
5. Kesimpulan
1. Analisa struktur menggunakan program bantu ETABS.
2. Studi Desain menggunakan sistem Flat Slab dengan membuat variasi terhadap
tebal pelat menunjukan bahwa biaya pembuatan Option 1 (t pelat=350 mm, t drop
panel =100 mm) menghasilkan harga pembuatan sebesar Rp74.553.887 dan biaya
pembuatan Option 2 (t pelat=250 mm, t drop panel =200 mm) menghasilkan harga
pembuatan sebesar Rp66.499.595. Sehingga dalam pembuatannya Option 2 dapat
menghemat biaya pembuatan pelat sebesar 10,803%.
3. Penggunaan sistem Flat Slab efisien terhadap waktu dalam pelaksanaannya
karena tidak memerlukan bekisting balok dan tulangan pelat dapat menggunakan
tulangan fabrikasi.
4. Perhitungan gaya gempa pada Desain Gedung Apartement One East
menggunakan analisa respon spektrum di daerah Surabaya, sesuai dengan
peraturan SNI 1726:2012. 5. Desain struktur beton bertulang menggunakan
peraturan SNI 2847:2013, dengan sistem gedung yang digunakan adalah Sistem
Rangka Gedung.
6. Pondasi direncanakan dengan pondasi dalam tiang pancang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan menerima beban melalui poer.
1. Judul:
Desain Perencanaan Struktur Gedung 38 Lantai Dengan Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SPRMK)
2. Lingkup Pembahasan
Semakin tinggi suatu bangunan, maka beban akibat gaya lateral yang terjadi
akan semakin besar.Gempa merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan struktur gedung bertingkat jika struktur berada di wilayah rawan
gempa.Dalam perencanaan bangunan tahan gempa, struktur diharapkan dapat
merespons dengan baik terhadap beban gempa yang bekerja pada struktur tersebut
sehingga dapat menjamin bangunan tersebut tidak rusak karena gempa-gempa kecil
dan gempa sedang, serta tidak runtuh akibat gempa besar.
Dalam perencanaan struktur gedung Apartemen 88 Avenue Surabaya ini
digunakan sistem struktur SRPMK (Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus) dan
Perencanaan bangunan gedung ini berdasarkan Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung (SNI 2847 : 2013). Serta untuk gempa berdasarkan Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
(SNI 1726 : 2012). Dalam analisa beban gempa menggunakan analisis dinamik
Respons Spektrum.
3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
Dapat merencanakan struktur gedung dengan sistem rangka pemikul momen
khusus pada daerah rawan gempa
Dapat merencanakan komponen struktur atas dan struktur bawah
4. Masalah
Bagaimana merencanakan struktur gedung dengan sistem rangka pemikul
momen khusus pada daerah rawan gempa?
Bagaimana merencanakan komponen struktur atas dan struktur bawah?
5. Tinjauan Pustaka
Sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur dimana komponen
struktur balok, kolom, dan joint-jointnya menahan gaya-gaya melalui aksi lentur,
geser, dan aksial (Ambarwati, 2017). Ketentuan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus yang akan digunakan dalam perencanaan Gedung 38 Apartement 88
Avenue Surabaya ini yaitu sebagai berikut :
Persyaratan Gaya
a. Gaya aksial tekan terfaktor, Pu tidak boleh melebihi /10 ' c g A f
b. Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektifnya.
c. Perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3
(Yudo Basuki.2009)
Tulangan Longitudinal
Tulangan Tranversal
a. Sengkang pertama harus dipasang 50 mm dari muka tumpuan. Jarak
maksimum sengkang (S max) :
d/4
6 kali diameter terkecil batang tulangan lentur utama
150 mm
b. Sengkang pada daerah lebih dari dua kali tinggi balok diukur dari muka
tumpuan pada kedua sisi dari suatu penampang dengan kait gempa pada
kedua ujungnya harus dipasang dengan spasi tidak lebih dari d / 2
sepanjang bentang komponen struktur
Analisa Pembebanan
Dalam perencanaan pembangunan Gedung 38 Apartement 88 Avenue
Surabaya beberapa hal yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Kategori resiko
Dalam menentukan kategori resiko yang harus ditinjau dalam perencanaan
struktur bangunan gedung adalah fungsi bangunan tersebut. Untuk kasus
ini fungsi bangunan adalah apartemen sehingga digunakan kategori resiko
II.
2. Faktor keutamaan
Faktor Keutamaan Gempa (Ie) adalah 1,0 sesuai dengan SNI 1726-2012.
3. Klasifikasi Situs Tanah
Perencanaan struktur
Dalam perencanaan pembangunan Gedung 38 Apartement 88 Avenue Surabaya
ini,perencanaan struktur sekunder,primer,dan struktur bawah antara lain
meliputi :
1. Perencanaan struktur sekunder
2. Perencanaan struktur primer
6. Hasil
Gambaran Umum Proyek
Proyek pembangunan Jasmine Park Apartment Bogor berlokasi di Jalan Letjen
Ibrahim Adjie No. 1, Laladon, Kec. Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Terdapat tiga
apartemen yang akan dibangun antara lain adalah Tower Green, Tower Red, dan
Tower Blue. Proses pekerjaan yang dilakukan pada proyek ini terbagi menjadi
beberapa pekerjaan yaitu pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur
serta pekerjaan mekanikal, elektrikal, dan plumbing (MEP). Lokasi proyek
pembangunan Jasmine Park Apartment dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Proyek Pembangunan Jasmine Park Apartment
Pemodelan Kolom
Terdapat enam tipe kolom beton yang digunakan pada Tower Green
Jasmine Park Apartment, yaitu kolom tipe CO1, CO2, CO3, CO4, CO5, dan
CO6. Pemodelan kolom dengan program Tekla Structures 2019i
menggunakan menu concrete column.
Pemodelan Pelat
Pelat pada bangunan ini memiliki berbagai tipe SA, SB, SC, SD, SE,
SF, SG, SH, SI, SJ, SK, dan SL
Gambar 6. Detail Penulangan Pelat SG Jasmine Park Apartment
Pemodelan Tangga
Hasil pemodelan tangga menggunakan program Tekla Structures dapat
dilihat pada Gambar 7.
Pemodelan Atap
Hasil pemodelan keseluruhan pembangunan Tower Green Jasmine
Park Apartment dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hasil Pemodelan Keseluruhan Pembangunan Tower Green
Jasmine Park Apartment
Pemodelan 4D
Hubungan antara pemodelan 3D, model organizer, dan task manager
dapat dilihat pada Gambar 9.
7. Kesimpulan
8. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pekerjaan erection dinding façade terbagi menjadi 2 pekerjaan yaitu
pekerjaan instalasi/erection dan pekerjaan joint/pengelasan.
2. Waktu instalasi/erection dinding façade pada lantai 1 adalah sebesar
171.16 detik sedangkan waktu pengelasan dinding façade untuk lantai 1
adalah sebesar 1830,85 detik. Dimana waktu erection dan waktu
pengelasan setiap lantai mengalami kenaikan atau yang sering disebut
indeks kenaikan lantai.
3. Permasalahan yang dialami pada pekerjaan erection dinding façade antara
lain sering terjadinya lilit pada kabel TC. Dimana semakin tinggi lantai
erection yang dituju semakin besar pula angin yang menerpa komponen,
hal ini menyebabkan sering terjadinya lilitan kabel TC. Permasalahan
lainnya adalah cuaca yang tidak menentu. Dikarenakan proses pekerjaan
erection dinding façade sangat bergantung pada tahap pengangkatan
komponen, maka cuaca
4. Permasalahan yang dialamipada
pekerjaan pengelasan/joint dinding
façade antara lain lamanya proses pengelasandan pengeboran plat
bracket. Jumlah sambungan pada dinding façade dalam penelitian ini
adalah 4 sambungan. Dimana proses pekerjaan ini dilakukan secara
bergantian antar plat bracket dan embedded plat, sehingga waktu
diperlukan cukup besar.
5. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier dan non-linier untuk
waktu yang dibutuhkan pada pekerjaan erection setiap lantai
menggunakan persamaan :
1. untuk dibawah lantai 30 menggunakan persamaan linier
𝑦 = 8.0059𝑥 + 163.61
2. untuk lebih dari atau sama dengan lantai 30 menggunakan
persamaan non-linier 𝑦 = 10.772𝑒0.1202𝑥.
6. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier untuk waktu yang
dibutuhkan pada pekerjaan pengelasan setiap lantai menggunakan
persamaan linier 𝑦 = 1,2545𝑥 + 1829,6.
7. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier untuk indeks
kenaikan lantai pada pekerjaan erection setiap lantai menggunakan
persamaan :
a. untuk dibawah lantai 30
menggunakan persamaan linier
𝑦 = 0,0467𝑥 + 0,9533.
b. untuk lebih dari atau sama dengan lantai 30 menggunakan persamaan
linier
𝑦 = 0,3562𝑥 − 8,4159.
8. Berdasarkan hasil perhitungan analisa regresi linier untuk waktu yang
dibutuhkan pada pekerjaan pengelasan setiap lantai menggunakan
persamaan linier 𝑦 = 0,0007𝑥 + 0,9993.