persentase tertentu.
Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk dilampaui adalah dalam kurun
waktu umur gedung 50 tahun, dan ditetapkan sebesar 10%. Namun demikian, beban
hidup rencana yang biasa ditetapkan dalam standar pembebanan struktur gedung,
dapat dianggap sebagai beban hidup nominal.
3) Beban gempa nominal (Pasal 3.1.2.1 SPKGUSBG-2002)
Beban gempa nominal ialah beban gempa yang nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu
oleh besarnya probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh
tingkat daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh kekuatan lebih yang
terkandung di dalam struktur tersebut. .
Menurut Standar ini (SPKGUSBG-2002), peluang dilampauinya beban tersebut dalam
kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang menyebabkannya
disebut Gempa Rencana (dengan periode ulang 500 tahun), tingkat daktilitas
struktur gedung dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan, sedangkan faktor kuat
lebih(f1) untuk struktur gedung secara umum nilainya adalah 1,6.
Dengan demikian, beban gempa nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana
yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama didalam struktur gedung, kemudian
dikalikan dengan factor kuat lebih f1.
Pada struktur bangunan secara umum, beban gempa nominal ini bekerja pada pusat massa
bangunan dengan arah horizontal. Khusus untuk bangunan gedung, beban gempa nominal
bekerja pada pusat massa lantai bangunan.
BEBAN GEMPA
SNI-1726-2002
(Pasal
4.2.1
SPKGUSBG-2002),
struktur
gedung
lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150% dari berat lantai tingkat di
atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau rumah atap tidak perlu memenuhi
ketentuan ini.
8) Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari system penahan beban
lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali bila perpindahan
tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
9) Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa lubang atau
bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai tingkat. Kalaupun ada lantai
tingkat dengan lubang atau bukaan seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah lantai tingkat seluruhnya.
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekuivalen, sehingga analisisnya dapat dilakukan berdasarkan
analisis statik ekuivalen.
Pasal 4.2.2 SPKGUSBG-2002 juga menegaskan, bahwa struktur gedung yang tidak
memenuhi ketentuan pasal 4.2.1 di atas, ditetapkan sebagai gedung tidak beraturan, dan
pengaruh beban gempa rencana harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa
dinamik, sehingga analisisnya harus dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik.
BEBAN GEMPA
V=
C1 . I
. W t (1)
R
dengan:
V
= beban (gaya) geser dasar nominal statik ekuivalen akibat pengaruh gempa
rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung beraturan, kN.
C1 = nilai faktor respons gempa yang diperoleh dari spectrum respons gempa
rencana untuk waktu getar alami fundamental dari struktur gedung.
I = faktor keutamaan gedung.
R = faktor reduksi gempa.
Wt = berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai, kN.
Fi =
W i . zi
n
. V (2)
(W i . zi )
i=1
dengan:
Fi
= beban gempa nominal statik ekuivalen yang menangkap pada pusat massa
pada taraf lantai tingkat ke-i struktur atas gedung, kN.
Wi
= berat lantai tingkat ke-i struktur atas suatu gedung, termasuk beban hidup
yang sesuai, kN.
zi
Fn =0.1V +
W nz n
n
( W iz i )
i=1
W z
Fi = n1 i i 0.9V selain lantai paling atas( 3 b)
( W iz i )
i=1
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu eksibel, nilai waktu getar alami
fundamental T1 dari struktur gedung harus dibatasi dengan rumus berikut (Pasal 5.6
SPKGUSBG-2002):
T 1 <. n(5 a)
dengan:
T1
(zeta) = koesien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang membatasi T 1,
bergantung pada wilayah gempa (lihat Tabel.1).
n
BEBAN GEMPA
Jika wilayah gempa dinyatakan dengan notasi ZE (Zone of Earthquake), maka koesien
dapat dinyatakan dengan rumus berikut:
= 0.21 0.012*ZE
(5b)
T R=6.3
( W id i )2
i=1
(5 b)
g ( F idi )
i=1
dengan:
TR
BEBAN GEMPA
Menurut Pasal 6.2.2 SPKGUSBG-2002, nilai wuklu getar alami fundamental T 1 pada
Persamaan (4) tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari nilai T R pada Persamaan (6a),
atau dinyatakan:
BEBAN GEMPA
Pl dalam Tabel.2 adalah lndeks Plastisitas tanah lempung, w n adalah kadar air alami tanah
dan Su adalah kuat geser niralir lapisan tanah yang ditinjau. Selanjutnya
, dan S u
V S , N
adalah nilai rata-rata berbobot besaran itu dengan tebal lapisan tanah sebagai
pembobotnya,
dan dihitung menurut rumus:
V S =
ti
i=1
(7 a)
ti /v si
i =1
N=
ti
i=1
(7 b)
t i /N i
i=1
Su=
ti
i=1
(7 c)
t i /S ui
i=1
Dengan:
ti
Vsi = kecepatan rambat gelombang geser melalui lapisan tanah kei, m/det.
Ni = nilai hasil Test Penetrasi Standar lapisan tanah ke-i.
Sui = kuat geser niralir lapisan tanah kei, kPa.
BEBAN GEMPA
BEBAN GEMPA
10
Gambar.1 Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan
Periode Ulang 500 Tahun (SPKGUSBG-2002)
Jika kondisi tanah, waktu getar alami fundamental struktur gedung dan wilayah gempa
sudah ditentukan, maka nilai factor respon gempa C1 dapat ditentukan dari respon gempa
rencana menurut Gambar.2.
BEBAN GEMPA
11
I =I 1I 2 (8)
dengan:
I1 = factor keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaiatan
dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur
gedung
I2 = factor keutamaam untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan
dengan penyesuaianumur gedung tersebut.
Faktor-faktor keutamaan I1, I2 dan I tersebut ditetapkan menurut Tabel.3.
Tabel.3 Faktor Keutamaan (I) untuk Berbagai Kategori Gedung dan Bangunan
(SPKGUSBG-2002)
BEBAN GEMPA
12
(9a)
dengan:
R = factor reduksi gempa yang bergantung pada factor daktilitas struktur gedung
tersebut, dan dapat dilihat pada Tabel.4
= factor daktilitas struktur gedung yang boleh dipilih menurut kebutuhan, dan
dapat dilihat pada Tabel.4.
f1 = Faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur gedung,
dan nilainya ditetapkan sebesar 1,6
BEBAN GEMPA
13
Pemilihan nilai factor daktilitas struktur gedung tidak boleh diambil lebih besar dari nilai
factor daktilitas maksimum m yang dapat dikerahkan oleh masing-masing sistem atau
subsistem struktur gedung.
Rm
2,7
4,5
2,8
1,8
2,8
2,2
BEBAN GEMPA
14
Rm
a. Baja
2,8
4,4
2,2
b. Beton bertulang
(tidak untuk
Wilayah 5 & 6)
1,8
2,8
2,2
1. Rangka bresing
eksentris baja
(RBE)
4,3
7,0
2,8
3,3
5,5
2,8
3,6
5,6
2,2
3,6
5,6
2,2
4,1
6,4
2,2
4,0
6,5
2,8
3,6
6,0
2,8
3,3
5,5
2,8
a. Baja
b. Beton bertulang
(tidak untuk
Wilayah 5 & 6)
4. Rangka bresing
konsentrik khusus
a. Baja
BEBAN GEMPA
15
Rm
a.Baja
5,2
8,5
2,8
b.Beton bertulang
5,2
8,5
2,8
2. Rangka pemikul
momen menengah
beton (SRPMM)
3,3
5,5
2,8
a.Baja
2,7
4,5
2,8
b.Beton bertulang
2,1
3,5
2,8
4,0
6,5
2,8
5,2
8,5
2,8
2,6
4,2
2,8
1. Rangka pemikul
momen khusus
(SRPMK)
3. Sistem rangka
pemikul momen
(Sistem struktur yang
pada dasarnya
memiliki rangka ruang
pemikul beban
gravitasi secara
lengkap. Beban lateral
dipikul rangka pemikul
momen terutama
melalui mekanisme
lentur)
4. Sistem ganda
(Terdiri dari: 1)
rangka ruang yang
memikul seluruh beban
gravitasi; 2) pemikul
beban lateral berupa
3. Rangka pemikul
momen biasa
(SRPMB)
1. Dinding geser
a. Beton bertulang
dengan SRPMK
beton bertulang
b. Beton bertulang
dengan SRPMB baja
BEBAN GEMPA
16
Rm
4,0
6,5
2,8
5,2
8,5
2,8
2,6
4,2
2,8
4,0
6,5
2,8
2,6
4,2
2,8
4,0
6,5
2,8
2,6
4,2
2,8
a. Baja dengan
SRPMK baja
4,6
7,5
2,8
b. Baja dengan
SRPMB baja
2,6
4,2
2,8
1,4
2,2
5. Sistem struktur
gedung kolom
kantilever: (Sistem
struktur yang
memanfaatkan kolom
BEBAN GEMPA
17
Rm
6. Sistem interaksi
dinding geser dengan
rangka
3,4
5,5
2,8
7. Subsistem tunggal
(Subsistem struktur
bidang yang
membentuk struktur
gedung secara
keseluruhan)
5,2
8,5
2,8
2. Rangka terbuka
beton bertulang
5,2
8,5
2,8
3. Rangka terbuka
beton bertulang
dengan balok beton
pratekan
(bergantung pada
indeks baja total)
3,3
5,5
2,8
4,0
6,5
2,8
3,3
5,5
2,8
kantilever untuk
memikul beban
lateral)
Sumber :
18
koesien reduksi (kr) yang nilainya tercantum pada Tabel.6. Jadi berat total gedung (W t)
dapat dihitung dari kombinasi beban mati seluruhnya ditambah beban hidup yang direduksi,
dengan rumus:
Wt = WD + kr*WL
(10)
WD dan WL merupakan berat beban mati dan beban hidup struktur gedung, sedangkan k r
merupakan koesien reduksi beban hidup menurut Tabel.6.
Perencanaan
balok/portal
Penunjauan
gempa
BEBAN GEMPA
19
PERUMAHAN/PENGHUNIAN:
Rumah tinggal, asrama, hotel,
rumah sakit
0,75
0,30
PENDIDIKAN:
Sekolah, ruang kuliah
0,90
0,5
0,90
0,50
0,60
0,30
0,80
0,80
0,80
0,80
1,00
0,90
0,90
0,50
0,75
0,75
0,90
0,30
0,50
0,50
PERTEMUAN UMUM:
Masjid, gereja, bioskop, restoran,
ruang dansa, ruang pagelaran
KANTOR:
Kantor, bank
PERDAGANGAN:
Took, toserba, pasar
PENYIMPANAN:
Gudang, perpustakaan, ruang arsip
INDUSTRI:
Pabrik, bengkel
TEMPAT KENDARAAN:
Garasi, gedung parkir
GANG DAN TANGGA:
a. Perumahan/penghunian
b. Pendidikan, kantor
c. Pertemuan umum,
perdagangan, penyimpanan,
industry, tempat kendaraan
Berat total pada suatu portal Lantai i (W i) dihitung berdasarkan batas setengah
jarak antara portal tersebut dengan portal di sebelahnya, dan setengah tinggi kolom di atas
serta di bawah Lantai i, seperti tampak pada Gambar.3.
Sebagai contoh, berat total pada Lantai 3 (W 3) pada portal B dari sebuah gedung kantor,
maka dihitung beban mati (WD3) dan beban hidup (WL3) pada semua bagian yang diarsir dari
Gambar.3a+semua bagian yang diarsir dari Gambar.3b, dengan factor beban yang sesuai.
BEBAN GEMPA
20
Jadi diperoleh:
WD3 = berat pelat (termasuk spesi, ubin, dan lainnya) seluas {(0/2 + b/2)*c}) + berat balok
sepanjang {(a/2 + b/2) + c} + berat kolom dan dinding setinggi ( h 3/2 + h2/2 )
WL3 = beban hidup seluas {(a/2 + b/2)*c
W3 = WD3 + 0,3*WL3
21
Pcnyelesaian:
1) Hitungan gaya gempa nominal pada tiap lantai
= 18000 kg
= 4016 kg
= 4375 kg (+)
WD6
= 26391 kg
= 23000 kg
= 8033 kg
BEBAN GEMPA
22
= 3750 kg (+)
WD3 ~ WD5
= 39733 kg
= 23000 kg
Pasangan bata
= 0,15*{I0-(2+2*0,5)*0,5}*{(3,5+4)/2}*1800
= 8606 kg
= 9375 kg (+)
WD2
= 40981 kg
Dari Gambar.2, Surakarta termasuk wilayah gempa 3, gedung di atas tanah lunak, dan T 1 =
0,524 detik, maka diperoleh faktor respons gempa C = 0,75.
I= 1,4 (Gedung untuk Rumah Sakit, lihatTabel.3)
Gedung daktail parsial = 2,5 > diperoleh R = 4,0 (lihat Tabel.4)
V=
C1I
0,751,4
W t=
207271=54409 kN
R
4
H/B = 18/10 = 1,8 < 3 maka beban gempa nominal pada tiap lantai
BEBAN GEMPA
23
Fi =
W izi
( W iz i )
Wi
(kg)
28941
44283
44283
44283
45481
Wt=207271
zi
(m)
18,0
14,5
11,0
7,5
4,0
Wi.zi (kg.m)
520938,0
642103,5
487113,0
332122,5
181924,0
=2164201,0
Fi
(kN)
13096
16143
12246
8350
4574
= 54409
Fi (kN)
13096
29239
41485
49835
54409
Contoh 5.2 :
Suatu gedung perkantoran 8 lantai, dengan lebar gedung 10 m
BEBAN GEMPA
24
V=
C1I
0,521,0
W t=
17500=5687,50 kN
R
1,6
H/B = 32/10 = 3,2 > 3 maka gaya gempa pada atap dihitung debagai berikut:
BEBAN GEMPA
25
W 9h9
( W ihi )
0,9V =
175032
0,95687,50
2250( 4+ 8+12+ 16+20+24 +28 ) +175032
= 930,68 kN
Gaya gempa pada atap = F9 = 568,75 + 930,68 =1499,43 kN
Gaya gempa pada lantai selain atap dihitung dengan rumus berikut:
Fi =
W izi
( W iz i )
0,9V
Wi
(kg)
zi
(m)
Wi.zi (kg.m)
1750
32
0,1*V = 56000
2250
2250
2250
2250
2250
2250
2250
Wt=17500
28
24
20
16
12
8
4
63000
54000
45000
36000
27000
18000
9000
=308000
Fi
(kN)
568,75+930,68=
1499,43
1047,02
897,44
747,87
598,30
448,72
299,15
149,57
Fi =V= 5687,50
Fi (kN)
1499,43
2546,45
3443,89
4191,76
4750,06
5238,78
5537,93
5687,50
BEBAN GEMPA
26
Gaya horizontal F.
5 Soal Latihan
Soal.1:
Portal gedung, dimensi balok dan kolom sama dengan Contoh.1, tetapi fungsi gedung untuk
perpustakaan di daerah Semarang pada kondisi tanah lunak, serta direncanakan dengan
sistem daktail penuh. Hitung dan gambarlah SFD akibat beban gempa pada tiap lantai!
Soal 2:
Jika portal gedung pada Contoh.2 direncanakan dengan sistem daktail
penuh, maka:
1). Berapakah besar beban gempa untuk perencanaan gedung tersebut!
2). Hitunglah besar beban gempa yang terjadi pada tiap lantai!
3). Gambarkan SFD akibat beban horizontal gempa!
4). Berilah komentar tentang hasil hitungan dari item 1) sampai 3) diatas bila dibandingkan
dengan hasil hitungan pada Contoh.2.
Soal 3:
Jika portal gedung pada contoh.2 digunakan untuk rumah sakit di kota Medan, dan
direncanakan dengan system daktail penuh, maka hitung dan gambarkan SFD akibat beban
gempa pada tiap lantai!
BEBAN GEMPA
27