LANDASAN TEORI
1
c. Prediterminded, kemampuan memprediksi suatu penyelesaian
pekerjaan.
2. Kekurangan:
a. Belum ada tabel data waktu gerakan yang menyeluruh.
b. Tabel yang digunkan adalah untuk orang eropa.
c. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi.
2
Tabel 2.1 Perbedaan Stopwatch dengan Work Sampling
Stopwatch Work Sampling
1. Pekerjaan rutin dan monoton 1. Pekerjaan bervariasi dan tidak rutin
2. Umumnya mengamati 1 orang 2. Dapat mengamati beberapa orang
3. Perhitungan berdasarkan waktu 3. Berdasarkan proporsi
4. Siklus pekerjaan pendek & jelas 4. Siklus tidak jelas
5. Pengamatan kontinu 5. Pengamatan diskrit
3
5. Untuk menghindari prasangka, pencatatan harus dilakukan secara cepat
tanpa raguragu seperti apa yang dilihat pertama kali.
4
7.
LEMBAR PENGAMATAN Hal dari hal
PEKERJAAN TANGGAL :
NAMA MESIN JAM : s/d
NAMA OPERATOR NAMA PENGUKUR
NAMA STASIUN KERJA TANDA TANGAN
NAMA PABRIK
ELEMEN Frekuensi teramati Jumlah %
1
2
3
J0UMLAH PENGAMATAN
KESELURUHAN
Waktu produktif menit
Faktor penyesuaian %
Barang dihasilkan sat.
Waktu normal menit
Waktu/satuan menit
Kelonggaran %
Waktu man cont/sat menit
Waktu mach cont/sat menit Waktu baku menit
5
2.7 Menghitung Waktu Baku
Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang
memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Untuk mengetahui waktu baku, maka waktu siklus dan waktu normal harus
diketahui terlebih dahulu.
Hal yang terakhir dilakukan adalah menghitung waktu baku. Waktu
normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja
dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-rata. Rumus yang digunakan adalah :
Wb= Ws x P
Dimana,
p = faktor penyesuaian
Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara wajar oleh
pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem
kerja terbaik pada saat itu. Rumus yang digunakan adalah :
Wb = Wn + l(Wn)
Dimana,
l = kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.
Manfaat dari waktu baku adalah sebagai berikut (Sritomo, 1992).
1. Man Power Planning.
2. Estimasi biaya-biaya untuk upah kerja.
3. Penjadwalan produksi dan penganggaran.
4. Perencanaan sistem pemberian bonus dan intsestif bagi pekerja yang
berprestasi.
5. Indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh pekerja.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam work sampling adalah:
1. Breakdown elemen kerja dan perkiraan rasio untuk seluruh elemen kerja
yang terlibat.
2. Accuracy, tingkat ketelitian
3. Confidence level, tingkat kepercayaan
4. Sample, objek amatan
6
5. Penentuan detail dari objek amatan sangat penting seperti banyaknya
operator yang diamati atau jumlah mesin yang diamati.
6. Randomness, Artinya bahwa aktivitas pengamatan dalam teknik ini
dilakukan secara random/acak.
Jumlah pengamatan, Merupakan banyaknya data yang dibutuhkan sesuai
dengan tingkat ketelitian dan kepercayaan yang ditetapkan serta berdasarkan
persentase dari elemen kerja. Berikut rumus dari jumalah pengamatan yang
dibutuhakn oleh Meyer (2002):
Dimana :
N’ = jumlah data yang harus diambil
Z = standard deviasi yang dibutuhkan untuk tingkat kepercayaan
tertentu. 1.96 untuk tingkat kepercayaan 95&
P = prosentase working terkecil atau delay terbesar
A = tingkat ketelitian yang diambi
Teknik sampling ini terbukti efektif dan efisien untuk mendapatkan
informasi berkaitan dengan waktu standart karena lebih cepat dan murah
(Wignjosoebroto, 2000).
Berikut prosedur pelaksanaan work sampling yang dikemukakan oleh
Wignjosoebroto (2000):
1. Persiapan awal, langkah ini merupakan langkah untuk mengetahui detil
dari objek amatan dan persiapan teknis untuk pelaksanaan work sampling
seperti random table untuk pembuatan jadwal sampling. Langkah ini
peneliti harus mencatat seluruh informasi yang ada pada objek amatan.
2. Pre-work sampling, tahapan ini peneliti melakukan pengamatan secara
acak untuk N amatan guna memperoleh informasi jumlah data yang
dibutuhkan.
3. Kemudian peneliti melakukan work sampling sejumlah data yang
dibutuhkan, setiap satu waktu pengamatan dilakukan uji keseragaman dan
kecukupan data. Apabila data belum cukup maka aktivitas work sampling
7
diteruskan akan tetapi jika data sudah mencukupi maka aktivitas work
sampling dihentikan.
4. Accuracy, Kemudian tahapan setelah work sampling selesai yaitu
mengukur tingkat ketelitian dan kepercayaan. Selanjutnya data work
sampling dapat dilakukan analisa.
Beberapa rumus yang dugunakan dalam work sampling adalah:
1. Waktu Normal
Wn = waktu pengamatan x (rating performance(%)/100%)
2. Waktu Standar
Ws = waktu normal x (100%/(100% - % Allowance))
3. Tingkat ketelitian
Dimana
P = prosentase kerja yang diamati
N = jumlah pengamatan yang harus dilakukan
K = harga indeks yang besarnya bergantung pada tingkat kepercayaan
yang diambil
S = tingkat ketelitian yang dikehendaki
Metode ini digunakan untuk:
1. Mengukur ratio delay dari mesin, operator atau fasilitas kerja yang
lainnya.
2. Menetapkan performance level dari operator/karyawan dalam melakukan
kerja.
3. Menentukan waktu standart untuk suatu proses/operasi kerja.
8
dilakukan dengan metode-metode pendekatan, yang salah satunya adalah
metode work sampling
3. Work sampling secara umum dapat dikatakan sebagai suatu teknik dimana
banyak dilakukan pengamatan-pengamatan instan dalam periode waktu
dari suatu kelompok pekerja, mesin atau proses.
4. Pada penelitian ini yang menjadi fokus adalah pekerja.
Work sampling dapat dibagi menjadi tiga Pendekatan : field rating,
productivity rating, dan 5-minute rating. Dalam penelitian ini metode yang
dipakai adalah productivity rating, dimana kegiatan seorang pekerja digolongkan
menjadi tiga, yaitu: effective, essential contributory, dan ineffective. Pengertian
ketiga jenis kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Effective work adalah pekerjaan dimana kegiatan pekerja berkaitan
langsung dengan proses konstruksi yang berperan langsung terhadap hasil
akhir. Contohnya adalah pekerjaan mengecat dinding, pekerjaan mengecor
balok, dll.
2. Essential contributory work adalah kegiatan yang tidak berpengaruh
langsung terhadap hasil akhir, tetapi pada umumnya dibutuhkan dalam
menjalankan suatu operasi. Contohnya adalah membaca gambar,
membersihkan tempat kerja, membawa material, dll.
3. Ineffective work adalah kegiatan pekerja yang menganggur atau melakukan
sesuatu yang tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan yang sedang
dilakukan. Contohnya
adalah pekerja yang hanya berjalanjalan saja tanpa membawa apa-apa, melakukan
pekerjaan yang tidak sesuai prosedur, mengobrol dll.
Pengamatan di lapangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengamat harus melengkapi diri, minimum dengan kertas dan alat tulis.
2. Pengamat mengelilingi lapangan, lalu mencatat pekerja yang ditemui dan
menggolongkannya ke dalam salah satu jenis kegiatan (effective, essential
contributory, atau ineffective work).
3. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip worksampling
yang telah dijabarkan di atas.
9
Setelah pengamatan selesai dilakukan, dilakukan perhitungan jumlah
pekerja di masingmasing jenis kegiatan. Untuk menghitung berapa besar tingkat
keefekktifan (produktifitas) pekerja digunakan pendekatan labor utilization rate
(LUR). Nilai LUR dihitung dengan formula berikut ini:
10
pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai
pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus
dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989).
Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau
sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak
perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan
secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo,
1989).
Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar
akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh
populasi trsebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka
karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding
dengan karakteristik dari populasinya (Sritomo, 1989).
Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling
kerja dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1. Tingkat kepercayaan (Confidence Level).
2. Tingkat ketelitian (Degree of Accuracy).
Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang
akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah
pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi sebagai
berikut (Sritomo, 1989):
K2 ( 1 – p )
N = ---------------
S2.p
Keterangan:
P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka
desimal.
K = Konstanta yang besarnya tergantung tingkat kepercayaan yang diambil (k
= 2) karena menggunakan CL = 95 %.
S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal.
Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk
(Sritomo, 1995):
1. Mengukur Ratio Delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas
kerja lainnya.
11
2. Menetapkan Performance Level dari seseorang selama waktu kerja
berdasarkan waktu-waktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja,
terutama sekali untuk pekerjaan manual.
3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja.
Tabel 6.1 Tabel Westinghouse
SKILL EFFORT
+0,15 A1 +0,13 A1
Super skill Super skill
+0,13 A2 +0,12 A2
+0,11 B1 +0,10 B1
Excellent Excellent
+0,08 B2 +0,08 B2
+0,06 C1 +0,05 C1
Good Good
+0,03 C2 +0,02 C2
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,05 E1 -0,04 E1
Fair Fair
-0,10 E2 -0,08 E2
-0,16 F1 -0,12 F1
Poor Poor
-0,22 F2 -0,17 F2
CONDITION CONSISTENCY
+0,06 A Ideal +0,06 A Ideal
+0,04 B Excellent +0,04 B Excellent
+0,02 C Good +0,02 C Good
0,00 D Average 0,00 D Average
-0,03 E Fair -0,03 E Fair
-0,07 F Poor -0,07 F Poor
12
Maka, waktu normal untuk elemen kerja ini adalah :
0,05 x 1,13 = 0,565 menit
13
Dengan demikian kunjungan dilakukan pada satuan waktu ke-39, 65, ( 36
kali ). Bila kita akan memulai kunjungan pada jam 8.00 maka kita dapat
menentukan kunjungan selanjutnya, yang berarti pada jam 11.15 {8.00 + (39 x 5
menit )}, 14.25 {8.00 + (65 x 5 menit)}, dan seterusnya, hingga berakhir pukul
16.00 dengan waktu istirahat antara pukul 12.00 – 13.00. Kalau diurut dari awal
sampai akhir maka akan didapat daftar saat kunjungan dari mulai kunjungan
pertama sampai ke-36 sebagai berikut:
Kunjungan 1 : 08.00 sampai pada
Kunjungan 2 : 08.30 kunjungan 35 : 14.35
Kunjungan 3 : ……. kunjungan 36 : 16.00
Diatas telah dikatakan bahwa panjang satu satuan waktu tidak terlalu
pendek dan juga tidak terlalu panjang. Untuk pertama kiranya sudah jelas, yaitu
bila terlalu pendek misalkan satu menit sekali yang tentunya menyulitkan. Untuk
yang kedua mudah pula dimengerti yaitu akan menyebabkan jumlah kunjungan
per hari terbatas yang berarti akan menjadikan masa pengamatan sampling
pekerjaan lebih lama (Sutalaksana, 1979).
Aplikasi Work Sampling dalam Industri, antara lain (Sritomo, 1989):
1. Penetapan Waktu Baku
a. Mengetahui prosentase antara aktivitas dan idle.
b. Menetapkan waktu baku.
2. Penetapan Waktu Tunggu
Menekan aktivitas idle sampai prosentase yang terkecil, yaitu dengan
memperbaiki metode kerja dan alokasi pembebanan mesin atau manusia
secara tepat.
3. Disiplin Kerja
Dapat meningkatkan disiplin kerja karena Work Sampling dilakukan
sacara random.
2.12 Analisis
Dari hasil pengamatan, apabila didapat N < N’ maka ujilah ketelitian data
yang telah saudara peroleh berdasarkan sejumlah pengamatan yang telah saudara
lakukan tersebut ( untuk mengetahui seberapa besar validitas pengamatan yang
telah dilakukan ). Bandingkan antara tingkat ketelitian yang saudara hitung
14
dengan tingkat ketelitian yang saudara pakai pada waktu menentukan N’.Nilai N’
dapat dicari dengan menggunakan rumus:
√ ∑ ∑
( )
∑
Apabila data yang diambil didapat N < N’ maka kita cukup menambah
data yang sudah ada sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan saja, tanpa perlu
mengulang penelitian dari awal. Secara umum keuntungan dan kelemahan apakah
yang dapat diambil dari pelaksaan aktivitas penelitian dengan sampling kerja
dibanding dengan stopwatch.
15