Anda di halaman 1dari 48

5

CHAPTER XIV

PONDASI DALAM

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban struktural pada

lapisan tanah yang mempunyai kedalaman jauh di bawah permukaan tanah.

Pondasi dalam dipergunakan untuk mendukung struktur-struktur besar seperti

gedung bertingkat, jembatan layang, dan menara pemboran offshore.

Berdasarkan cara pembuatannya pondasi dalam terbagi menjadi dua yaitu

pondasi tiang pancang dan pondasi tiang bor. Walaupun bentuknya kurang lebih

sama, tetapi karena perbedaan metode pembuatan keduanya mempunyai

mekanisme pemikulan beban yang berbeda dan menghasilkan daya dukung yang

berbeda.

Penentuan jenis pondasi tiang mana yang digunakan tergantung dari

pertimbangan hal-hal seperti besar daya dukung aksial dan lateral, ketersediaan

peralatan, lingkungan sekitarnya, dan biaya.

1. Mekanisme Beban Pondasi Tiang

Pondasi tiang mentransfer beban pada tanah melalui mekanisme tahanan

ujung sebagai akibat desakan ujung pondasi terhadap tanah dan mekanisme

gesekan selimut akibat adhesi atau perlawanan geser antara selimut tiang dan

tanah di sekitarnya. Mekanisme pembebanan pondasi tiang dapat dijelaskan

seperti pada gambar berikut.


6

A LOAD
B
D

SETTLEMENT
E

Titik A : Pembebanan belum dilakukan dan penurunan belum terjadi.

Titik B : Pembebanan mulai dilakukan. Perbandingan beban dan penurunan

membentuk garis lurus dari titik A ke titik B. Pada saat ini tanah

masih berlaku elastis, jika beban diangkat maka tiang akan kembali

ke posisi semula.

Titik C : Beban ditingkatkan terus sehingga mencapai titik C dimana sebagian

dari gaya gesek selimut di bagian atas tiang melewati nilai

maksimumnya sehingga terjadi gelincir antara tiang dan tanah. Saat

terjadi gelincir maka ujung pondasi menekan tanah dan gaya tahan

ujung mulai termobilisasi.

Titik D : Setelah mencapai titik C tanah tidak lagi bersifat elastis. Jika beban di

angkat maka tiang tidak kembali ke posisi semula tetapi menuju ke

titik D dimana terjadi penurunan sebesar AD.

Titik E : Ketika tahanan ujung termobilisasi secara penuh maka tiang akan

terus mengalami penurunan walaupun tanpa disertai peningkatan

beban yang berarti. Kondisi ini disebut daya dukung batas atau qu.

2. Daya Dukung Batas dan Izin


7

Daya dukung batas pondasi adalah Qu = Qp + Qs Wf dimana:

Qu = daya dukung batas tiang

Qp = adalah daya dukung ujung tiang

Qs = daya dukung selimut tiang

Wf = berat tiang pondasi. Namun Wf sangat kecil sehingga bisa diabaikan.

* Note : Bedakan Qu dengan qu (daya dukung batas tanah).

Daya dukung izin tiang merupakan daya dukung batas yang dibagi oleh

Qu Qp Qp
suatu faktor keamanan yaitu Qall atau Qall
FK FK FK

FK ditentukan dengan batasan-batasan sebagai berikut:

FK
Mutu Bangunan Bangunan Bangunan
Pengendalian Monumental Permanen Sementara
Baik 2.3 2 1.4
Normal 3 2.5 2
Kurang 3.5 2.8 2.3
Buruk 4 3.4 2.8

Qu Qp Qp
Atau menurut anjuran Tomlinson Qall atau Q all .
2 .5 3 1.5

Di Indonesia biasa digunakan FK = 3 untuk Qp dan FK = 2 untuk Qs.

Bangunan monumental : memiliki umur rencana lebih dari 100 tahun seperti

Monas, Menara Jakarta dll.

Bangunan Permanen : memiliki umur rencana 50 tahun seperti gedung, jembatan

jalan raya dll.

Bangunan Sementara : memiliki umur rencana kurang dari 25 tahun atau hanya

selama masa konstruksi.


8

3. Pondasi Tiang Pancang

Pada kondisi tanah tertentu jika lapisan tanah atas merupakan lapisan yang

lunak dan kompresibel maka pondasi tiang terus diperdalam sampai mencapai

tanah keras. Karena mengandalkan lapisan tanah keras yang mendukung ujung

tiang maka pondasi tiang jenis ini disebut tiang tahanan ujung. Untuk kasus lain

dimana lapisan tanah keras tidak juga tercapai maka pondasi tiang harus

mengandalkan gaya gesekan selimut tiang dengan tanah sekelilingnya. Pondasi

jenis ini disebut sebagai tiang gesekan.

Keuntungan penggunaan tiang pancang adalah pelaksanaannya yang cepat,

kualitas bahannya terkontrol, dan dapat dipancang pada daerah berair seperti pada

kilang minyak lepas pantai. Kerugiannya adalah saat pemancangan menimbulkan

getaran vibrasi yang mengganggu lingkungan sekitarnya dan tidak dapat

menembus lapisan lensa pasir padat sehingga harus disertai pemboran.

Jenis Pondasi Tiang Pancang

Ada beberapa macam jenis tiang pancang yaitu :

1. Pondasi tiang kayu

Pondasi tiang kayu mudah diperoleh dan dapat dibentuk sesuai panjang

yang diinginkan. Pada umumnya berdiameter 15 40 cm dengan panjang

6 15 meter. Pondasi jenis ini sangat cocok sebagai tiang gesekan dan

dapat memikul beban berkisar 5 30 ton. Kelemahannya adalah dapat

lapuk akibat serangga / binatang, jamur dan zat-zat kimia sehingga

membutuhkan perlakuan khusus dan umumnya mengalami kerusakan

ringan saat pemancangan. Untuk mengatasinya dapat digunakan palu

ringan sebagai pemukul saat pemancangan, dilakukan pemboran dahulu


9

dan dipasangnya gelang baja pada ujung tiang. Karena panjangnya yang

terbatas dan diameternya yang kecil disarankan hanya digunakan untuk

beban yang ringan atau untuk konstruksi sementara.

2. Pondasi tiang baja

Umumnya berbentuk pipa atau H. Tiang jenis ini ringan, kuat, mampu

menahan beban berat dan mudah disambung. Tiang berbentuk pipa lebih

mudah dipancang dengan ujung terbuka karena dapat berpenetrasi lebih

dalam. Selain itu dapat dikombinasikan dengan pemboran jika menemui

lapisan berbatu. Tanah yang berada dalam pipa dapat dengan mudah

dikeluarkan dan diisi kembali dengan beton jika diperlukan. Momen

inersia tiang pipa lebih tinggi dari tiang H sehingga dapat menyangga

beban lateral yang lebih besar. Untuk penetrasi ke dalam lapisan tanah

berbatu lebih mudah menggnakan tiang profil H karena bentuknya yang

langsing sehingga tidak banyak mendesak volume tanah. Tiang baja lain

adalah jenis screw pile yang digunakan untuk menahan tarik.

Pemancangan dilakukan dengan cara diputar sehingga tidak diperlukan

pemukulan dan pemboran. Kelemahan tiang baja adalah korosif terhadap

asam dan air.

3. Pondasi tiang beton pracetak

Tiang jenis ini dicetak, dicuring dan disimpan di lapangan sebelum

dipancangkan. Berbentuk lingkaran, segi empat, segi tiga atau oktagonal.

Bagian tanah dapat dibuat berlubang untuk mengurangi berat tiang. Tipe

tiang beton pracetak mampu menahan momen dan gaya lentur saat
10

pemancangan dan dapat berfungsi sebagai tiang gesekan maupun tiang

tahanan ujung.

4. Pondasi tiang beton pratekan

Tiang beton pratekan memiliki kekuatan yang tinggi dan meminimalkan

resiko kerusakan saat pemancangan. Cocok untuk kondisi yang

membutuhkan tiang yang panjang dan berdaya dukung tinggi.

5. Pondasi tiang komposit

Merupakan gabungan material baja beton atau kayu beton. Jenis ini

kurang populer karena sulitnya mengikat kedua material itu menjadi satu.

Prosedur Pemancangan

Prosedur pemancangan adalah sebagai berikut :

Menentukan lokasi titik pemancangan.

Pengangkatan tiang

Pengecekan kelurusan tiang

Pemukulan tiang dengan palu sampai kedalaman rencana.

Instrumen Pemancangan

a. Palu

Jenis-jenis palu yang digunakan untuk pemukulan tiang pancang adalah :

Single Acting Drop Hammer

Mengangkat palu dengan tekanan uap yang menaikkan palu setinggi 0.9

meter kemudian suatu lubang terbuka dan membuang tekanan uap

sehingga hammer jatuh.


11

Double Acting Drop Hammer

Selain mengangkat palu juga menekan palu saat jatuh dengan tekanan uap

sehingga energi jatuh bertambah.

Differential Hammer

Sama dengan double acting drop hammer dengan ukuran piston yang

berbeda menghasilkan energi yang lebih besar.

Diesel Hammer

Palu dijatuhkan dari ketinggian tertentu dan menekan udara dalam silinder.

Jenis palu ini sulit dioperasikan pada tanah lunak dan menimbulkan polusi

udara karena pembakaran pada diesel.

Vibratory Hammer

Menggunakan berat rotasi eksentris untuk menimbulkan getaran vertikal.

Frekuensi getaran dapat mencapai 150 Hz. Palu jenis ini efektif untuk

penetrasi tiang ke dalam tanah pasir, pemancangan tiang lebih cepat,

getaran akibat pemancangan lebih kecil dan polusi udara serta suara lebih

sedikit dibanding palu-palu konvensional lain.

b. Bantalan (cushion)

Bantalan dipergunakan untuk menahan palu agar tidak langsung memukul

kepala tiang yang dapat merusakkan kepala tiang maupun palu. Umumnya

terbuat dari kayu plywood yang meredam gaya pada kepala tiang sehingga

tidak melebihi kuat tekan dan kuat tarik tiang. Kekurangannya plywood

dapat menjadi keras dan padat akibat pemukulan yang berulang-ulang,

selain itu energi yang timbul menghasilkan panas yang dapat

mengakibatkan plywood terbakar.


12

c. Sambungan tiang

Tiang pancang dapat disambung dengan menggunakan socket atau dengan

mengelas kedua ujung tiang menjadi satu (jika tiang dari baja). Untuk

tiang bukan baja dapat dilengkapi dengan plat baja pada ujung tiang

sehingga dapat dilas dengan mudah.

d. Rekaman pemancangan

Rekaman pemancangan digunakan sebagai bagian dari pengendalian mutu

yaitu berupa pencatatan jumlah pukulan hammer setiap penurunan 50 cm

dan pencatatan set pada 10 pukulan terakhir saat pemancangan. Nilai set

digunakan untuk memperkirakan daya dukung tiang menggunakan

formula dinamik.

e. Pengukuran getaran akibat pemancangan

Pemancangan menggunakan palu menghasilkan getaran yang dapat

mengganggu lingkungan dan bangunan sekitarnya. Pengaruh getaran

tersebut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dari Attewell

dan Farmer (1979) yang menghitung kecepatan puncak partikel dimana

K Wo
V .
r

V = kecepatan puncak partikel

K = konstanta sebesar 0.25 1.5 dengan nilai rata-rata 0.76

Wo = energi palu (joule)

r = jarak titik pemancangan ke titik yang ditinjau.


13

Daya Dukung Batas Tiang Pancang

Analisa perhitungan daya dukung batas tiang pancang dapat dilakukan

dengan metode statik atau menggunakan data uji lapangan CPT dan SPT.

A. Metode Statik

Menghitung daya dukung ujung tiang Qp :

Untuk tanah pasir : Qp = Ap qp = Ap v Nq*

Qp = Ap qu = Ap 5 Nq* tan

Gunakan nilai terkecil yang didapat dari kedua persamaan di atas sebagai Qp.

Lb
Untuk tanah pasir berlapis : qp = qu(loose) + [ qu(dense) qu(loose) ]
D

Jika harga qp > qu maka ambil nilai qu sebagai acuan.

Untuk tanah lempung : Qp = Ap qp = Ap u Nc*

Keterangan notasi :

Ap = luas dasar pondasi

v = tegangan vertikal efektif pada kedalaman ujung pondasi

qp = daya dukung tanah per satuan luas

qu = daya dukung batas tanah

= sudut geser dalam

Nq* dan Nc* = faktor daya dukung ujung (lihat grafik)

D = diameter tiang pondasi

u = kuat geser tanah kondisi undrained

Lb = panjang penetrasi tiang dari dasar lapisan pasir loose ke ujung pondasi yang

berada pada lapisan pasir dense


14

1000
800
600

400

200

100
80
60

40
Nq *
20

Nc *
10
8
6

1
10 20 30 40
Sudut geser dalam

Menghitung daya dukung selimut tiang Qs :

Qs = As f

Untuk tanah pasir : f = K v tan dimana :

K = Ko ( batas bawah ) dan K = 1.8 Ko ( batas atas ) Ko = koefisien tegangan at

rest (lihat chapter VII)

Atau menurut Tomlinson (1986) seperti pada tabel di bawah ini.

v = tegangan vertikal efektif tanah (dianggap konstan setelah kedalaman 15 D

menurut Meyerhoff atau 10 D menurut Schmertmann).

K
Bahan
Dr Dr
Tiang
rendah tinggi
Baja 20 0.5 1
Beton 3/4 1 2
Kayu 2/3 1.5 4
15

Untuk tanah lempung :

Metode Lambda ( Vijayvergiya & Focht )

fave = (v ave + 2 u ave) dimana :

ui Li
dengan Li = panjang tiang pada lapisan ke i dan
u ave i 1

ui = kuat geser undrained pada lapisan ke i

A i
dengan L = panjang tiang dan Ai = luas diagram tegangan
' v ave i 1

vertikal efektif pada lapisan ke i .

= fungsi dari kedalaman penetrasi tiang.

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5


0

10

20
Kedalaman penetrasi tiang (meter)

30

40

50

60

70

80

90

Metode Beta
16

fave =
i 1
i vi
dimana = K tan d
n

d = sudut geser dalam kondisi drained pada lapisan ke i

K = 1 sin d untuk tanah NCC pada lapisan ke i

K = 1 sin d OCR untuk tanah OCC pada lapisan ke i

vi = tegangan vertikal efektif pada lapisan ke i

n = jumlah lapisan yang dianalisa

B. Metode CPT

Menghitung daya dukung ujung tiang Qp :

qc1 qc 2
Qp Ap ( Schmertmann & Nottingham, 1975)
2

qc1 = nilai rata-rata qc pada kedalaman 0.7 D 4 D di bawah dasar tiang.

qc2 = nilai rata-rata qc pada kedalaman 8 D di atas dasar tiang.

Pada umumnya nilai qc diambil maksimum 100 kg / cm2 untuk tanah pasir dan 75

kg / cm2 untuk tanah pasir kelanauan walaupun data CPT yang ada melebihi nilai

tersebut.

Menghitung daya dukung selimut tiang Qs :

z 8 D z zL

Qs K s ,c fsAs fsAs
z 0 8D z 8 D

z = 0 dihitung dari dasar tiang pondasi dan L = panjang penetrasi tiang ke tanah
17

Ks dan Kc (pilih salah satu) adalah faktor reduksi yang tergantung dari kedalaman

dan nilai fs. Pada umumnya nilai fs diambil maksimum 1.2 kg / cm 2 untuk tanah

pasir dan 1 kg / cm2 untuk tanah pasir kelanauan walaupun data CPT yang ada

melebihi nilai tersebut.

Ks Kc
0.5 1.0 1.5 2.0 0.5 1.0 1.5
0 0

Tiang baja

10 0.5
Tiang beton
Tiang baja
L/D (meter)

Tiang kayu 2)
fs (kg/cm
20 1.0

Tiang beton
Tiang kayu

30 1.5

40 2.0
Pasir Lempung

C. Metode SPT

Menghitung daya dukung batas tiang Qu :

Qu = 40 Nb Ap + 0.2 Nave As (Meyerhoff) dimana :

Nb = nilai NSPT pada dasar tiang

Nave = nilai rata-rata NSPT sepanjang kedalaman tiang.

Harga Nb dibatasi paling besar adalah 40 dan harga 0.2 Nave paling besar 10 ton /

m2. Jika data NSPT melampaui harga batas tersebut gunakan harga batas Nb = 40

dan 0.2 Nave = 10 ton / m2.


18

Schmertmann menggunakan korelasi SPT dan CPT untuk mendapatkan nilai yang

lain pada persamaan di atas dengan mengacu pada klasifikasi jenis tanah.

qc fs
Jenis Tanah (kg/cm2) (kg/cm2)
GW, GP, GM, Harga
SW, SP, SM 3.2 N 0.019 N batas
N 60
GC, SC, ML,
1.6 N 0.04 N
CL
CH, OH 0.7 N 0.05 N
Batuan
gamping rapuh, 3.6 N 0.01 N
pasir karang

4. Pondasi Tiang Bor

Pondasi tiang bor mempunyai karakteristik khusus karena cara

pelaksanaannya yang dapat mengakibatkan perbedaan perilakunya di bawah

pembebanan dibandingkan dengan tiang pancang.

Meskipun demikian masing-masing jenis pondasi memiliki kelebihan dan

kekurangannya sendiri. Keuntungan pemakainan tiang bor adalah :

Kedalaman elevasi ujung pondasi lebih akurat. pada tiang pancang lokasi

dapat menyimpang karena adanya lapisan batuan, batu besar dan lain-lain.

Dapat dilakukan pada berbagai jenis tanah. Penetrasi dapat dilakukan pada

tanah kerikil, breksi, ataupun batuan. Selain itu, gangguan getaran dan suara

sangat kecil.

Fleksibel terhadap perubahan. Adanya perubahan panjang atau diameter

pada konstruksi dapat diikuti dengan mudah oleh kontraktor yang

bersangkutan. Kepala tiang juga dapat diperbesar jika dibutuhkan momen

inersia yang lebih besar.


19

Inspeksi tanah galian. Pada saat pengeboran dapat sekaligus mengambil

tanah galian sebagai disturbed sample sehingga jenis tanah dapat diperiksa.

Tidak ada resiko heaving (penyembulan).

Sementara kerugian tiang bor adalah :

Besarnya daya dukung tergantung pada ketrampilan dan keahlian pelaksana

lapangan. Pengecoran beton juga tidak pada kondisi idealnya dan tidak dapat

diperiksa dengan segera.

Kondisi tanah pada ujung tiang rusak oleh proses pemboran sehingga daya

dukung ujung kurang dapat diandalkan.

Berbahaya jika ada tekanan artesis karena tekanan ini dapat menerobos ke

atas.

Aplikasi Tiang Bor

Tiang bor banyak digunakan untuk pondasi jembatan, menara transmisi

listrik, fasilitas dok, soldier pile, kestabilan lereng, dinding penahan tanah,

pondasi bangunan ringan pada tanah lunak, pondasi bangunan tinggi, dan struktur

yang membutuhkan gaya tahan lateral yang cukup besar.

Beban
Lereng lateral Papan
angin Reklame

Bidang gelincir

Dok kapal

Penahan galian
Gedung / menara
Jembatan
20

Metode Pelaksanaan Tiang Bor

Cara kering (dry method)

Sesuai untuk tanah kohesif dan kondisi muka air di bawah lubang bor.

Casing

Casing digunakan jika ada kemungkinan terjadinya deformasi lateral pada

lubang bor. Panjang casing mencakup seluruh bagian tanah yang runtuh.

Slurry

Bahan slurry berupa bentonite sekitar 4 6 % yang dicampur dengan air.

Tujuan penggunaan slurry adalah untuk mencegah keruntuhan pada lubang

bor. Hanya bisa dilakukan pada kondisi yang menggunakan casing.

Daya Dukung Batas Tiang Bor

Menghitung daya dukung ujung tiang Qp :

Qp = qp A dimana untuk tanah kohesif qp = 9 u dan untuk tanah non-kohesif

menggunakan korelasi antara qp dengan NSPT.

50

40

30
q p (kg/cm2)

20

10

0 20 40 60 80 100
NSPT

Menghitung daya dukung selimut tiang Qs :

Qs = f L p dimana f = gesekan selimut, L = panjang tiang, p = keliling

penampang tiang. Nilai f berbeda untuk tanah kohesif dan non-kohesif.


21

Persamaan tersebut mengasumsikan tanah bersifat homogen. Jika tanah berlapis

n
maka persamaannya menjadi Qs f i Li p dimana Li adalah panjang tiang yang
i 1

berada pada lapisan tersebut.

Metode Reese & Wright (1977)

Pada tanah kohesif f = u dengan adalah faktor adhesi sebesar 0.55 .

Pada tanah non-kohesif f dapat diperoleh dari korelasi dengan NSPT.

2
fs (kg/cm2)

0 20 40 60 80 100
NSPT

Metode Kulhawy

Pada tanah kohesif f = u dan pada tanah non-kohesif f = Ko v tan

0 5 10 15 20 25 30
1.2

1.0
Faktor adhesi

0.8

0.6

0.4

0.2

0
u (ton/m2)
22

5. Daya Dukung Tarik

Pada kondisi tertentu, seperti saat terjadi gempa atau pada konstruksi

jangkar, pondasi tiang mengalami beban tarik. Kapasitas pondasi menahan beban

tarik ini disebut kapasitas tarik pondasi dan mempunyai persamaan Tu = T + Wp

dimana Tu adalah daya dukung tarik atau kapasitas tarik batas pondasi, T adalah

kapasitas tarik dan Wp adalah berat pondasi tiang sendiri.

Perhitungan kapasitas tarik T adalah sebagai berikut:

Untuk tanah lempung : T = L p u

dimana L = panjang tiang, p = keliling tiang dan = faktor adhesi untuk tarik.

Jenis Tiang u Faktor Adhesi


80 kPa ' = 0.9 - 0.00625 u
Tiang bor
> 80 kPa ' = 0.4
27 kPa ' = 0.715 - 0.0191 u
Tiang pipa
> 27 kPa ' = 0.2

Untuk tanah pasir :T= ( fu. p)dz


0

dimana fu = gesekan selimut untuk gaya tarik = Ku v tan

Ku = koefisien tarik

= sudut geser antara tiang dan tanah

Langkah perhitungan :

1. Tentukan Dr (%) dan tentukan Lcr dari grafik.

L L

2. Jika L < Lcr maka T = ( fu. p)dz = p ( '


0 0
v Ku. tan ) dz

Jika muka air jauh di bawah dasar tiang T = p L2 Ku tan

3. Jika L > Lcr maka T = p Lcr2 Ku tan + p Lcr Ku tan ( L Lcr)


23

1.6 16 4
(L/D)cr

1.2 12 3

(L/D)cr

0.8 8 Ku 2

0.4 4 1

0 0
20 40 60 80 100 20 30 40 50
Dr Sudut geser dalam

6. Gaya Gesek Negatif

Bila tiang pondasi terletak pada tanah timbunan yang berada di atas lapisan

tanah kompresibel maka beban tanah timbunan tersebut akan menimbulkan

penurunan pada lapisan tanah kompresibel tersebut. Jika penurunan pada tanah

kompresibel ternyata terjadi lebih cepat dan lebih besar dari penurunan pondasi

maka otomatis timbul gesekan pada selimut pondasi yang menyeret tiang pondasi

ke arah bawah. Gaya geser ke bawah ini disebut gesekan negatif atau downdrag.

Kondisi ini tidak hanya terjadi bila ada tanah timbunan saja, saat

pemancangan tiang juga menyebabkan terjadinya disipasi air pori yang

menyebabkan penurunan dan pada akhirnya menimbulkan downdrag.

Ditinjau secara gaya, yang terjadi pada saat downdrag adalah penambahan

gaya aksial, pengurangan tegangan efektif pada ujung tiang dan menurunnya daya

dukung batas. Pada selimut pondasi timbul garis netral dimana pada garis tersebut

gaya gesek positif berubah menjadi gaya gesek negatif. Semakin besar penurunan
24

yang terjadi garis netral semakin turun sehingga bagian selimut pondasi yang

menimbulkan gaya gesek positif di bawah garis netral semakin pendek.

Lap tanah timbunan

Gesek
negatif

Garis netral

Lap tanah kompresibel


Gesek
positif
Lap tanah keras

Gesekan negatif terjadi jika penurunan memenuhi salah satu kriteria berikut:

Penurunan total lapisan tanah lebih besar dari 10 cm.

Penurunan lapisan tanah setelah pemancangan tiang lebih besar dari 1 cm.

Tinggi timbunan yang ditempatkan di atas lapisan tanah lebih dari 2 meter.

Tebal lapisan tanah kompresibel lebih dari 10 meter.

Muka air tanah akan turun lebih dari 4 meter.

Tiang pondasi lebih panjang dari 25 meter.

Dalam memperkirakan besarnya gesekan negatif dilakukan sebagai berikut :

1. Perkirakan besar penurunan yang akan terjadi setelah pemancangan tiang.

2. Tentukan ukuran tiang berupa keliling dan panjang tiang.

3. Tentukan profil tanah dan parameter-parameternya.

4. Tentukan tegangan vertikal efektif v di tengah tiap lapisan.


25

5. Tentukan daerah tiang pondasi yang mengalami gesekan negatif. Jika beda

penurunan antara tiang dan suatu lapisan tanah mencapai 1 cm maka

daerah tersebut akan mengalami gesekan negatif.

6. Tentukan besar gesekan negatif maksimum pada setiap tengah lapisan

tanah yang mengalami gesekan negatif : f = v. Pada dasarnya

perhitungan formula gesekan adalah sama hanya arahnya yang berbeda.

7. Hitung dan jumlahkan gaya gesek negatif tiap lapisan Qsn = f p h

dimana p = keliling tiang dan h = tebal lapisan. Gaya gesek negatif hanya

bekerja sampai garis netral saja.

Jenis Tanah
Lempung 0.20 - 0.25
Lanau 0.25 - 0.35
Pasir 0.35 - 0.50

8. Sepanjang tiang L bekerja 2 macam gaya yang berlawanan arah. Gaya

yang mendorong tiang ke bawah adalah beban mati PDL dan gaya gesek

negatif Qsn, sementara gaya yang menahan tiang agar tetap pada posisinya

adalah daya dukung ujung Qp dan gaya gesek selimut Qs. Jika gaya tahan

diplotkan dengan kedalaman dalam bentuk grafik A terlihat bahwa gaya

tahan Qp + Qs = Qu terus berkurang seiring dengan meningkatnya nilai

Qsn.. Di lain pihak jika gaya dorong PDL dan Qsn diplotkan dengan

kedalaman menjadi grafik B terlihat bahwa Qsn meningkat seiring

kedalaman hingga pada suatu titik akan tercapai PDL + Qsn = Qp + Qs.

Titik inilah yang disebut garis netral.


26

PDL Qsn

L
Garis netral

Qp Qs

7. Tiang dengan Beban Lateral

Selain untuk menyangga beban aksial, pondasi tiang juga dapat digunakan

untuk menyangga beban lateral seperti tiang pondasi pada jembatan yang

mengalami gaya lateral berupa beban angin, percepatan kendaraan, dan beban

kejut. Perhitungan daya dukung lateral dapat menggunakan 2 macam metode yaitu

yang berdasarkan beban lateral maksimum dan berdasarkan defleksi lateral

maksimum. Dalam sub bab ini akan dibahas metode menggunakan beban lateral

maksimum yaitu menggunakan metode Brom.

Langkah-langkah perhitungan :

1. Tentukan jenis tanah (kohesif atau non-kohesif) pada kedalaman kritis

( 4D 5D dari permukaan tanah).

2. Tentukan nilai koefisien reaksi subgrade arah lateral Kh.

n1n2 80quu
Untuk tanah kohesif : Kh dimana
D

quu = kuat geser uji UCT dan n 1 dan n2 = koefisen empiris pada tabel di

bawah ini.

quu n1 Material tiang n2


27

< 48 kPa 0.32 Baja 1


48 - 191 kPa 0.36 Beton 1.15
> 191 kPa 0.4 Kayu 1.3

Untuk tanah non-kohesif :

Kh (kN/m3)
Kepadatan Tanah
Di atas MAT Di bawah MAT
Lepas 1900 1086
Sedang 8143 5429
Padat 17644 10857

3. Sesuaikan Kh terhadap faktor beban.

Beban statis pada tanah kohesif :

Kh = 1/3 sampai 1/6 Kh untuk lempung lunak dan NCC

Kh = 1/4 sampai 1/2 Kh untuk lempung kaku sampai sangat kaku.

Beban siklik pada tanah non-kohesif :

Kh = 1/2 Kh untuk kepadatan sedang sampai padat.

Kh = 1/4 Kh untuk kepadatan lepas.

4. Tentukan parameter tiang

Modulus elastisitas E, momen inersia I, modulus penampang S, mutu baja

fy atau mutu beton fc, panjang tiang L, diameter tiang D, eksentrisitas

beban terhadap permukaan tanah e, faktor bentuk Cs ( 1.3 untuk

penampang lingkaran, 1.1 untuk penampang H dengan beban lateral arah

normal terhadap sayap H, 1.5 untuk penampang H dengan beban lateral

paralel terhadap sayap H ), dan momen tahan My dimana My = Cs fy S

untuk tiang baja dan My = fc S untuk tiang beton.

5. Hitung h untuk tanah kohesif dan untuk tanah non-kohesif.


28

Kh D K
h 4 dan 5 h
4EI 4EI

6. Tentukan kondisi tiang panjang atau pendek.

Untuk tanah kohesif : h L > 2.25 tiang panjang

h L < 2.25 tiang pendek

Untuk tanah non-kohesif : L>4 tiang panjang

L<2 tiang pendek

2<L<4 tiang sedang

7. Tentukan parameter tanah sepanjang tiang pondasi.

Koefisien tekanan pasif pada tanah non-kohesif formula Rankine

dimana Kp = tan2 (45 + / 2)

Berat jenis tanah efektif rata-rata ave

Kuat geser undrained u = cu = quu.

8. Tentukan daya dukung lateral Qu.

Untuk tiang pendek dengan kepala bebas atau terikat pada tanah

kohesif lihat grafik A.

Untuk tiang panjang dengan kepala bebas atau terikat pada tanah

kohesif lihat grafik B.

Untuk tiang pendek dengan kepala bebas atau terikat pada tanah

non-kohesif lihat grafik C.

Untuk tiang panjang dengan kepala bebas atau terikat pada tanah

non-kohesif lihat grafik D.

Untuk tiang sedang dengan kepala bebas atau terikat pada tanah

non-kohesif lihat grafik C dan D kemudian ambil nilai Qu terkecil.


29
30
31

9. Setelah mendapatkan Qu, seperti biasa perhitungan dilanjutkan dengan

Qu
menghitung Qall .
2 .5

Perlu dicatat bahwa metode Brom ini hanya berlaku pada tanah kohesif

murni atau tanah non-kohesif murni dan tidak berlaku jika tanah berlapis atau

bercampur. Untuk tiang panjang kepala terikat pada tanah pasir, hasil perhitungan

daya dukung lateral juga terlalu besar dari keadaan sebenarnya. Karena itu,

metode Brom dapat digunakan untuk proyek skala kecil saja. Untuk proyek

dengan skala besar atau pada pondasi kelompok, disarankan menggunakan

program COM624P dari Reese yang dapat digunakan untuk segala kondisi.

8. Efisiensi dan Daya Dukung Tiang Kelompok

Meskipun pondasi tiang tunggal sering juga digunakan untuk memikul

kolom atau beban yang ringan, pada umumnya pondasi tiang mendukung struktur

di atasnya dengan berkelompok. Pondasi kelompok digunakan bila daya dukung

tiang tunggal tidak cukup untuk menahan beban, meminimalkan eksentrisitas

pembebanan karena pemancangan tiang tunggal sering meleset dari posisinya, dan

menjaga bila terjadi kegagalan pada salah satu tiang maka dapat diminimalkan

oleh tiang yang lain.

Daya Dukung Batas Tiang Kelompok

Daya dukung batas tiang kelompok dapat dihitung dengan persamaan :

Qug = 2 L (A + B ) u1 + A B u2 Nc dimana :

Qug = daya dukung batas tiang kelompok

L = panjang tiang arah z

A, B = panjang kelompok tiang arah x dan y


32

u1 = kuat geser rata-rata sepanjang kedalaman tiang

u2 = kuat geser rata-rata sepanjang kedalaman 2 D dihitung dari dasar pondasi

L A
Nc = faktor kapasitas beban = 51 1 9
5 A 5 B

Jika nilai Nc > 9 maka diambil Nc = 9

Jika tiang kelompok akan dibebani beban maksimum setelah konstruksi,

gunakan residual menggantikan u untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan

geser pada blok pondasi. Pada tanah non-kohesif u1 = f.

Pile cap
PILES GROUP

B
A

Efisiensi Tiang Kelompok

Pada tiang kelompok tak dapat dihindari akan terjadi overlap tegangan

antara tiang yang satu dengan yang lain, kadang daya dukung batasnya meningkat

dan kadang malah lebih kecil dari jumlah daya dukung batas per tiang tergantung

dari kondisi tanahnya. Untuk menentukan efisiensi daya dukung tiang kelompok

Qu g
dapat menggunakan persamaan g dimana g adalah efisiensi daya
n Qu
33

dukung batas, Qug adalah daya dukung batas kelompok dan n adalah jumlah tiang

dalam suatu kelompok.

Tiang Kelompok pada Tanah Kohesif

Pada tanah kohesif daya dukung batas tiang kelompok tergantung dari

apakah lempengan (pile cap) yang menyatukan kelompok tiang tersebut

mempunyai kontak yang teguh dengan tanah. Dengan begitu baru kelompok tiang

tersebut dapat bereaksi sebagai satu kesatuan unit. Untuk keperluan perancangan

tiang kelompok pada tanah kohesif, direkomendasikan sebagai berikut:

Jika u < 95 kPa dan pile cap tidak mempunyai kontak teguh dengan tanah

maka g = 0.7 dengan jarak antara pusat tiang ke pusat tiang lain s = 3 D.

Untuk s > 6 D maka ambil g = 1.

Jika u < 95 kPa dan pile cap mempunyai kontak teguh dengan tanah maka

g = 1.

Jika u > 95 kPa tanpa mempertimbangkan pile cap maka g = 1.

s minimum 3 D atau s minimum 1 meter.

Tiang Kelompok pada Tanah Kohesif

Pada tanah non-kohesif daya dukung batas kelompok tiang lebih besar dari

jumlah daya dukung batas per tiang. Hal ini disebabkan pada tanah non-kohesif

yang dominan adalah gaya gesek selimut Qs dan jika terjadi overlap maka gaya

gesek pada daerah yang mengalami overlap bertambah besar.


34

Cohesive soil Cohesionless soil

Overlap
Qp Qs

Untuk keperluan perancangan tiang kelompok pada tanah non-kohesif,

direkomendasikan sebagai berikut:

Kapasitas daya dukung batas tiang kelompok yang lapisan dasarnya bukan

lapisan tanah lemah dapat mengambil nilai g = 1, dengan catatan tidak ada

jetting atau pre-drilling. Jetting (pemboran disertai dengan penyemprotan

air) dan pre-drilling (pondasi tidak dipancang dengan palu tetapi dibor untuk

pemasangannya seperti pada tiang bor) dapat menurunkan nilai g sehingga

lebih kecil dari 1, karena itu harus dihindari jika kondisi lapangan

mengizinkan.

Jika tiang kelompok terletak pada tanah keras dengan ketebalan terbatas dan

dibawahnya terdapat lapisan tanah lemah maka Qug < Qu.

s minimum 3 D untuk mengoptimalkan efisiensi.


35

9. Penurunan pada Pondasi Tiang Tunggal

Pada tanah non-kohesif

A. Metode Semi Empiris

S = Ss + Sp + Sps dimana :

Ss
Qp Qs L
Ap E p
adalah penurunan akibat deformasi aksial

C p Qp
Sp adalah penurunan akibat transfer beban ke ujung tiang
D qp

Qs D
Sps
1 2 2 0.35 L
adalah penurunan akibat transfer beban ke
D
p L Es

selimut tiang.

Keterangan notasi :

Ap = luas dasar tiang

Ep = modulus elastisitas material tiang

= koefisien tergantung dari distribusi gesekan sepanjang tiang dimana = 0.5

(Vesic, 1977) untuk distribusi gesekan seragam atau parabolik dan = 0.33 untuk

distribusi gesekan berbentuk segitiga. Parameter ini hanya bisa didapat secara

empiris dengan memonitor gesekan selimut saat uji pembebanan tiang.

Cp = koefisien empiris dari tabel berikut:

Cp
Jenis Tanah
Tiang Pancang Tiang Bor
Pasir 0.02 - 0.04 0.09 - 0.18
Lempung 0.02 - 0.03 0.03 - 0.06
Lanau 0.03 - 0.05 0.09 - 0.12

qp = u Nc* = daya dukung per satuan luas pada ujung tiang.

p = keliling tiang
36

L = panjang tiang

Es = modulus elastisitas tanah

= rasio Poisson

B. Metode Empiris

D PL
S u dimana :
100 A p E p

D = diameter tiang dalam inci

Pu = beban aksial maksimum

10. Penurunan pada Tiang Kelompok

Penurunan tiang kelompok pada tanah non-kohesif :

A. Metode Vesic

B
Sg S dimana S adalah penurunan tiang tunggal, B adalah lebar kelompok
D

tiang, dan D adalah diameter tiang tunggal.

B. Metode SPT

B Ig
S g 2q p dimana :
N SPT

L
I g 1 0.5 . Jika Ig lebih kecil dari 0.5 ambil Ig = 0.5.
8B

NSPT = harga rata-rata pada kedalaman B dari dasar tiang.

C. Metode CPT

qp B Ig
Sg
2q c

Ketiga metode di atas didapatkan dengan asumsi tanah yang berada dalam daerah

pengaruh pondasi bersifat homogen.


37

Penurunan tiang kelompok pada tanah kohesif :

Beban pondasi sebesar Qall x n dijadikan beban pondasi ekuivalen sehingga

n Qall
q . Beban tersebut didistribusikan per lapisan dengan aturan seperti
A B

pada gambar di bawah ini. Sejalan dengan kedalaman, luas A x B meningkat dan

beban q menurun. Dari distribusi tegangan tersebut, kemudian hitung penurunan

di tengah-tengah tiap lapisan untuk kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan

penurunan total. Perhitungan menggunakan persamaan penurunan konsolidasi Sc.

Pondasi ekuivalen
Soft clay L
V

Hard clay or sand H1 H1


:2
1H

Soft clay H2 H2

Pondasi Tiang Ujung

Pondasi ekuivalen
:4V

2
3 L
1H

Soft clay

1 1
3 L 3 L
V
:2

H H
1H

Pondasi Tiang Gesek


38

2
3 L Pondasi ekuivalen
Sand

:4V
2
L 1
L

1H
9
3

Sand H1 H1

V
:2
Clay H2 H2
1H

Clay H3 H3

Pondasi Tiang Gesek

Pondasi ekuivalen
:4V

2
3 L
1H

1
3 L
H1 + 31 L
Clay H1
:2V

Sand H2 H2
1H

Clay H3 H3

Pondasi Tiang Ujung dan Gesek

1 eo
Untuk lapisan tanah non-kohesif, digunakan parameter C = yang didapat
Cc

dari korelasi dengan NSPT sehingga persamaan penurunan Sc adalah

1 ' v
Sc log vo H dimana H adalah tebal lapisan.
C' 'vo
39

11. Daya Dukung Tarik pada Kelompok Tiang

Menurut Tomlinson daya dukung tarik kelompok tiang pada tanah kohesif

dapat ditentukan dengan persamaan Tug = 2 L ( A + B ) u ave + Wg dimana :

L = panjang tiang

A dan B = panjang dan lebar daerah kelompok tiang


40

u ave = kuat geser rata-rata sepanjang kedalaman tiang

Wg = berat sendiri kelompok tiang termasuk pile cap.

Pada tanah non-kohesif Tomlinson secara konservatif menganjurkan Tug

sebesar berat jenis tanah dengan volume (AL + L 2 ) B sehingga persamaan

menjadi

Tug = (AL + L2 ) B.

Sebagai persyaratan direkomendasikan bahwa Tug Tu / FK dimana :

Tu = jumlah daya dukung tarik pada tiang tunggal

FK = 3 jika Tu dihitung menggunakan metode statis, dan FK = 2 jika Tu

didapatkan dari uji tarik beban.

1
L L
4

A A

B B

Cohesive soil Cohesionless soil

12. Pengujian Daya Dukung Tiang

Setelah melewati tahap perancangan maka disarankan untuk menguji

asumsi-asumsi yang diambil pada saat pendesainan dengan uji pemodelan tiang

pondasi di lapangan. Selama konstruksi, beberapa tiang memang dirancang untuk

pengujian. Menurut peraturan bangunan yang berlaku, dituntut jumlah tiang uji
41

sebanyak 1 % dari jumlah keseluruhan tiang untuk tiang pancang, dan 1 tiang

pengujian untuk tiap 75 tiang bor. Karena pada umumnya tiang berupa kelompok,

maka perlu diperhitungkan hubungan antara daya dukung tiang tunggal dengan

tiang kelompok karena untuk pengujian digunakan tiang tunggal.

Macam-macam cara pengujian daya dukung tiang adalah :

A. Uji Pembebanan Statik

Uji pembebanan statik dapat menggunakan sistem kentledge seperti pada

Plate Loading Test atau sistem jangkar yang dikembangkan oleh Tomlinson.

Kentledge System Test Anchor System Test (Tomlinson, 1980)


Steel Kentledge
grillage

Load cell
Dial gauges
or proving
ring Plate

Piles

Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan pengukuran

pergerakan tiang. Umumnya kriteria keruntuhan yang dimaksud disini adalah

jika tiang terus menerus mengalami suatu penurunan pada beban yang statis

(tidak bertambah). Jarang terjadi keruntuhan yang sebenarnya pada pengujian,

karena itu Qu yang didapat hanya merupakan suatu estimasi.

Sesudah tiang uji selesai dibuat (dipancang atau dibor) tunggu selama 7

30 hari sebelum memulai pengujian. Hal ini dimaksudkan agar tanah yang

terganggu akibat pemboran atau pemancangan telah mencapai kondisi yang

stabil seperti semula. Pergerakan tiang diukur menggunakan dial gauges yang
42

dipasang pada puncak tiang dengan toleransi pembacaan 1 mm. Untuk

mengetahui informasi-informasi lain mengenai interaksi tanah dengan tiang,

disarankan untuk menggunakan alat-alat instrumentasi seperti strain gauges di

sepanjang tiang, glass tell-tales pada kedalaman tertentu, atau load cells yang

dapat ditempatkan di bawah kaki tiang sehingga pergerakan kaki tiang,

deformasi sepanjang tiang, atau distribusi beban sepanjang tiang selama

pengujian dapat diketahui.

Metode pembebanan dalam uji ini juga bermacam-macam, antara lain

adalah :

Slow Maintained Monotonic Load Test

Pemberian beban 8 kali secara bertahap, masing-masing sebesar 25

% beban rencana sehingga pada akhir pengujian besar beban

adalah 2 kali beban rencana. Waktu pembebanan tiap tahap tidak

boleh lebih dari 2 jam atau penurunan yang terjadi tidak boleh

lebih dari 2.54 mm / jam. Setelah beban akhir dipasang kemudian

ditahan selama beberapa waktu baru kemudian diangkat secara

bertahapuntuk mendapatkan pengukuran rebound.

Slow Maintained Cyclic Load Test

Pembebanan dilakukan bertahap seperti pada SMML tetapi setelah

selesai tiap tahap langsung dilakukan rebound untuk kemudian

dibebani kembali hingga tahap berikutnya. Dengan cara ini, rebound

tiap tahap dapat diketahui dan perilaku pemikulan beban pada tanah

dapat disimpulkan dengan lebih baik.


43

Quick Maintained Monotonic Load Test

Merupakan modifikasi pengujian SMML untuk mempercepat waktu

pengujian. Tiap tahap beban ditahan selama waktu yang pendek tanpa

memperhatikan kecepatan pergerakan tiang. Pengujian dilakukan

hingga mencapai beban tertentu.

Constant Rate of Penetration Method

Metode ini ditentukan berdasarkan kecepatan penetrasi. Beban terus

ditingkatkan sampai kecepatan penetrasi tiang ke dalam tanah konstan

dengan patokan 0.254 cm / menit atau lebih rendah lagi jika jenis tanah

adalah lempung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban runtuh

tidak tergantung pada kecepatan penetrasi jika igunakan kecepatan

yang kurang dari 0.125 cm / menit. Peningkatan beban dan defleksi

penurunan dicatat setiap menit dan pengujian dihentikan jika

penurunan telah mencapai 10 % dari diameter tiang.

Dari hasil pengujian daya dukung ultimit Qu dapat ditentukan dengan

menginterpretasikan data uji yang ada. Ada beberapa metode interpretasi yang

dapat digunakan seperti metode Davisson, metode P-S, metode Mazurkiewick dan

metode Chin. Tiap metode dapat memberikan hasil yang berbeda, namun hal yang

terpenting adalah kita dapat menggambarkan mekanisme yang terjadi berdasarkan

bentuk kurva, sehingga besarnya deformasi plastis atau kemungkinan terjadinya

kegagalan dapat diprediksi.

Metode Davisson

- Plot grafik kurva beban vs penurunan


44

L
- Hitung penurunan elastis (immediate) Si = P dimana
AE

A = luas dasar tiang, E = modulus tiang, L = panjang tiang dan

P = beban uji.

- Buat persamaan di atas menjadi persamaan garis sehingga didapat

garis OA.

- Tarik garis BC sejajar garis OA dengan jarak X dimana

D
X = 0.15 + inci.
120

- Titik perpotongan grafik kurva dengan garis BC adalah Qu.

P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

10 Qu
Settlement (mm)

20 X A
B
30

40
C
50

Metode P-S

Tarik dua garis lurus dari lengkung kurva sehingga berpotongan. Titik

perpotongan diperkirakan sebagai Qu.


45

P (ton)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Qu
10

Settlement (mm) 20

30

40

50

Metode Mazurkiewick

- Plotkan grafik kurva penurunan vs beban.

- Tarik garis vertikal dari tiap interval penurunan tertentu sampai

memotong kurva.

- Dari titik perpotongan tarik garis horizontal hingga memotong

sumbu beban.

- Dari tiap titik perpotongan tarik garis dengan kemiringan 45

hingga memotong garis horizontal di atasnya.

- Tarik sebuah garis lurus melalui tiap titik perpotongan. Jika garis

tersebut diperpanjang akan memotong sumbu vertikal dimana Qu

adalah titik perpotongan tersebut.


46

Qu

P (ton)
100
0

10 20 30 40 50
Settlement (mm)

Metode Chin

- Plot kurva rasio penurunan dan beban (Si / P) dengan penurunan

(Si).

- Tarik sebuah garis regresi linier yang menghubungkan titik-titik

tersebut. Persamaan garis tersebut adalah Si / P = c1 Si + c2.

- Hitung c1 dari persamaan garis atau dari gradien kemiringan.

- Qu adalah 1 / c1.

- Metode ini menghasilkan Qu yang terlalu tinggi hingga harus

dibagi dengan 1.2 sampai 1.4 untuk koreksi.


47

P (ton)
c1

Qu = 1 / c1
0

10 20 30 40 50
Settlement (mm)

B. Uji Pembebanan Dinamik

Uji pembebanan dinamik awalnya dikembangkan hanya untuk tiang

pancang, namun dengan cara analog, dapat juga dilaksanakan pada tiang bor.

Salah satu metode yang populer di Indonesia adalah uji Pile Driving Analyzer

(PDA) yang dikembangkan oleh Prof. Goble di Case Institute of Technology,

Ohio.

Cara pengujian adalah dengan memasang strain tranducer dan

accelerometer dekat kepala tiang, dan respons kedua instrumen tersebut

diinterpretasikan terhadap gelombang yang terjadi akibat pukulan hammer.

Metode ini membutuhkan pengetahuan tentang teori perambatan gelombang

dengan digunakannya model analitis yang menggabungkan data lapangan dengan


48

teori perambatan gelombang untuk memprediksi besarnya daya dukung batas,

distribusi gesekan selimut sepanjang tiang, dan simulasi perilaku beban vs

penurunan dalam pembebanan statik.

C. Uji Pembebanan Tarik

Uji pembebanan tarik dilakukan pada pondasi tiang yang menahan gaya

tarik seperti akibat gaya uplift air, gaya gempa, momen, dan lain-lain.

Pembebanan dilakukan dengan menempatkan dongkrak di atas balok. Interpretasi

tarik lebih mudah karena gaya perlawanan murni merupakan gaya gesekan

selimut tidak tercampur dengan tahanan ujung.

Uplift Piles Test Bracket welded


to test pile
Load cell

Hydraulic jack
Universal beam

Stiffeners

Timber crip
Dial gauge

Pile
3 D or min 2 m

Kriteria keruntuhan pada uji tarik dapat diperoleh dengan memotongkan

dua bagian lengkung kurva hasil pengujian. Kriteria lain yang digunakan adalah

daya dukung tarik batas diperoleh ketika defleksi kepala tiang mencapai 6.25 mm.

D. Uji Pembebanan Lateral


49

Uji lateral dilakukan dengan cara mendorong kepala tiang dengan

dongkrak hidrolik yang disandarkan pada suatu sistem reaksi berupa blok beban,

pondasi tiang dan blok jangkar. Saat pembebanan pergerakan kepala tiang diukur

menggunakan dial gauge dan defleksi sepanjang tiang juga dapat diukur dengan

inklinometer jika dibutuhkan. Pembebanan mirip dengan pengujian SMML

dengan 8 tahap pembebanan masing-masing sebesar 25 % beban rencana.

Daya dukung lateral batas diperoleh dengan mengacu pada pergerakan

lateral maksimum sebesar 6.25 mm atau dari perpotongan dua lengkung kurva

hasil pengujian beban lateral. Perlu diketahui bahwa kondisi kepala tiang saat

pengujian adalah dalam kondisi bebas, sementara kenyataannya terjepit. Elevasi

kepala tiang pada pengujian juga lebih tinggi dari keadaan tiang sebenarnya (di

bawah atau rata permukaan tanah). Hal-hal ini menyebabkan daya dukung lateral

batas hasil pengujian lebih rendah dari daya dukung lateral batas tiang yang

sebenarnya.

Load Block System

Weights Piles System


Hydraulic
Strut cylinder
Weights
Dial gauge Reaction Dial gauge

Platform

Pile Pile

E. Uji Integritas Tiang


50

Pondasi tiang bor dapat mengalami necking ( pondasi tidak rata atau

menciut di beberapa bagian saat dicor) saat konstruksi dan pondasi tiang pancang

dapat retak saat pemancangan (akibat energi pukulan hammer). Untuk mengetahui

keutuhan struktural pondasi tiang digunakan metode perambatan gelombang.

Metode ini dilakukan dengan cara memberikan getaran pada tiang dan

mengevaluasi pantulan gelombangnya (seperti gelombang sonar pada kapal

selam) sehingga cacat pada tiang dapat terdeteksi.

13. Desain Struktural pada Pondasi Tiang

Desain struktural pada pondasi tiang harus memperhitungkan gaya aksial

(tarik dan tekan) serta gaya lateral (momen dan geser). Gaya torsi atau puntir pada

umumnya diabaikan.

Pondasi Tiang Pancang

Pada pondasi tiang pancang syarat desain yang berlaku adalah :

fa fb
1 dan fv Fv dimana :
Fa Fb

Pu
fa = tegangan aksial tekan akibat beban sebesar dengan Pu adalah beban
A

aksial maksimum dan A adalah luas penampang pondasi.

MD
fb = tegangan fleksi (momen) akibat beban sebesar dengan M adalah
2I

momen, D adalah diameter pondasi, dan I adalah momen inersia pondasi.

V
fv = adalah tegangan geser (shear) akibat beban sebesar dengan V adalah
A

V
gaya geser. Untuk tiang baja fv =
0.5 A
51

Fa dan Fb adalah tegangan izin (allowable) dari pondasi tersebut yang berbeda-

beda menurut jenis materialnya.

Untuk material tiang pondasi berupa beton :

Fa = 4.8 MPa

Fb = 2 Fa

Fv = 0.09 - 0.1 Fa

Untuk material tiang pondasi berupa baja :

Fa = Fb = 0.35 fy dimana fy adalah tegangan leleh baja

Fv = 0.4 fy

Untuk material tiang pondasi berupa pipa baja isi beton :

0.35 fyAs 0.33 f ' cAc


Fa untuk aksial tekan dengan Ac adalah luas beton, As
As Ac

adalah luas baja, dan fc adalah mutu beton.

0.35 fyAs
Fa untuk aksial tarik .
As Ac

Fb = 0.35 fy

0.4 fyAs 4 Ac f 'c


Fv
As Ac

Untuk material tiang pondasi berupa beton prategang biasanya mempunyai

standar Fa, Fb dan Fv sendiri sesuai dengan peraturan PCI ( Prestressed Concrete

Institute).

Pondasi Tiang Bor

Pada pondasi tiang bor syarat desain yang berlaku adalah :


52

Pu Mu
1 dimana = 0.75 untuk tulangan spiral dan = 0.7 untuk
Pn Mn

tulangan biasa dan Vu Vn dengan = 0.85 untuk geser.

Untuk aksial tekan : Pn = (0.85 fc (Ag As) + As fy) dimana Ag adalah luas

campuran (misal untuk tiang pipa baja dengan beton Ag = Ac + As) dan adalah

faktor reduksi dimana = 0.85 untuk tulangan spiral dan = 0.8 untuk tulangan

biasa.

Untuk aksial tarik : Pn = As fy

Pu
Untuk geser : Vn 0.54 Av (1 144 Ag ) f ' c

Pu
Untuk geser jika ada aksial tarik : Vn 0.54 Av (1 36 Ag ) f ' c 0

Av = luas penampang tiang yang menahan geser sebesar 0.95 Ag.

Pile Caps

Desain pile caps sama seperti pada pondasi telapak, perbedaannya hanya pada

beban yang lebih besar dan distribusi pembebanan hanya pada daerah penampang

kepala pondasi saja.

Anda mungkin juga menyukai