Anda di halaman 1dari 119

FONDASI DALAM

Ir. Endra Susila, MT, Ph.D.

Materi disusun oleh: M. Shouman, Dipl.Ing, HTL, MT


Ir. Endra Susila, MT, Ph.D.

Pendidikan terakhir:

Doctor of Philosophy (Ph.D.), Department of Civil Engineering,


University of Michigan, Ann Arbor, USA

Pengalaman proyek Internasional (2005):

Design Project Manager untuk proyek2 berikut:

The Shoppes at Centre Pointe, North Charleston, SC, USA.


The James Hardie Facility, North Charleston, SC, USA.
Portrait Homes, North Charleston, SC, USA
Townhomes at Redbank Road, Goose Creek, SC, USA
Residential Projects at Isle of Palms, SC, USA
Ir. Endra Susila, MT, Ph.D.
Pengalaman proyek Nasional:

Fondasi Dalam:

Tambak Lorok Semarang PLTU (Geotechnical Engineer, 1994- 1995).


Redesain Jembatan PERTAMINA (Getechnical Engineer, 1994)

2006:
Redisign Ground Anchor Pull Out Failure for the Hollywood Residence
PLTU Sibolga Sumatera Utara (Geotechnical Engineer)
Car Terminal Koja (Foundation Engineer)
Jembatan Soekarno, ± 1 km, Foundation Engineer
Jembatan Sula, ± 1 km, Foundation Engineer
MATERI DISKUSI

1. Daya Dukung Aksial Fondasi Dalam


2. Daya Dukung Lateral Fondasi Dalam
3. Analisis Group
4. Konsolidasi Group
5. Pemancangan Tiang (Final Set &
Perkiraan Daya Dukungnya)
PRINSIP UMUM
PERENCANAAN FONDASI

DEFINISI UMUM:

Fondasi adalah suatu konstruksi bagian dasar bangunan yang


berfungsi meneruskan beban dari struktur atas ke lapisan tanah
di bawahnya.

YG HRS DIHINDARI:
• Keruntuhan geser
• Deformasi yang berlebihan
h
Pall Pall
During Construction Post Construction
Beban timbunan

Very soft Very soft


soil soil
Ppositif Pnegatif

Sand Ppositif Sand Ppositif

Pend bearing Pend bearing

Pall = ( Ppositive +Pend bearing – Pnegative)/SF


Muka Tanah Semula

Muka Galian
PEMBAGIAN JENIS FONDASI:
1. Fondasi Dangkal  lapisan tanah keras dangkal

• Fondasi tapak (segi empat, lingkaran)


• Fondasi menerus
• Fondasi rakit (mat foundation)

2. Fondasi Dalam  lapisan tanah keras dalam

• Fondasi tiang pancang


• Fondasi sumuran (dengan dan tanpa casing)
• Fondasi caisson
KRITERIA PERENCANAAN FONDASI:

1. Daya dukung sistem fondasi harus lebih


besar daripada beban yang bekerja pada
fondasi

2. Penurunan yang terjadi akibat pembebanan


tidak melebihi dari penurunan yang diijinkan
HAL-HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP
DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN SISTEM
FONDASI:

1. Kondisi pelapisan tanah dasar tempat


fondasi bertumpu
2. Fondasi: bentuk, dimensi, dan elevasi
3. Beban Fondasi
PARAMETER TANAH DASAR PENDUKUNG FONDASI:

1. Index properties:

• Berat volume: , sat, d, ’ • Kadar air: w


Ww
Ws

Vv Vw
• Angka pori: e e
n
• Derajat kejenuhan: S
Vs 1 n Vv

Vv e
• Prositas: n n • Atterberg Limit: LL, PL, dan PI
V 1 e

2. Engineering Properties:
• Sudut geser dalam: 
• Kohesi: c
• Koefisien konsolidasi: Cc
INVESTIGASI TANAH UNTUK
PERENCANAAN FONDASI:

1. Test pit
2. Boring (tangan atau mesin)
3. CPT (sondir)
4. SPT (Standard Penetration Test)
5. Vane Shear
6. Sampling: Undisturbed (UDS) dan Disturbed (DS)
Sample
7. Uji laboratorium: index dan engineering properties
CONTOH STRATIGRAFI TANAH:
KLASIFIKASI FONDASI TIANG:

BERDASARKAN PERPINDAHAN TANAH


British Standard Code of Practical for Foundation (CP. 2004)

a. Large displacement piles


Yang termasuk dalam kategori ini adalah tiang masif atau
pun tiang berlubang dengan ujung tertutup.
Pelaksanaan di lapangan dapat dengan dipancang atau
ditekan sampai elevasi yang dituju, sehingga terjadi
perpindahan tanah yang cukup besar dari tempatnya
semula.
KLASIFIKASI FONDASI TIANG:
b. Small displacement piles

Tiang dipancang atau ditekan ke dalam tanah sampai pada


elevasi yang diinginkan.
Perbedaan dengan tipe tiang yang pertama adalah, bahwa
tiang tipe small displacement mempunyai penampang yang
lebih kecil.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah tiang baja
penampang H atau I, tiang pipa atau box, dengan ujung
terbuka, yang memungkinkan tanah masuk melalui
penampang yang berlubang.
Tiang pancang berulir juga termasuk dalam kategori ini .
KLASIFIKASI FONDASI TIANG:

c. Non displacement piles

Tiang tipe ini ditanamkan ke dalam tanah dengan cara


pemindahan tanah terlebih dahulu (dibor, digali secara
manual atau dengan mesin). Setelah lubang selesai
dibuat baru dilaksanakan pengisian lubang dengan tiang
(dicor).
Dengan demikian mobilisasi friksi tidak sebesar friksi
pada displacement piles
JENIS MATERIAL DAN PENGGUNAAN

MATERIAL
a. Tiang kayu
b. Tiang baja
c. Tiang beton
d. Tiang composite

PEMILIHAN MATERIAL TIANG DIDASARKAN:


a. Lokasi dan tipe bangunan
b. Keadaan lapisan tanah (subsurface
condition)
c. Ketahanan tiang
FAKTOR LOKASI DAN TIPE BANGUNAN
1. Bangunan Kelautan (dermaga, platform, jetty, dll.)

a. Perairan Dangkal
Dapat digunakan tiang pracetak (precast solid piles) atau
tiang pratekan. Sedang untuk konstruksi sementara (tak
permanen) digunakan tiang pancang kayu.

b. Perairan Dalam
Penggunaan tiang pancang beton masif tidak begitu
menguntungkan, karena bobot tiang yang terlalu besar
sehingga susah saat dipancangkan.
Tiang yang sering dipergunakan adalah profil H atau pipa.
Tiang pipa lebih banyak dipergunakan karena tiang pipa
akan menerima gaya friksi (drag forces akibat gelombang
dan arus) yang lebih kecil.
FAKTOR LOKASI DAN TIPE BANGUNAN
1. Bangunan Darat
• Penggunakan ketiga kategori tiang (displacement dan non
displacement) bisa dilakukan
• Biasanya tiang bor (bored & Cast in Situ Piles) merupakan alternatif
yang lebih murah. Diameter tiang bor bisa dibuat cukup besar. Untuk
mendapatkan daya dukung ujung yang lebih besar bisa dilakukan
pembesaran pada ujung bawah tiang. Tiang jenis ini sangat cocok
untuk daerah perkotaan, karena bisa mengurangi kemungkinan
terangkatnya tanah (ground heave), kebisingan dan getaran.
• Untuk beban upper structure yang cukup berat bisa digunakan
driven & cast in situ piles. Meskipun demikian tiang pancang
mempunyai harga lebih mahal daripada tiang bored & cast in situ
piles.
• Tiang pancang kayu dipergunakan untuk upper structure yang relatif
ringan.
FAKTOR KEADAAN LAPISAN
• Bored pile biasanya digunakan untuk tanah liat yang keras sampai
sangat keras. Bored pile tidak digunakan pada tanah liat lunak atau
pada tanah berbutir lepas (pasir). Tiang dengan dasar yang
membesar hanya bisa diletakkan pada tanah liat keras atau pada
lapis batuan lunak.
• Tiang pancang tidak bisa digunakan pada tanah berbatu atau pada
lapisan dimana terdapat lensa tanah keras
• Cast in situ piles tidak bisa digunakan untuk penetrasi yang dalam,
karena keterbatasan dari penyambungan dan penarikan
(pengangkatan) casing.
• Pemancangan tiang pada tanah berbutir kasar atau yang banyak
mengandung bongkahan batu akan lebih cocok dengan
menggunakan tiang dengan dinding tipis atau profil H dibandingkan
dengan penggunaan tiang pancang beton masif.
FAKTOR KETAHANAN TIANG
Tiang Kayu
Perlu diperhatikan masalah pembusukan, terutama untuk tiang yang
terletak di atas muka air tanah

Tiang Pancang Beton


Tidak terserang korosi dan dapat tahan terhadap konsentrasi sulfat
tinggi yang terdapat dalam tanah

Cast in situ concrete piles


Apabila kurang padat dapat diserang zat-zat agresif yang dapat
merusak beton. Meskipun demikian untuk mengurangi ekses di atas
bisa dibuat selimut (lining) sebagai perlindungan terhadap korosi

Tiang Baja
Akan dapat memberikan pelayanan yang lama pada tanah biasa, tetapi
akan sangat mudah terkorosi apabila berhubungan dengan air laut.
Untuk itu diperlukan perlindungan dengan system Cathodic Protection
atau Anoda System-Impressed Current.
DAYA DUKUNG AXIAL
Q
Point Bearing Piles:

• Tiang ditanam masuk sampai


lapisan tanah keras
Tanah • daya dukung tanah didominasi oleh
lunak tahanan ujungnya.
• Disebut sebagai end bearing piles
atau point bearing piles.

Tanah
keras
DAYA DUKUNG AXIAL
Q

Friction Piles:

• Ujung tiang tidak mencapai


lapisan tanah keras (Tanah
Tanah keras sangat dalam)
lunak
• Daya dukung didominasi oleh
tahanan friksi (skin friction).
• Disebut friction piles.

Tanah
keras
DAYA DUKUNG AXIAL

Daya dukung tiang dibedakan atas:


• Daya dukung ujung (Qe)
• Daya dukung friksi (Qs)

Qult = Qe + Qs
Qult : Daya dukung maximum
Qall = Qult / SF Qe : Daya dukung ujung
Qs : Daya dukung friksi
Qall : Daya dukung ijin
SF : Faktor keamanan = 2,5 – 4,0
DAYA DUKUNG UJUNG
tanah kohesif (c-soils)

Meyerhof: Qe = Ap . c . Nc’

Terzaghi: Qe = Ap . qult

qult = 1,3 c Nc + q Nq

Tomlinson: Qe = Ap . c . Nc’

Ap : Luas penampang tiang


c : Kohesi tanah bagian ujung
Nc’ : Faktor daya dukung ( 9)
Nq : Faktor daya dukung, bila  = 0 maka Nq = 1
DAYA DUKUNG UJUNG
faktor daya dukung & kedalaman kritis
1000
800
600

Bearing capacity factors, Nq & Nc


400

200

100
80
60
40
Nc 20
20

Critical depth, (Lb/D)cr


Nq
10 10
8 8
6 6
4 Clay 4
Sand
2 2

1 1
0 10 20 30 40
Soil friction angle,  (deg)
DAYA DUKUNG UJUNG
tanah granular (-soils)
Meyerhof:

qp
Daya dukung membesar
(Lb/D)cr dengan bertambahnya
kedalaman pemancangan,
dan mencapai max. pada
Lb/D=L/D (Lb/D)=(Lb/D)cr

Pada tanah homogen: Lb = L


L
L=Lb
Pada tanah tak homogen: umumnya Lb < L
Lb
DAYA DUKUNG UJUNG
tanah granular (-soils)
Meyerhof:

Qe = Ap . qp = Ap ( c. Nc + q . Nq)

Karena c = 0  Qe = Ap . qp = Ap . q . Nq  Ap . ql

ql = 50 . Nq. tan

Qe max. = Ap . ql = Ap . 50 . Nq . tan
DAYA DUKUNG UJUNG
tanah granular (-soils)

Terzaghi: Qe = Ap (q Nq aq +  B N a)

 : berat volume tanah di ujung tiang


aq & a : Faktor penampang
aq = 1 untuk penampang persegi dan bulat
a = 0,4 untuk penampang persegi
a = 0,3 untuk penampang bulat

Tomlinson:
Qe = Ap q Nq
DAYA DUKUNG FRIKSI

Pada tanah homogen: Pada tanah berlapis:

QS = AS . f = p . L . f QS = (p . L . f)
As : Luas selimut tiang
P : Keliling penampang
L : Panjang tiang QS = p . (L . f ) D: konstan
f : tahanan friksi

L1

L
L2

L3
DAYA DUKUNG FRIKSI
tanah kohesif

1. -Method: f =  (v’ + 2. Cu)

v’ : Tekanan vertikal efektif


Cu : undrained shear strength
 = f(L), dibaca dari nomogram

2. -Method: (untuk  = 0) f =  . Cu

 :faktor adhesi empiris, nomogram


untuk tanah NC dengan Cu<50 kN/m2,  = 1

3. -Method: f =  . v’

 = K . tanR
R : drained friction angle of remolded clay
K = 1 - sinR tanah NC
K = (1 - sinR) OCR
. tanah OC
DAYA DUKUNG FRIKSI
tanah kohesif

Variasi  dan 
DAYA DUKUNG FRIKSI
tanah kohesif

4. Dari test tarik tiang (pull out test):

Qs = p . L . (z + q) . K . tan tanah kepasiran

z : kedalaman titik pusat tekanan vertikal tanah


q
q = beban yang bekerja di permukaan
K = koefisien tekanan tanah lateral, umumnya diambil K = 1,75
p = keliling penampang tiang
z
sin( + )
Qs =  A s K q L
L cos . cos
tanah kepasiran yang keras
 : sudut gesek tiang-tanah, umum-nya diambil  = 0,67 
K : koef. Tekanan tanah lateral
K = (1,5 sampai 2,2) K0
 : sudut runcing tiang
DAYA DUKUNG FONDASI SUMURAN

Prinsip: sama dengan fondasi tiang pancang

Qu = Qe + Qs

Daya Dukung Ujung

Qe = Ae ( c . Nc + q’ . Nq + 0,3 .  . D . N )
Karena umumnya D << L maka D bisa diabaikan, sehingga:
Qe = Ae ( c . Nc + q’ . Nq)

L/D 0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0

Nc 6.2 7.1 7.7 8.1 8.4 8.6 8.8 9.0


DAYA DUKUNG FONDASI SUMURAN
Daya Dukung Friksi
L
Q s   p . f . dL
0

Tomlinson (tiang pancang): Q s   . c . A s  k . q . tan  . A s


L L
Q s    . c . p . dL   k . q . tan  . p . dL
0 0

Tomlinson (sumuran):

C direduksi menjadi 0,30 c (Tomlinson)


C direduksi menjadi 0,45 c (Skempton untuk long pile)
C direduksi menjadi 0,30 c (Skempton untuk short pile)
K direduksi menjadi 0,70 k

Q s  (0.3  0,45) .  . c . A s  0.70 . k . q . tan . A s


GAYA GESER NEGATIF
(Negative Skin Friction)
Q Q
Kondisi terjadinya
negative skin friction
Dn D1 fn1 timbunan
fn timbunan

D2 fn2 tanah
tanah asli
fS asli lunak
padat

tanah
fe asli
padat

fe fe

Fn = (ca + 0 . tan ) As
= ( ca + k0 .  . Dn . tan ) Dn . p
GAYA GESER NEGATIF
(Negative Skin Friction)

Tanah kohesif: Fn = ca . Dn . p ( = 0)

Tanah granular: Fn = k0 .  . Dn2 . tan . p (c = 0)

Timbunan di atas tanah lunak:


Fn = ( ca1 + 01 . tan1 ) D1 . p + ( ca2 + 02 . tan2 ) D2 . P

Qe  Qs
Faktor Keamanan: SF 
Q  Fn
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Metoda ini cukup aplikatif apabila digunakan untuk menghitung daya


dukung tiang pancang pada tanah pasir. Pada kerikil, metoda ini tidak
layak untuk digunakan, karena daya dukung ujung tiang pada kerikil
kenyataannya lebih kecil dibanding nilai tahanan konus (qc) hasil uji
sondir sendiri.

Daya Dukung Ujung

Qe = qe . Ae

q c1  q c 2
Dimana : qe 
2
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Rentang harga qc untuk


perhitungan daya dukung
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Untuk lapisan tanah pasir lepas


tertentu yang terletak antara 4d
sampai 10d di bawah ujung tiang,
harga qe juga masih perlu
direduksi.
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Tomlinson (1975) juga merekomendasikan formula praktis daya


dukung ujung tiang pancang, sebagai:

Qe = 10 . Ckd . Ae [ton]

Ckd = qc rata-rata dari 1d di bawah dan 3d d


di atas elevesi ujung tiang
(Gambar)
3d

Satuan: d
Qe [ton], qc [kg/cm2], dan Ae [m2]

Rentang harga qc untuk daya


dukung ujung (Tomlinson)
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Daya Dukung Friksi

L L
Q s   q sdL  S1  f sdL
0 0

Dimana : qs = daya dukung friksi


L = panjang tiang yang tertanam dalam pasir

nilai qs dibatasi sampai 0.12 MN/m2


DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Nilai S1 untuk perhitungan daya dukung friksi

Tipe fondasi tiang S1

Kayu 1.2
Beton/baja penampang segi empat:
- Ujung flat 0.6
- Ujung lancip 1.1
Driven cast in-situ 1.3
Pipa baja/profil H 0.7
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

Berdasarkan nilai tahanan konus qc, Tomlinson


merekomendasikan daya dukung friksi sebagai berikut:

Qs = 0,05 . qc . As tanah homogen

p n
Qs  
20 i=1
qci . li tanah berlapis

Satuan:
Qs [ton], qc [kg/cm2], dan Ae [m2]
DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil Sondir )

qc1 qc2 qc3


qc

l1

l2

l3

Pengambilan harga qc untuk daya dukung friksi


DAYA DUKUNG AXIAL BERDASARKAN
DATA LAPANGAN
(Berdasarkan Hasil SPT )

Ns A s
Qu  QaFs  40Ne A e 
5

Dimana :
Qu dan Qa dalam [ton]
Ne = Nilai SPT rata-rata dihitung dari ujung tiang sampai 2 kali
diameter di bawahnya
Ns = Nilai SPT rata-rata sepanjang selimut tiang
Ae = Luas penampang tiang [m2]
As = Luas selimut [m2]
Fs = 4
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

Penyebab Beban Lateral

• Gaya gempa
• Gaya angin pada struktur atas
• Tekanan tanah aktif (abutment jembatan)
• Tumbukan kapal (dermaga)

Kriteria Perencanaan

• Beban lateral izin ditentukan berdasarkan defleksi


maximum yang diijinkan.
• Beban lateral yang diijinkan sama dengan daya dukung
lateral dibagi dengan angka keamanan.
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

Hubungan Beban Lateral Dengan Deformasi Tanah


1) Pada mulanya untuk pembebanan yang rendah tanah akan terdeformasi
elastis dan terjadi pergerakan tiang, dimana pergerakan tersebut cukup
mampu untuk mentransfer sebagian tekanan dari tiang ke lapisan tanah
yang lebih dalam.
2) Pada pembebanan selanjutnya beban menjadi lebih besar, lapisan tanah
akan runtuh plastis dan mentransfer seluruh bebannya ke lapis tanah
yang lebih dalam lagi.
3) Hal ini akan berlanjut dan menciptakan mekanisme keruntuhan yang
berhubungan dengan kekakuan tiang.
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Mekanisme Keruntuhan

1. Rotasi untuk tiang pendek/kaku 2. Translasi untuk tiang pendek/kaku


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

3. Patahan pada daerah dimana terdapat momen lentur maximum


untuk tiang panjang/lentur
PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG
Pada Tanah OC (terlalu konsolidasi)

Modulus of subgrade reaction tanah diasumsikan konstan pada seluruh kedalaman.


Faktor kekakuan:

EI
R 4 (dalam satuan panjang)
KD

K=ks/1,50 ks: modulus of subgrade reaction


didapat dari uji beban lapangan de-
ngan plat bujur sangkar 30 x 30 cm.

beban plat [N/m 2 ]


ks 
lendutan horisontal [m]
PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG
Pada Tanah OC (terlalu konsolidasi)

Hubungan ks dengan Cu pada tanah OC

Consistency stiff very stiff hard

Cu kN/m2 100 – 200 200 – 400 >400


ks MN/m3 18 – 36 36 – 72 >72
recommended ks 27 54 > 108
PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG
Pada Tanah NC dan Pasir
• ks meningkat secara linear terhadap kedalaman
• Faktor kekakuan:

EI
T 5 (dalam satuan panjang)
h
h .x
h : modulus variasi  K
D

• Harga h pada tanah nonkohesif dalam [MN/m3]


Relative density loose med. Dense dense

tanah kering/lembab 2,5 7,5 20


tanah jenuh 1,4 5 12

• Pada tanah NC soft: h = 350 – 700 kN/m3


• Pada tanah organik: h = 150 kN/m3
PENENTUAN KRITERIA
TIANG PENDEK DAN PANJANG

Kriteria Panjang-Pendek Tiang

Jenis Tiang Faktor Kekakuan

tanah NC tanah OC
pendek (kaku) L  2T L  2R
panjang (elastis) L  4T L  3,5R
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Metoda Brinch Hansen

Metoda Brinch Hansen untuk daya dukung lateral tiang pendek

a. soil reaction b. diagram gaya lintang c. momen


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
1. Bagi diagram tekanan tanah pasif menjadi n elemen yang sama besar.
Tebal masing-masing elemen menjadi L/n

2. Tahanan pasif masing-masing elemen pada tiap kedalaman z:


pz = p0z . Kqz + c . Kcz
p0z : tegangan efektif vertikal pada kedalaman z
c : kohesi
Kqz dan Kcz : koefisien tekanan tanah pasif (nomogram)

3. Gaya pasif masing-masing elemen:


Pz = pz . L/n . B B : lebar atau diameter tiang
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
4. Mencari posisi titik rotasi X dengan cara menghitung momen pada ujung
atas tiang:
zx zL
L L
M   z 0
p z ( e  z )B   p z ( e  z )B
n zx n

Titik rotasi X dicari dengan cara coba-coba sehingga M=0


Apabila ujung atas tiang menerima momen maka momen tersebut harus
diganti dengan gaya horisontal H dengan jarak e dari permukaan tanah.

Apabila ujung atas tiang terjepit:


• Seolah terdapat eksentrisitas ekivalen e1 dari titik jepit virtual sejauh
zf dari muka tanah (Gambar a)
• Praktis: zf = 1.50 m (granular) dan zf = 3 m (lempung lunak/lanau)
• Sehingga e1 = 0.5 (e + zf)
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

5. Tahanan lateral ultimate (Hu) dihitung berdasarkan keseimbangan momen


yang terjadi pada titik rotasi X:
zx zL
L L
H u ( e  x )   p z B( x  z )  p z B( z  x )
z 0 n zx n

zx zL
L L
 p z
n
B( x  z )   p z
n
B( z  x )
Hu  z 0 zx

(e x)

6. Menghitung gaya lintang yang bekerja pada sepanjang tiang

7. Momen maximum terjadi pada posisi gaya lintang sama dengan nol
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

Koefisien Kq dan Kc menurut Brinch Hansen


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Pada Tanah Berlapis:

Reaksi pada tanah berlapis akibat beban lateral


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

Metoda Broms

Metoda ini bisa dipakai untuk menghitung daya dukung tiang dengan
beban lateral baik pada tiang kaku (pendek) maupun tiang lentur
(panjang). Meskipun demikian metoda Broms hanya dipakai untuk
menghitung daya dukung tiang pada tanah lempung ( = 0) saja atau
pada tanah pasir (c = 0) saja.
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tiang Pendek (short pile)
Pada Tanah Halus ( = 0) dengan Kondisi Short Term Loading
Asumsi dasar: tegangan tanah yang terjadi akibat beban lateral sampai dengan
kedalaman 1,50 B dari permukaan tanah adalah sama dengan
nol. Hal ini disebabkan oleh adanya efek penyusutan tanah.

Reaksi tanah dan momen pada tanah kohesif (Broms)


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:

Free Head:

1. Mmax dan Hu bisa didapat dari persamaan di bawah:


Kedalaman dimana gaya lintang sama dengan nol:
Hu
f  (1)
9.cu .B
Mmax terjadi dimana gaya lintang sama dengan
nol:

M max  H u ( e  1,50 B  0 ,50 f ) (2)

Panjang sisa tiang sejarak g (Gambar) menahan Mmax dan berdasarkan


persamaan keseimbangan pada tiang kaku (pendek) didapat:

M max  2 ,25.cu .B.g 2 (3)


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

2. Dengan memasukkan persamaan (1) ke (2) didapat:

Hu
M max  H u (e  1,50B  0,50 ) (A)
9.cu .B

3. Dari hubungan g  L  f  1,50 B jika dimasukkan ke dalam persamaan (3), didapat:

M max  2 ,25.cu .B.( L  f  1,50 B ) 2 (B)

4. Dari dua persamaan (A) dan (B) dengan dua variabel yaitu Mmax dan Hu bisa
dihitung Mmax dan Hu
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Fixed Head:

H  0
H u  9.cu .B.( L  1,50 B )

Maka :

1 
M max  9.cu .B.( L  1,50 B ) ( L  1,50 B )  1,50 B 
2 
1
M max  .9.cu .B.( L2  2 ,25.B 2 )
2
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Secara grafis, baik pada free head atau fix head, harga Hu bisa dihitung
dengan menggunakan nomogram di bawah ini :

Daya dukung lateral vs.


kedalaman pemancangan
(Broms)
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Pada Tanah Granular (c=0)

Asumsi dasar pada kasus ini adalah resultan tekanan pasif pada ujung tiang
untuk tanah berbutir kasar dapat digantikan oleh gaya horisontal P

Reaksi dan momen pada tiang pendek pada tanah kohesif


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:

Free Head:

1. Diagram reaksi tanah pada tiang untuk tiap kedalaman z dihitung dengan cara:

pz = 3.B.p0z.Kp (1)

B : lebar tiang
p0z : Tekanan tanah efektif pada kedalaman z
Kp : koefisien tekanan tanah pasif (Rankin)
Kp = tan2 (450 + /2)

2. Dengan menggunakan harga pz seperti pada persamaan (1), hitung: gaya


pasif pada masing-masing elemen.
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
3. Posisi titik rotasi dianggap pada ujung bawah tiang dengan kedalaman L dari
muka tanah.
4. Hu ditentukan dengan mencari keseimbangan momen pada titik rotasi.
5. Menghitung gaya lintang yang bekerja pada sepanjang tiang
6. Momen maximum terjadi pada posisi gaya lintang sama dengan nol
Langkah 3 sampai dengan 6 bisa diterangkan dengan freebody berikut :
Hu

L
R

L/3
P

3BLKp
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
L
R  ( 3 BLK p )  1,5 BL2 K p
2 (2)

H  0  H u  R  P  0  H u  R  P

M pada titk rotasi sama dengan nol:

L RL (3)
R.  H u ( e  L )  0  H u 
3 3( e  L )

Dari persamaan (2):


RL RL
R-P   P  R- (4)
3( e  L ) 3( e  L )
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Apabila persamaan (2) dimasukkan ke (3) didapat:

1,5 BL2 K p L 0 ,5 BL3 K p


Hu   (5)
3( e  L ) eL

Mencari jarak x, dimana gaya lintang sama dengan nol

x x
Hu  (3BLK p ) . 0
L 2
Hu Hu
x2   x 
1,5BK p 1,5BK p

Momen maximum dihitung dengan cara:

x x x
M max  H u ( e  x )  ( 3 BLK p ) . .
L 2 3

 H u ( e  x )  0 ,5( BK p x 3 )
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Fixed Head:

1. Hu dicari dari keseimbangan gaya horisontal :


L
H u  3 BLK p .  1,5 BL2 K p
2

2. Mmax dihitung dari:

L 2
M max  3 BLK p . . L  BL3 K p
2 3
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Baik pada free head maupun fixed head, harga Hu bisa ditentukan dengan
menggunakan nomogram berikut :

Daya dukung tiang pendek vs.


kedalaman pemancangan
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tiang Panjang (long pile)
Pada Tanah Kohesif (=0)

Berdasarkan anggapan, bahwa gaya pasif yang dimobilisasi sepanjang tiang pada
long pile adalah tak terhingga, maka beban lateral batas (Hu) yang dapat ditahan
oleh tiang dinyatakan dalam momen tahanan maximum dari penampang tiang.

Cara sederhana untuk menghitung Hu yang hanya berlaku pada kondisi-kondisi:


• Pembebanan ringan
• Lebar tiang kecil sampai medium
• Asumsi mekanisme pembebanan seperti pada Gambar di bawah ini:
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL

Beban lateral maximum:


Mu
1. Free head pile Hu 
(e zf )

2M u
2. Fixed head pile Hu 
(e zf )

dimana:
zf = 1,50 m untuk pasir & lempung keras
Pemodelan kantilever untuk tiang zf = 3,00 m untuk lempung lunak & lanau
dengan beban lateral
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Broms juga menggembangkan cara untuk menghitung Hu dan Mmax dengan asumsi
diagram tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

Reaksi dan momen pada tiang panjang pada tanah kohesif


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
Free Head:

1. Gambar diagram tegangan tanah dan momen lentur seperti Gambar dibawah ini:
Hu

1,5B

P f/2
f

9.cu.B

2. Pada posisi dimana terjadi patahan dihitung M ke atas

P = 9 cu B f
Mmax = Hu (e + 1,50B + f/2)
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Hu
3. Karena Hu = P = 9 cu B f, maka f 
9 cu B

4. Dan bila Mmax dianggap sama dengan Mu penampang tiang, maka:

Mu
Hu  free head, pada lempung
( e  1,5 B  f / 2 )
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Fixed Head:

H  0  H u  P
Mu
Mu
Hu
Hu M x  0
1,5B

P f/2 f
f 2M u  P  H u ( 1,5 B  f )  0
2

Mu
f
Mu
9.cu.B 2M u  H u  H u ( 1,5 B  f )  0
2

Gambar Free body dari posisi patahan ke atas (fixed head)


maka:

2M u
Hu 
( 1,5 B  f / 2 )

fixed head, pada lempung


FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Hu pada Free head maupun pada Fix head untuk tanah kohesif juga dapat
dicari dengan cara grafis dengan menggunakan nomogram di baah ini:

Daya dukung lateral


tiang panjang vs.
momen tahanan pada
tanah kohesif
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Pada Glanular (c=0)
Mobilisasi diagram tegangan ditunjukkan pada Gambar

Reaksi dan momen untuk tiang panjang pada tanah granular


a. free head b. fixed head
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
Free Head:
1. Mmax dan Hu dihitung dengan cara:
Hu
f  0 ,82
BK p

M max  H u ( e  0 ,67 f )

Mu
Hu 
Hu
e  0 ,54
BK p
2. H = 0
f 3
H u  R  3 BfK p .  f 2 K p B
2 2 3BfKp

2H u Hu
f   0 ,82
3BK p BK p
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Hu
2
M max  H u ( e  f )
e 3

M max
R
f Hu 
( e  23 f )
M max

Hu
e 2
.0 ,82
3
BK p
3.B..f.Kp

M max
Hu 
Hu
e  0 ,54
Free body diagram tegangan free head, BK p
Long pile, tanah granular
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Tahapan Perhitungan:
Fixed Head:

Pada fixed head akan timbul lendutan seperti Gambar di bawah ini:
Mu
Hu
Mu
e
Hu

f
R

Mu

Mu
3.B..f.Kp

Free body diagram tegangan,


Fixed head, long pile, -soil
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
f 3
H  0  H u  R  3 BK p  BK p f
2 2
f
2M u  H u ( e  f )  R
3

f
2M u  H u ( e  f )  H u
3

2M u
Hu 
e  23 f

3 2M u
BK p f 
2 e  23 f

Hu
f  0 ,82
BK p
FONDASI TIANG DENGAN
BEBAN LATERAL
Dengan demikian harga Hu menjadi:

2M u
Hu 
Hu
e  0 ,82
BK p

Selain itu juga tersedia nomogram untuk menentukan harga Hu sebagai fungsi
dari momen tahan Mu dari penampang tiang pada tanah granular (c=0).

Daya dukung lateral vs.


momen pada tiang panjang
pada tanah granular
Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang
Tertanam Sebagian
Akibat kombinasi beban yang bekerja pada tiang vertikal yang tertanam sebagian,
tiang bisa mengalami lentur dan tekuk.
Kombinasi beban yang dimaksud adalah:
1. Gaya aksial P
2. Gaya horisontal H
3. Momen M
Beban dan mekanisme lentur serta tekuk ditampilkan pada Gambar di bawah ini:

Tekuk pada kepala tiang akibat beban vertikal dan lateral


a. jepit sebagian b. kedalaman jepit ekivalen
Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang
Tertanam Sebagian

Faktor yang menentukan untuk mendapatkan panjang ekivalen tiang yang


dianggap berdiri bebas dengan terjepit di dasarnya adalah modulus
elastisitas tanah E, harga faktor-faktor kekakuan R dan T.

Panjang ekivalen dihitung dengan formula:

Le  z f  e (1)
dimana: Le : panjang ekivalen
zf : Jarak dari muka tanah ke titik jepit dasar
zf = 1,4 R untuk tanah dengan harga modulus konstan (OC)
zf = 1,8 T untuk tanah dengan modulus naik linear (NC & pasir)

e : jarak dari posisi kerja gaya luar dengan muka tanah


Lentur Dan Tekuk Pada Tiang Yang
Tertanam Sebagian

Persamaan (1) adalah satu rumus pendekatan untuk menghitung


panjang ekivalen yang menurut Davisson dan Robinson dapat
digunakan untuk keperluan perancangan struktur bila:

Le max = L/R >4 untuk tanah dengan modulus konstan (OC)

Le max = L/T >4 untuk tanah dengan modulus naik linear (NC & pasor)

Beban aksial kritis yang bisa menyebabkan tekuk dihitung dengan formula:

 2 EI
Pcr  untuk free head pile
4( e  z f )2

 2 ( EI )2 untuk fixed head pile


Pcr 
( e  z f )2
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Terdapat beberapa macam cara untuk menghitung lendutan (defleksi) tiang akibat beban
lateral. Salah satu cara yang paling sederhana adalah seperti fomula di bawah:
H ( e  z f )3
y untuk free head pile
3 EI
H ( e  z f )3
y untuk fixed head pile
12 EI

Beban dan mekanisme defleksi ditampilkan pada Gambar di bawah ini:


Hu Hu

e e

Model kantilever sederhana untuk


tiang dengan beban lateral

zf zf
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Broms memberikan cara yang sedikit lebih teliti untuk menghitung


defleksi tiang, dan dijelaskan sebagai berikut:
Pada Tanah Berbutir Halus

Faktor yang diperlukan untuk mengetahui perilaku defleksi tiang


disebut  (flexibilty faktor), dan dihitung dengan formula:

Kh B
 4 EI : kekakuan penampang tiang
4 EI

Short/Rigid Pile
Free head pile dengan harga L < 1,5 mempunyai defleksi sebesar:
1,5e
4H( 1  )
y0  L
k h Bl
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Fixed head pile dengan harga L < 0,5 mempunyai defleksi sebesar:
H
y0 
k h BL
dimana kh adalah modulus of subgrade reaction yang menurut Broms diambil
sebesar k1.

Long Pile atau Finite Pile


Free head pile dengan harga L > 2,5 mempunyai defleksi sebesar:
2 H ( e  1 )
y0 
K B
Fixed head pile dengan harga L > 1,5 mempunyai defleksi sebesar:
H
y0 
K B
dimana K : modulus of subgrade untuk long pile
K 0 K0 E 4
k    0 ,52 12
dan K0 diambil = Kh = K1
 EI
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Untuk keperluan praktis Broms menyarankan harga :


  1 .2
Dan menurut Broms harga-harga 1 dan 2 ditampilkan pada tabel di bawah.

Shearing strength 1 Material 2


kN/m2 forming pile

< 27 0,32 Baja 1,00


27 – 107 0,36 Beton 1,15
>107 0,40 Kayu 1,30

Apabila harga K0 didapat dari hasil percobaan pembebanan (horizontal


subgrade reaction) maka K0 dihitung:
K0 = 1,67 E50

Dimana E50 adalah modulus sekan dari kurva tegangan-regangan tanah pada
50% tegangan leleh
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Pada Tanah Glanular

Pada tanah granular perilaku tiang dilihat dari harga  yang diturunkan oleh Broms.

nh
 5 dimana harga nh bisa dilihat pada tabel di bawah
EI

Koefisien modulus tanah nh menurut Reese

Relatifve density Loose Med. Dense Dense

Tanah kering atau lembab (Terzaghi) 2,50 7,50 20


KN/m3
Tanah jenuh (Terzaghi) 1,40 5 12
MN/m3
Tanah jenuh (Reese) 5,30 16,30 34
MN/m3
Defleksi Tiang Vertikal Akibat Beban Lateral

Defleksi tiang akibat beban lateral bisa dihitung dengan cara sebagai berikut:
Short Pile (L < 2)

 1,33e 
18 H  1  
y0   L  free head pile
L2 nh
2H
y0  fixed head pile
L2 nh

Long Pile (L >4)

2 ,4 H ( 1  0 ,67 e ) free head pile


y0  3 3
5
nh 5 ( EI )

0 ,93 H fixed head pile


y0  3 3
5
nh 5 ( EI )
FONDASI GRUP TIANG
Umum

Pada umumnya, untuk meneruskan beban kolom ke lapisan tanah di bawahnya,


fondasi tiang digunakan dalam bentuk kelompok (grup). Masing-masing tiang dalam
grupnya selanjutnya diikat bagian atasnya dengan kepala tiang (pile cap/poor). Kepala
tiang ini bisa terletak langsung di atas tanah, seperti penggunaan pada umumnya, tetapi
juga bisa berada di atas permukaan tanah, seperti biasa dipakai pada bangunan di laut
(offshore paltform, dll.).

b)
a)
c)
FONDASI GRUP TIANG

Daya dukung grup tiang secara keseluruhan sangat tergantung dari


jarak antar tiang (S). Secara praktis jarak antar tiang dalam grup
minimum adalah 2.5 d (diameter tiang), tetapi secara umum jarak
ini dibuat antara 3 sampai 3.5 kali diameter tiang.

• Friction pile Smin = 3 d


• End bearing pile Smin = 2.5 d
Konfigurasi Pengaturan Grup Tiang Dala Satu Pile Cap

s s
6 piles

s s

s s

s s s
Triple row for a wall
FONDASI GRUP TIANG
Efisiensi Grup Tiang

Apabila jarak antar tiang dalam satu grup (kepala tiang) tidak memenuhi jarak minimum
yang disyaratkan, maka daya dukung grup tiang tidak akan sama dengan daya dukung
satu tiang dikalikan dengan jumlah tiang dalam grup tersebut, melainkan ada satu
faktor pengali yang besarnya kurang dari satu dan biasa disebut dengan efisiensi grup
tiang. Dengan demikian daya dukung total grup tiang bisa dituliskan:

Qug = Qut × n × Eg

Qug : daya dukung grup tiang


Qut : daya dukung tiang tunggal
n : jumlah tiang dalam grup
Eg : efisiensi grup tiang ( 1)
FONDASI GRUP TIANG
Ada beberapa formula untuk menghitung efisiensi grup tiang, tetapi persamaan di
bawah (Labarre) adalah yang paling sering dipakai.

(n  1)m  (m  1)n
Eg  1  Q
90mn

Q : atan (d/s) dalam derajat


d : diameter tiang
s : jarak antar as tiang
n : jumlah tiang dalam baris
m : jumlah baris
FONDASI GRUP TIANG

S > 6d 2d < S < 6d

a b c

Mobilisasi keruntuhan (bulb pressure)


FONDASI GRUP TIANG
Daya Dukung Grup Tiang
Daya dukung tiang dihitung berdasarkan asumsi:
• Keruntuhan tiang tunggal (individual pile failure)
• Keruntuhan blok (block failure)
Anggapan keruntuhan di atas didasarkan atas klasifikasi tanah dan jarak antar
tiang (s) dalam satu grup.

Dihitung Berdasarkan Keruntuhan Tiang Tunggal


Pada c-soils, c- soils, dan  soils apabila dipenuhi syarat minimum
spacing antar tiang. Formula daya dukung pada anggapan ini adalah:

Qug = Qut × n × Eg

• Untuk c-soils, c- soils  Eg = 0,7 (s = 3d) sampai 1 (s  8d)


• Untuk  soils  Eg = 1
FONDASI GRUP TIANG
Dihitung Berdasarkan Keruntuhan Blok
Pada dua kondisi di bawah keruntuhan yang terjadi tidak lagi sebagai individual pile.
Untuk itu perhitungan daya dukung disarankan berdasarkan keruntuhan blok.
Kondisi yang dimaksud adalah:
• c-soils lunak atau pasir lepas
• Tanah liat keras dan pasir padat dengan s < 3d

Menurut Coyle dan Sulaiman formula daya dukung berdasakan keruntuhan blok adalah:

Qug = 2D (W+L) f + 1,3 c Nc W L


friksi ujung

D : kedalaman tiang
W
W : lebar grup tiang
L : panjang grup tiang
f = c
L
: friksi antara tanah dengan selimut tiang
 : faktor adhesi empiris (Tomlinson)
c : kohesi Definisi W dan L pada
keruntuhan blok
FONDASI GRUP TIANG
Distribusi Gaya Dalam Grup Tiang

Beban luar yang bekerja pada kepala tiang selanjutnya didistribusikan ke semua tiang
dalam grup. Perhitungan distribusi gaya ke masing-masing tiang didasarkan atas teori
elastisitas, yakni:

V My x Mx y
Qu   
n  x2  y2

Qu : gaya axial untuk sembarang tiang


V : Gaya vertikal yang bekerja pada titik pusat grup tiang
n : jumlah tiang dalam grup
Mx , My : momen pada arah x dan y
x, y : jarak masing-masing tiang terhadap sumbu grup
FONDASI GRUP TIANG
y

Mx

Skema pembebanan dalam distribusi beban


FONDASI GRUP TIANG
Penurunan Fondasi Grup Tiang
Penurunan yang terjadi pada fondasi grup tiang dengan beban arah vertikal dibagi
menjadi 2:
1. Penurunan segera (immediately/elastic settlement, i)
2. Penurunan konsolidasi (consolidation settlement, c)

Transfer beban grup tiang ke tanah


a) Fondasi grup tiang pada tanah lempung
b) Fondasi grup tiang yang dipancangkan pada lapisan
lempung lunak dan ujungnya terletak pada lapisan pasir
(granular soil)
c) Fondasi grup tiang dengan ujung terpancang pada
batuan
FONDASI GRUP TIANG
Penurunan segera
Untuk menghitung penurunan segera fondasi grup tiang rata-rata umumnya dipergunakan
formula yang diturunkan oleh Janbu, Bjerrum dan Kjaernsli untuk fondasi plat dengan
kedalaman dasar fondasi D.

1. 0 .qn .B
i  (1)
Eu

dimana: i : penurunan rata-rata fondasi


qn : tekanan kontak pada dasar ekivalen fondasi plat
B : lebar ekivalen fondasi
1 : faktor pengaruh, sebagai fungsi dari H/B
0 : faktor pengaruh, sebagai fungsi dari D/B
Eu : modulus deformasi kondisi undrained
FONDASI GRUP TIANG
Formula di atas diturunkan dengan asumsi harga Poisson’s ratio tanah lempung sebesar
0,5. Faktor 1 dan 0 dapat ditentukan dengan menggunakan kurva di bawah ini:

Faktor pengaruh untuk menghitung penurunan segera


fondasi dengan lebar B dan kedalaman D dari permukaan
tanah (Janbu, Bjerrum, dan Kjaernsli)
FONDASI GRUP TIANG

Penentuan modulus deformasi Eu pada kurva tegangan-regangan


dari plate loading test
FONDASI GRUP TIANG

Distribusi tegangan pada tanah berlapis


FONDASI GRUP TIANG
Penurunan Konsolidasi
Penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan hasil uji konsolidasi (oedometer test)
laboratorium pada tanah yang bersangkutan. Koefisien kompresibilitas volume mv
ditentukan dengan menggunakan kurva e vs. log p dari hasil uji konsolidasi, dimana:

e1  e 2
mv  (2)
(1  e1 )p

e1 : angka pori awal


e2 : angka pori setelah adanya pertambahan tegangan
p : pertambahan tegangan akibat beban fondasi
FONDASI GRUP TIANG

Kurva e vs. log p

Harga mv hasil uji konsolidasi bisa dipergunakan langsung untuk menghitung penurunan
konsolidasi apabila hubungan angka pori dengan tegangan adalah linear. Tetapi bila
hubungan tersebut nonlinear, maka mv harus dihitung dengan persamaan (2) di atas.
Dengan harga mv selanjutnya bisa dihitung besarnya penurunan oedometer pada pusat
pembebanan fondasi dengan cara:

oed   d .m v . z .H (3)
FONDASI GRUP TIANG
dimana: d : faktor kedalaman
z : pertambahan tegangan pada tengah lapisan (=p) akibat
tegangan kontak qn yang bekerja pada dasar ekivalen
H : tebal lapisan

Selanjutnya harga oed harus dikoreksi untuk menghitung penurunan konsolidasi


lapangan dengan cara mengalikannya dengan faktor geologi g, sehingga:

 c   g . oed (4)

Harga g untuk masing-masing jenis lempung secara praktis menurut Skempton


dan Bjerrum bisa dilihat pada tabel di bawah

Tipe lempung Harga g

Lempung sangat sensitif (soft alluvial, estuarine,


lempung pantai) 1,0 – 1,2
Lempung NC 0,7 – 1,0
Lempung OC 0,5 – 0,7
Lempung yang sangat terlalu terkonsolodasi 0,2 – 0,5
Pertambahan tegangan di bawah sudut fondasi
empat persegi panjang
Faktor kedalaman d untuk menghitung oed

Anda mungkin juga menyukai