Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN

KERJA PRAKTEK
Tahapan Pelaksanaan Grouting untuk Penguatan Tanggul Waduk
Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Provinsi
Jawa Tengah

Disusun Oleh :
Muchammad Yusrizhal Baharudin Syah
21100113120016

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
OKTOBER 2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Judul :
Tahapan Pelaksanaan Grouting untuk Penguatan Tanggul

Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali,


Provinsi Jawa Tengah

Oleh :
Muchammad Yusrizhal Baharudin Syah
21100113120016

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Kurikulum Program S-1
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang

Semarang, Oktober 2016


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Penyusun

Istiqomah Ari Kusuma S.T., M.T.

Muchammad Yusrizhal

NIK. 198704050115012045

NIM. 21100113120016

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja
Praktek yang berjudul Tahapan Pelaksanaan Grouting untuk Penguatan Tanggul
Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah yang dilaksanakan di PT. Selimut Bumi Adi Cipta. Dalam penyusunan
laporan Kerja Praktek ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Istiqomah S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing atas petunjuk dan
bimbingannya selama penyusunan laporan Kerja Praktek.
2. Ibu yang selalu mendoakan serta memberikan dukungan berupa moral dan
material
3. Mas Haryo selaku Karyawan PT. Selimut Bumi Adi Cipta dan pembimbing
selama di lapangan Waduk Cengklik yang telah memberikan pengarahan, dan
ilmu pengetahuan.
4. Rekan - rekan Riskhi Bayu, Yoga, Fauziah Ali, dan Hafidz yang telah bekerja
sama selama Kerja Praktek.
5. Teman - teman geologi angkatan 2013 yang selalu memberi dukungan hingga
terselesaikannya laporan ini dan pihak pihak lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Karena keterbatasan dan kekurangan yang ada di dalam Laporan Kerja
Praktek ini penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini.
Semarang, Oktober 2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
Lembar Pengesahan..........................................................................................ii
Prakata.............................................................................................................iii
Daftar Isi..........................................................................................................iv
Daftar Gambar...................................................................................................v
Daftar Tabel......................................................................................................vi
Daftar Lampiran..............................................................................................vii
BAB I Pendahuluan...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan........................................................................2
1.2.1 Maksud.................................................................................2
1.2.2 Tujuan...................................................................................2
1.3.Waktu dan Tempat Kerja Praktek....................................................2
1.3.1. Tempat...................................................................................2
1.3.2. Waktu Kerja Praktek.............................................................2
1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan..............................................................3
1.5. Sistematika Penulisan.....................................................................3
BAB II Dasar Teori...........................................................................................5
2.1. Pengertian Bendungan dan Macam Macam Bendungan................5
2.2. Pengertian Grouting.......................................................................6
2.3. Jenis Jenis Grouting pada Bendungan...........................................8
2.4. Tekanan Grouting.........................................................................11
2.5. Nilai Lugeon dan Uji Permeabilitas.............................................12
2.6. Hubungan Nilai Lugeon dengan Grouting...................................13
BAB III Gambaran Umum Perusahaan...........................................................15
3.1. Profil Perusahaan..........................................................................15
3.2. Bidang Pekerjaan Perusahaan......................................................15
3.3. Struktur Organisasi Perushaaan....................................................16
BAB IV Pelaksanaan Kerja Praktek...............................................................17
4.1. Jenis Pekerjaan yang Dilakukan...................................................17
4.2. Pelaksanaan Pekerjaan.................................................................17
4.2.1. Lingkup Pekerjaan.............................................................17
4.2.2. Deskripsi Pekerjaan yang Dilakukan.................................17
BAB V Penutup...............................................................................................25
5.1....................................................................................... Kesimpulan 27
5.2.................................................................................................. Saran 28
Daftar Pustaka.................................................................................................29
Lampiran.........................................................................................................30

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pola lubang grouting tirai..............................................................9
Gambar 2.2 Pola lubang grouting konsolidasi................................................10
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Selimut Bumi Adi Cipta........................16
Gambar 4.1 Mesin Bor Putar..........................................................................18
Gambar 4.2 Grout Mixer dan Pompa Grouting.............................................18
Gambar 4.3 Bit...............................................................................................19
Gambar 4.4 Manometer .................................................................................19
Gambar 4.5 Karet Packer................................................................................19
Gambar 4.6 Tekel / Katrol Kaki Tiga.............................................................20
Gambar 4.7 Diagram Alir Pelaksanaan Grouting...........................................26

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan.................................................................................3
Tabel 2.1 Hubungan Nilai Lugeon dan Keperluan Grouting...........................12
Tabel 2.2 Perbandingan Campuran Grout Menurut Kriteria Nilai Lugeon.....14
Tabel 2.3 Kekentalan Campuran Semen pada Saat Pelaksanaan Grouting.....14

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Test Air dan Perhitungan Nilai
Lugeon Kedalaman 15-20 m.......................................................30
Lampiran 2. Data Test Air dan Perhitungan Nilai
Lugeon Kedalaman 20-25 m.......................................................31
Lampiran 3. Data Test Air dan Perhitungan Nilai
Lugeon Kedalaman 25-30 m.......................................................32
Lampiran 4. Data Test Air dan Perhitungan Nilai
Lugeon Kedalaman 30-35 m ......................................................33

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waduk Cengklik merupakan waduk yang terletak di Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Waduk Cengklik
dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1926-1928 dengan tujuan
sebagai sumber irigasi sawah yang ada di sekitarnya. Namun waduk ini
juga memiliki fungsi lain yaitu, sebagai kontrol sumber daya air dan banjir,
tempat rekreasi, dan budidaya ikan dengan sistem keramba. Mengingat
pentingnya fungsi waduk ini terutama untuk warga sekitar, maka perlu
dilakukan pengawasan dan pemeliharaan dalam operasionalnya.
Pada kasus kali ini tanggul Waduk Cengklik mengalami pergerakan
atau perekahan yang ditunjukkan dengan retaknya jalan secara memanjang
di atas tanggul. Selain itu juga ditemukan aliran air yang muncul ke
permukaan tanah yang berjarak 200 meter dari tubuh bendungan Waduk
Cengklik. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya
kebocoran tanggul dan berujung pada jebolnya tanggul waduk tersebut.
Berdasarkan Pemetaan Geologi Teknik dan survei geolistrik oleh tim
ahli di sekitar tubuh bendungan, diinterpretasikan bahwa tanggul tersebut
mengalami perekahan pada kedalaman 3 - 12 meter. Rekahan
diinterpretasikan terjadi akibat efek yang ditimbulkan dari gempa
Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2006 silam. Pada fenomena munculnya
air ke permukaan tanah yang berjarak 200 meter dari bendungan,
berdasarkan survei geolistrik terjadi akibat adanya akuifer di daerah
tersebut dan diinterpretasikan mendapat pengaruh dari aliran air yang
melewati pondasi bendungan. Survei geolistrik adalah salah satu metode
geofisika untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi berdasarkan
sifat sifat kelistrikan batuan. Maka untuk menanggulangi perekahan
tersebut dilakukan grouting untuk merekatkan antar butir tanah timbunan

atau meningkatkan nilai kohesi tanah. Grouting merupakan kegiatan


penginjeksian cairan dengan tekanan ke dalam rongga atau pori, rekahan,
dan kekar pada batuan, yang dalam waktu tertentu cairaqn tersebut akan
menjadi padat dank eras secara fisika maupun kimiawi (Pangesti, 2005).
Grouting dilakukan hingga kedalaman 30 meter agar dapat memperkuat
pondasi dan memperbaiki permeabilitas tanah.

Jenis grouting yang

dilakukan adalah grouting tirai dengan jumlah 559 titik, dan interval setiap
titik 3 meter. Setelah dilakukan grouting diharapkan nilai kohesi tanah
urugan pada bendungan dapat meningkat dan tidak terjadi kebocoran pada
tanggul bendungan.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Melakukan grouting (penyuntikan semen) pada tanggul Waduk
Cengklik Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa
1.2.2

Tengah.
Tujuan
Mengetahui proses atau langkah langkah grouting untuk
penguatan tanggul di Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak,

Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.


1.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktek
1.3.1 Tempat
Kerja praktek dilaksanakan di Waduk Cengklik Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah dibawah Proyek
PT. Selimut Bumi Adhi Cipta.
1.3.2 Waktu Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan kerja praktek 13 Juli 13 Agustus 2016.

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan

Kegiatan

Juli

Agustus

September

Studi Pustaka
Pengamatan Grouting di
Lapangan
Pengerjaan Data
Grouting dan Tes Air
Pengerjaan Laporan
1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan
Dalam laporan kerja praktek ini ruang lingkup pekerjaannya adalah
mengetahui tahapan pelaksanaan grouting untuk meningkatkan nilai kohesi
atau merekatkan pada tanah timbunan Waduk Cengklik.
Sistematika penulisan yang tepat diterapkan adalah sebagai berikut:
1.5

Sistematika Penulisan
Bab I. Pendahuluan
Berisi mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, waktu dan tempat kerja
praktek, ruang lingkup pekerjaan, dan sistematika penulisan laporan kerja
praktek.
Bab II. Dasar Teori
Berisi tentang pengertian dan macam-macam bendungan, pengertian
grouting, jenis jenis grouting pada bendungan, tekanan grouting, uji nilai
Lugeon dan permeabilitas.
Bab III. Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menjelaskan secara umum gambaran mengenai profil perusahaan
PT Selimut Bumi Adhi Cipta.

Bab IV. Pelaksanaan Kerja Praktek

Bab ini berisi tentang mekanisme pekerjaan kerja praktek yang telah
dilaksanakan, meliputi permasalahan di lapangan dan penanggulangannya,
langkah-langkah grouting, uji permeabilitas dengan tes air.
Bab V. Kesimpulan Dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dari kerja praktek yang dilakukan dan saran
untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Bendungan dan Macam Macam Bendungan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010 tentang
Bendungan, bahwa bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah,
urukan batu, beton, dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan
dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah
tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk.
Menurut Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997, bendungan adalah setiap
bangunan penahan air buatan, jenis urugan atau jenis lainnya yang menampung air
atau dapat menampung air, termasuk pondasi, bukit/tebing tumpuan, serta
bangunan pelengkap dan peralatannya, termasuk juga bendungan limbah galian,
tetapi tidak termasuk bendung dan tanggul
Bendungan besar sebagai penampung air dengan ketinggian lebih dari 15
m secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, tergantung dari faktor
kegunaannya, pondasi, dan ketersediaan material, antara lain sebagai berikut :
a. Bendungan Urugan
Bendungan urugan baik urugan batu atau urugan tanah dengan inti
kedap, memberikan beban lebih rendah pada pondasi dibandingkan
beton, dan dapat dibangun di atas kisaran material pondasi yang lebih
luas, yaitu pada pondasi batuan dan tanah dengan dilengkapi filter
yang memadai.
b. Bendungan Beton Gravitasi
Bendungan Beton Gravitasi termasuk bendungan RCC (Rolled
Compacted Concrete), memperoleh stabilitas dari berat struktur dan
kuat geser pada pondasi. Karena bidang kontak dengan pondasi relatif
sempit sehingga perlu dipikul oleh batuan yang kuat dengan lapukan
rendah, memiliki kuat geser dan kuat tekan yang besar.

c. Bendungan Beton Lengkung


Bendungan Beton Lengkung (arch), baik lengkung tunggal atau
banyak atau berpenyangga memerlukan pondasi batuan yang kuat
dengan daya dukung tinggi (E>35000 kg/cm2), resisten terhadap
perlokasi dan erosi, karena struktur ini sensitif terhadap deformasi
pondasi. Bentuk yang pipih lengkung menyebabkan sebagian besar
gaya bertumpu pada kedua bukit tumpuan sehingga baik kiri dan kanan
serta dasar pondasi harus kuat.
Di Indonesia umumnya bendungan yang dibangun merupakan jenis
bendungan urugan, termasuk Waduk Cengklik yang ada di Kabupaten Boyolali.
Bendungan besar di Indonesia yang pertama kali dibangun adalah Bendungan
Jatiluhur pada tahun 1958. Pada zaman tersebut dalam pembangunan bendungan
di Indonesia belum memperhatikan aspek kualitas pondasi. Berdasarkan
pengalaman dari negara-negara maju, dalam pembuatan bendungan hal terpenting
yang harus diperhatikan adalah aspek pondasi. Bendungan harus berdiri di atas
pondasi batuan yang bersifat kuat, kokoh, dan memiliki sifat permeabilitas yang
rendah. Maka dari itu diperlukan sifat batuan yang baik untuk menjadi sebuah
pondasi bendungan. Apabila bendungan harus dibangun pada pondasi yang
memiliki kualitas batuan yang kurang baik, maka dapat dilakukan rekayasa
geoteknik, salah satunya adalah grouting. Indonesia baru pertama kali mengenal
grouting pada tahun 1962 pada saat melakukan pembangunan Bendungan
Karangkates, Kali Konto, dan Riam Kanan.
2.2 Pengertian Grouting
Grouting adalah proses penyuntikan bahan semi kental (slurry material)
kedalam material tanah atau batuan dengan tekanan melalui lubang bor, dan
bertujuan untuk menutup diskontinuitas terbuka, rongga-rongga dan lubang pada
lapisan yang dituju. Istilah grouting (cementation) semula digunakan untuk bahan
portland cement, apakah semen Portland saja atau dicampur pasir. Namun
perkembangan lebih lanjut dilakukan dengan penambahan bentonit, lempung,
aspal, dan bahan kimia lainnya, istilah grouting menjadi lebih tepat (Legget,
dalam Pangesti, 2005).

Secara garis besar bahan grouting dapat dikelompokkan kedalam bahan


grouting partikel dan bahan grouting halus yang berair dengan kepekatan rendah
(Houlsby, 1990) :
a. Bahan grouting partikel atau kasar, diantaranya : semen clay, bentonite
semen dan tambahan bahan kimia, semen dan pasir dengan atau tanpa
bahan tambahan,
b. Bahan grouting

kimia

atau

halus

diantaranya

silicate,

lignosulphonate, aminoplast, epoxy resin, polyester resin, dan lainnya


Grouting memiliki banyak fungsi, terutama pada pembangunan bendungan
yang sifat materialnya berupa tanah timbunan sebagai tanggul. Beberapa fungsi
grouting adalah :
a. Penetrasi, dimana grouting mengalir ke dalam rongga tanah dan lapisan
tipis batuan dengan pengaruh minimum terhadap struktur asli. Berfungsi
untuk menurunkan permeabilitas dan meningkatkan kuat geser.
b. Kompaksi atau pemadatan, dimana massa grout dengan konsistensi
sangat kental dipompakan ke dalam tanah sehingga mendorong dan
memadatkan tanah.

Berfungsi memadatkan tanah berbutir halus dan

meningkatkan daya dukung.


c. Hydraulic fracturing, apabila tekanan grouting lebih besar dari kuat
tarik batuan atau tanah yang digrouting, akhirnya material terpecah
membentuk rekahan, dan grouting dengan cepat menembus rekahan.
Berfungsi

untuk

mengurangi

kompresibilitas

dan

menurunkan

permeabilitas massa tanah/batuan yang di grouting.


Grouting sering kali menjadi solusi yang digunakan dalam rekayasa
geoteknik untuk menghadapi lapisan tanah dengan daya dukung yang rendah.
Karena dalam pelaksanaanya cenderung mudah dan hasilnya cukup efisien untuk
menanggulangi lapisan tanah yang berdaya dukung rendah. Berikut merupakan
kelebihan dan kekurangan metode grouting untuk penguatan daya dukung tanah :

Kelebihan grouting :
a. Sangat efisien untuk meningkatkan sifat kohesi tanah, dan menutup
rekahan pada batuan agar tanah / batuan memiliki permeabilitas yang
rendah
b. Proses grouting cukup cepat dalam meningkatkan kekuatan tanah /
batuan yang akan digunakan sebagai pondasi bangunan
c. Membutuhkan biaya yang cenderung lebih murah dibandingkan
dengan metode geoteknik lainnya dalam peningkatan daya dukung
tanah
Kekurangan grouting :
a. Cukup sulit dilakukan pada lapisan tanah / batuan yang memiliki muka
air tanah tinggi
b. Apabila tekanan grouting yang dilakukan tidak sesuai justru akan
menambah retakan pada lapisan tanah / batuan.
2.3 Jenis Jenis Grouting pada Bendungan
Menurut Budiyanto (2000) berdasarkan tujuannya, tipe grouting pada
bendungan dapat dibedakan menjadi :
a. Sementasi Tirai (Curtain Grouting)
Sesuai dengan namanya sebagai konstruksi penyekat atau tabir,
berfungsi sebagai penghalang (cut-off atau barrier) dari rembesan air
dalam pondasi bendungan yang cenderung membesar atau bocor. Tujuan
utama dari grouting ini adalah membentuk lapisan vertikal kedap di bawah
permukaan,

disamping

juga

untuk

menambah

kekuatan

pondasi

bendungan.

Gambar 2.1 Pola lubang grouting tirai (Sumber: Pangesti, 2005)

Pada grouting tirai akan pola persebaran semen akan lebih


memanjang

ke dalam tanah daripada melebar. Pola persebaran titik

grouting biasanya terdiri dari 2 jalur atau lebih yang berhadap-hadapan


tiap lubangnya dengan jarak yang sama, atau dapat berselang-seling
(Gambar 2.1)
b. Sementasi Selimut (Blanket Grouting)
Blanket grouting dilaksanakan bersamaan atau sebelum grouting
tirai, hal ini tergantung dari keadaan geologi setempat. Tujuan dari blanket
grouting adalah untuk memperbaiki lapisan permukaan tanah atau batuan
pondasi yang langsung berhubungan dengan inti (core). Disamping itu
untuk melindungi grouting tirai yang langsung berhubungan dengan
seepage water.
c. Sementasi Konsolidasi (Consolidation Grouting)
Fungsi utama dari grouting konsolidasi adalah sama dengan
blanket grouting bahkan dalam beberapa buku konsolidasi juga disebut
sebagai blanket grouting. Selain itu fungsi konsolidasi grouting adalah
untuk perbaikan kondisi fisik perlapisan tanah permukaan, karena ada

kemungkinan permukaan tanahnya retak atau jelek (Gambar 2.2). Fungsi


lain grouting konsolidasi adalah untuk menyeragamkan dan menguatkan
permukaan pondasi bendungan, struktur atau untuk menyelubungi
terowongan.

Gambar 2.2 Pola lubang grouting konsolidasi (Sumber: Pangesti, 2005)

d. Sementasi Kontak (Contact Grouting)


Fungsi dari grouting kontak adalah untuk menghubungkan antara
lapisan lama dengan lapisan yang baru. Jadi antara lapisan yang sejenis
maupun yang berbeda juga bisa, misalnya pada bendungan di bawah
concrete pad. Disini dilakukan grouting kontak untuk menghubungkan
antar pemukaan river bed dengan lapisan concrete. Pada kondisi lain dapat
juga dilakukan grouting kontak antara struktur concrete lining terowongan,
besi penyangga dengan batuan atau lapisan beton yang rusak.
e. Sementasi Semprot (Slush Grouting)
Untuk menutup permukaan pondasi bendungan, waduk atau
struktur dengan tujuan mencegah kebocoran pada kontak antara pondasi
dan material pondasi di atasnya dengan cara menyemprotkan semen atau

10

mortar pada permukaan batuan pondasi untuk menutup celah, kekar atau
rongga. Pemakaian bahan grout halus dikenal dengan guniting dan grout
kasar dikenal sebagai shotcreting.
f. Cavity Grouting
Grouting ini digunakan untuk mengisi lubang atau celah antara
struktur concrete dengan batuan atau lining terowongan dengan batuan.
g. Sementasi Cincin (Ring/Radial Grouting)
Pada prinsipnya sama dengan grouting tirai yaitu dengan membuat
lapisan yang kedap air, tetapi dilaksanakan pada terowongan.
Pekerjaan injeksi biasanya dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan
tersebut dapat dilakukan dari atas ke bawah (metoda downstage) atau dari bawah
ke atas (metoda upstage).

Metoda downstage
Lubang grouting dibor lebih dulu setiap 5 m, kemudian diadakan
pembersihan lubang dengan air sampai bersih. Lalu diadakan
sementasi sepanjang 5 m tadi sampai selesai. Sesudah bagian 1 selesai
digrouting, mesin pengeboran diletakkan di tempat semula, lalu
diadakan pengeboran lagi (redrilling) sampai kedalaman 10 m.
Prosedur diulang kembali, dibersihkan dengan air dan digrouting dari
kedalaman 5 sampai 10 m, dst.

Metoda upstage
Lubang grouting dibor sampai mencapai kedalaman yang telah
ditentukan. Kemudian pasang packer di dalam lubang bor. Sesudah
packer dipasang maka grouting dapat dimulai dengan tekanan cukup
tinggi. Sesudah selesai bagian 1, packer ditarik ke atas kemudian
grouting dilaksanakan lagi sehingga bagian 2 penuh dengan bubur
semen (campuran grouting) seluruhnya, dan seterusnya.

2.4 Tekanan Grouting


Menentukan tekanan grouting yang sesuai adalah salah satu pekerjaan
yang sulit, sehingga memerlukan pengalaman, keahlian dan ketelitian dari
11

perencana maupun pelaksananya. Apabila terlalu rendah tekanannya maka


campuran semen tidak mencapai lubang yang agak jauh yang berakibat grouting
menjadi tidak efektif. Sebaliknya apabila terlalu besar tekanannya dapat merusak
struktur batuan dan material grouting dapat mencapai daerah yang terlalu jauh,
sehingga tidak efisien.
Pada waktu diadakan grouting harus disediakan alat-alat ukur (water pas)
guna mengikuti perkembangan apakah titiknya berubah atau tetap. Tekanan
grouting tergantung pada :
a. Jenis batuan serta retakan, celah dan rekahan yang ada.
b. Berat batuan yang ada di atasnya.
c. Perbandingan air semen (water cement ratio)
d. Hasil grouting yang pernah dilaksanakan atau hasil pengujian grouting
sebelumnya.
2.5 Nilai Lugeon dan Uji Permeabilitas
Sebelum melakukan penginjeksian semen ke dalam lubang bor maka perlu
diketahui dahulu bagaimana sifat permeabilitas tanah di bawahnya. Pengujian
dilakukan melalui Water Pressure Test dimana pengujian tersebut dilakukan
dengan memberikan tekanan air dengan debit yang bervariasi setiap 10 menit.
Dari pengujian tersebut maka dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan
nilai Lugeon. Nilai 1 Lugeon berarti debit air 1 liter per meter panjang uji per
menit pada tekanan 10 bar (150 Psi) dan sangat mendekati K=1.2x10 -5 cm/detik.
Lebih mudahnya nilai Lugeon dapat diuraikan (Tabel 2.1) sebagai berikut :
Tabel 2.1 Hubungan Nilai Lugeon dan Keperluan Grouting (Pangesti, 2005)

Nilai
Lugeon
1

Deskripsi
Derajat permeabilitas pada pondasi yang ketat dan hampir tidak
perlu digrouting
Pondasi perlu sedikit digrouting, apabila ditempati bendungan
beton atau air waduknya sangat berharga, cenderung piping
sehingga perlu penghentian rembesan.
Tabel 2.1 lanjutan

12

Perlu dijamin dengan grouting yang ekstensif untuk bendungan

beton atau grouting regional untuk bendungan urugan tanah


Perlu dijamin dengan grouting untuk semua tipe bendungan
Tapak yang memiliki banyak kekar atau rekahan dengan bukaan

10
20

relatif kecil
Tapak yang memiliki banyak kekar atau rekahan dengan bukaan

100

besar dan relatif kasar. Dapat pula pada pondasi dengan kekar
jarang, namun bukaannya sangat lebar.

Pelaksanaan Lugeon Test dilakukan dengan pemompaan air ke dalam bor


pada panjang step 5 meter dengan tekanan 10 bar. Dalam praktek tekanan standar
10 kg/cm2 adalah terlalu tinggi untuk pengerjaan grouting secara rutin dan
penurunan tekanan perlu dilakukan, sehingga rumus Lugeon dimodifikasi menjadi

Lu =

10 xQ
10 x Q

LxP

LX P

..

(2.1)
Lu

= Nilai Lugeon

= Debit air masuk per meter (l/menit)

= Tekanan Aktual (kg/cm2)

= Panjang zona uji (m)

Pada batuan yang lemah perlu dilakukan beberapa tahapan tekanan ke


dalam 5 tahap, yang masing-masing berdurasi 10 menit sebagai berikut :
- 10 menit pertama dengan tekanan rendah
- 10 menit kedua dengan tekanan menengah
K - 10 menit ketiga dengan tekanan puncak
K - 10 menit keempat kembali dengan tekanan menengah
K - 10 menit kelima kembali dengan tekanan rendah
2.6 Hubungan antara Nilai Lugeon dengan Grouting
Pada sub bab sebelumnya telah dibahas bahwa sebelum melakukan
grouting perlu dilakukan investigasi kondisi tanah di bawah permukaan yang akan
digrouting.yaitu dengan melakukan Uji Nilai Lugeon. Setelah diketahui nilai
Lugeon yang diperoleh, maka dengan nilai Lugeon tersebut dapat diketahui

13

bagaimana sifat permeabilitas tanahnya. Selain itu nilai Lugeon juga penting
dalam penentuan perbandingan campuran antara semen dengan air untuk bahan
grouting yang akan dijelaskan pada (Tabel 2.2), dan (Tabel 2.3)
Tabel 2.2 Perbandingan Campuran Grout Menurut Kriteria Nilai Lugeon (Pangesti, 2005)

Nilai Lugeon

Campuran Awal Injeksi

Lu < 5
5 < Lu < 10
Lu > 10

1:6
1:4
1:2

Perubahan Campuran
Berikutnya
(1 : 4), (1 : 2), (1 : 1)
(1 : 2), (1 : 1)
(1 : 1)

Tabel 2.3 Kekentalan campuran semen pada saat pelaksanaan grouting (Suyono, 1977 di
dalam Sudarminto, 2005)

Perbandingan Campuran

Penetrasi Campuran

Keterangan

(air : semen)

per 20 menit (liter)

Campuran

> 700

Diubah 1 : 6

< 700

Tetap 1 : 8

> 600

Diubah 1 : 4

< 600

Tetap 1 : 6

> 500

Diubah 1 : 2

< 500
> 400

Tetap 1 : 4
Diubah 1 : 1

< 400

Tetap 1 : 1

1:8

1:6
1:4
1:2

Grouting dinyatakan selesai apabila campuran semen tidak masuk lagi,


namun hal ini sangat lama sehingga diperlukan batasan, yaitu :

20 liter / 15 menit untuk tekanan < 5 kg/cm2

20 liter / 10 menit untuk tekanan antara 5 sampai 10 kg/cm2

20 liter / 8 menit untuk tekanan > 10 kg/cm2

BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

14

3.1 Profil Perusahaan


Pada saat ini Negara Indonesia sedang berada dalam proses pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Namun dalam proses pembangunan
tersebut sering kali mengalami permasalahan teknis akibat kurangnya tenaga ahli
profesional. Permasalahan teknis yang terjadi sering berkaitan dengan masalah
geologi yang ada di sekitar daerah pembangunan. Maka dari itu atas kondisi
tersebut menjadi sebuah latar belakang dalam dibentuknya perusahaan PT.
Selimut Bumi Adi Cipta. Sebagai konsultan teknik, diharapkan PT. Selimut Bumi
Adi Cipta dapat ikut serta dalam proses perencanaan, penelitian, studi kelayakan,
dan pengawasan dalam proses pembangunan di Indonesia. Selain itu PT. Selimut
Bumi Adi Cipta sudah berpengalaman dalam berbagai pekerjaan, khususnya pada
perencanaan dan pengawasan bidang konstruksi.
PT. Selimut Bumi Adi Cipta beralamat kantor di Jl. Karanganyar Gunung
No. 267 Semarang Telp. (024) 8440134 8440125 Fax. (024) 8440134. Selain itu
memiliki kantor perwakilan yang beralamat di Jl. Puruboyo Utara 21 Singopuran,
Kartasura, Surakarta 57164 Telp. (0271) 780920 Fax. (0271) 780929.
3.2 Bidang Pekerjaan Perusahaan
Dalam pendirian perusahaan PT. Selimut Bumi Adi Cipta memiliki
beberapa bidang pelayanan yang dapat dilakukan oleh perusahan ini, diantaranya
melayani : pengukuran dan pemetaan, penyelidikan geoteknik, desain dan
perencanaan, supervisi, pada bidang lingkungan hidup, geoteknik, geodesi,
geofisika, hidrogeologi, pertambangan, pekerjaan sipil dan lain sebagainya. Pada
bidang layanan usaha meliputi : Bidang sipil (jasa nasehat atau pra desain dan
desain bangunan, teknik sipil keairan, teknik sipil transportasi, dan lainnya),
bidang tata lingkungan (jasa konsultasi lingkungan dan jasa perencanaan urban),
jasa survei (jasa survei permukaan, pembuatan peta, survei bawah tanah, geologi,
geofisika, dan prospek lainnya).
3.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Selimut Bumi Adi Cipta adalah sebagai berikut :

15

Direktur Utama
Fitria Puspitasari, S.E.

Direktur 1
Ir. Dwiyanto

Komisaris Satu
Ir. Sabtanto

Komisaris Utama
Ny. Nurhidayati, B.A.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Selimut Bumi Adi Cipta

BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4.1 Jenis Pekerjaan yang Dilakukan

16

Pekerjaan yang dilakukan di lapangan adalah pengamatan proses grouting


dan penghitungan nilai Lugeon pada permeability test dan pencatatan data
grouting.
4.2 Pelaksanaan Pekerjaan
4.2.1 Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan kerja praktek

yang dilakukan di

Waduk Cengklik Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali Provinsi


Jawa Tengah, meliputi pengamatan proses grouting, penghitungan nilai
4.2.2

Lugeon pada permeability test dan pencatatan data grouting


Deskripsi Pekerjaan yang Dilakukan
Pekerjaan yang dilakukan di lapangan adalah melakukan
pengamatan proses grouting. Pengamatan dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana proses grouting dari awal melakukan
pengeboran untuk membuat lubang hingga akhirnya lubang tersebut
diisi larutan semen untuk memperkuat tanah di bawah permukaan.
Grouting pada tubuh bendungan dilakukan sebanyak 559 titik pada 2
jalur dengan kedalaman grouting 30-35 meter. Peralatan yang
digunakan adalah :
Mesin Bor : digunakan untuk membuat lubang bor pada
tanah/batuan yang akan digrouting. Mesin bor yang
digunakan yaitu jenis mesin bor putar (Rotary Drilling)
dengan sistem spindle.

Gambar 4.1 Mesin Bor Putar (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pompa Tekan : digunakan untuk sirkulasi air dalam


pelaksanaan pengeboran.
17

Grout Mixer : digunakan untuk mengaduk dan mencampur


bahan grouting yang akan diinjeksikan.

Gambar 4.2 Grout Mixer dan Pompa Grouting (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pompa Grouting : digunakan untuk memompa bahan

grouting ke dalam lubang bor.


By Pass : digunakan untuk mengatur tekanan grouting agar

besar tekanan sesuai dengan yang ditentukan.


Bit & Casing : digunakan sebagai alat utama dalam
membuat lubang bor

Gambar 4.3 Bit (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Manometer : digunakan untuk mengukur tekanan atau debit


air yang akan masuk ke dalam lubang bor.

Gambar 4.4 Manometer (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Karet Packer : digunakan saat melakukan tes air dan


grouting agar air atau semen yang dimasukkan ke lubang bor
tidak kembali ke permukaan

18

Gambar 4.5 Karet Packer (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tekel (Katrol Kaki Tiga) : digunakan untuk mengangkat


peralatan berat seperti casing.

Gambar 4.6 Tekel / Katrol Kaki Tiga (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sebelum melakukan proses grouting dilakukan tahapan


investigasi permukaan terlebih dahulu, yaitu dengan melakukan
pemetaan geologi teknik. Pemetaan geologi teknik dilakukan untuk
mengetahui bagaimana kondisi geologi di permukaan tanah
berdasarkan kondisi litologi yang ada. Setelah itu dilakukan survei
geolistrik di sekitar tubuh bendungan untuk mengetahui kondisi
bawah permukaan. Selanjutnya data yang telah diperoleh dari
survei geolistrik dibuat penampang kondisi bawah permukaan
untuk mengetahui bagaimana kondisi batuan atau tanah yang
19

mengandung

airtanah

dan

rawan

kebocoran.

Kemudian

berdasarkan informasi yang telah diperoleh dilakukan penentuan


titik-titik grouting dan jenis pola grouting yang akan dilakukan.

Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan mobilisasi peralatan
yang dibutuhkan, persiapan material, tempat tinggal
sementara

untuk

pekerja,

pembersihan

lahan,

dan

pemasangan alat alat.


Pengeboran
Pada tahap pengeboran dilakukan menggunakan
mesin bor putar hidrolik. Pengeboran dilakukan pada titiktitik yang telah ditentukan sebelumnya dengan interval 3
meter setiap lubang bor. Pola pengeboran terdiri dari 2 jalur
yang

posisinya

berselang

seling

atau

tidak

saling

berhadapan. Karena jenis grouting yang akan dilakukan


merupakan grouting tirai (curtain grouting). Pada proses
pemboran dilakukan dengan menggunakan bit atau matabor
berukuran 60 mm dengan kedalaman 30 35 meter. Rincian
dari kedalaman tersebut adalah 0 - 15 meter merupakan
kedalaman tanah urugan bendungan, dan 16 35 meter
merupakan batuan di bawah pondasi bendungan. Jadi
grouting yang akan dilakukan tidak hanya pada tanah urugan
saja melainkan hingga bawah pondasi.
Pengeboran dilakukan menggunakan air sebagai
media

sirkulasi

untuk

mempermudah

dalam

proses

pengeboran. Karena dengan bantuan air akan membantu


melunakkan batuan sehingga batuan mudah untuk dibor. Air
yang digunakan berfungsi untuk mencuci lubang bor, dan
mengangkat hasil cutting agar lubang bor bersih dari sisa
batuan / tanah yang hancur oleh pengeboran. Air yang
digunakan berasal dari air waduk yang dipompa ke atas dan

20

kemudian setelah masuk ke lubang bor akan dikembalikan

lagi ke waduk.
Permeability Test
Setelah proses pengeboran selesai dilakukan hingga
kedalaman 30 - 35 meter, tahapan selanjutnya adalah
permeability test atau terkadang disebut dengan water
pressure

test.

Tes

ini

dilakukan

untuk

mengetahui

perbandingan campuran antara semen dan air. Permeability


test dilakukan dengan cara memasukkan air bertekanan
tertentu ke dalam lubang bor dengan metode downstage.
Metode downstage merupakan salah satu metode dalam
permeability test dimana proses penginjeksian air bertekanan
dilakukan dari atas ke bawah dengan interval 5 meter.
Tahapan permeability test adalah sebagai berikut,
setelah dilakukan pengeboran sesuai kedalaman kemudian
mulai mempersiapkan peralatan permeability test seperti
selang, pompa, manometer, kran pengatur tekanan air, karet
dan packer. Selanjutnya memulai proses permeability test
dengan menghubungkan selang dengan karet packer, yang
kemudian dimasukkan ke dalam lubang bor pada kedalaman
5 meter pertama. Setelah terpasang maka air siap dialirkan
ke dalam lubang bor dengan tekanan tertentu.
Berdasarkan teori, tekanan yang diberikan bervariasi
dari tekanan rendah, menengah, tinggi, kembali menengah,
dan kembali terendah atau sebanyak 5 kali, dengan setiap
pengukuran selama 10 menit. Namun pada pekerjaan kali ini
hanya dilakukan 1 kali pengukuran saja dengan tekanan 1
kg/cm2. Alasannya adalah karena permeability test dan
grouting dilakukan di atas tubuh bendungan yang tersusun
atas tanah urugan yang sifatnya tidak kompak. Sehingga
dikhawatirkan apabila tekanan yang diberikan terlalu tinggi
dapat menghasilkan rekahan hidrolik sehingga menambah

21

permeabilitas

pada

tanah

urugan,

bahkan

dampak

terburuknya dapat merusak struktur tubuh bendungan yang


berujung jebolnya tanggul.
Pada saat air mulai masuk ke dalam lubang bor, siap
untuk mencatat debit air yang masuk selama 10 menit. Catat
nilai debit yang diperoleh sebanyak 11 nilai debit selama 10
menit. Nilai debit tersebut sangat penting dalam perhitungan
untuk mendapatkan nilai Lugeon. Nilai Lugeon yang
diperoleh

berfungsi

untuk

menentukan

perbandingan

campuran antara semen dan air. Contoh pencatatan nilai


debit dan perhitungan nilai Lugeon terdapat di Lampiran 1.
Apabila permeability test telah dilakukan selama 10
menit, kemudian tes dilanjutkan pada kedalaman berikutnya
dengan interval 5 meter hingga kedalaman akhir yaitu 30
atau 35 meter dengan proses yang sama. Biasanya untuk tes
permeabilitas pada tanggul bendungan urugan memiliki nilai
permeabilitas yang hampir sama di setiap kedalaman.
Karena sifat tanah timbunan pada bendungan biasanya
seragam, yang membedakan hanya keberadaan rekahannya

saja.
Pembuatan Mixing Plant
Setelah proses permeabilty test selesai dan diperoleh
nilai

Lugeon,

campuran

maka

grout

berdasarkan

(Pangesti,

2005)

tabel

perbandingan

dapat

ditentukan

perbandingan campuran semen dan air atau pembuatan


mixing plant. Pada pekerjaan kali ini, nilai Lugeon yang
diperoleh

rata-rata

berkisar

hingga

14.

Sehingga

berdasarkan nilai tersebut perbandingan campuran antara


semen dan air adalah berkisar antara 1 : 4 hingga yang paling
kental perbandingan 1 : 1. Namun pada kondisi lapangan
terkadang nilai perbandingan tersebut tidak mutlak, karena
dapat berubah menyesuaikan kondisi lapangan. Pada

22

pekerjaan grouting ini campuran semen dibedakan antara


bagian pondasi bendungan dengan bagian timbunanan
bendungan. Pada bagian pondasi bendungan campuran semen
dan air memiliki perbandingan 1 : 4, sedangkan untuk bagian
timbunan

kekentalan larutan semen ditingkatkan menjadi

perbandingan semen dan air 1 : 2. Karena pada tanah


timbunan memiliki sifat kohesi yang rendah, sehingga larutan
semen harus lebih kental. Apabila penentuan campuran telah
selesai, maka dapat dilakukan pencampuran atau pembuatan
larutan semen ke dalam grout mixer. Saat mencampurkan air
dan semen diharapkan menggunakan air bersih yang tidak
mengandung material organik agar setelah bahan grouting
masuk ke dalam tanah tidak tumbuh organisme baru seperti
tumbuhan dan lainnya.
Grouting
Proses grouting dapat dilakukan apabila campuran
semen dan air telah dibuat di dalam grout mixer. Dalam
melakukan grouting prosesnya hampir sama dengan pada saat
melakukan tes permeabilitas. Namun grouting pada pekerjaan
ini dilakukan menggunakan metode upstage. Grouting
dengan metode ini dilakukan dari bawah ke atas dengan
interval 5 meter secara bertahap. Hal ini dilakukan untuk
memastikan agar larutan semen sudah benar-benar masuk ke
dalam setiap rekahan dan mengisi lubang bor. Proses
grouting dimulai dengan memompa larutan semen dari grout
mixer ke dalam lubang bor melalui selang yang telah
terpasang kran untuk mengatur tekanan grouting dan
manometer untuk membaca tekanan. Pada pekerjaan grouting
kali ini tekanan yang diberikan harus < 1 kg/cm2. Karena
larutan semen yang sifatnya lebih kental dapat dengan mudah
membuat rekahan hidrolik dan merusak struktur tubuh

23

bendungan, sehingga proses grouting pada bendungan harus


dilakukan dengan hati-hati.
Proses grouting selanjutnya dilakukan secara bertahap
ke atas dengan interval 5 meter dengan cara yang sama.
Setelah mencapai kedalaman 15 meter atau mulai pada
bagian timbunan, kekentalan campuran semen diubah
menjadi perbandingan semen dan air 1 : 2. Proses grouting
selanjutnya dilakukan hingga memenuhi lubang bor dan
menutup lubang sepenuhnya.

Check Hole
Apabila proses grouting telah selesai dilakukan di
semua titik, maka proses terahir adalah check hole. Proses ini
dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah tanah telah
terekatkan oleh semen. Biasanya check hole dilakukan
dengan mengambil sampel coring yang dibor di antara 2 titik
grouting. Karena untuk mengetahui penyebaran larutan
semen di dalam tanah. Salah satu cara untuk menguji apakah
sampel tanah sudah mengandung larutan grouting adalah
dengan menetesi sampel menggunakan larutan HCl. Apabila
saat ditetesi HCl sampel tanah berbuih maka tanah tersebut
telah mengandung larutan semen. Namun untuk pengujian
lebih lanjut seperti tingkat kohesi dan sudut geser dalam
dapat dilakukan pengujian laboratorium seperti direct shear,
triaxial, atau uji kuat tekan.

24

Pengeboran

Pemasangan
Casing
Tandon Air
Pencucian
Lubang Bor
Mixing Plant
Grouting

Semen, air
Grout Mixer
Pompa Grouting

Penutupan
Lubang Bor

Check Hole

Gudang
Material

Selesai
Gambar 4.7 Diagram Alir Pelaksanaan Grouting

25

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek berupa pengamatan proses grouting di
Waduk Cengklik Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah grouting pada bendungan adalah sebagai
berikut :
a. Pengeboran
Pada proses pengeboran dilakukan dengan menggunakan mesin bor putar
dengan ukuran matabor 60 mm. Pengeboran dilakukan hingga kedalaman 30 35 meter sampai di bawah pondasi bendungan.
b. Permeability Test
Permeability test dilakukan setelah pengeboran selesai, yaitu dengan cara
memasukkan air bertekanan ke dalam lubang bor untuk mengetahui
permeabilitas dari tanah di bawah permukaan. Saat permeability test
berlangsung, dilakukan pencatatan nilai debit yang terukur untuk dilakukan
perhitungan dan didapatkan nilai Lugeon.
c. Mixing Plant
Setelah mendapatkan nilai Lugeon maka berdasarkan tabel perbandingan
campuran semen dan air (Pangesti, 2005) akan diketahui seberapa
perbandingan campuran semen dan air yang dibutuhkan yaitu 1 : 4 untuk
pondasi, dan 1 : 2 untuk bagian timbunan bendungan.
d. Grouting

26

Apabila sudah ditentukan perbandingan antara semen dan air maka dapat
dilakukan pencampuran semen dan air secara langsung di grout mixer.
Kemudian larutan semen dipompa dan dimasukkan ke dalam lubang bor
menggunakan metode upstage dari bawah ke atas dengan interval setiap
kedalaman 5 meter. Grouting dilakukan hingga memenuhi lubang bor dan
dipastikan mengisi rekahan.
e. Check Hole
Proses check hole dilakukan dengan mengambil sampel core tanah dengan
mengebor diantara titik grouting. Fungsinya untuk mengetahui bagaimana
penyebaran larutan grouting dan untuk memastikan bahwa proses grouting
telah meyebar ke seluruh tanah di area grouting.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapakan untuk penyelidikan
geologi permukaan dan geologi bawah permukaan dilakukan secara menyeluruh
di area Waduk Cengklik. Agar diketahui bagaimana kondisi terkini mengenai
tanggul yang mengelilingi waduk, dan apabila terjadi kebocoran di tempat lain
lebih mudah untuk diketahui. Mengingat pentingnya fungsi waduk dan usia
waduk yang sudah sangat tua maka diperlukan pengawasan yang baik.

27

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, K.Y. 2000. Pelaksanaan Grouting Bendungan Sangiran Ngawi Jawa


Timur, Pelaksana Boring dan Grouting Bendungan Sangiran..
Houlsby.1990.Construction and Design of Cement Grouting.New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Pangesti, D. A. 2005. Pedoman Grouting Untuk Bendungan, Departemen
Pekerjaan Umum, Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Direktorat
Sungai, Danau dan Waduk, Jakarta.
Republik Indonesia. 1997. Peraturan Menteri Nomor 72/PRT/1997 tentang
Keamanan Bendungan. Sekretariat Negara: Jakarta
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Pasal 1 Tahun 2010
tentang Bendungan. Sekretariat Negara: Jakarta.
Sudarminto. 2005. Aspek Geoteknik pada Pembangunan Bendungan, Seminar
Nasional, tidak dipublikasikan.

28

Anda mungkin juga menyukai