Anda di halaman 1dari 14

PROBLEM BASE LEARNING

MULWARH : MULTI LAYER WALL AND ROOF HOUSE

Disusun oleh
Kelompok 2 Kelas Praktikum P1
Anggota:
Akmal Ikhsan Maulana F4401201002
Deni Pranata Ginting F4401201006
Rahmat Hidayatullah F4401201012
Fina Eprida F4401201019
Khusnita Azizah F4401201020
Izzatullatifa F4401201043

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Dr. Eng. Heriansyah Putra, S.Pd., M. Eng.

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
Abstrak
Produksi emisi gas rumah kaca yang memberikan dampak buruk bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup, sehingga menuntut penggunaan berbagai alternatif yang ramah lingkungan. Mulwarh atau
Multi Layer Wall and Roof House dapat menjadi salah satu solusi permasalahan emisi gas rumah
kaca dalam bidang konstruksi bangunan. Mulwarh memanfaatkan inovasi bahan konstruksi berupa
Ferrock dan desain rumah berupa atap berlapis. Penelitian bertujuan menghasilkan inovasi dalam
bidang bahan konstruksi bangunan yang mampu menjadi salah satu solusi dalam menekan emisi
gas rumah kaca. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka melalui jurnal, buku dan bacaan
ilmiah lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa desain atap berlapis mampu mengurangi panas
dalam rumah karena penanaman tanaman pada lapisan teratas. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa Ferrock memiliki nilai kuat tekan dua kali lipat lebih besar dari beton konvensional normal
dan mampu menyerap 1 mol CO2 dari atmosfer salam lima puluh hari.

Kata kunci: atap, dinding, Ferrock, semen

Abstract
The production of greenhouse gas emissions harms the survival of living things, thus demanding the
use of various environmentally friendly alternatives. Mulwarh or Multi Layer Wall and Roof House
can be one of the solution to the problem of greenhouse gas emissions in the field of building
construction. Mulwarh utilizes innovative construction materials in the form of Ferrock and house
designs in the form of a layered roof. The research aims to produce innovations in the field of
building construction materials that can be a solution in reducing greenhouse gas emissions. This
research uses the literature study method through journals, books, and other scientific readings.
Research shows that a layered roof design can reduce heat in the house due to planting plants on
the top layer. The results also show that Ferrock has a compressive strength value two times greater
than normal conventional concrete and can absorb 1 mole of CO2 from the atmosphere in fifty days.

Keyword: cement, Ferrock, roof, wall

PENDAHULUAN
Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang menjadi penyebab dari perubahan
iklim. Mayoritas kajian yang dilakukan menitikberatkan perubahan iklim lebih
terarah pada kegiatan-kegiatan yang menghasilkan emisi gas rumah kaca hingga
puluhan ribu ton karbon dioksida-ekivalen; dengan kata lain skala industri. Padahal,
pola hidup manusia juga akan menentukan peningkatan kebutuhan energi pada saat
penggunaannya dan pada saat pembuatan barang-barang itu sendiri. Dengan kata
lain, peningkatan emisi gas rumah kaca erat kaitannya dengan kehidupan sehari-
hari manusia, terutama pada peningkatan konsentrasi karbon dioksida. Total emisi
CO2 di DKI Jakarta tahun 2005 yakni 43,68 juta ton, sedangkan proyeksi tahun
2030 emisi CO2 sebesar 203,94 juta ton yang merupakan gabungan sektor
transportasi, pembangkit, industri, sampah, rumah tangga, dan limbah cair (Susandi
2011).
Salah satu solusi yang mampu disuarakan melalui dunia konstruksi adalah
mengeluarkan inovasi terhadap rancangan dan bahan konstruksi bangunan yang
mampu membantu penekanan tingkat produksi emisi karbon. Sebuah rancangan
bangunan yang mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan yang
ekstrem di masa depan sangat dibutuhkan. Inovasi yang ditawarkan difokuskan
pada konstruksi atap dan dinding bangunan.
Inovasi konstruksi atap diusung konsep green roof. Persyaratan konstruksi
khusus dan pertimbangan dalam mengembangkan rooftop antara lain perlindungan
atap dan struktur, kapasitas beban, lapisan tahan air, ketentuan penanaman, saluran
air (drainase), serta pertimbangan iklim (Lestari et. al 2017). Green roof selain bisa
difungsikan sebagai taman juga membantu menurunkan suhu panas di dalam rumah
(Wibowo 2017).
Unsur yang paling penting dalam pembangunan taman atap adalah melindungi
integritas atap dan komponen struktur di bawah taman. Sistem waterproofing harus
dipasang untuk melindungi struktur bangunan. Sebuah sistem waterproofing
dipasang dengan baik dapat bertahan seumur hidup bangunan, namun bila ada
kebocoran kecil dapat mengakibatkan perombakan seluruh taman untuk
menemukan dan memperbaiki kerusakan. Saluran air pada atap yang ada harus
sesuai untuk digunakan dalam taman atap. Beberapa modifikasi diperlukan untuk
mengakomodasi kebutuhan taman atap (Lestari et. al 2017).
Konstruksi dari green roof terdiri dari beberapa lapisan (multi layer). Lapisan
pertama merupakan waterproof membrane yang menutupi keseluruhan permukaan
atap untuk melindungi dari efek kebocoran. Lapisan kedua merupakan lapisan
drainase berupa ruang segitiga sebagai jalur drainase serta di permukaannya
terdapat material drain mat dan filter cloth. Drain mat merupakan lapisan sebagai
tempat atau ruang bergeraknya penyiraman maupun air hujan. Filter cloth
digunakan untuk memisahkan lapisan kedua dengan lapisan ketiga yaitu media
pertumbuhan. Lapisan paling atas merupakan media pertumbuhan yang akan
ditanami rumput dan tanaman hias.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pemakaian
atap hijau belum sepenuhnya dapat dilaksanakan di beberapa negara maju terlebih
lagi di negara-negara berkembang dikarenakan biaya konstruksi dan biaya
pemeliharaan jangka panjang yang tinggi. Namun terdapat beberapa jenis atap hijau
yang dapat ditinjau dan disesuaikan dengan iklim di daerah tersebut juga dari segi
pembiayaannya (Lestari et. al 2017). Menurut Kinasih dan Muta’ali (2013), biaya
pembuatan dak beton jika dibandingkan dengan atap konvensional hampir tidak
jauh berbeda. Perawatan dak beton cenderung lebih murah dan mudah, dan bisa
memberikan tambahan space untuk pemilik bangunan.
Selain hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, kapasitas beban (load bearing
capacity) maksimum yang dapat dipikul oleh struktur yang ada juga harus
diverifikasi (Lestari et. al 2017). Tindakan pencegahan dari robohnya bangunan
akibat kapasitas beban dapat ditinjau dari dua hal, yaitu membuat struktur bangunan
yang kokoh atau menggunakan tanaman yang ringan dengan batas beban mati
tambahan minimal.
Inovasi yang ditawarkan pada dinding bangunan berfokus pada material yang
akan digunakan. Batu bata sebagai komponen utama dinding digantikan oleh
Ferrock. Ferrock merupakan inovasi pada beton yang akan dibentuk menyerupai
batu bata atau batako. Material Ferrock terdiri dari limbah bubuk logam, batu
kapur, metakaolin dan flyash. Ferrock mampu menyerap 1 mol CO2 dari atmosfer
dalam 50 hari. Teknologi beton ini jauh lebih hijau, serta dua kali lebih kuat dan
tahan lama dibandingkan pendahulunya (Prasanth 2019). Pemakaian Ferrock pada
konstruksi diharapkan mampu mengurangi emisi karbon dengan tetap
mempertahankan sifat mekanis beton.
Lapisan terluar dinding berupa plester dimodifikasi dengan semen slag. Semen
slag merupakan hasil pengolahan limbah industri baja yang dalam proses
produksinya lebih hemat energi bila dibandingkan semen pada umumnya, serta
mempunyai dampak positif pada konsep green concrete. Produksi semen slag
menghasilkan emisi CO2 yang rendah, sehingga sangat ramah lingkungan dan layak
disebut sebagai jawaban untuk konstruksi yang berkelanjutan (Setiati dan Halim
2018). Penggunaan semen slag selanjutnya dirancang agar dapat membantu
penyerapan CO2 oleh Ferrock.

METODE
Metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data
yang bertujuan untuk menentukan jawaban atas permasalahan yang diajukan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
melalui studi pustaka. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan inovasi
rumah masa depan sebagai bentuk implementasi pembangunan berkelanjutan, yaitu
konsep bangunan yang ramah lingkungan.
Rancangan Mulwarh menggunakan material terbaik seperti pada umumnya
untuk pondasi utama. Bangunan didominasi beton agar kokoh yang tentunya
lengkap dengan besi beton. Pembedanya adalah adanya material yang digunakan
berupa Ferrock sebagai pengganti batu bata atau batako dan juga semen slag
sebagai plester bangunan. Ketiga material tersebut dipilih berdasarkan
pertimbangan dampak yang ditimbulkan bagi lingkungan dari bahan-bahannya.
Green roof memiliki tiga lapisan yang terdiri dari lapisan pertama sebagai lapisan
yang tahan terhadap kebocoran air, lapisan ini terbuat oleh material yang bersifat
waterproof; lapisan kedua sebagai drainase yang terbuat dari beton; dan lapisan
ketiga sebagai media pertumbuhan tanaman di atasnya yang terdiri dari keset dan
filter cloud setebal lima sampai lima belas sentimeter.
Tahapan perencanaan desain rumah masa depan dengan konsep multi layer wall
and roof (Mulwarh) meliputi kegiatan pembuatan konsep rancangan, pra-
rancangan atau pembuatan skematik desain, pengembangan rancangan dan
pembuatan gambar kerja. Pada tahap perancangan konsep dilakukan pengambilan
data-data primer dan sekunder mengenai muatan bahan yang akan digunakan dalam
proses pembangunan. Selain data, juga dilakukan analisis berbagai informasi
pelengkap yang mendukung tujuan pembangunan rumah. Pengolahan data-data dan
informasi ini akan menghasilkan program rancangan dan konsep rancangan dalam
membangun rumah. Selanjutnya masuk ke tahap pra-rancangan atau pembuatan
skematik desain. Dalam tahap ini akan dibuat desain skematik terhadap bangunan
rumah konsep Mulwarh. Selain itu, juga dilakukan perkiraan luas lantai, sistem
konstruksi, biaya, penggunaan bahan, serta waktu konstruksi yang disajikan dalam
laporan tertulis dan bergambar sederhana.
Tahap pengembangan rencana merupakan tahapan lanjutan yang berisi kegiatan
meninjau dan memperinci perihal ketersediaan bahan material, konstruksi, serta
nilai ekonomis. Informasi ini kemudian akan disajikan dalam bentuk gambar dan
diagram. Bahan-bahan inovasi seperti Ferrock dan semen slag juga akan melewati
tahap uji kelayakan pakai berupa uji kuat tekan. Kegiatan dilanjutkan pada tahap
pembuatan gambar kerja berupa pembuatan desain sepenuhnya bangunan lengkap
dengan ukuran serta informasi terperinci dan detail terkait rumah yang dibuat
menggunakan software desain (autocad dan sketch up). Desain gambar ini akan
digunakan sebagai bahan utama dasar pembangunan rumah konsep Mulwarh.
Penggambaran diawali dengan pembuatan desain pondasi rumah yang dilanjuti
dengan desain dinding dan difokuskan lebih pada atap.

Gambar 1 Sketsa kasar mulwarh

Konsep penggunaan multi layer wall dan roof garden diupayakan untuk
mengurangi peningkatan emisi gas yang menitikberatkan pada perubahan iklim
pada rumah serta untuk mengatasi penyempitan ruang publik. Penerapan konsep
roof garden mempunyai banyak keuntungan di antaranya adalah penghijauan, iklim
mikro, dan efektivitas bangunan dengan memperhatikan struktur material terkait
pembangunan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan roof garden
terkait dengan penggunaan material bangunan. Penggunaan dak beton dalam roof
garden cenderung lebih murah dan mudah dalam perawatannya dibandingkan
dengan atap genteng yang perawatannya lebih susah. Kemudian penggunaan
waterproof membran untuk mencegah kebocoran pada bagian atap dan berpengaruh
dalam meredam panas untuk masuk ke dalam ruangan. Pemberian lapisan filter
cloth digunakan sebagai kain saringan dalam pemisahan partikel padat dari cairan
sehingga mampu mengatasi masalah drainase. Lapisan drain mat digunakan
sebagai lapisan ruang geraknya air hujan serta penyiraman.
Ferrock sebagai konsep inovasi dinding yang difokuskan pada material
pembentuk beton pengganti batu bata dan batako. Penggunaan Ferrock berfungsi
sebagai material green building yang ramah lingkungan. Dengan penggunaan
Ferrock pada material beton dinding membuat beton lebih fleksibel sehingga
efektif berada di wilayah rawan gempa dan tidak aktif secara kimiawi ketika terkena
bahan kimia. Pengaplikasian semen slag dapat dilakukan dengan menggantikan
bahan semen pada umumnya dengan semen slag yang dicampur dengan air. Semen
slag dapat menjadi jawaban bentuk konstruksi yang berkelanjutan (sustainable).
Gambar 2 Diagram alir pemecahan masalah
Gambar 3 Diagram Alir Metode Pemecahan Masalah

PEMBAHASAN
Hal-hal yang patut diperhatikan pada saat perencanaan rumah ramah lingkungan
adalah masalah desain rumah itu sendiri, bagaimana penataan ruang (denah), tata
letak dan bentuk bangunan, material yang akan digunakan, serta keselarasannya
dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan fakta yang ada, CO2 menjadi penyumbang
terbesar emisi gas rumah kaca di atmosfer. Permasalahan-permasalahan yang
timbul harus diperbaiki dan diinovasi untuk menjadi pertimbangan dalam
perencanaan rumah. Mulwarh (Multilayer Wall and Roof House), merupakan
konsep rumah vertikal dengan inovasi bahan material yang memperhatikan dampak
ke lingkungan, khususnya pengurangan emisi gas CO2. Inovasi konsep rumah ini
fokus pada konstruksi dinding dan atap. Harapannya, dengan konsep Mulwarh ini
dapat mengurangi emisi karbon yang ada di atmosfer. Dalam konstruksinya,
Mulwarh menggunakan material-material yang bisa dijamin emisinya lebih rendah
dibanding bahan sebelumnya.
Semen yang digunakan sebagai plester pada pembangunan Mulwarh merupakan
semen slag pada lapisan dinding terluar. Ground Granulated Blast Furnace Slag
(GGBFS), atau yang selanjutnya disebut semen slag, merupakan Green Cement
hasil samping pengolahan Granulated Blast Furnace Slag (GBFS) yang merupakan
limbah dari produksi industri baja (Jiang et al. 2018). Furnace Slag terbentuk ketika
bijih besi atau pelet besi, kokas dan fluks (baik batu kapur atau dolomit) dilebur
bersama dalam tanur tinggi (blast furnace). Ketika proses peleburan metalurgi
selesai, kapur dalam fluks secara kimia telah bereaksi dengan alluminat dan dan biji
silikat dan abu kokas untuk membentuk produk non logam yang disebut Blast
Furnace Slag. Material tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan
durabilitas beton, mengurangi resiko retak termal dan CO 2 (Berndt 2009).
Ferrock adalah bahan inovasi pengganti batu bata dan batako yang dibentuk
dengan mencapurkan iron powder, flyash, lime powder, metakaolin dan oxalic acid.
Ferrock menjadi inovasi dari beton yang jauh lebih hijau atau ramah lingkungan,
lebih kuat dan tahan lama. Dalam pengujiannya, proporsi Ferrock yang digunakan
sebagai pengganti semen adalah antara 20%-30%. Ferrock kemudian melewati
tahap uji kuat tekan, tegangan dan kelenturan. Hasil pengujiannya menunjukkan
bahwa penggantian bahan memberikan hasil yang lebih optimal 25,43% (Prashanth
et al. 2019). Ferrock juga menawarkan kemampuan dalam menyerap CO2. Dalam
proses pengolahannya, Ferrock akan direaksikan bersama asam oksalat. Asam
oksalat ditambahkan untuk memudahkan proses kimia dan kemudian dicampur
untuk membuat campuran yang seragam. Penambahan asam oksalat akan
mencegah oksidasi dan memiliki kapasitas untuk menyerap CO2. Saat bereaksi
dengan Ferrock akan dihasilkan molekul karbonat terikat yang tidak memiliki
ancaman lebih lanjut sebagai penghasil gas rumah kaca. Ferrock mampu menyerap
sekitar 1 mol CO2 dari atmosfer dalam 50 hari (Lanuza et al. 2017).
Proporsi Campuran diperoleh dengan menggunakan “FERROCK: A life cycle
comparison to regular Portland cement, ISE 576 Industrial Ecology (24 April -
2017)”. Dalam penelitian ini konsentrasi asam oksalat divariasikan (4 mol, 6 mol,
8 mol, 10 mol dan 12 mol) di antara konstituen besi. Rasio mortar besi yang
digunakan adalah 1:3 dengan rasio padatan air 0,3. Proporsi campuran ditampilkan
pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1 Proporsi campuran Ferrock


Material Proporsi (% berat)
Serbuk besi 60
Fly ash 20
Batu kapur 10
Metakaolin 8
Asam oksalat 2

Tabel 2 Proporsi campuran

Agregat Halus Asam oksalat (katalis)


Campuran Ferrock (Kg/m3)
(Kg/m3)
Mol Kg/m3
M1 390 1170 4 42.12
M2 390 1170 6 63.18
M3 390 1170 8 84.24
M4 390 1170 10 105.3
M5 390 1170 12 126.3
Kubus dicor untuk menentukan kekuatan tekan dan penyerapan karbon dioksida
dari Ferrock. Cetakan yang digunakan berukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm.
Spesimen dibersihkan dan diolesi dengan minyak sebelum pengecoran. Setelah
pengecoran selesai, balok-balok yang dicor dikeluarkan dari cetakan setelah 24 jam
dari waktu pencampuran dan direndam dalam tangki pengawetan. Blok Ferrock
diuji untuk Kompresi pada 7 & 28 hari masing-masing. Sifat mekanik diuji sesuai
IS: 516 (1970). Hasilnya ditabulasikan pada tabel 3 di bawah ini untuk berbagai
campuran. Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa kuat tekan didapatkan
bahwa kekuatan Ferrock adalah dua kali lipat dari beton konvensional normal.

Tabel 3 Hasil uji kekuatan beton


Kekuatan Tekan (Mpa)
Mix
7 hari 28 hari

M1 - 4 Moles 32.17 45.03

M2 - 6 Moles 33.68 48.12

M3 - 8 Moles 34.6 50.21

M4 - 10 Moles 36.37 53.14

M5 - 12 Moles 36.15 52.26

Gambar 4 Hasil uji kekuatan Ferrock sebagai beton

Pengujian ini dilakukan dengan cara mengeluarkan balok dari pemeraman


setelah 28 hari dan disimpan di atmosfer sampai kering. Kemudian balok diiris
menjadi beberapa bagian dan fenolftalein diaplikasikan pada permukaan luar dan
dalam balok. Tidak adanya warna merah muda menunjukkan bagian yang
berkarbonasi dan adanya warna merah muda menunjukkan bagian yang tidak
berkarbonasi dalam balok. Balok beton konvensional menunjukkan indikasi warna
merah muda di bagian tengah yang menunjukkan bagian tidak berkarbonasi. Blok
Ferrock tidak memiliki jejak indikasi merah muda yang menyiratkan bahwa
Ferrock telah menyerap karbon dioksida untuk proses pengerasan dan sepenuhnya
berkarbonasi (Prasanth 2019).

Gambar 5 Sketsa rooftop Mulwarh

Desain bagian atap dari Mulwarh merupakan rooftop sebagai taman atap dengan
tiga lapisan. Hal yang perlu diperhatikan dalam membangun taman atap adalah
struktur bangunan, ketebalan tanah, drainase, jenis tanaman, jenis isian taman atap,
wadah/tempat tumbuh tanaman (Kinasih dan Muta’Ali 2013). Konstruksi green
roof memiliki beberapa lapisan (mulai dari lapisan terbawah). Waterproof
membran yang merupakan lapisan untuk menutupi keseluruhan permukaan atap.
Material waterproof yang digunakan adalah material waterproof fluid dengan
ketebalan 3 mm. Tipe ini digunakan karena dipercaya bekerja paling baik di area
sudut. Material yang digunakan sebagai insulator panas merupakan Rigid
Polyutherane Foam dengan ketebalan 2 cm. Material ini digunakan berdasarkan
kemampuan menahan panas yang baik, padat, dan ringan sehingga tidak
membebani struktur green roof secara signifikan (Amiruddin et al. 2013).
Lapisan berikutnya adalah drainase dan filtrasi lapisan. Drainase dalam bentuk
air hujan dan air yang digunakan untuk mengobati atap vegetasi hijau memainkan
peran penting dalam mencegah rembesan air. Material yang digunakan pada lapisan
ini merupakan Drainage Plate dengan ketebalan 4 cm. Material ini digunakan
berdasarkan bentuk yang dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Lapisan
berikutnya adalah lapisan filter. Lapisan ini digunakan untuk membatasi media
tumbuh akar vegetasi dan lapisan di bawahnya. Bahan yang digunakan sebagai
filter adalah geotekstil karena geotekstil memiliki permeabilitas yang cukup besar
dan memiliki kemampuan dalam menahan butiran tanah agar tanah tidak ikut dalam
aliran air (Ndale 2019). Lapisan ini memiliki pori-pori yang memungkinkan air
melewati filter sekaligus membatasi media tanam dan akar tanaman. Geotekstil
yang digunakan memiliki ketebalan 1 cm.
Lapisan pada media tanaman terdapat yang merupakan lapisan terpenting pada
green roof . Media tanam yang digunakan dalam rancangan lapisan ini merupakan
tanah gembur dengan ketebalan 8 – 13 cm. Penerapan ini didasari atas kebutuhan
vegetasi akan media tanam dengan unsur hara yang baik sehingga dapat tumbuh
secara optimal. Tanah gembur juga memiliki pori – pori yang cukup renggang
sehingga memudahkan air untuk mengalir. Lapisan selanjutnya menggunakan
tumbuhan rumput grinting (cynodon dactylon). Rumput grinting memiliki
kemampuan untuk tumbuh meskipun pada kondisi iklim yang kering (Yulifrianti et
al. 2015). Media tanam tidak memerlukan yang terlalu tebal sehingga spesifikasi
ketebalan media tanam dapat sesuai dengan tuntutan klasifikasi green roof (Putra
et al.2015).
Tumbuhan lain yang digunakan adalah tanaman Lee Kwan Yew (Vernonia
elliptica) yang digunakan dalam media tanam atap yang mampu menjalar ke
dinding rumah sehingga mampu menutupi dinding kaca dari terapaan sinar
matahari (Prasetyaningsih dan Sitawati 2019). Tanaman yang dipilih untuk ditanam
pada atap bangunan adalah tanaman yang dapat tahan terhadap sinar matahari yang
berlebih. Daerah dengan sinar matahari berlebih memerlukan air lebih banyak
dikarenakan tingkat evaporasi yang tinggi. Untuk itu perlu ditambah dengan
pembuatan naungan yang alami dan buatan sebagai solusi untuk mengurangi
kehilangan air (Lestari et al. 2017).

Gambar 6 Lapisan atap (Lucket dan Kelly 2009 dalam Putra et al. 2016)

PENUTUP
SIMPULAN
Tujuan menghasilkan inovasi dalam bidang bahan konstruksi bangunan yang
mampu menjadi salah satu solusi dalam menekan emisi gas rumah kaca. Dari hasil
analisis kelompok kami, diperoleh solusi berupa green roof dan penggunaan
Ferrock sebagai beton pengganti batu bata serta penggunaan semen slags sebagai
pelapis Ferrock. Emisi gas karbon yang dapat direduksi oleh Ferrock yaitu sebesar
1 mol setiap lima puluh hari. Kombinasi ketiga solusi yang ditawarkan diprediksi
dapat mereduksi lebih banyak gas karbon.
SARAN
Penerapan Mulwarh sebagai rancangan rumah masa depan dapat
mewujudkan usaha penekanan emisi karbon dioksida dapat diwujudkan
secara nyata dan maksimal. Kerja sama yang baik antara pemangku
kepentingan dan subyek lapangan sangat dibutuhkan untuk mencapai
keberhasilan proyek. Pada studi berikutnya hendaknya dapat mengatasi
permasalahan-permasalahan yang belum teratasi pada studi ini.

Daftar Pustaka
Amiruddin W, Iskandar BH, Murdiyanto B, Baskoro MS. 2013. Densitas insulasi
polyurethane pada palka kapal penangkap ikan tradisional di Pekalongan. J Mar
Fish Technol Manag. 4(1):35.
Jiang Y, Ling TC, Sji C. dan Pan SY. (2018). Characteristics of steel slags
and their use in cement and concrete. A review, Resources, Conservation
& Recycling. 136:187-197. doi.org/10.1016/j.resconrec.2018.04.023
Kinasih S, Muta’ali L. 2013. Potensi pengembangan teknologi roof garden di
kawasan mampang prapatan dan sekitarnya, Jakarta selatan. J Mns dan
Lingkungan. 20(3):252–261.
Lanuza A, Achaiah AT, Bello J, Donovan T. 2017. Ferrock: a Life Cycle
Comparison To Ordinary Portland Cement. http://ironkast.com/wp-
content/uploads/2017/11/USC-Ferrock-Final-Paper-4.24.17.pdf.
Lestari E, Wirantina I, Hidayawanti R. 2017. Analisa taman atap dalam upaya
mengurangi limpasan air hujan pada bangunan perkotaan. Anal Taman Atap
Dalam Upaya Mengurangi Limpasan Air Hujan Pada Bangunan Perkotaan.
6(2):81–87.
Ndale FX. 2019. Penggunaan geotextil sebagai bahan bangunan. J Teknosiar.
13(2):64–73.
Putra A , Suarya I, Swanendri N. 2015. Eco resort villa di kecamatan kuta selatan,
Bali penerapan green roof pada rancangan. J Arsit. 4(2):420–425.
Prasetyaningsih DD, Sitawati. 2019. Pengaruh posisi penanaman dan pemberian zat
pengatur tumbuh terhadap keberhasilan pertumbuhan stek batang tanaman lee
kwan yew (vernonia elliptica ). J Produksi Tanam. 7(1):173–180.
Prashanth M, Gokul V, Shanmugasundaram M. 2019. Investigation on Ferrock
based mortar an environment friendly concrete. SSRN Electron J. October:2–5.
doi:10.2139/ssrn.3461209.
Setiati NR, Halim HA. 2018. pemanfaatan semen portland slag untuk meningkatkan
sifat mekanik dan durabilitas beton. J Permukim. 13(2):77–89.
Susandi A. 2011. Telaah kritis fenomena dan dampak perubahan iklim di Indonesia.
Lokakarya “Perubahan Iklim dan Kota Hijau: Dari Konsep Menuju Rencana
Aksi”. Kementrian PU. Jakarta, 2011.
Wibowo AP. 2017. Kriteria Rumah Ramah Lingkungan (Eco-Friendly House). J
Muara Sains, Teknologi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 1(1):1–10.
doi:10.24912/jmstkik.v1i1.3
Yulifrianti E, Linda R, Lovadi I. 2015. Potensi alelopati ekstrak serasah daun
mangga (Mangifera indica (L.)) terhadap pertumbuhan gulma rumput grinting
(Cynodon dactylon (L.)) Press. J Protobiont. 4(1):46–51.

Anda mungkin juga menyukai