Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GREEN ROOF PADA KONSEP

PEMBANGUNAN GREEN ARCHITECTURE


Lienardo Danapati1), Muhammad Iqbal2), Putri Regina Islami3),
Rakha Hanan Taqy Moj4), Nopi Stiyati Prihatini5)
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung
Mangkurat
Jl. Achmad Yani Km. 33,5 Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara green roof pada konsep
pembangunan green architecture. Diawali dengan mengetahui definisi apa aitu green roof,
prinsip serta factor yang diperhatikan dalam membangun green roof, dan mengetahui konsep
green architecture. Green roof merupakan konstruksi bangunan dimana terdapat media
tanam dan vegetasi pada atap. Green Architecture adalah sebuah proses perancangan dalam
upaya mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, untuk meningkatkan kenyamanan
manusia dengan meningkatkan efisiensinya, pengurangan penggunaan sumber daya energi,
pemakaian lahan, dan pengelolaan sampah efektif dalam tataran arsitektur.

Kata kunci: green roof, green architecture

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between green roofs in the concept of
green architecture development. Begins by knowing the definition of green roof, the
principles and factors that are considered in building a green roof, and knowing the concept
of green architecture. Green roof is a building construction where there is planting media
and vegetation on the roof. Green Architecture is a design process in an effort to reduce the
impact of poor environment, to improve human comfort by increasing its efficiency, reducing
the use of energy resources, land use, and effective waste management at the architectural
level.

Keywords: green roof, green architecture

1. PENDAHULUAN
Beberapa instansi atau pun individu tengah banyak memperbincangkan konsep konsep
yang kiranya dapat mengatasi permasalahan tersebut. Mulai dari konsep green arsitektur
hingga pembuatan konstruksi yang lebih spesifik dalam pengerjaannya dengan konsep green
building, seperti green roof. Green roof sendiri merupakan salah satu turunan dari prinsip
sustainability atau prinsip keberlanjutan.
Konsep sustainability memiliki capaian yang ingin didapatkan dari proses penerapannya.
Capaian konsep sustainability adalah tepat guna lahan, hemat energi, lansekap pada lahan,
konservasi energi dengan pengkondisian udara buatan dan peralatan hemat energi,
konservasi air dengan efisiensi, penghematan, dan daur ulang air. Selain itu kenyamanan
pengguna bangunan seperti kendali asap rokok dalam ruangan, kenyamanan udara dan
pencahayaan dalam ruang. Serta capaian terbaik bagi pengguna bangunan adalah perilaku
hemat energi dan peduli lingkungan seperti meminimalkan penggunaan listrik dan air serta
mengurangi produksi sampah pribadi, seperti menggunakan ulang kertas bekas sebelum
dibuang.
Di Indonesia beberapa tahun belakangan ini yang mana memiliki kaitan dengan konsep
sustainability atau prinsip keberlanjutan. Konsep sustainability yaitu kemampuan berbagai
macam sumber daya di bumi ini dengan sistem budaya manusia ekonomi beserta adaptasinya
dalam menghadapi kondisi lingkungan yang terus berubah. Tujuan dari pengaplikasian green
roof antara lain sebagai penyerap air hujan, menyediakan zona isolasi, menciptakan habitat
pada satwa liar, membantu meredakan polusi udara dan suara, serta mengurangi efek dari
pemanasan global.
Green Architecture adalah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi
dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Disebutkan juga bahwa Green Architecture
yaitu pendekatan perencangan arsitektur yang berusaha meminimalisasi berbagai pengaruh
membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Biasanya berkaitan dengan konsep
untuk ‘bangunan berkelanjutan’ yang memperhatikan aspek lokasi, iklim, sistem
perencanaan dan perancangan, renovasi dan pengoprasian, yang menganut prinsip hemat
energi yang berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial

2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Green Roof
Penggunaan green roof di Indonesia dapat dikatakan hanya sedikit. Bahkan di
beberapa provinsi ada yang sama sekali belum menerapkan konsep green roof. Padahal
banyak manfaat yang dapat diambil jika penerapan green roof dapat di optimalkan.
Seperti di daerah yang dilalui garis khatulistiwa. Jika daerah tersebut menerapkan
konsep green roof, maka kemungkinan daerah tersebut terkena kekeringan saat musim
kemarau akan sedikit teratasi karena green roof pada dasarnya dapat digunakan sebagai
area resapan air hujan. Selain itu ketika di musim penghujan, green roof dapat
mengurangi intensitas air yang masuk ke sistem drainase sehingga dapat mengendalikan
banjir di daerah-daerah tersebut. Green roof dapat menciptakan keseimbangan ekologis
perkotaan, penggunaan tanaman pada bangunan atau yang biasa disebut roof garden atau
green roof bisa mengatur iklim mikro pada lingkungan sekitarnya. Tidak hanya itu,
hadirnya green roof dapat membantu mereduksi asap akibat polusi dan mengatur suhu
perkotaan. Desain green roof dalam perencanaan dan perancangan harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempunyai kaitan dengan sifat tumbuh tanaman dan faktor-faktor
lingkungan tumbuhnya meliputi media tumbuh, fasilitas pembuangan, perlindungan dari
angin kencang, daya dukung slope dan konservasi air, serta pemilihan jenis tanaman
yang tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit. Green roof mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
a. Meningkatkan ruang terbuka umum
b.Meningkatkan ruang rekreasi untuk gedung tempat tinggal
c. Lebih nyaman dilihat
d.Memperpanjang waktu pemakaian lapisan atap
e.Meningkatkan keanekaragaman hayati
f. Mengurangi biaya pendinginan dan pemanasan ruangan
g. Meningkatkan kualitas udara
h. Mengurangi polusi suara
Secara umum green roof terdiri dari dua jenis yang berbeda yaitu extensive green roof
dan intensive green roof. Adapun kategori tambahan yaitu simple intensive green roof,
yang diidentifikasi oleh The German Landscape Development Research Society
Extensive Green Roof adalah jenis green roof yang sangat sederhana. Green roof ini
memiliki karakteristik konstruksinya yang sederhana menggunakan lapisan tanah yang
tipis dan biaya perawatan yang dapat dijangkau. Simple intensive green roof hampir
sama dengan jenis green roof sebelumnya akan tetapi mempunyai karakteristik
kepadatan vegetasi yang lebih tinggi. Diantara model green roof yang lainnya, intensive
green roof adalah jenis yang paling rumit dilihat dari segi konstruksinya. Vegetasi ini
digunakan di jenis yang sama dengan vegetasi yang penanamannya pada permukaan
tanah, dan kebun bahkan termasuk pepohonan kecil. Hydroponic Green Roof yaitu
sebagian atau seluruh permukaan atapnya ditutupi oleh vegetasi dengan sistem
hidroponik, pada sistem ini tidak menggunakan lapisan tanah melainkan menggunakan
air sebagai media tanam, air tersebut dicampurkan dengan larutan nutrisi dan akan
bersirkulasi secara terus menerus mengaliri akar tanaman yang terendam pada air.
Extensive green roof merupakan jenis atap yang dirancang keperluan penghijauan
sehingga perancanganya diharapkan mampu memberikan manfaat pada aspek
lingkungan dengan berat beban yang mininum. Beban ringan berkisar 50-150 kg/m2
dengan ketebalan lapisan tanah yang cukup tipis sekitar 3-6 inci. Intensive green roof
dirancang untuk menjadi taman aktif, yaitu taman yang bisa digunakan sebagai tempat
rekreasi dan sosialisasi. Dengan tujuan tersebut tersebut pembuatan intensive green roof
memerlukan biaya besar Guna menjalankan fungsi dengan baik, green roof disusun oleh
beberapa komponen yang berlapis-lapis.
Penggunaan komponen penyusun green roof, biasanya disusun berdasarkan green
roof yang akan didesain. Secara umum lapisan pada atap hijau tersusun sebagai berikut:
Lapisan vegetasi, yaitu lapisan ini merupakan komponen paling khas dari green roof.
Pada dasarnya hampir setiap jenis tanaman dapat ditanam di atap hijau. Pembatasan
pilihan jenis tanaman disesuaikan berdasarkan iklim, desain dan anggaran biaya. Selain
itu, tujuan pemilihan tanaman tergantung pada tujuan desain atap, apakah tujuan yang
berkaitan dengan fungsi, kinerja dan estetika. Media tanam merupakan lapisan tempat
tanaman ditanam. Lapisan ini berperan sebagai pemasok air dan nutrisi, tempat
pertukaran gas diakar serta penguat agar tanaman dapat tumbuh. Pentingnya peran dari
media tumbuh membuat proses pemilihan lapisan dilakukan secara cermat. Pemilihan
media tumbuh pada green roof sendiri biasanya menggunakan media ringan yang
mendukung beberapa kriteria. Filter membrane dapat berupa bahan anyaman atau bukan
ayaman. Bahan bukan ayaman lebih baik karena lebih tahan terhadap penetrasi akar dan
kadang-kadang dapat digunakan sebagai sistem akar penghalang. Sebuah filter membran
akan mempertahankan media tumbuh, dengan mencegah partikel media tanaman
terbawa arus air ke lapisan dibawahnya. Lapisan drainase berada diantara media tanam
dan membran atap. Lapisan di mana air dapat mengalir dari mana saja di atap hijau
menuju sistem drainase bangunan. Lapisan drainase berfungsi untuk mengalirkan air
dari media tumbuh ke saluran atap serta memastikan sejumlah besar air tidak tertahan di
atap atau bahkan tergenang di atap. Protection mat merupakan papan yang digunakan
untuk melindungi membran waterproofing dari kerusakan setelah peasangannya. Bahan
yang paling umum digunakan adalah water-permeable, hard wearing and dense
synthetic fibres, polyester dan polypropylene. Lapisan root barrier pada green roof
digunakan untuk melindungi lapisan anti air dan struktur atap dari kerusakan yang
disebabkan oleh pertumbuhan mata serta rimpang dari akar tanaman. Root barrier juga
berguna melindungi waterproofing dari efek berbahaya yang ditimbulkan mikroba
tanah. Waterproofing merupakan salah satu komponen terpenting bagi atap secara
keseluruhan, membran ini memiliki fungsi untuk mencegah air memasuki gedung dan
juga memfasilitasi limpahan air hujan untuk mengalir dipermukaannya. Secara umum
setiap atap didesain tahan air ketika dibangun. Green roof juga dapat digunakan untuk
Rain harvesting, yaitu kegiatan menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya
melalui berbagai teknologi untuk memenuhi konsumsi manusia. Sistem Rain harvesting
umumnya terdiri dari area penangkap air hujan (collection area), saluran yang
mengalirkan air hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir, saluran
pembuangan serta pompa. Pemanen air hujan memiliki beberapa fungsi meminimalisir
dampak lingkungan menjadikan air yang lebih bersih serta penyedia air hujan cadangan.
2.2 Pengertian Green Architecture
Green Architecture adalah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan
pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat
hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan
sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Disebutkan juga bahwa
Green Architecture yaitu pendekatan perencangan arsitektur yang berusaha
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Biasanya berkaitan dengan konsep untuk ‘bangunan berkelanjutan’ yang
memperhatikan aspek lokasi, iklim, sistem perencanaan dan perancangan, renovasi dan
pengoprasian, yang menganut prinsip hemat energi yang berdampak positif bagi
lingkungan, ekonomi dan sosial.
Green dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly
(ramah lingkungan), dan high performance (bangunan dengan performa sangat baik).
Dalam penerapan konsep green bisa diterapkan pada penggunaan reneable resources
(sumber-sumber yang dapat diperbaharui), passiveactive solar photovoltaic (sel surya
pembangkit listrik), penggunaan tanaman untuk atap,taman tadah hujan, menggunakak
kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan bisa juga di aplikasikan pada
pengurangan penggunaan energi (misalnya energi listrik), low energy house dan zero
energy building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope) serta
dengan penggunaan energi terbarukan seperti energi matahari, air, biomassa, dan
pengolahan limbah.
Di Indonesia yang menangani dan memberi sertifikat bangunan hijau yang sudah
menerapkan konsep Green Arsitektur dengan baik adalah GBCI. Green Building
Council Indonesia (GBCI) adalah lembaga mandiri (non government) yang
berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-
praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang
berkelanjutan. Dalam sistem sertifikasi yang dipegang oleh GBCI, mengambil standar
EDGE yang merupakan kepunyaan dari IFC-International Finance Corporation,
anggota grup bank dunia. Standar EDGE mendefinisikan bangunan hijau adalah 20%
lebih sedikit penggunaan energi, 20% lebih sedikit penggunaan air, dan 20% lebih
sedikit energi yang terkandung dalam bahan material.
Konsep yang bisa diterapkan pada perancangan dari prinsip green architecture yaitu
pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber cahaya alami pada saat siang hari untuk
penerangan pada bangunan, cara pemanfaatnya bisa dengan peletakan yang merespon
pada pergerakan matahari, pemakain bukaan pada bangunan dibuat lebih lebar agar
memudahkan cahaya masuk ke dalam bangunan serta bangunan dibuat memanjang dan
tipis. Penggunaan sumber energi terbarukan berdasarkan sumber daya alam yang ada di
sekitar site, seperti sumber energi listrik tenaga air jika di dekat site terdapat saluran air
yang memiliki arus cukup deras. Untuk daerah yang memiliki iklim tropis lembab dan
bercurah hujan tinggi, bisa di terapkan sistem pengolahan air hujan untuk digunakan
sebagai sumber air bersih pada bangunan. Penerapan sistem cross ventilation untuk
melancarkan sirkulasi udara di dalam bangunan agar tidak lembab, karena jika sirkulasi
udara kotor di dalam bangunan tidak bisa dilepaskan ke luar bangunan akan
menyebabkan lembab dan nantinya ruangan akan berjamur sehingga tidak baik untuk
kesehatan pengguna bangunan. Pada desain interiornya, menggunakan interior yang
ramah lingkungan dan mengurangi pengunaan listrik yang berlebihan, selain itu
menggunakan bahan material seperti kayu, meminimalisir penggunaan kaca dan lampu.
Sedangkan pada desain eksteriornya, tidak menggunakan bahan material bangunan yang
mengandung zat berbahaya, ditambah dengan memperbanyak taman hijau dan taman
yang memang dibutuhkan untuk mengatur keseimbangan lingkungan sekitar. Pada atap
bangunannya dibuat menjadi roof garden atau green roof yang memiliki nilai ekologis
yang tinggi itu membuat suhu udara turun, pencemaran udara berkurang, serta
bertambahnya ruang terbuka hijau. Dalam pemilihan material yang ramah lingkungan
dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu dari sisi teknologi dan penggunaannya.

2.3 Implementasi Konsep dan Desain Green Roof pada pembangunan Green
Architecture
Untuk menerapkan tema dalam perancangan green architecture, maka prinsip yang
terdapat pada green architecture harus diterapkan pada bagian-bagian dari perancangan
kawasan. Penerapan konsep green architecture antara lain:
1. Conserving Energy (Hemat energi)
Pemanfaatan sinar matahari pada saat siang hari sebagai pencahayaan alami pada
bangunan dan sumber energi dengan cara bangunan dibuat memanjang dan tipis, bukaan
dibuat lebih lebar, dan penambahan alat photovaltai yang diletakan di atas atap sebagai
sumber listrik. Menggunakan sunscreen pada jendela yang secara otomatis yang dapat
mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
2. Working with Climate (memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)
Orientasi bangunan menghadap ke arah sinar matahari, menggunakan sistem air
pump dan cross ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam
ruangan, dan penggunaan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim.
3. Respect for Site
Mempertahankan kondisi dengan membuat desain yang mengikuti bentuk yang ada
di mana area cottage akan diletakan di area yang memiliki ketinggian yang bisa melihat
view positif, dan menggunaan material yang ramah lingkungan dan menggunakan
material yang tersedia lokal.
4. Respect for Use (memperhatikan pengguna banguan)
Besaran ruang menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna dan sirkulasi dibuat
mudah dan tidak membingungkan pengguna untuk berpindah tempat.
5. Minimizing New Resources (meminimalkan sumber daya baru)
Penggunaan sensor cahaya, yang dapat mengurangi konsumsi listrik untuk
pencahayaan. Sensor ini dapat otomatis mendeteksi pergerakan manusia sehingga lampu
akan menyala dengan sendirinya, dan akan mati dengan sendirinya ketika di ruangan
tersebut tidak ada pergerakan manusia.

3. KESIMPULAN
Green roof merupakan suatu konsep konstruksi pada atap yang ditambahkan layerlayer
yang memungkinkan untuk ditanami vegetasi. Green roof memiliki manfaat yang bersifat
berkelanjutan bagi lingkungan. Beberapa manfaat tersebut adalah meningkatkan kualitas
udara dan air, menjadi area resapan air hujan, menyejukkan suhu ruangan, meningkatkan
bangunan ekologi, mengurangi biaya pemeliharaan atap dan awet jika konstruksi dilakukan
dengan benar. Green roof terbagi menjadi tipe ekstensif, semi intensif, dan intensif. Green
Architecture adalah sebuah proses perancangan dalam upaya mengurangi dampak
lingkungan yang kurang baik, untuk meningkatkan kenyamanan manusia dengan
meningkatkan efisiensinya, pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan,
dan pengelolaan sampah efektif dalam tataran arsitektur. Green Architecture merupakan
salah satu implementasi konsep dari Green Roof. Konsep Green Architecture adalah
arsitektur hijau, atau desain hijau adalah pendekatan bangunan yang meminimalkan efek
berbahaya dari proyek konstruksi terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Inayatul, D. K., Ali, M. 2021. Analisis Penerapan Green Architecture Menuju Green
Campus. Jurnal Seminar Keinsinyuran. 11-32

Nasrulloh, D., Amos, N., Doddy, R. 2020. Perencanaan Pemanenan Air Hujan Terintegrasi
Green Roof untuk Mengatasi Kekurangan Ruang Terbuka Hijau. Jurnal Pendidikan
Teknik dan Vokasional. 3(1): 32-39

Oni, I. C. 2018. Penerapan Konsep Green Architecture pada Bangunan Perpustakaan


Universitas Indonesia. Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi. 17(2): 76-85

Rahayu, Y. 2020. Analisis Konsep Green Roof dan Pemodelan Desain Sederhana. Jurnal
Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan. 10(1): 53-60

Risdana, F., Abdul, M., Ardian, A. 2022. Kinerja Termal Green Roof dengan Penggunaan
Tanaman Hidroponik. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan. 6(4): 38-
43
Sapta, C. P., Asep, Y. P., Nitih. I. K. D. 2020. Penerapan Konsep Green Architecture dalam
Perancangan Hotel Resort di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmiah Arsitektur. 8(2):
82-94

Wicaksono, A., Sherlly, M. Rina, S. 2019. Perancangan Pusat Perbelanjaan Dengan Tema
Green Architecture di Kota Medan. Journal of Architecture and Urbanism Research.
2(2): 98-113

Anda mungkin juga menyukai