Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin berkembang pesat
memacu peningkatan pembangunan disegala sektor kehidupan, untuk itu harus senantiasa
diimbangi dengan perkembangan industri dalam berbagai bidang produksi. Upaya peningkatan
kualitas dan mutu genteng dari tanah liat terus diupayakan seiring dengan keluar berbagai atap
seperti asbes, seng, genteng cetak dari industri besar dan sebagainya. Genteng tanah liat masih
menjadi pilihan konsumen untuk bahan finishing atap rumah, selain itu harga tanah liat
terjangkau oleh konsumen. Persyaratan penutup atap yang baik adalah awet, kuat dan tahan
lama, dengan adanya bangun-bangunan yang banyak memerlukan atap yang kualitasnya kuat,
ringan dan kedap air.
Genteng tanah liat merupakan salah satu atap yang baik, kelemahannya dari genteng
tanah liat jika digunakan dalam jangka panjang akan mengendapnya lumut dipermukaan
genteng. Dalam pemilhaan produk genteng, seringkali para calon konsumen memilih produk
genteng yang akan di pakai berdasarkan pengalaman dari orang-orang terdekat, sehingga apabila
orang-orang di dekat mereka mempunyai pengalaman tentang produk genteng, maka dapat di
pastikan hal tersebut akan di jadikan patok dalam pemilihan produk genteng yang akan di
pakainya. Genteng merupakan salah satu komponen penting pembangunan perumahan yang
memiliki fungsi untuk melindungi rumah dari suhu, hujan maupun fungsi lainnya. Agar kualitas
genteng optimal, maka daya serap air harus seminimal mungkin, agar kebocoran dapat
diminimalisir.
Oleh karena itu penulis mengambil judul “PENGARUH PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI TERHADAP PROSES PEMBUATAN BAHAN PENUTUP ATAP GENTENG”
sebagai karya ilmiah. Karena kebutuhan genteng diharapkan bisa memenuhi ketidakpuasan dan
keinginan konsumen serta produk genteng yang semakin berani bersaing dengan produk genteng
di kelasnya.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan tugas ini penulis akan membahas mengenai definisi sejarah
terbentuknya genteng dan perkembangan teknologi serta membahas seputar pembuatan dan
kelebihan maupun kelemahan genteng.
Bagaimana pengaruh perkembangan teknologi terhadap proses pembuatan bahan penutup atap
genteng?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang yang menjadi alasan penulis menyelesaikan tugas ini dengan
tujuan :
Untuk mengetahui pengaruh perkembangan teknologi terhadap proses pembuatan bahan penutup
atap genteng.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Genteng


Genteng adalah salah satu bahan material yang tidak bisa di pisahkan dari proses
pembuatan rumah ataupun bangunan lainnya, bahkan dalam perkembanganya genteng telah
mengalami beberapa kemajuan teknologi dari mulai proses pembuatannya hingga kualitas dan
bahan baku untuk pembuatan genteng itu sendiri dari mulai asbes, seng, metal dan lain-lain.
Bisa di katakan ironi ketika banyak sekali orang yang meninggalkan penggunaan genteng
tanah liat, padahal dalam fungsi dan keuntungannya genteng tanah liat lebih memiliki
keuntungan di banding genteng dari bahan asbes, seng dan metal. Dari mulai keuntungan yang
bias di katakan lebih ekonomis genteng tanah liat juga memiliki fungsi sebagai pengstabilan
suhu ruangan di dalam rumah. Genteng juga merupakan salah satu jenis penutup atap rumah
yang paling umum digunakan di Indonesia. Genteng seperti penutup atap lainnya berfungsi
sebagai pelindung dari panas dan hujan. Selain itu tampilan genteng menjadi hal yang penting
dalam membantu penampilan sebuah rumah.

2.2. Aturan-Aturan/Undang-Undang Literatur


A. PERATURAN PEMERINTAH Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU No. 28 Tahun 2002
Peraturan Pemerintah ini merupakan aturan pelaksanaan dari UU No.28 Tahun 2002
yang mengatur pelaksanaan :
1. Fungsi bangunan gedung
2. Persyaratan bangunan gedung
3. Penyelenggaraan bangunan gedung
4. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung, dan
5. Pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.
B. PERATURAN MENTERI Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Pembuatan Bahan Atap Genteng.
Peraturan Menteri ini adalah pedoman dan standar teknis yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang tertera dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005.
Pedoman teknis ini dimaksudkan sebagai acuan yang diperlukan dalam mengatur dan
mengendalikan penyelenggaraan bangunan gedung dalam rangka proses perizinan
pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan, serta pemeriksaan kelayakan fungsi bangunan
gedung.

2.3. Syarat Mutu Genteng


Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 0099:2007, Syarat mutu genteng meliputi :
1. Sifat Tampak Genteng
Harus memiliki permukaan atas yang mulus, tidak terdapat retak, atau cacat lain yang
mempengaruhi sifat pemakaiannya.
2. Penyerapan Air
Penyerapan air maksimal 10 %.
3. Ketahanan terhadap Perembesan Air ( Impermeabilitas)
Tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bawah genteng kurang dari 20 jam ± 5
menit.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Terbentuknya Genteng

Asal usul atap genteng awalnyna menggunakan tanah liat (roof tile) jika ditelusuri lebih
lanjut adalah berasal dari China, selama Zaman Neolitikum, dimulai sekitar 10.000 SM, dan
Timur Tengah. Dari wilayah ini penggunaan genteng tanah liat tersebar ke seluruh Asia dan
Eropa. Tidak hanya orang Mesir kuno dan Babel, tetapi juga bangunan Yunani dan Romawi
mereka menggunakan atap dan ubin dari tanah liat. Temuan awal genteng tanah liat di Yunani
kuno berasal dari daerah disekitar Korintus (Yunani), dimana genteng mulai menggantikan atap
jerami di dua kuil Apollo dan Poseidon antara 700-650 SM. Tradisi ini terus berlanjut di Eropa
hingga saat ini. Kemudian orang Eropa membawa tradisi atap tanah liat ini hingga ke Amerika
sekitar pada abad ke-17.
Para Arkeolog pun telah menemukan spesimen dari genteng tanah liat dari pemukiman
1.585 dari Roanoke Island di North Carolina. Genteng tanah liat juga digunakan di Inggris pada
awal terbentuknya pemukiman di Jamestown, Virginia, dan dekat St Mary di Maryland dan
genteng tanah liat juga digunakan saat perjanjian Spanyol di St. Augustine - Florida, serta pada
saat perjanjian antara Perancis dan Spanyol di New Orleans.
Pemukim Belanda di pantai timur pertama kali mengimpor ubin dan genteng tanah liat
dari Holland. Pada Tahun 1650, mereka telah mendirikan produksi skala besar dari ubin dan
genteng tanah liat di atas Sungai Hudson Valley, mengirimkannya ke New Amsterdam. Produksi
genteng secara manufaktur dilakukan sekitar waktu Revolusi Amerika, menawarkan baik ubin
berwarna dan mengkilap maupun tanpa glasir genteng terakota alam, di wilayah Kota New York
dan New Jersey. Sebuah surat kabar New York Tahun 1774 telah mengiklankan ketersediaan
diproduksinya secara lokal, ubin mengkilap dan genteng tanpa glasir untuk dijual yang dijamin
"tahan cuaca apapun". Genteng tanah liat di daerah pantai barat, pertama kali diproduksi dalam
cetakan kayu pada tahun 1780 di Mission San Antonio de Padua - California oleh Neophytes
India di bawah arahan misionaris Spanyol.
Faktor yang paling signifikan dalam mempopulerkan atap genteng tanah liat selama
periode kolonial di Amerika adalah karena ketahanannya terhadap api. Kebakaran dahsyat di
London, Tahun 1666 dan Boston pada Tahun 1679, telah mendorong standarisasi bahan
bangunan dan pengenalan kode api di New York dan Boston. Standarisasi kode api ini masih
tetap berlaku selama hampir dua abad, dan mendorong penggunaan genteng tanah liat untuk
atap, terutama di daerah perkotaan. Atap genteng tanah liat ini juga disukai karena daya
tahannya, kemudahan pemeliharaan dan dapat meredam suhu panas dari luar.
Popularitas genteng tanah liat di sebagian besar Amerika Serikat kawasan timur laut
selama kuartal ke-2 abad ke-19, mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya
penggunaan atap sirap dari kayu yang mulai digunakan secara luas, harganya lebih terjangkau
dan jauh lebih ringan. Selain itu, bahan-bahan tahan api baru telah diproduksi dan dapat
digunakan untuk atap, terbuat dari logam seperti tembaga, besi, tinplate, seng, dan besi galvanis.
Selain bobotnya berat juga penampilan genteng tanah liat tidak lagi modis. Pada Tahun 1830
genteng tanah liat mengalami penurunan popularitas yang drastis di negara itu.

3.2. Perkembangan Teknologi Genteng


Dengan adanya proses sirkulasi di dunia maka perkembangan teknologi semakin
meningkat. Seperti perkembangan teknologi genteng awalnya dibuat dengan menggunakan tanah
liat dengan model dan bentuk yang sangat sederhana. Namun perkembangan teknologi semakin
meningkat maka genteng yang awalnya dibuat dari tanah liat berkembang menjadi genteng
keramik, genteng beton, genteng metal, genteng aspal dan sebagainya.

1. Genteng keramik
Bahan dasarnya tetap keramik yang berasal dari tanah liat. Namun genteng ini telah
mengalami proses finishing yaitu lapisan glazur pada permukaannya. Lapisan ini dapat diberi
warna yang beragam dan melindungi genteng dari lumut. Umurnya bisa 20–50 tahun dan
aplikasinya sangat cocok untuk hunian modern di perkotaan.
Kelebihan genteng jenis ini adalah :
1. Lebih tahan lama
2. Kuat menahan beban manusia jika diinjak pada saat pemasangan atau mengganti
genteng.
3. Warnanya tahan lama karena diproses pada saat pembakaran keramik dan tidak perlu
pengecatan ulang.
4. Cocok digunakan untuk daerah tropis yang sering mengalami pergantian cuaca antara
hujan dan panas yang dapat menyebabkan warna cepat memudar.
5. Cocok untuk rumah dengan gaya apa pun, cukup dengan memilih warna yang sesuai
dengan warna tembok sehingga tercipta komposisi yang tepat.
Kekurangannya adalah :
1. Diperlukan ketelitian ketika memasang agar didapatkan kerapatan yang baik sehingga
tidak terjadi kebocoran di dalam rumah.
2. Kemiringan atap minimum 30 derajat agar air hujan dapat mengalir sempurna dan
genteng tidak terlepas ketika diterpa angin. Jika dipasang pada sudut kemiringan 45-60
derajat, perlu bantuan baut ketika memasang agar genteng tidak terlepas dan lebih
kuat.

2. Genteng beton
Bentuk dan ukurannya hampir sama dengan genteng tanah liat, hanya bahan dasarnya
adalah campuran semen PC dan pasir kasar, kemudian diberi lapisan tipis yang berfungsi
sebagai pewarna dan kedap air. Sebenarnya atap ini bisa bertahan hampir selamanya, tetapi
lapisan pelindungnya hanya akan bertahan antara 30 tahun hingga 40 tahun.
Kelebihan genteng beton :
1. Kuat dan tahan lama
2. Daya tahan terhadap tekanan tinggi sehingga tidak mudah goyah oleh terpaan angin.
Kekurangannya :
1. Memiliki tekstur kasar.
2. Mudah timbul lumut pada permukaannya.
3. Berat sehingga menimbulkan beban yang tinggi pada rangka atap.

3. Genteng metal
Bentuknya lembaran, mirip seng. Genteng ini ditaman pada balok gording rangka atap,
menggunakan sekrup. Bentuk lain berupa genteng lembaran. Pemasangannya tidak jauh
berbeda dengan genteng tanah liat hanya ukurannya saja yang lebih besar. Ukuran yang
tersedia bervariasi, 60-120cm (lebar), dengan ketebalan 0.3 mm dan panjang antara 1.2-12 m.
Kelebihan-kelebihan genteng metal :
1. Mudah dan cepat dipasang sehingga lebih efisien dibandingkan pemasangan genteng
biasa.
2. Hemat material karena memiliki bentang yang lebih lebar.
3. Dilapisi bahan antikarat.
4. Menggunakan bahan anti pecah sehingga tidak perlu kuatir bocor.
5. Adanya teknologi baru yang membuat genteng metal tidak menimbulkan panas serta
tidak mudah terbakar.
6. Terdapat lapisan anti lumut sehingga tidak diperlukan pengecatan ulang.
Kekurangannya :
1. Bunyi berisik saat hujan
2. Pemasangan yang tidak rapi akan mengurangi keindahannya.

4. Genteng aspal
Bahan meterial yang satu ini dari campuran lembaran bitumen (turunan aspal) dan bahan
kimia lain. Ada dua model yang tersedia di pasar. Pertama, model datar bertumpu pada
multipleks yang menempel pada rangka. Multipelks dan rangka dikaitkan dengan bantuan
sekrup. Genteng aspal dilem ke papan. Untuk jenis kedua, model bergelombang, cukup
disekrup pada balok gording.
Kelebihan-kelebihan genteng :
1. Berat yang ringan 10,5 kg per meter persegi.
2. Bisa mengikuti berbagai macam bentuk atap dengan kemiringan bervariasi dari 22,5
hingga 90 derajat.
3. Mudah dan praktis pemasangannya karena pada aksesorisnya tidak menggunakan
semen sehingga tidak akan terjadi retak rambut yang bisa menimbulkan kebocoran
atau rembesan.
4. Dilindungi lapisan anti jamur dan anti pudar.
3.3. Perkembangan Teknologi Terhadap Pembuatan Genteng
3.3.1. Proses Pembuatan Genteng Sebelum Perkembangan Teknologi
Proses pembuatan genteng diawali dengan pengolahan bahan mentah berupa tanah.
Pengambilan tanah sebagai bahan baku genteng harus berdasarkan kelestarian lingkungan.
Bagian lapisan paling atas dari tanah yaitu bunga tanah tidak digunakan sebagai bahan pembuat
genteng, hal ini dikarenakan kandungan humus dan unsur hara yang sangat baik untuk tanaman.
Pengambilan tanah dilakukan dengan cara menyingkirkan lapisan bunga tanah, dan tanah yang
diambil adalah tanah dibagian bawah bunga tanah yaitu kurang lebih kedalaman 25 cm dari
permukaan tanah. Pengambilan pun dijaga supaya tidak lebih dari kedalaman satu meter sebagai
upaya terhadap pelestarian lingkungan.
Proses selanjutnya adalah pembersihan tanah dari material-material pengotor seperti batu,
plastik, sampah dan sebagainya. Setelah cukup bersih tanah kemudian diaduk dengan
menambahkan air.
Proses pembuatan genteng dilakukan dengan berbagai tahap, diantaranya adalah :
1. Pengolahan Tanah Liat
Setelah didapatkan tanah liat, proses selanjutnya adalah penggilingan. Tujuan dari proses
ini adalah untuk memperoleh tanah liat yang homogen dengan partikel-partikel yang lebih
halus dan merata. Proses penggilingan dilakukan dengan cara memasukkan tanah liat ke
dalam mesin penggiling tanah atau lebih dikenal dengan nama molen, pada proses ini juga
ditambahkan sedikit pasir laut.Tujuan penambahan pasir laut adalah supaya tanah tidak terlalu
lembek sehingga mempermudah proses penggilingan. Penggilingan berlangsung dalam waktu
yang singkat dengan output berupa tanah liat yang telah tercetak kotak-kotak sesuai dengan
ukuran genteng yang akan dibuat. Kotak-kotak tanah liat ini biasa dinamakan keweh dan
keweh inilah yang pada nantinya merupakan bahan baku sebagai pembuatan genteng.

2. Pencetakan Genteng
Pencetakan genteng dilakukan dengan cara memasukkan keweh ke dalam mesin cetak
berupa mesin press ulir. Sebelum dimasukkan, pipihkan dulu keweh dengan cara dipukul-
pukul dengan kayu atau biasa dikenal dengan gebleg. Tujuan dari gebleg adalah mendapatkan
keweh yang padat dan juga sesuai dengan ukuran mesin press. Output dari mesin press ini
berupa genteng basah dengan bentuk yang masih belum rapi. Proses selanjutnya adalah
perapihan dimana bagian tepi genteng diratakan dan dibersihkan dari sisa-sisa tanah liat yang
masih menempel akibat proses pengepressan.

3. Pengeringan
Ada beberapa tahap yang harus dilalui dalam proses pengeringan genteng.
a. proses pengeringan dengan cara diangin-anginkan, dimana genteng dari hasil
pengepressan diletakan di dalam rak dalam waktu 2 hari.
b. Proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari.
Pengeringan ini dilakukan dengan cara menjemur genteng secara langsung di bawah terik
matahari selama kurang lebih 6 jam.
c. Pengeringan genteng di dalam tungku.
Pengeringan dalam tungku berlangsung selama 2 hari atau 48 jam. Pengeringan dilakukan
dengan cara memasukkan genteng ke dalam tungku kemudian dipanaskan dengan
menggunakan bahan bakar berupa kayu.
d. Proses selanjutnya adalah pembakaran.
Pembakaran berlangsung selama 12 jam dimana suhu ditingkatkan sampai dengan kurang
lebih 800 derajat celcius kemudian ditahan pada suhu tersebut.

4. Pengglasuran
Output dari tungku adalah genteng yang siap pakai, setelah disortir terlebih dahulu
tentunya. Untuk genteng ini biasa dinamakan genteng natural, tergantung dari jenisnya.
Tujuan dari pengglasuran adalah supaya kenampakan genteng yang lebih indah dan artistik.
Disamping itu dengan adanya lapisan glassur juga dapat menghindarkan genteng dari lumut.

5. Proses Pembakaran
Proses pembakaran genteng biasanya berlangsung selama 2 hari 3 malam dimana suhu
mencapai dengan kurang lebih 600 derajat.

6. Tahapan Terakhir
Tahap yang terakhir pada proses produksi genteng adalah finishing dan finishing yang
dilakukan meliputi pengikiran pada tepi genteng, pengikiran bertujuan untuk merapikan
permukaan genteng. Kemudian pengecetan yang bertujuan untuk menutupi bagian samping
genteng yang tidak dapat tertutup oleh lapisan glasur. Dan yang terakhir adalah pengepakan,
genteng diikat dengan striping band dengan jumlah sepuluh, selain supaya rapi pengepakan
ini juga akan memudahkan pengangkutan genteng.

3.3.2. Proses Pembuatan Genteng Setelah Adanya Perkembangan Teknologi


Setelah adanya perkembangan teknologi maka proses pembuatan genteng dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan telah menggunakan mesin pencetak genteng. Langkah-
langkah yang perluh dilakukan diantaranya :
1. Pemilihan bahan
Yang perlu dilakukan dalam pembuatan genteng adalah pemilihan bahan baku, bahan
baku tersebut diambil dari tanah liat, bukan sembarang tanah yang bisa dijadikan sebagai
bahan pembuat genteng, tetapi tanah yang banyak mengandung kaolin. Tanah yang bisa
diambil untuk pembuatan genteng ini biasanya tidak diambil pada lapisan paling atas, sebab
lapisan paling atas banyak mengandung humus dimana sangat bagus sekali untuk tanaman,
itulah sebabnya mengambil bahan untuk membuat genteng dengan kedalaman 1 meter sampai
beberapa meter di bawah permukaan tanah. Kalau tanah liat sudah dikumpulkan selanjutnya
adalah membersihkan tanah tersebut dari berbagai macam kotoran seperti ranting, bebatuan
atau kerikil, plastik dan berbagai macam kotoran lainnya.

2. Penggilingan
Setelah tanah liat tersebut bersih dari berbagai macam kotoran langkah selanjutnya adalah
proses penggilingan, tujuan dari penggilingan adalah untuk memperoleh bahan yang bagus
dengan kriteria yang lebih halus, artinya tidak ada yang kasar atau juga tidak ada yang halus,
semua bahan yang akan dibuat genteng tersebut diharapkan mempunyai tekstur yang sama.
Selain itu pada saat penggilingan juga ditambahkan dengan campuran abu kadang juga di
tambah dengan lempung kaolit. Setelah keluar dari mesin penggiling, tanah liat tersebut akan
keluar berbentuk kotak dimana satu kotaknya itu cocok untuk satu buah genteng, sehingga
mempermudah para pekerja dalam menakar tanah liat untuk membuat sebuah genteng.
3. Pencetakan genteng
Semua bahan bahan yang sudah keluar dari mesin giling tadi atau tanah liat yang sudah
berbentuk kotak kemudian dimasukkan ke dalam cetakan, dengan bantuan mesin press maka
tanah liat tadi berubah bentuk menjadi genteng yang masih basah, namun bentuknya sudah
seperti yang ada pada rumah yang memiliki atap genteng.

4. Pengeringan
Setelah tanah liat berubah bentuk menjadi genteng, kini tugas selanjutnya adalah
mengeringkan genteng basah tersebut dengan cara pengeringan dengan berapa cara berikut :
1. Dengan cara dijemur di bawah terik matahari, kalau dijemur di bawah terik matahari itu
menggunakan waktu kurang lebih 4 hari.
2. Cara selanjutnya dalam proses pengeringan adalah dengan cara diangin-anginkan. Cara
ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 10 hari.
3. Pengeringan selanjutnya adalah dengan cara memasukkan semua genteng ke dalam oven.

5. Proses penghalusan
Proses penghalusan ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan genteng dari sisa
sisa tanah liat atau kotoran-kotoran lainnya yang menempel pada genteng.

6. Proses pembakaran
Menurut penuturan Bapak Suryadi ( salah satu pembuat genteng di daerah jatiwangi )
Proses pembakaran ini dibutuhkan waktu selama 2 hari 3 malam dan suhu yang harus dicapai
pada saat proses pembakaran genteng ini adalah 600 derajat celcius, yang perlu diperhatikan
selama proses pembakaran genteng ini adalah pasokan bahan bakar yang cukup sebab ini erat
hubungannya dengan mesin dalam membakar genteng tersebut.

7. Proses pemilihan atau penyortiran


Proses pemilihan genteng atau penyortiran ini dimaksudkan memilih genteng yang baik
sebab tidak semua genteng yang di produksi menghasilkan hasil yang memuaskan, satu atau
dua biasanya ada yang cacat, oleh karena itu sebelum kirim ke konsumen diperlukan satu
proses terakhir yakni pemilihan atau penyortiran.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Genteng merupakan salah satu bahan finishing yang tidak boleh ditinggalkan fungsinya,
genteng memiliki fungsi sebagai pengatur suhu dalam rumah, melindungi dari panas sinar
matahari maupun hujan.
Ada beberapa tahapan pembuatan genteng, menggali tanah atau mencari tanah yang baik, proses
percetakan, proses pengeringan genteng, proses penataan genteng, pembongkaran genteng pada
tungku, dan proses pengecatan.

4.2. Saran
Dengan adanya tugas ini penulis menyelesaikan dengan menggalih dari pengalaman-
pengalaman yang ada dan harap dimaklumi mungkin pembahasan di atas banyak kekurangan dan
penulis mengharapkan saran serta masukan yang membangun dari kekurangan. Semoga Tugas
ini dapat berguna untuk semua terutama pembaca dan mahasiswa “Politeknik Negeri Kupang”
khususnya jurusan Teknik Sipil.
DAFTAR PUSTAKA

Supribadi, Drs. Ik., Ilmu Bangunan gedung, Jakarta: Armico, 1993

Kusjuliadi P, Danang,. Ragam Bentuk dan Pembuatan Genteng, Jakarta: Penebar Swadaya, 2007

www.google.com/sejarah perkembangan teknologi genteng

www.google.com/awal bentuk genteng tanah liat

www.google.com/perkembangan teknologi genteng

www.google.com/perkembangan teknologi pembuatan genteng

Anda mungkin juga menyukai