Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PELAT LANTAI BETON

Untuk memenuhi tugas Individu mata kuliah Struktur beton II yang


dibimbing oleh DR. H. Hakzah, ST.,MT

Disusun oleh:

ALHAMDI ALDHI NIM : 218190045

KELAS/PRODI : B / SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh


Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya Kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Mata Kuliah Struktur beton II yang berjudul
PELAT. Makalah ini diajukan guna memenuhi salah satu tugas Individu mata kuliah Struktur beton
II.
Saya sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak yang harus di koreksi oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak
tentunya dengan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah  ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca, mahasisiwa dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan kostruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada diatas / didalam tanah / air yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya. (KEPPRES No. 28/2002)
Pembangunan gedung diselenggarakan melalui berbagai tahapan pekerjaan
konstruksi. Pekerjaan konstruksi adalah rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
serta pengawasan yang meliputi pekerjaan arsitektural, struktur, mekanikal dan elektrikal,
serta tata lingkungan, beserta kelengkapannya masing-masing dalam mewujudkan suatu
bangunan. (KEPPRES No. 19/1999)
Plat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi pada suatu bangunan,
baik itu gedung perkantoran maupun rumah tinggal biasa dan juga menjadi struktur
konstruksi pada jembatan. Umumnya, pelat lantai dibangun dengan konstruksi beton
bertulang sebagai dasar utamanya.
Plat lantai adalah struktur yang pertama kali menerima beban, baik itu beban mti
maupun beban hidup yang kemudian menyalurkannya ke sistem struktur rangka yang lain.
Plat lantai berdasarkan sistem konstruksi materialnya dapat dibedakan menjadi bermacam-
macam jenis, antara lain plat lantai kayu, plat lantai beton, plat lantai baja dan plat lantai
yumen.

B. Rumusa Masalah

Berdasarkan uraian singkat diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apakah pengertian dari plat lantai itu sendiri?

2. Apa saja fungsi dari plat lantai?

3. Apa saja jenis-jenis plat lantai?

4. Apa saja macam-macam metode struktur plat lantai pada bangunan gedung?

5. Rumus pelat lantai?

6. Contoh Soal pelat Lantai?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Plat Lantai

Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak dipermukaan tanah, atau bisa disebut
lantai tingkat. Pekerjaan plat lantai ini haruslah kokoh, kaku, mempunyai ketinggian yang
sama dan nyaman untuk berpijak. Ketebalan plat lantai ini disesuaikan dengan beberapa
hal, diantaranya:
1. Beban yang akan ditumpu

2. Jarak antar balok penumpu

3. Bahan yang digunakan

4. Besar lendutan yang diijinkan.

B. Fungsi Plat Lantai

Plat lantai, yang meskipun terbuat dari berbagai macam jenis bahan, mempunyai
fungsi yang sama, yaitu:
1. Memisahkan lantai bawah dan lantai yang diatasnya

2. Tempat berpijak di lantai atas

3. Peredam suara dari lantai bawah ke lantai atas maupun sebaliknya

4. Sebagai tempat untuk penempatan kabel listrik dan lampu di lantai bawah

5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

C. Jenis-jenis Plat Lantai

Berdasarkan material bahannya, terdapat bermacam-macam jenis plat lantai.

Macam-macam plat lantai tersebut yaitu:


1. Pelat Lantai Kayu

Gambar 1.1 Plat Lantai Kayu


Plat lantai kayu ini terbuat dari bahan kayu, yang dirangkai dan disatukan menjadi
satu kesatuan yang kuat, sehingga terbentuklah bidang injak yang luas.

Plat lantai kayu pada umumnya mempunyai ukuran-ukuran yang umum di


pasaran. Ukuran-ukuran tersebut antara lain:
 Lebar papan kayu : 20 – 30 cm

 Tebal papan kayu : 2 – 3 cm

 Jarak antar balok pendukung : 60 – 80 cm

 Ukuran balok : 8/12 , 8/14, dan 10/14

 Bentangan : 3 – 3,5 m

 Berat jenis : 0,6 – 0,8 ( t/m )

Balok-balok kayu ini bisa diletakkan diatas pasangan 1 batu bata ataupun diatas
balok beton.
Plat lantai kayu memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Berbagai
kelebihan dan kekurangan plat lantai kayu yaitu:
a. Kelebihan

 Ekonomis, karena harganya yang relatif murah

 Hemat ukuran pondasi, dikarenakan beratnya yang ringan

 Mudah dikerjakan.

b. Kekurangan

 Hanya diperbolehkan untuk struktur konstruksi bangunan yang sederhana


dan ringan
 Bukan benda peredam suara yang baik, karena itu suara langkah kaki yang
ditimbulkan di lantai atas bisa terdengar oleh penghuni yang sedang
berada di lantai bawahnya sehingga mengganggu penghuninya.
 Mempunya sifat yang mudah terbakar

 Tidak tahan air atau mudah bocor, sehingga tidak cocok untuk lantai
kamar mandi / WC.
 Tidak tahan lama / tidak awet, karena bisa dimakan oleh serangga
pemakan kayu.
 Mudah terpengaruh oleh cuaca, seperti hujan, panas, dll.

 Tidak dapat dipasangi keramik


2. Pelat beton

Gambar 1.2 Plat Lantai Beton

Plat lantai beton ini umumnya bertulang dan dicor ditempat, bersama dengan
balok penumpu dan kolom pendukungnya. Plat lantai ini dipasang tulangan baja pada
kedua arahnya, dan tulangan silang untuk menahan momen tarik dan juga lenturan.
Perencanaan dan perhitungan plat lanta beton ini telah diatur oleh pemerintah
yang tercantum didalam buku SNI Beton 1991 yang mencakup beberapa hal, antara
lain:
a. Plat lantai harus mempunyai tebal minimum 12 cm, dan untuk plat atap
minimum 7 cm.
b. Harus diberi tulangan silinder dengan diameter minimum 8 mm yang terbuat
dari baja lunak ataupun baja sedang
c. Plat lantai dengan tebal lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap
diatas dan dibawah
d. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari
20 cm atau dua kali tebal plat, dan dipilih yang terkecil.
e. Semua tulangan plat harus dibungkus dengan lapisan beton dengan tebal
minimum 1 cm, yang berguna untuk melimdungi baja dari korosi maupun
kebakaran
f. Campuran beton untuk plat adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr + air, sedangkan untuk
lapisan kedap air campurannya adalah 1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr + air secukupnya.
Plat lantai beton ini mempunyai beberapa keunggulan / keuntungannya sendiri,
antara lain:
a. Mendukung untuk digunakan pada bangunan dengan beban yang besar

b. Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai lantai
dapur, kamar mandi ataupun WC
c. Dapat dipasang keramik, tegel dan granit, sehingga dapat memperindah lantai

d. Bahan yang awet dan kuat, perawatannya mudah dan berumur panjang.

3. Plat Lantai Baja

Konstruksi plat lanta baja ini biasanya digunakan pada bangunan yang komponen-
komponen strukturnya sebagian besar terdiri dari material baja. Pada tahap ini plat
lantai baja digunakan pada bangunan semi permanen seperti bangunan untuk
bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain.

4. Pelat Lantai Yumen

Gambar 1.3 Plat Lantai Yumen

Merupakan kependekan dari plat lantai kayu semen (yumen).

Plat lantai ini terbuat dari potongan kayu kecil yang dicampur dengan semen dan
dibuat dengan ukuran 90 x 80 cm. Plat lantai ini termasuk plat lantai yang masih baru
dan masih jarang digunakan.
Cara pemasangan plat lantai yumen ini yaitu:

a. Sebelum yumen dipasang, pertama-tama dak yang akan dibuat dipasang kayu
dengan kirai 5/7 dengan panjang yang telah datur dengan jarak 40 cm. Kayu
tersebut kemudian dilapisi ring balk dan kemudian di cor.
b. Setelah selesai, baru kemudian lembaran-lembaran yumen dipasang dengan
cara dijejerkan dengan rapat diatas kayu tersebut dan kemudian di baut
sehingga kuat.

D. Metode Struktur Plat Lantai pada Bangunan Gedung

Macam-macam metode struktur plat lantai gedung ini yaitu:

1. Metode Konvensional

Yaitu pengerjaannya dilakukan ditempat, dengan bekisting yang menggunakan


polywood dengan perancah scaffolding. Ini adalah cara yang masih terbilang ‘kuno’
dan memakan banyak waktu dan biaya, sehingga banyak yang berlomba-lomba
untuk mendapatkan inovasi terbaru dan untuk mendapatkan waktu yang cepat dan
biaya yang murah.
2. Metode half slab

Metode ini disebut metode half slab karena sebagian struktur plat lantai dikerjakan
dengan sistem precast. Bagian tersebut dibuat di pabrik untuk kemudian dikirim ke
lokasi proyek untuk dipasang, yang kemudian dipasang besi tulangan atas, kemudian
di cor sebagian plat yang dilakukan di tempat proyek.
Kelebihan dari metode half slab ini yaitu terdapat penghematan waktu dan biaya
untuk pekerjaan bekisting. Akan tetapi, tidak semua bagian plat gedung bisa dibuat
dengan sistem ini, contohnya yaitu area toilet, yang tetap dipasang dengan cara
konvensional untuk menghindari kebocoran di dalamnya.
3. Metode Full precast

Metode ini bisa disebut metode yang paling cepat pengerjaannya. Akan tetapi,
perlu diperhatikan juga, metode ini harus memperhatikan kekuatan alat angkat,
dimana kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total beton precast.
4. Metode Bondek

Yaitu metode dengan mengganti tulangan bawah diganti oleh plat bondek, dengan
harapan mampu menghemat besi tulangan dan bekisting dibawahnya. Tulangan atas
bisa dibuat dalam bentuk batangan atau bisa juga diganti dengan besi wiremesh agar
lebih cepat dalam pemasangannya.

E. Rumus perencanaan pelat lantai (BETON)


Sistem perencanaan tulangan plat pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu
plat satu arah (one way slab) dan sistem perencanaan plat dengan tulangan poko dua
arah yang disebut plat dua arah (two way slab).
Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perhitungan plat lantai adalah sebagai
berikut:
1. Standar tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI 03-
2847-2002).
2. Pedoman perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung (PPURG 1987).
3. Buku “Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang” yang disusun oleh Ir.
W.C. Vis dan Ir. Gideon Kusuma M.Eng.

Pada perencanaan plat beton bertulang, perlu diperhatikan beberapa


persyaratan/ketentuan sebagai berikut :
1. Pada perhitungan plat, lebar plat diambil 1 meter (b=1000 mm)
2. Panjang bentang (L) (Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002)

a. Plat yang tidak menyatu dengan struktur pendukung L = Ln+


h dan L ≤ Las-as
b. Plat yang menyatu dengan struktur pendukung Jika Ln
≤ 3,0 m, maka L = Ln
Jika Ln > 3,0 m, maka L = Ln + (2 x 50 mm). (PBI-1971)
3. Tebal minimum plat (h) (Pasal 11.5 SNI 03-2847-2002)

a. Untuk Plat satu arah (Pasal 11.5.2.3 SNI 03-2847-2002), tebal


minimal dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Tebal Minimum Plat Satu Arah

Tinggi Minimal (h)

Satu ujung Kedua ujung


Komponen Dua Tumpuan Kantilever
Menerus menerus
Struktur
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi

atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang besar

Plat Solid
L/20 L/24 L/28 L/10
satu arah

Balok atau

plat jalur L/16 L/18,5 L/21 L/8

satu arah

b. Untuk plat dua arah (Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002), tebal

minimal plat bergantung pada αm = α rata-rata, α adalah rasio

kekakuan lentur penampang balok terhadap kekakuan lentur plat

dengan rumus berikut :

α = Ecb /Ib

Ecp /Ip

1) Jika αm < 0,2,

maka h ≥ 120 mm

2) Jika 0,2 ≤ αm< 2 maka

dan ≥ 120 mm
3) Jika αm> 2, maka

dan ≥ 90 mm

dengan β = rasio bentang bersih plat dalam arah memanjang dan

memendek.

4. Tebal selimut beton minimal (Pasal 9.7.1 SNI 03-2847-2002)

a. Untuk baja tulangan D ≤ 36

Tebal selimut beton ≥ 20 mm

b. Untuk baja tulangan D44-D56

Tebal selimut beton ≥ 20 mm 40 mm

5. Jarak bersih antar tulangan s (Pasal 9.6.1 SNI 03-2847-2002)

S ≥ D dan s ≥ 25 mm

6. Jarak maksimal antar tulangan (as ke as)

a. Tulangan Pokok :

Plat 1 arah : s ≤ 3.h dan s ≤ 450 mm (pasal 12.5.4)

Plat 2 arah : s ≤ 2.h dan s ≤ 450 mm (pasal 15.3.2)

b. Tulangan Bagi

s ≤ 5.h dan s ≤ 450 mm (Pasal 9.12.2.2)

7. Luas Tulangan minimal Plat

Untuk fy = 240 Mpa, Maka As ≥ 0,0025.b.h

Untuk fy = 320 Mpa, Maka As ≥ 0,0020.b.h

Untuk fy = 400 Mpa, Maka As ≥ 0,0018.b.h

Untuk fy ≥ 400 Mpa, Maka As ≥ 0,0014.b.h


1. Perhitungan Penulangan

Perhitungan penulangan ini diambil dari momen-momen yang

menentukan dan dapat mewakili penulangan secara keseluruhan. Untuk

melakukan perhitungan penulangan plat terlebih dahulu ditentukan ρ dari Mu

/ bd2 dan ρ harus memenuhi syarat yaitu ρmin < ρ < ρmaks . Jika ternyata ρ yang

ada < ρmin maka digunakan ρmin dan bila ρ > ρmaks maka harus redesain plat.

Kemudian dicari luas tulangan dengan rumus As = ρ.b.d dan ditentukan

berapa diameter dan jumlah tulangan.

2. Perencanaan Plat Lantai

Gambar 4.2 Denah Plat Lantai

Data teknis:
Lx (bentang Panjang) = 3,15 m
Ly (bentang pendek) = 3,00 m
Ukuran balok :
b = 0,20 m
h = 0,30 m
Tebal Keramik (tk) = 0,02 m
Tebal Spesi (ts) = 0,03 m
Mutu Beton (fc') = 20 mpa
Mutu Baja BJ 37(fy) = 240 mpa
Berat jenis beton = 24 KN/m3
Berat jenis Keramik = 22 KN/m3
Berat jenis spesi = 20 KN/m3
Berat Plafond+penggantung = 0,18 KN/m3

 Menentukan Tebal Plat

h rencana = 120 mm
Pasal 10.7 SNI 03-2847-2002
Plat menyatu dengan struktur pendukung.
Ukuran Balok :
b = 0,20 m
h = 0,30 m
Ln = Lx - ((½.b)+( ½.b))
= 3,00 – ((½.0,2) + ( ½ .0,2))
= 2,800 m
= 2800 mm
Pasal 11.5.3 SNI 03-2847-2002
α min adalah α rata-rata sesuai ukuran balok yang mengelilingi plat
α min = 1/12 x b x h3
1/12 x L x hawal3
α min = 1/12 x 200 x 3003
1/12 x 2800 x 1203
= 1,12 mm
Karena α min < 2
hmin = Ln (0,8 + fy/1500) ≥ 90 mm
36 + 5.β(α min-0,2)
= 2800 (0,8 + 240 /1500) ≥ 90 mm
36 + 5.1,05(1,12-0,2)
= 49,414 mm ≥ 90 mm
karena, h min < 90 mm
49,414 mm < 90 mm
Maka tebal plat yang akan digunakan adalah 120 mm

 Analisa Pembebanan

Beban Mati (qd)


Berat Sendiri = 0,12 m x 24 KN/m3 = 2,88 KN/m
Berat Keramik = 0,02 m x 22 KN/m3 = 0,44 KN/m
Berat Spesi = 0,03 m x 20 KN/m3 = 0,6 KN/m
Berat Plafond = 1 m x 0,18 KN/m3 = 0,18 KN/m
Berat total (qd) = 4,10 KN/m

Beban Hidup (ql) = 2,50 KN/m

Kombinasi beban
Pasal 11.2-1 SNI 03-2847-2002
qu = 1,2.D +1,6.L
= (1,2 . 4,10 ) + (1,6 . 2,50 )
= 8,92 KN/m

Anda mungkin juga menyukai