Anda di halaman 1dari 13

Civil Engineering Trisakti in Action

GAMA ECO-LIVING: HUNIAN SEDERHANA DAN EFISIEN


DENGAN COCO FIBER PANEL WALL
YANG RAMAH LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

GAMA SARENA

Dyny Nayly Ajdar (20/456332/TK/50462)

Albertus Claudio Verry S. (20/456821/TK/50645)

Shafira Khairunnisa S. (20/463581/TK/51573)

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2022
GAMA ECO-LIVING : HUNIAN SEDERHANA DAN EFISIEN DENGAN
COCO FIBER PANEL WALL YANG RAMAH LINGKUNGAN

Arus globalisasi dan industrialisasi yang masif dalam pembangunan telah


mendorong masyarakat untuk terus berinovasi dan mengadopsi sistem baru.
Industri konstruksi sebagai salah satu penyumbang emisi gas terbesar harus mencari
solusi agar proses pembangunan tetap pada koridor konsep pembangunan
berkelanjutan. Saat ini, penggunaan beton sebagai perkuatan struktur suatu
bangunan masih banyak digunakan. Padahal, penggunaan beton secara terus-
menerus akan menyebabkan ancaman berupa kerusakan lingkungan serta
menipisnya bahan baku di alam. Menurut Green Building Council Australia (2006),
bangunan mengonsumsi 32% sumber daya terbarukan dan tak terbarukan, 12% air
yang tersedia, 40% energi, dan menghasilkan 40% CO2 selama proses konstruksi
berlangsung. Oleh karena itu, dalam rangka mitigasi dampak yang mungkin terjadi
pada waktu mendatang baik terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi serta
memenuhi kebutuhan primer masyarakat, pengembangan inovasi dan teknologi
bangunan ramah lingkungan menjadi alternatif yang harus diupayakan untuk
menciptakan pembangunan infrastruktur yang berwawasan lingkungan.

Gama Eco-Living hadir sebagai salah satu solusi dalam mewujudkan


pembangunan infrastruktur berwawasan lingkungan. Gama Eco-Living menyajikan
sebuah produk rumah tinggal dengan konsep sederhana serta efisien dalam aspek
site management, material, pemanfaatan sumber daya, konservasi air, dan
pengelolaan limbah. Gama Eco-Living menawarkan rumah tinggal satu lantai tipe
36 hingga tipe 120 yang sangat ideal bagi masyarakat umum. Karakter ringan dan
kuat yang dimiliki rumah ini tidak menyebabkan biaya yang dibutuhkan dalam
konstruksi menjadi mahal, melainkan lebih murah akibat material dinding utama
yang digunakan berupa coco fiber panel wall.
Gambar 1. Struktur Coco Fiber Panel Wall
Sumber: dokumen pribadi

Coco fiber panel wall merupakan komponen panel prefabrikasi yang


digunakan pada bidang vertikal berupa dinding dengan menggunakan struktur
sandwich panel. Seperti Gambar 1, struktur sandwich panel terdiri atas tiga lapisan,
yaitu campuran beton pada bagian tengah dan papan kalsium silikat sebagai
kulitnya. Campuran beton pada material ini terdiri atas campuran semen dan fly ash,
limbah serabut kelapa (coco fiber) tanpa penggilingan, serta air dengan rasio 2:1:2
(Asasutjarit, 2005). Peningkatan kekuatan ikatan komposit berbanding lurus
dengan penambahan kandungan semen dalam rasio campuran dan massa total. Hal
ini disebabkan oleh semen yang bertindak sebagai perekat material dalam campuran
beton panel wall. Menurut Suseno (2017), campuran semen dan fly ash akan
mencapai optimal apabila persentase fly ash sebesar 25% dari volume campuran.
Dalam SNI 7705:2020, lembaran papan kalsium silikat terbuat dari pasir silika,
semen portland, selulosa, dan air yang mengalami reaksi kimiawi pada suhu dan
tekanan tertentu (autoclave) antara unsur silika dan kalsium.
Gambar 2. Coconut Fiber Tanpa Penggilingan
Sumber: https://stock.adobe.com/id/search?k=%22coconut%20fiber%22

Komponen serabut kelapa pada campuran beton berfungsi sebagai


penambah kuat tekan dan kuat tarik belah (Shiddieq, 2017). Serabut kelapa ini
berupa potongan sepanjang 1 – 13 cm. Serabut tersebut perlu direbus selama 2 jam
agar bahan kimia yang larut dalam air terekstrak. Hasil rebusan tersebut
dikeringkan lalu dipotong menjadi 0,5 – 1 cm. Setelah itu, serabut kelapa siap
digunakan sebagai bahan campuran panel wall.

Gambar 3. Prosedur Pemasangan


Sumber: Dokumen pribadi

Pembangunan Gama Eco-Living menggunakan sistem modular. Menurut


Tatum et al. (1987), sistem modular merupakan metode pembangunan dari
sebagian komponen bangunan dilakukan di luar site (dalam pabrik) dan dirakit di
dalam site (erection). Ilustrasi pada Gambar 3 menjelaskan bagaimana kemudahan
penggunaan, pemasangan, dan perangkaian coco fiber panel wall. Pemasangan
struktur menggunakan sistem joint, jepit, dan sambungan-sambungan baja. Adanya
fabrikasi komponen bangunan ini dapat menjaga konsistensi mutu dan
mempercepat waktu pengerjaan hingga 40%. Selain itu, material terbuang dan
tenaga yang dibutuhkan juga lebih sedikit.

Coco fiber panel wall yang terdapat pada produk Gama Eco-Living ini
memiliki beberapa komparasi keunggulan bila dibandingkan dengan panel wall
biasa. Penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman et al. (2018) menunjukkan bahwa
panel wall yang mengandung serabut kelapa di dalamnya memiliki kemampuan
penyerapan air yang rendah. Panel wall dengan adisi serabut kelapa dapat
menurunkan kemampuan penyerapan air sebesar 10,24% bila dibandingkan dengan
panel wall biasa. Hal ini disebabkan oleh pori-pori panel yang terisi oleh serat
sehingga ikatannya lebih kuat dan padat. Kemampuan penyerapan air yang rendah
ini sangat penting bagi kelangsungan hunian agar terhindar dari rembesan saat
hujan yang dapat menurunkan kekuatan panel. Selain itu, coco fiber panel wall juga
menjadi solusi atas permasalahan polusi air di lingkungan masyarakat.

Material komposit yang terkandung dalam panel wall juga dapat meredam
kebisingan secara efektif sehingga kenyamanan hunian akan meningkat. Hal ini
juga senada dengan penelitian yang dilakukan Zalukhu et al. (2017). Dalam
penelitian tersebut, dijelaskan bahwa penambahan serat serabut kelapa dapat
meningkatkan kemampuan produk untuk meredam bunyi. Adanya komposisi
serabut kelapa pada bahan komposit akan menurunkan pengaruh kebisingan sebesar
15,12% apabila dibandingkan dengan bahan biasa. Hal ini disebabkan oleh kadar
selulosa yang tinggi pada serabut kelapa sehingga sangat dianjurkan untuk
digunakan sebagai bahan peredam kebisingan.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Ramirez et al. (2012), dijelaskan
juga bahwa panel wall yang dilengkapi dengan serabut kelapa dapat menurunkan
konduktivitas termal sebesar 68,25% apabila dibandingkan dengan panel biasa.
Adanya penambahan serabut kelapa pada panel wall menjadi suatu inovasi yang
dapat diterapkan pada negara tropis seperti Indonesia.
Kemudian, dilakukan analisis terkait tata laksana, biaya, dan material untuk
pengerjaan coco fiber panel wall serta dibandingkan dengan pengerjaan bata ringan.
Prosedur pemasangan panel wall dapat dilihat pada Gambar 4. Secara umum,
prosedur pengerjaan panel wall tidak jauh berbeda dengan pemasangan dinding
bata ringan, akan tetapi kuantitas pekerjaan keduanya berbeda.

Gambar 4. Diagram Alir Tahap Pelaksanaan Konstruksi


Sumber: Dokumen pribadi

Menurut Hidayat (2018), rasio durasi pekerjaan antara bata ringan dan
sandwich panel yaitu sebesar 3,59:1,84. Durasi pengerjaan panel wall terhitung
lebih cepat dikarenakan pekerjaan plesteran dan acian yang tidak terlalu banyak.
Pada Gambar 5, disajikan rencana jadwal pelaksanaan pembangunan satu unit
Gama Eco-Living.

Gambar 5. Jadwal Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gama Eco-Living House


Sumber: Dokumen pribadi
Penggunaan coco fiber panel wall pada Gama Eco-Living mampu
mengefisiensi biaya pekerjaan dinding. Berikut merupakan rincian biaya
pemasangan bata ringan dan coco fiber panel wall per m² dengan harga satuan yang
didasarkan pada harga satuan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tabel 1. Rancangan Anggaran Pemasangan 1 m² Bata Ringan

Tabel 2. Rancangan Anggaran Pemasangan 1 m² Coco Fiber Panel Wall

Berdasarkan Tabel 1 dan 2, pemasangan bata ringan membutuhkan biaya


sebesar Rp308.640,00/m2, sedangkan pemasangan coco fiber panel wall
membutuhkan biaya sebesar Rp288.513,00/m2. Penggunaan coco fiber panel wall
pada hunian mampu mengefisiensi biaya sebesar 6,51% per m². Biaya yang dihemat
akan semakin besar dan berbanding lurus dengan volume pekerjaan yang dilakukan.

Pemanfaatan serabut kelapa sebagai panel wall dinilai efektif mengurangi


limbah. Berdasarkan data statistik Food and Agriculture Organization (FAO),
Indonesia menjadi penghasil buah kelapa terbesar di dunia sebanyak 17,1 juta ton
pada tahun 2019 dan 35% di antaranya berupa serabut kelapa sebesar 5,98 juta ton.

Gambar 6. Denah Gama Eco-Living Tipe 90


Sumber: Dokumen pribadi

Gama Eco-Living mampu memberikan efisiensi penggunaan lahan dengan


mempertimbangkan area dasar hijau dan penanganan limpasan air hujan. Selain itu,
terdapat 40% bukaan berupa cross ventilation pada bagian tengah rumah yang
memperlancar sirkulasi udara sekaligus mengoptimalkan pengondisian udara dan
pencahayaan. Efisiensi ini juga berdampak pada 30 – 50% penghematan energi
(Sulistyanto et al., 2012). Selain itu, pengelolaan limbah pada rumah ini
menggunakan sistem sanitasi setempat yang mengumpulkan dan mengolah air
limbah dalam lahan pribadi dengan media tangki septik. Keunggulan sistem sanitasi
setempat yaitu sederhana, murah, dan mudah pengelolaannya.
Berdasarkan uraian di atas, Gama Eco-Living telah dirancang sesuai dengan
syarat-syarat bangunan hijau (green building) yang memperhatikan aspek
kecukupan cahaya, ventilasi, dan sanitasi. Material yang digunakan juga ramah
lingkungan mengingat bahwa salah satu komponen pendukung Gama Eco-Living
berupa coco fiber panel wall memanfaatkan limbah serabut kelapa sebagai bahan
campuran beton. Penggunaan coco fiber panel wall mampu mengefisiensi tata
laksana, biaya, serta waktu pengerjaan. Oleh karena itu, pengaplikasian Gama Eco-
Living bisa menjadi solusi untuk menghadapi permasalahan sosial, ekonomi, dan
lingkungan di masyarakat. Perlu adanya campur tangan dari pihak yang berwenang
dan masyarakat umum dalam mendukung dan mengembangkan ide ini ke arah yang
lebih baik demi mewujudkan kemajuan infrastruktur di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Alavez-Ramirez, R., Chinas-Castillo, F., Morales-Dominguez, V. J., dan Ortiz-


Guzman, M. (2012) ‘Thermal Conductivity of Coconut Fibre Filled
Ferrocement Sandwich Panels’, Construction and Building Material,
37(2012), 425-431.

Asasutjarit, C., Hirunlabh, J., Khedari, J., Daguenet, M., dan Quenard, D. (2005)
‘Coconut Coir Cement Board’, International Conference on Durability of
Building Materials and Components.

Gunawan, B., Juwana, Jimmy S., Priatman J., Sujatmiko, W., Sulistiyanto, T., dan
Budihardjo. (2012) Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan
Gedung di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan,
dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Indonesia.

Hidayat, F., dan Irvan, G. (2018) ‘Analisis Perbandingan Biaya, Waktu, Material,
dan Tata Laksana Pekerjaan Dinding Menggunakan Bata Ringan, Sandwich
Panel, dan Beton Precast Pada Proyek Pembangunan Rumah Sakit “STC” di
Kota Jakarta’, Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, 7(2), 40-51.
Javed, N., Thaheem, M., Bakhtawar, B., Nasir, A., dan Khan, K. (2019) ‘Managing
Risk in Green Building Projects: Toward a Dedicated Framework’, Smart and
Sustainable Built Environment, 9(2), 156-173.

Ngadiman, N., Kaamin, M., Kadir, Aslila A., Sahat, S., Zaini, A., Zentan, Siti
Raihana N., Ahmad, Nur A., Amran, dan Wan Haizatul Aisyhah W. (2018)
‘Panel Board from Coconut Fibre and Pet Bottle’, International Conference
on Civil and Environmental Engineering, 34(01014), 9.

Shiddieq, I. A. dan Wardhono, A. (2017). ‘Penggunaan Limbah Serabut Kelapa


Sebagai Pengganti Serat Fiber Pada Pembuatan Panel Dinding Glassfiber
Reinforce Cement’, Jurnal Rekayasa Teknik Sipil, 3(3), 248- 259.

SNI 7705:2020 tentang Lembaran Rata Kalsium Silika.

Suseno, Kartika C. (2017) ‘Pengaruh Komposisi Fly Ash Terhadap Kuat Tekan
Beton Porous dengan Variasi Komposisi Agregat Kasar Daur Ulang (RCA)’,
Universitas Brawijaya.

Susilawati, N., Nurhayati, C., dan Susanto, T. (2021) ‘Komposit Limbah Serabut
Kelapa dan Karet Alam Sebagai Alternatif Bahan Peredam Suara’, Jurnal
Dinamika Penelitian Industri, 37(2), 102-109.

Tatum, CB., (1987), ‘Improving Constructibility During Conceptual Planning,


Journal of Construction Engineering and Management, 113(2), 191-207.

Trijeti, Putri, Sevina Y., Setiawan, A. (2017) ‘Perbandingan Dinding Prefab


Cement Wall dengan Bata Konvensional Pada Bangunan Rumah’, Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Zalukhu, P.S., Irwan, I., dan Hutauruk, D.M. (2017) ‘Pengaruh Penambahan Serat
Sabut Kelapa (Cocofiber) terhadap Campuran Beton Sebagai Peredam
Suara’, Journal of Civil Engineering, Building and Transportation, 1(1), 27.
LAMPIRAN PRODUK

Gambar 7. Tampak Depan

Gambar 8. Tampak Belakang


Gambar 9(a). Tampak Samping Kanan

Gambar 9(b). Tampak Samping Kanan


Gambar 10. Tampak Samping Kiri

Anda mungkin juga menyukai