Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH FASAD TERHADAP PENGEHEMATAN ENERGI PADA HIGH RISE BUILDING DI KOTA JAKARTA

PENGARUH FASAD TERHADAP PENGEHEMATAN ENERGI PADA HIGH RISE


BUILDING DI KOTA JAKARTA
(Studi Kasus: Kampung Rejosari, Sayung, Demak)

Oleh : Raisyah Rimaraay Guantio, Septana Bagus Pribadi, S.T, M.T

Abstrak

Konsep green building atau bangunan hijau pada pembangunan di sebuah daerah diyakini akan
membantu menurunkan emisi gas buang serta meningkatkan penghematan energi listrik dan
konsumsi air bersih. Kota Jakarta menjadi kota pertama di Indonesia yang berusaha menerapkan
kebijakan untuk pembangunan gedung hijau yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau. Efisiensi energi
pada bangunan gedung dipengaruhi oleh selubung bangunan, sistem pengkondisian udara,
pencahayaan buatan, transportasi dalam gedung, dan kelistrikan.
Selubung bangunan adalah elemen bangunan yang membungkus bangunan gedung, yaitu
dinding dan atap transparan atau yang tidak transparan dimana sebagian besar energi termal
berpindah lewat elemen tersebut. Selubung bangunan ini juga akan mempengaruhi tampilan atau
fasad dari sebuah bangunan. Penelitian ini akan mensimulasikan pengaruh fasad terhadap
pengematan energi pada middle rise building di Kota Jakarta.

Kata kunci: green building, selubung bangunan, penghematan energi

1. PENDAHULUAN Gedung-gedung dirancang, dibangun, dan


Fenomena pemanasan global dan isu-isu dioperasikan sedemikian rupa sehingga
kerusakan lingkungan yang beraneka ragam dampaknya terhadap lingkungan minimal dan
semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu sesuai dengan tujuan penghematan energi.
efek dari pemanasan global adalah Bangunan hijau dirancang supaya dapat
peningkatan suhu rata-rata harian yaitu mengefisiensikan pemakaian energi alami,
setidaknya 0,74°C per tahun selama dua berkelanjutan, dan terbarukan untuk gedung
dekade terakhir dengan dampak yang paling komersial maupun gedung hunian serta
terasa adalah di daratan (UNEP dalam Utami, meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar
Fela, Yanti, & Avoressi, 2018). (Widiastuti, 2017).
Selain itu, krisis energi juga menjadi Efisiensi energi pada bangunan gedung
topik yang menarik perhatian mengingat dipengaruhi oleh selubung bangunan, sistem
kondisi persediaan energi tak terbaharui yang pengkondisian udara, sistem pencahayaan
semakin lama semakin menipis. Berdasarkan buatan, sistem transportasi dalam gedung, dan
data dari World Green Building Council, di sistem kelistrikan. Pada penelitian ini, penulis
seluruh dunia, bangunan gedung setidaknya berfokus di upaya penghematan energi pada
menyumbangkan 33% emisi CO2, selubung bangunan.
mengonsumsi 17% air bersih, 25% produk Selubung bangunan adalah elemen
kayu, 30-40% penggunaan bahan mentah, dan bangunan yang membungkus bangunan
40-50% penggunaan energi untuk gedung, yaitu dinding dan atap transparan
pembangunan dan operasionalnya (Yuliatna atau yang tidak transparan dimana sebagian
dalam Utami, Fela, Yanti, & Avoressi, 2018). besar energi termal berpindah lewat elemen
Konsep bangunan hijau dirancang tersebut. Selubung bangunan ini secara
dengan mempertimbangkan lingkungan dan langung mempengaruhi tampilan atau fasad
krisis energi yang sedang berlangsung saat ini. dari sebuah gedung. Pada selubung bangunan

I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0 | 521
ini terjadi perpindahan panas yang akan efisiensi energi, 20% efisiensi air, dan 20%
mempengaruhi konservasi energi. efisiensi material.tersumbat menjadi pintu
Ada sejumlah prinsip desain yang dapat utama masuknya rob pada Kampung Rejosari.
diterapkan untuk mengurangi perolehan panas
melalui selubung bangunan, antara lain : 2. METODE PENELITIAN
a. Merancang bentuk dan orientasi Metode yang dilakukan untuk mencapai
bangunan untuk meminimalkan paparan tujuan penelitian adalah menggunakan
selubung bangunan dari radiasi matahari pendekatan simulasi dengan aplikasi EDGE.
timur dan barat. Penelitian dilakukan dengan evaluasi pengaruh
b. Mengurangi transmisi panas melalui komponen-komponen fasad terhadap
jendela dengan mengurangi luas penghematan energi bangunan.
jendela, menyediakan peneduh
eksternal yang dirancang secara tepat Objek pada penelitian ini adalah high
dan memilih material kaca dengan nilai rise building dengan fungsi perkantoran yang
SHGC atau SC yang rendah. berlokasi di Jakarta, yaitu Gedung Kementerian
c. Mengurangi transmisi panas melalui Pekerjaan Umum, Alamanda Tower, dan
dinding dengan menggunakan insulasi Menara BCA.
yang memadai. Komponen-komponen fasad bangunan
d. Mengurangi transmisi panas melalui yang akan diteliti, yaitu :
atap dengan memiliki nilai reflektifitas, a. Pemilihan material kaca.
emisivitas, dan insulasi yang lebih tinggi. b. Window-to-wall ratio.
e. Mengurangi infiltrasi dan eksfiltrasi c. External shading devices.
dengan menyekat bangunan secara
rapat dan mengendalikan bukaan pintu 3. DATA OBJEK PENELITIAN
a. Gedung Utama Kementerian Pekerjaan
dan jendela.
Sebuah gedung harus mempunyai Umum
Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) agar bisa
beroperasi. Dengan kebijakan pemerintah saat
ini, SLF hanya dapat dikeluarkan jika sebuah
gedung mempunyai Sertifikasi Bangunan Hijau.
Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Green Building
Council Indonesia (GBC Indonesia) dengan
sistem peringkat bangunan hijau (Greenship).
Greenship merupakan salah satu
kegiatan utama yang dilakukan GBC Indonesia
berupa sebuah sistem peringkat bangunan
hijau. Sistem peringkat (rating) adalah suatu Gambar 1 Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum
alat berisi butir-butir dari aspek penilaian yang Sumber : Google Maps
disebut rating dan setiap butir rating Lokasi : Jl. Pattimura No. 31,
mempunyai nilai (credit point). RT.4/RW.1, Selong, Kecamatan
Butir rating tersebut dapat dihitung Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan
dengan menggunakan aplikasi EDGE. Kons. Perencana : P.T Jakarta
Excellence in Design for Greater Efficiencies Konsultindo
(EDGE) merupakan sebuah inovasi dari Konsultan MK : P.T. Artefak Arkindo
International Finance Corporation (IFC) berupa Tahun Dibangun : 2010
platform online untuk sertifikasi bangunan Klien : Kementerian PU
hijau. Gedung Kementerian Pekerjaan Umum
Untuk mendapatkan sertifikasi merupakan salah satu Pilot Project Greenship
bangunan hijau, EDGE memiliki standar pada tahun 2011. Kementerian PUPR telah
tersendiri. Bangunan yang dirancang harus mengembangkan dan melaksanakan green
mencapai kalkulasi dengan minimal 20% building dan green site di Kampus Kementerian
PUPR. Pengembangan Kampus PUPR diarahkan

522 | I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0
PENGARUH FASAD TERHADAP PENGEHEMATAN ENERGI PADA HIGH RISE BUILDING DI KOTA JAKARTA

pada pengembangan kampus dengan luas Strucural Eng. : P.T. Kinematika


ruang terbuka hijau (RTH) yang lebih besar, MEPEng. : M.T. Malmaas Mitra
zero run off, pembatasan sirkulasi kendaraan Tekik
bermotor; jalur pejalan kaki yang terintegrasi, Kontraktor : P.T. Tata Mulia
termasuk untuk difabel; pengembangan sistem Nusantara
Mekanikal, Elektrikal, Plumbing (MEP) serta Tahun Dibangun : 2010
manajemen persampahan yang terintegrasi. Gedung Alamanda Tower merupakan
Penerapan green building di Kantor gedung kantor pertama yang menganut
Kementerian PUPR telah memberikan konsep bangunan hijau berdasarkan tolok
sejumlah manfaatn yakni meningkatkan ukur Greenship di kawasan tersebut.
efektifitas dan efisiensi pemakaian sumber Bangunan ini mampu melakukan penghematan
daya listrik, air, dan energi sehingga turut listrik mencapai 45,88 % dan penghematan
mendukung konservasi lingkungan. air hingga 57,82 %.
Penghematan energi rata-rata gedung utama Alamanda Tower diakui dapat
PU sebesar 59% atau setara 3,52 juta kWh per menghemat biaya operasional gedung hingga
tahun sehingga berkontribusi bagi 34% atau Rp 4 miliar dalam setahun. Gedung
pengurangan emisi CO2 3.140 ton. ini mendapatkan Green Building Gold Level
dari GBC Indonesia pada tahun 2013. Sesuai
data IFC, efisiensi operasional di gedung itu
sama dengan konsumsi energi dari 708 rumah
untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) dan konsumsi air dari 104 rumah yang
sama.

Gambar 2 Gambar Denah Gedung Kementerian PU

Gambar 4 Denah Tipikal Alamanda Tower

c. Menara BCA

b. Alamanda Tower

Gambar 3 Alamanda Tower


Gambar 5 Menara BCA
Lokasi : Jl. Tahi Bonar
Simatupang No.22-26, RT.1/RW.1, Lokasi : JI. M.H. Thamrin No.1
Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Jakarta
Selatan Arsitek : RTKL
Arsite : PDW Architects Tahun Dibangun : 2004

I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0 | 523
Pengemmbang : P.T. Grand Indonesia tiap grup titik lampu. Sistem ini merupakan
Klien : P.T. Djarum bentuk implementasi penghematan energi
Gedung ini merupakan gedung pertama listrik untuk pencahayaan buatan gedung.
di Indonesia yang meraih sertifikat Greenship. Pada Gedung ini menggunakan Multi Channel
Gedung Menara BCA mendapatkan sertifikat Energy Saved Load Control System. MESL ini
Greenship Platinum pada tahun 2011. Material dilengkapi dengan motion sensor, lux sensor,
yang digunakan pada bangunan ini seluruhnya dan timer control yang dapat hemat hingga
merupakan material lokal. Fasadnya 40% energi. Bangunan ini juga memasang sel
didominasi kaca mati namun teknologinya surya pada atap gedung parkir sebagai sumber
ramah lingkungan. daya listrik selain PLN.
Bangunan pencakar langit ini
menggunakan double glasses sehingga hemat
energi sampai 35% atau setara penurunan
emisi gas CO2 sebesar 6.360 ton per tahun.
Penggunaan kaca ganda (double glazing) pada
permukaan luar gedung menghemat beban AC
dan pemanas. Udara atau gas di antara lapisan
kaca akan meneruskan panas dari luar ke
bagian lain gedung dimana panas itu ingin
dilepaskan (heater), mengurangi masuknya Gambar 7 Efisiensi Energi pada Gedung
suhu panas dari luar dan mempertahankan Kementerian PU
suhu dingin yang ada di dalam ruang. Lahan ini
juga mampu mengolah air hujan sampai 100%.
Selain itu, buangan air per orang per hari
mencapai 40 liter. Umumnya sekitar 50 liter.

Gambar 8 Saving Energy Gedung Kementerian PU


37,52%
Gambar 6 Denah Tipikal Menara BCA Parameter 1 : Penggunaan Material
Kaca
4. PERHITUNGAN EDGE
Gedung ini menggunakan kaca double
a. Gedung Utama Kementerian PU
glass dengan material Stopsol 6mm dan
Aspek Green Building
gap udara sebesar 12mm.
Luas Bangunan : ±25.100 m²
Orientasi Utama : Timur
Jumlah Lantai : 17
Basement :1
Floor-to-floor Height : 4,3 m
Building Depth : 14 m
Energy Efficiencies Measures
Gedung ini menggunakan sistem AC
Gambar 9 Detail Material Kaca pada Gedung
central water cooled chiller dan sistem AC
Kementerian PU
Variable Refrigerant Volume (VRV). Bangunan
ini menerapkan Intellegent Lighting Control
System yang merupakan sistem kontrol
pencahayaan gedung. Sistem ini dapat
mengatur status ON, OFF dan dimming untuk

524 | I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0
PENGARUH FASAD TERHADAP PENGEHEMATAN ENERGI PADA HIGH RISE BUILDING DI KOTA JAKARTA

Gambar 12 Saving Energy Gedung Kementerian PU


menjadi 53,51%

Setelah memasukan upaya-upaya


efisiensi energi berupa pengurangan
window-to-wall ratio tersebut ke dalam
EDGE, didapatkan hasil bahwa
pengehematan energi Gedung
Kementrian PU meningkat menjadi
53,51%.

Gambar 10 Saving Energy Gedung Kementerian PU Parameter 3 : External Shading Devices


menjadi 51,95% Gedung ini menambahkan shading
Setelah memasukan upaya-upaya devices berupa horizontal sun shading.
efisiensi energi berupa penggunaan Nilai AASF dari sun shading ini sendiri
double glass tersebut ke dalam EDGE, adalah 0,75. Nilai tersebut didapatkan
didapatkan hasil bahwa pengehematan dari hasil pembagian antara lebar
energi Gedung Kementrian PU horizontal sun shading terhadap tinggi
meningkat menjadi 51,95%. jendela yang dinaunginya.

Parameter 2 : Window-to-Wall Ratio


Gedung Kementerian PU ini berorientasi
ke arah Timur. Maka dari itu, gedung ini
meminimalkan bukaan pada bagian
Timur dan Barat. Selain itu, gubahan
massa dimodifikasi agar sisi bangunan
pada Timur dan Barat dapat berkurang.
Gambar 13 Sun Shading pada Gedung Kementerian
PU

Gambar 11 Modifikasi Gubahan Massa

Gambar 14 Saving Energy Gedung Kementerian PU


menjadi 59,24%

Setelah memasukan upaya-upaya


efisiensi energi berupa penambahan
shading devices tersebut ke dalam
EDGE, didapatkan hasil bahwa
pengehematan energi Gedung
Kementrian PU meningkat menjadi
59,24%.

b. Alamanda Tower
Aspek Green Building
Luas Bangunan : ±36.400m²

I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0 | 525
Orientasi Utama : Timur
Jumlah Lantai : 32
Basement :3
Floor-to-floor Height :3m
Building Depth : 27,5 m
Energy Efficiencies Measures
Gedung ini menggunakan ventilasi
natural pada lobby dan juga area-area
koridornya. Bangunan ini menggunakan sistem
AC Water Cooled Chiller. Alamanda Tower juga
menggunakan lampu LED yang lebih hemat
energi. Gambar 17 Saving Energy Alamanda Tower menjadi
40,49%

Setelah memasukan upaya-upaya


efisiensi energi berupa penggunaan
double glass tersebut ke dalam EDGE,
didapatkan hasil bahwa pengehematan
energi Alamanda Tower meningkat
menjadi 40,49%.
Parameter 2 : Window-to-Wall Ratio

45
m

Gambar 15 Saving Energy Alamanda Tower 22,87%


30 20
Parameter 1 : Penggunaan Material m m
Kaca
Gedung ini menggunakan kaca double
glass dengan material low-E laminated
6mm dan gap udara sebesar 12mm.
45
m

Gambar 18 Dimensi Denah Alamanda Tower


Tampak (Per Lantai) WWR
Barat:

Gambar 16 Detail Material Kaca pada Alamanda 42/135x100%=


Tower
30%
Utara:
17/60x100%=
28%
Selatan:
42/135x100%=
30%
Timur:

526 | I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0
PENGARUH FASAD TERHADAP PENGEHEMATAN ENERGI PADA HIGH RISE BUILDING DI KOTA JAKARTA

27/90x100%=
28%

Tabel 1 Tabel Asumsi WWR Alamanda Tower

c. Menara BCA
Aspek Green Building
Luas Bangunan : ±100.000 m²
Orientasi Utama : Timur
Jumlah Lantai : 56
Basement :5
Floor-to-floor Height : 3,8 m
Building Depth : 21 m
Energy Efficiencies Measures
Bangunan ini menggunakan sistem AC
Water Cooled Chiller. Menara BCA juga
menggunakan lampu LED yang lebih hemat
energi. Untuk lebih mengehemat energi, atap
pada bangunan ini ditambahkan insulasi dan
Gambar 19 Saving Energy Alamanda Tower menjadi
juga menggunakan material dengan albedo
41,91%
yang rendah.
Setelah memasukan upaya-upaya
efisiensi energi berupa pengurangan
window-to-wall ratio tersebut ke dalam
EDGE, didapatkan hasil bahwa
pengehematan energi Alamanda Tower
menurun menjadi 41,91%.

Parameter 3 : External Shading Devices

Gambar 21 Saving Energy Menara BCA 19,09%

Parameter 1 : Penggunaan Material


Kaca
Gedung ini menggunakan kaca double
Gambar 20 Saving Energy Alamanda Tower menjadi
glass dengan material low-E laminated
43,60% 6mm dan gap udara sebesar 12mm
dengan detail U-factor dan SHGC
Alamanda Tower tidak memiliki shading sebagai berikut.
devices tambahan. Namun, jika
ditambahkan shading devices dengan
AASF sebesar 0.58 sesuai standar EDGE,
penghematan energi bangunan ini akan
meningkat menjadi 43,60%.

I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0 | 527
Gambar 22 Detail Material Kaca pada Menara BCA Parameter 3 : External Shading Devices
Pada sisi Timur dan Barat, menara ini
tidak menggunakan double glass low-E.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk
penghematan material dan biaya,
karena kaca low-E harganya mahal.
Untuk menghalangi radiasi matahari
yang masuk, maka dipasang shading
devices pada bagian Timur dan Barat
bangunan. Sun shading ini berbentuk
panel LED yang dapat dinyalakan pada
malam hari sehingga bangunan tampak
menarik.

Gambar 23 Saving Energy Menara BCA menjadi


34,07%

Setelah memasukan upaya-upaya


efisiensi energi berupa penggunaan
double glass tersebut ke dalam EDGE,
didapatkan hasil bahwa pengehematan
energi Menara BCA meningkat menjadi
34,07%.
Gambar 25 Sun Shading pada Menara BCA
Parameter 2 : Window-to-Wall Ratio
Menara ini meminimalisir penggunaan
kaca pada bagiant Timur dan Barat.
WWR dari menara ini sesuai dengan
standar EDGE yaitu sebesar 30%

Gambar 26 Saving Energy Menara BCA menjadi


37,969

Gambar 24 Saving Energy Menara BCA menjadi


35,83%

Setelah memasukan upaya-upaya


efisiensi energi berupa pengurangan
window-to-wall ratio tersebut ke dalam 4. PERBANDINGAN HASIL PERHITUNGAN
EDGE, didapatkan hasil bahwa EDGE
pengehematan energi Menara BCA Parameter 1 : Penggunaan Material Kaca
meningkat menjadi 35,83%. No. Bangunan Saving Saving Kenaikan

528 | I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0
PENGARUH FASAD TERHADAP PENGEHEMATAN ENERGI PADA HIGH RISE BUILDING DI KOTA JAKARTA

Energy Energy (%) sebuah bangunan gedung hijau yang hemat


Awal Akhir energi.
1. Gedung 37,52 51,95 14,43 Double glazing dengan material low-E
Kementerian sudah seharusnya dipakai pada gedung-
PU gedung pencakar langit di Indonesia agar dapat
2. Alamanda 22,87 40,49 17,62
berkontribusi dalam mengurangi emisi gas
Tower
karbon di bumi.
3. Menara BCA 19,09 34,07 14,98
Tabel 2 Tabel Penghematan Energi Parameter 1
DAFTAR PUSTAKA
Parameter 2 : Window-to-Wall Ratio
No. Bangunan Saving Saving Kenaikan Anonim. (2016). Panduan Pengguna Bangunan
Energy Energy (%) Gedung Hijau Jakarta berdasarkan
Awal Akhir Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun
1. Gedung 51,95 53,51 1.56 2012 Volume 1 Selubung Bangunan.
Kementerian Council on Tall Buildings and Urban Habitat.
PU
(2020). Alamanda Office Tower.
2. Alamanda 40,49 41,91 1.42
Retrieved from The Skyscraper Center
Tower
3. Menara BCA 34,07 35,83 1.76
Global Tall Building Database of the
CTBUH:
Tabel 3 Tabel Penghematan Energi Parameter 2
skyscrapercenter.com/building/alama
Parameter 3 : External Shading Devices nda-office-tower/15389
No. Bangunan Saving Saving Kenaikan Departemen Rating Development. (2012).
Energy Energy (%) Ringkasan Kriteria dan Tolok Ukur
Awal Akhir Greenship. Jakarta: Green Building
1. Gedung 53,51 59,24 5.73 Council Indonesia.
Kementerian
Green Building Council Indonesia. (2017).
PU
Achievement of Green Building Council
2. Alamanda 41,91 43,60 1.69
Tower Indonesia 2016-2017. Jakarta: Green
3. Menara BCA 35,83 37,69 1.86 Building Council Indonesia.
Green Building Council Indonesia. (2020).
Tabel 4 Tabel Penghematan Energi Parameter 3
Tentang GBC Indonesia. Retrieved
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa from Green Building Council Indonesia:
kenaikan penghematan energi parameter 1 http://gbcindonesia.org/
paling tinggi berkisar antara 14,43%-17,62%. Hutapea, E. (2019). Hemat Rp 4 Miliar Setahun,
Kemudian parameter 3 ada di urutan kedua Alamanda Tower Berpredikat “Green
dengan penghematan energi berkisar Building”. Retrieved from
antara1,69%-5,73%. Lalu di urutan terkahir Kompas.com:
terdapat parameter 2 dengan penghematan https://properti.kompas.com/read/20
energi berkisar antara 1,42%-1,76%. 19/02/25/164854921/hemat-rp-4-
miliar-setahun-alamanda-tower-
berpredikat-green-building
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. (2019). Terapkan Green
Building, Kementerian PUPR Turut
5. KESIMPULAN Kontribusi pada Pengurangan Gas
Dari penelitian yang telah dilakukan, Rumah Kaca. Retrieved from PU-net:
dapat disimpulkan bahwa fasad bangunan https://www.pu.go.id/berita/view/167
mempengaruhi penghematan energi dari suatu 62/terapkan-green-building-
bangunan. Dari komponen-komponen fasad kementerian-pupr-turut-kontribusi-
yang sudah disimulasikan, pemilihan material pada-pengurangan-gas-rumah-kaca
kaca sangat tinggi perannya dalam membuat

I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0 | 529
Sertifikasi Bangunan Hijau. (2017). Sertifikasi
Greenship. Retrieved from P.T.
Sertifikasi Bangunan Hijau:
https://sertifikasibangunanhijau.com/s
bh/
Siregar, Z. (2018). Konservasi Energi dan
Efisiensi Energi, Apa Bedanya?
Retrieved from Indonesia Environment
and Energy Center:
https://environment-
indonesia.com/konservasi-energi/
Utami, S. S., Fela, R. F., Yanti, R. J., & Avoressi,
D. D. (2018). Menulusur Jejak
Implementasi Konsep Bangunan Hijau
dan Pintar di Kampus Biru. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Widiastuti, S. E. (2017). Model Green Building
di Indonesia Berbasis Konsep Kualitas
DMAIC Six Sigma. Optimalisasi Peran
Sains dan Teknologi untuk
Mewujudkan Smart City, 141-166.
Wikipedia. (2019). Fasad. Retrieved from
Wikipedia Esiklopedia Bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Fasad
Zulmar, H. (2012). Definisi Green Building.
Retrieved from the hell:
http://helmizulmar.blogspot.com/201
2/06/definisi-greenbuilding-adalah-
bangunan.html

530 | I M A J I V o l . 9 N o . 5 N O V E M B E R 2 0 2 0

Anda mungkin juga menyukai