Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Aplikasi Teknik Sipil

Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

ANALISIS PEKERJAAN GREEN RETROFIT BUILDING DENGAN MODEL


DINAMIS DAN LIFECYCLE COST BERBASIS SPSS (STATISTICAL PRODUCT
AND SERVICE SOLUTIONS) PADA PROYEK BANGUNAN KANTOR
BERTINGKAT TINGGI

Dita Meilinda Saputri1,, Albert Eddy Husin2, *


Program Magister Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jalan Raya Meruya Selatan, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia, 11650 1,2
Koresponden*, Email: albert_eddy@mercubuana.ac.id

Info Artikel Abstract (font: Times New Roman 9 pt, bold)


Diajukan This study aims to create a sustainable environment by implementing a green retrofit because
Diperbaiki Indonesia has produced 30% of greenhouse gas emissions. The application of green retrofit
Disetujui can reduce greenhouse gas emissions and energy consumption. In addition, this study aims to
determine the benefits of retrofitting existing office buildings regarding the building life cycle
Keywords: Retrofit cost, dynamic
modelling, green building, life cycle cost, costs. Improvements made to office building projects are measured using GREENSHIP
high rise office building which is a standard assessment of the level of energy efficiency in Indonesia. The purpose of
this study is to analyze the most influential factors in improving the performance of high-rise
office building projects based on dynamic models using Life Cycle Cost Analysis (LCCA).
From the results of the study, the authors identified 10 factors that affect cost performance in
high-rise office building projects, namely: 1. Natural lighting, 2. Chemical pollutants, 3.
Refrigerant without ODP, 4. Material costs, 5. Water recycling, 6 Site selection, 7.
Microclimate, 8. Public transportation, 9. Cycling facilities, 10. Project manager.
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dengan
menerapkan green retrofit karena Indonesia telah menghasilkan 30% emisi gas rumah
Kata kunci: Retrofit cost, model dinamis, kaca. Penerapan green retrofit dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan konsumsi
green building, life cycle cost, bangunan
energi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat perkuatan gedung
kantor bertingkat tinggi
perkantoran eksisting terhadap biaya daur hidup gedung. Perbaikan yang dilakukan
pada proyek gedung perkantoran diukur menggunakan GREENSHIP yang merupakan
standar penilaian tingkat efisiensi energi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
proyek gedung perkantoran bertingkat berdasarkan model dinamis menggunakan Life
Cycle Cost Analysis (LCCA). Dari hasil penelitian, penulis mengidentifikasi 10 faktor
yang mempengaruhi kinerja biaya pada proyek gedung perkantoran bertingkat, yaitu: 1.
Pencahayaan alami, 2. Polutan kimia, 3. Refrigerant tanpa ODP, 4. Biaya material, 5. Air
daur ulang, 6 Pemilihan lokasi, 7. Iklim mikro, 8. Transportasi umum, 9. Fasilitas
bersepeda, 10. Manajer proyek.
1. Pendahuluan 2020). Untuk merespon fenomena yang terjadi, pemerintah
Bangunan konstruksi memiliki pengaruh besar terhadap Indonesia telah menerapkan konsep Green Building.
lingkungan. Pembangunan gedung konstruksi di India Penerapan Green Building telah diimplementasikan pada
menghasilkan sekitar 42% emisi gas rumah kaca proyek konstruksi gedung di Indonesia. Penerapan yang
(Thaickavil,2018), pembangunan gedung konstruksi di dilakukan di Kabupaten Badung, Bali sebesar 65,14%
Thailand menghasilkan 21% emisi gas rumah kaca (Sudiartha, 2015). Penerapan konstruksi hijau pada
(Xing,2020), dan pembangunan gedung konstruksi di bangunan konstruksi di Makasar mencapai 72,22% (M.A.
Indonesia menghasilkan 30% emisi gas rumah kaca Abdurrahman et al, 2020). Salah satu permasalahan yang
(Pahnael et al., 2020). Pembangunan industri konstruksi di timbul pada penerapan sistem green building seperti aplikasi
negara berkembang menjadi masalah dikarenakan sistem hemat energi, penerangan, konservasi dan daur ulang
kegagalan dalam menanggulangi dampak yang timbul. air menyebabkan terjadinya peningkatan biaya konstruksi
Pembangunan industri konstruksi bertanggung jawab lebih hijau (Retrofitting cost) sebesar 10,77% (Sun et al., 2019).
dari 40% penggunaan energi global dan sepertiga dari emisi Penanganan peningkatan biaya pada proyek Green Building
gas rumah kaca global. Umumnya 10 – 20% energi bisa direduksi oleh biaya investasi material sisa. Dengan
dikosumsi pada tahap pembuatan dan transportasi bahan, melaksanakan 3R (reduce, reuse, recycle) intensif yang
konstruksi, pemeliharaan dan pembongkaran (Pahnael et al., didapat paling tidak sebesar 3,7% dari estimasi biaya

1
2 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

material (kustiani, 2020). Dengan demikian untuk Proses penelitian ini berisi alur penelitian dari awal
mengatasi peningkatan biaya tersebut ada kontroling sistem untuk mendapatkan faktor-faktor penting yang berpengaruh
menggunakan model dinamis dan pendekatan dengan dalam pemodelan dinamis Pada Proyek Bangunan Kantor
metode Life Cycle Cost Analysis (LCCA), sebagai alat Bertingkat Tinggi Berbasis Green Retrofit. Diagram alir
ekonomis yang memberikan alternatif pilihan untuk disusun berdasarkan beberapa tahapan yang akan dijelaskan
menentukan biaya yang paling ekonomis berdasarkan input pada Gambar 1. Data yang telah terkumpul dilanjutkan
yang diberikan. dengan pengolahan dan analisis data yang kemudian
Dengan menerapkan konsep bangunan Green Retrofit dilanjutkan untuk memperoleh hasil data awal. Dari hasil
Building pada bangunan perkantoran (eksisting) bertujuan tersebut selanjutnya dilakukan pengolahan analisis
untuk meminimalkan jumlah energi yang dikonsumsi dalam pembahasan untuk dapat menyimpulkan key success factor
proses opersional dan juga mengurangi dampak buruk Model Dinamis Proyek Bangunan Kantor Bertingkat Tinggi
terhadap lingkungan, dan mengurangi pembengkakan biaya Berbasis Green Retrofit untuk mendapatkan efisiensi biaya.
operasional pemakaian gedung dengan sistem investasi.

2. Metode 3. Hasil dan Pembahasan


Penelitian dengan metode Statistical Product and Dalam pengelolaan data mennggunakan Statistical
Service Solutions (SPSS) menggunakan software SPSS Product and Service Solutions versi 2.6 (SPSS), penulis
versi 2.6. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu metode survey biaya implementasi green retrofit berbasis model dinamis
dengan cara mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan dan lifecycle cost pada Pekerjaan Bangunan Kantor
apa adanya tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan Bertingkat Tinggi. Metode yang digunakan oleh penulis
(Eko arif). Penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data, adalah metode analisis statistik rata-rata. Metode ini diolah
yaitu: data primer yang diperoleh melalui survei kuesioner menggunakan perhitungan statistik dengan hasil kuesioner
dan data sekunder yang diperoleh melalui hasil studi yang akan diolah menjadi faktor-faktor yang
literatur seperti buku, referensi, jurnal, dan penelitian lain mempengaruhi.
yang terkait dengan penelitian. Metode rata-rata menentukan faktor yang paling
berpengaruh dengan sistem ranking berdasarkan bobot skor
yang diberikan dari responden setelah mengisi kuesioner.
Metode rata-rata dioperasikan menggunakan Microsoft
Excel, kemudian dilakukan beberapa pengujian seperti
validitas, reliabilitas, persamaan regresi, dan pengujian
hipotesis H1 dan H0. Gambar 2 menunjukkan tahapan dan
hasil analisis statistik rata-rata dalam penelitian ini. Data
yang harus diinput adalah data hasil penyusunan kuisioner
yang diperoleh dari studi literatur (jurnal internasional, e-
book, jurnal nasional dan buku terkait) untuk mendapatkan
key success factors atau critical point dari materi
pembahasan. Yang digunakan sebagai komponen kuesioner
seperti variabel faktor utama dan sub faktor.

Gambar 1. Diagram alur penelitian


Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

Gambar 2. Diagram alur pengolahan data SPSS 2.6

Decompocition
Setelah permasalahan didefinisikan, maka perlu
dilakukan decompocition yaitu memecah permasalahan
yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan
hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap
unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa
tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka
proses analisis ini dinamakan hierarki. Ada dua jenis
hierarki, yaitu hierarki lengkap dan tidak lengkap. Dalam
hierarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki
semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, namun jika
tidak, maka dinamakan hierarki tidak lengkap.

Comparative Judgement
Tahap ini adalah proses penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP, karena penilaian berpengaruh
terhadap prioritas elemen-elemen. Dari hasil dari penilaian
ini akan tampak lebih baik bila disajikan dalam bentuk
matriks yang dinamakan matriks pairwase comparison.
Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala
kepentingan adalah:
- Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin) ?
- Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin/..) ?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika
membandingkan dua elemen, seseorang yang akan
memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang
elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya
terhadap kriteria atau tujuan yang ingin dicapai. Dalam
penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma
reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting
dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali
pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu,
perbandingan dua angka yang sama akan menghasilkan
angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan
dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat n elemen,
maka akan diperoleh matriks pairwise comparison
berukuran n x n.

3
4 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

Synthesis of Priority (fokus/sasaran), level 2 (faktor/kriteria), dan level 5


Setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari (alternatif) harus selalu ada. Tiap tingkatan dan hieraki
eigen vector untuk mendapatkan local priority, karena keputusan mempengaruhi faktor puncak atau tujuan utama
matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, dengan intensitas yang berbeda. Melalui penerapan teori
maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan matematika pada hierarki dapat dikembangkan suatu
sintesa di antara local priority. Prosedur melakukan sintesa metode yang mengevaluasikan dampak dari suatu tingkat
berbeda menurut bentuk hierarki. Pengurutan elemen- keputusan terdekat diatasnya, berdasarkan komposisi
elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa kontribusi relatif (prioritas) dan tiap elemen pada tingkat
dinamakan priority setting. keputusan terhadap setiap elemen dan tingkat keputusan
Logical Consistency terdekat. Untuk melihat struktur organisasi 4 Level dapat
dilihat pada tabel 1
Logical consistency akan menyatakan ukuran tentang
konsisten tidaknya suatu penilaian atau pembobotan
perbandingan berpasangan. Pengujian ini diperlukan, karena
pada keadaan yang sebenarnya akan terjadi beberapa
penyimpangan dari hubungan tersebut sehingga matriks
tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini dapat terjadi
karena ketidak konsistenan dalam preferensi seseorang.
Hierarki adalah alat yang paling mudah untuk
memahami masalah yang kompleks di mana masalah
tersebut diuraikan ke dalam elemen-elemen yang
bersangkutan, menyusun elemen-elemen tersebut secara
hierarkis dan akhirnya melakukan penilaian atas elemen-
elemen tersebut sekaligus menentukan keputusan mana
yang akan diambil. Proses penyusunan elemen-elemen
secara hierarki terdiri dari pengelompokan pada elemen-
elemen dalam komponen yang sifatnya homogen dan
menyusun komponen-komponen tersebut dalam level
hierarki yang tepat. Hierarki merupakan sistem yang
Gambar 1. 5 Model Struktur AHP 4 Level
tingkatan-tingkatan keputusannya bertingkat dengan
Sumber: (Sweeney & Sterman, 2000)
beberapa elemen keputusan pada setiap tingkatan
keputusan. Hierarki dapat dibagi dua jenis (Permadi, 1992) Hal yang harus dilakukan dalam pengambilan keputusan
yaitu: adalah pada saat pengambilan data, di mana data ini
- Hierarki struktural, yang berfungsi menguraikan diharapkan dapat mendekati nilai yang sesungguhnya,
masalah yang kompleks diuraikan menjadi bagian- misalnya derajat kepentingan konsumen dapat dilakukan
bagiannya atau elemen-elemennya menurut ciri atau dengan pendekatan perbandingan berpasangan.
besaran tententu sepenti jumlah, bentuk, ukuran, atau Perbandingan yang dilakukan berpasangan sering digunakan
warna, dan untuk menentukan kepentingan relatif dari elemen-elemen
- Hierarki fungsional, menguraikan masalah yang dan kriteria-kriteria yang ada. Perbandingan berpasangan
kompleks menjadi bagian yang sesuai hubungan tersebut diulang untuk semua elemen dalam tiap tingkat.
esensialnya. Elemen dengan bobot paling tinggi adalah pilihan keputusan
yang layak dipertimbangkan untuk diambil. Dalam setiap
Penyusunan hierarki dilakukan aagar menggambarkan
kriteria dan alternatif, kita harus melakukan perbandingan
elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.
berpasangan (pairwise comparison), yaitu membandingkan
Abstraksi susunan hierarki keputusan dapat dilihat dibawah
setiap elemen dengan elemen yang lainnya pada setiap
ini: level 1: fokus/sasaran utama, level 2: faktor/kriteria,
tingkat hierarki secara berpasangan sehingga didapat nilai
level 3: sub-factor, level 4: obyektif, level 5: alternative.
tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat
Setiap hierarki tidak perlu selalu terdiri dari 5 level,
kualitatif.
banyaknya level tergantung pada permasalahan yang sedang
dihadapi. Tetapi untuk setiap permasahan, level 1
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

Agar mengkuantifikasi pendapat kualitatif maka


digunakan skala penilaian sehingga akan diperoleh nilai
pendapat dalam bentuk angka. Menurut Saaty (1990), untuk
berbagai permasalahan, skala 1 sampai 9 merupakan skala
yang terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu
berdasarkan akurasinya berdasarkan nilai Root Mean
Square (RMS) dan Median Absolute Deviation (MAD).
Nilai dan definisi pendapat kualitatif dalam skala
perbandingan Saaty ada pada Tabel di bawah ini :
Tabel 4. 1 Skala Penilaian Perbandingan
Intensitas Keterangan
Kepent ingan
Kedua elemen samapentingnya.
1
Elemen yang satu sedikit lebih
3 penting dari pada elemen yang
lainnya.
Elemen yang satu lebih Gambar 2. Bagan Alir Metode AHP Menggunakan Expert
5 penting dari pada elemen yang Choice
lainnya.
Satu elemen jelas lebih mutlak Tahapan dseain penelitian
7 penting dari pada elemen yang Identifikasi variable dari pakar
lainnya.
Agar mendapatkan subfaktor – subfaktor yang sangat
Satu elemen mutlak penting
9 berpengaruh, tahapan terlebih dahulu yang dibuat adalah
dari pada elemen yang lainnya.
menentukan main faktor, main faktor yang ditentukan
Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan yang berdekatan berdasarkan kebutuhan serta tujuan penulisan. Setelah
2,4,6,8 menentukan main faktor, maka akan dilakukan atau
Sumber : (Nurani et al. 2017).
ditentukan sub factor yang mendukung penelitian ini.
Terdapat 2 variabel yang digunakan dalam mengetahui
Penyusunan instrument penelitian
faktor – faktor yang mempengaruhi pekerjaan pondasi
Pengolahan data menggunakan metode Analytic Hierarchy
bored pile, secant pile dan pile cap pada proyek basement 5
Process (AHP) menggunakan skala kepentingan dengan
lapis yaitu variable pekerjaan ulang dan keterlambatan [9] .
skala 1-5. Kuesioner yang disebarkan tersebut dibuat
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diartikan bahwa
sedemikian disimulasikan sedemikian rupa dengan skala 1
penelitian ini merupakan peneliatan yang mengetahui faktor
adalah pilihan jawaban yang paling diharapkan (unexpected
faktor terjadi pekerjaan ulang dan keterlambatan pada
answer) sedangkan skala 5 merupakan pilihan jawaban yang
pekerjaan bored pile, secant pile dan pile cap basement 5
paling diharpakan (expected answer). Pada tabel 4.2
lapis. Berikut merupakan flowchart metode AHP dengan
menjelaskan skala dan kriterian jawaban dalam penyebaran
menggunakan expert choice
kuisoner
Tabel 4. 2 Skala dan Kriteria Jawaban
Skala Kriteria Jawaban
1 Sangat tidak berpengaruh (STP)
2 Tidak berpengaruh (TP)
3 Cukup berpengaruh (CP)
4 Berpengaruh (P)
5 Sangat Berpengaruh (SP)
Sumber : [10]

5
6 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

Kuisioner yang akan disebarkan dan akan diisi oleh responden penelitin yang mewakili pihak pihak yang
responden telah disusun secara lengkap dengan rekapitulasi berkaitan dengan memeiliki tanggung jawab serta job desk
data responden yang jelas. yang berbeda di suatu proyek bored pile, pile cap dan secant
pile pada proyek bagunan bertingkat tinggi.
Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan
Gambaran untuk responden
menggunakan bantuan software Expert Choice versi 11.
Target responden yang dihasilkan untuk mengisi kuesioner Data hasil penelitian dimasukan kedalam software expert
yang berjumlah 21 responden. Ada 2 target responden yang choice dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan,
dituju pada penelitian ini yaitu: lalu program dijalankan dan dapat dilihat nilai rasio
- Owner atau pemilik proyek, sebagai peran yang memiliki inkonsistensinya. Jika nilai rasio inkonsistensi di atas
wewenang dalam mengambil keputusan berkaitan dengan 10%/0,10 maka harus dilakukan pengambilan data ulang.
proyek miliknya. Hasil perbandingan dalam expert choice ini akan berupa
- Supervisor, Site Engineering, Project Manager, dan nilai bobot untuk tiap-tiap kriteria dan sub kriteria yang
Manajemen Konstruksi, sebagai peran yang berkontribusi dibandingkan. Dari kriteria tersebut dilakukan dekomposisi
dalam persiapan, metode dan pelaksanaan kerja terkait masalah serta dilakukan tahapan-tahapan AHP (Analytic
dengan penjadwalan, sumber daya dan teknis pelaksanaan Hierarchy Proses) untuk mendapatkan factor – factor yang
dilapangan. mempengaruhi pekerjaan ulang. Metode pembobotan
Informasi umum para pakar dengan AHP (Analytic Hierarchy Proses) pada penelitian
dilakukan dengan memanfaatkan software expert choice 11.
Sebelum dilakukan pengisian kuisioner kepada
responden, setelah hal tersebut dilakukan maka validasi Setelah masing-masing main faktor/kriteria, sub
variable harus dilakukan oleh para ahli terlebih dahulu faktor/kriteria telah didapatkan kemudian langkah
sehingga kuisioner tersebut dapat dimengerti oleh respnden selanjutnya adalah dilakukan sintesis untuk mendapatkan
serta data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian bobot secara keseluruhan dari kriteria yang ada.
yang diinginkan, penulis mengajukan terdapat 5 (lima) Sebelumnya bobot/prioritas lokal (local priority) harus
orang yang terdiri dari pakar yang mempenunyai komptensi dicari nilai globalnya (global priority) terlebih dahulu.
pada penelitian yang dilakukan ini. 3. Hasil dan Pembahasan
Survey Kuesioner 1. Main Faktor
Berdasarkan jurnal “What Is The Appropriate Sample Agar mendapatkan subfaktor – subfaktor yang sangat
Size To Run Analytic Hierarchy Process In A Survey-Based berperngaruh, tahapan terlebih dahulu yang dibuat adalah
Research?” yang dilaksanakan pada International menentukan main faktor, main faktor yang ditentukan
Symposium on the Analytic Hierarchy Process. Hasil berdasarkan kebutuhan serta tujuan penulisan.
simulasi menunjukkan bahwa ukuran sampel yang Tabel 4. 1 Skala dan Kriteria Jawaban
dibutuhkan sesuai dengan bobot kriteria dalam Analytic No Main Faktor
Hierarchy Process yang diharapkan sebanyak 19 sampai 1 Pekerjaan ulang
dengan 400 responden. Atas dasar itulah penelitian ini 2 Keterlambatan Proyek
menggunakan responden sebanyak 21 responden. Sumber: Hasil Analisis

Pengumpulan data kuesioner dilakukan dengan cara Dari 2 main faktor dibagi menjadi 20 sub faktor terdiri
mendistribusikan kuesioner (angket) kepada stakeholder dari 13 sub faktor pekerjaan ulang dan 7 sub faktor dari
yang terlibat langsung pada perencanaan dan pelaksanaan keterlambatan proyek. Berikut adalah daftar sub faktor yang
proyek bored pile, pile cap serta secant pile bangunan digunakan dalam menganalisa hubungan variable yang
hunian bertingkat tinggi dengan basement 5 lapis mempengaruhi pekerjaan ulang pada pekerjaan pondasi
Pengolahan Data bored pile, pile cap dan secant pile basement 5 lapis.

Tediri dari responden yang berasal dari berbagai posisi


dan profesi pada sautu proyek, Konsultan Perencana, Tabel 4.4 Faktor – Faktor Mempengaruhi terjadinya
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Pihak pemberi tugas pekerjaan ulang dan keterlambatan
(Client). Purpose sampling dipilih sebagai metode
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

Main Faktor Sub Faktor Kode Tahap Choice


Pekerjaan ulang Pengetahuan desain Y1_1 Pada tahap ini dilakukan melakukan perbandingan dari
Pekerjaan ulang Informasi kontrak Y1_2 setiap objective dan sub yang ada dengan menggunakan
Pekerjaan ulang Jumlah pekerja kurang Y1_3 software expert choice, tahap pertama deilakukan dengan
Pekerjaan ulang Teknologi tidak efektif Y1_4 mengetahui penilaian secara komparatif berpasangan, setiap
Pekerjaan ulang Manajemen tidak baik Y1_5 obyektif dan sub obyektif yang ditentukan dengan
Pekerjaan ulang Sistem investigasi proyek Y1_6 mengadakan pembandingan sepasang – sepasang . Yang
Pekerjaan ulang Komunikasi proyek Y1_7 dimaksud dari kondisi tersebut adalah elemen elemen
Pekerjaan ulang Prosedur konstruksi Y1_8 dibandingkan berpasangan terhadap suatu kriteria yang
Pekerjaan ulang Bahan dan peralatan Y1_9 telah ditentukan yang diimplementasikan menggunakan
Pekerjaan ulang Waktu Y1_10 expert choice.
Pekerjaan ulang Sosial dan budaya Y1_11 Berikut merupakan hasil perbandingan yang diperoleh.
Pekerjaan ulang Keadaan alam Y1_12
Keterlambatan Kekurangan bahan Y2_1
Keterlambatan Perencanaan Y2_2
Keterlambatan Keuangan Y2_3
Keterlambatan Karakteristik tempat Y2_4
Keterlambatan Sistem Inspeksi Y2_5

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 4. 5 Persentase tingkat pendidikan responden


No Pendidikan Persentase (%)
1 Strata 1 63
2 Strata 2 27
Sumber: Hasil Analisis

Tabel 4. 6 Persentase tingkat umur responden


No Rentang umur (Tahun) Persentase (%)
1 20 - 30 27
2 30 - 40 37
3 40 - 50 27
4 50 – 60 9

Sumber: Hasil Analisis

Tabel 4. 7 Persentase jabatan responden


No Rentang umur (Tahun) Persentase (%)
1 Project Manager 18
2 Manager 23
3 Engineer 27
4 Supervisor 32

Sumber: Hasil Analisis Gambar 3. Contoh hasil perbandingan aplikasi expert


choice
Penyebaran dan pengisisn kuesioner ini dilaksanakan
melalui secara langsung yang dilakukan dilakukan selama
10 (sepuluh) hari, kemudian kuisioner tersebut telah
dikembalikan sejak tanggal 21 bulan Oktober 2020 sampai
dengan tanggal 31 bulan Oktober 2020.

7
8 Nama penulis1 dkk, Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun (halaman)

Gambar 4. Contoh hasil perbandingan aplikasi expert


choice

Gambar 7. Hasil Performance Setelah di Kombinasi

Gambar 5. Matrix Perbandingan Berpasangan Pekerjaan


ulang Menggunakan Expert Choice)

Gambar 8. Hasil Faktor – Faktor Mempengaruhi


Terjadinya Pekerjaan ulang dan Keterlambatan

4. Simpulan
Analisis hubungan variable yang mempengaruhi
Gambar 6. Matrix Perbandingan Berpasangan Schedule pekerjaan ulang pada pekerjaan pondasi bored pile, pile cap
Menggunakan Expert Choice) basement 5 lapis terdiri dari 17 Faktor, dengan faktor paling
dominan adalah pengetahun desain tim lapangan sebesar
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil
Volume xx, Nomor x, Bulan Tahun

Journal homepage: http://iptek.its.ac.id/index.php/jats

12.20 % dan faktor yang tidak dominan adalah sistem ( Studi Kasus Jalan Raya Demak – Godong ),”
inspeksi sebesar 1.60 % . Univ. Stuttgart, vol. 1, no. 1, p. 71, 2008.

Daftar Pustaka
[1] R. W. M. Wong, “The construction of deep and
complex basements under extremely difficult urban
environment—3 representing projects in Hong
Kong,” Adv. Build. Technol., vol. 1, pp. 713–721,
2002, doi: 10.1016/b978-008044100-9/50090-5.
[2] P. E. D. Love, D. J. Edwards, and J. Smith,
“Rework Causation: Emergent Theoretical Insights
and Implications for Research,” J. Constr. Eng.
Manag., vol. 142, no. 6, p. 04016010, 2016, doi:
10.1061/(asce)co.1943-7862.0001114.
[3] A. B. Surya, I. P. A. Wiguna, and E. Suryani,
“Pengembangan Model Penyebab Rework Pada
Pekerjaan Konstruksi Infrastruktur Jalan Dengan
Pendekatan Sistem Dinamik,” J. Apl. Tek. Sipil, vol.
15, no. 2, p. 45, 2017, doi: 10.12962/j2579-
891x.v15i2.2471.
[4] S. Saliman, “Mengenal DEcision Support System
(DSS),” Efisiensi - Kaji. Ilmu Adm., vol. 10, no. 1,
2015, doi: 10.21831/efisiensi.v10i1.3971.
[5] N. Rohman and S. Rahman, “Sistem Pendukung
Keputusan Pemberian Pinjaman Modal Usaha Di
Kjks Bmt Barrah Kota Tasikmalaya,” J. Comput.
Bisnis, vol. 5, no. 2, pp. 66–73, 2011, [Online].
Available:
http://jurnal.stmik-mi.ac.id/index.php/jcb/article/vie
w/68.
[6] R. Nazli and E. Erlinda, “Pemodelan Aplikasi
Pendukung Keputusan Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (Mpasi) Berbasis Android,” J. Teknol.
Dan Open Source, vol. 3, no. 2, pp. 272–283, 2020,
doi: 10.36378/jtos.v3i2.900.
[7] P. D. Sugiyono, “Sistem Informasi Penentuan Siswa
Berprestasi Dengan Metode Simple Additive
Weighting (Saw),” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no.
9, pp. 1689–1699, 2016.
[8] F. Jalaei and A. Jrade, “Construction Research
Congress 2014 ©ASCE 2014 140,” Constr. Res.
Congr. 2014, no. 2008, pp. 140–149, 2014.
[9] A. I. Nurani, A. T. Pramudyaningrum, S. R.
Fadhila, S. Sangadji, and W. Hartono, “Analytical
Hierarchy Process (AHP), Fuzzy AHP, and TOPSIS
for Determining Bridge Maintenance Priority Scale
in Banjarsari, Surakarta,” Int. J. Sci. Appl. Sci.
Conf. Ser., vol. 2, no. 1, p. 60, 2017, doi:
10.20961/ijsascs.v2i1.16680.
[10] A. Apriyanto and P. P. Sarjana, “ASPAL DENGAN
METODE ANALITYC HIERARCHY PROCESS
( AHP ) ( Studi Kasus Jalan Raya Demak –
Godong ) TESIS ASPAL DENGAN METODE
ANALITYC HIERARCHY PROCESS ( AHP )

Anda mungkin juga menyukai