29
b. Setelah Penjernihan
Setelah dilakukan penjernihan pada sampel didapatkan hasil Analisa
Penjernihan minyak jelantah berdasarkan variabel konsentrasi karbon 2M, 2,5M
dan 3M. Dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 4.3 Data hasil Analisa setelah penjernihan
Sampel
700 °C 800°C
Parameter SNI 2M 2,5 M 3M 2M 2,5 M 3M
Agak Agak Agak Agak Agak Agak
Aroma Normal
tengik tengik tengik tengik tengik tengik
Kuning
Warna bening
Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning
Kadar air Maks.
0.089 0.093 0.091 0.081 0.085 0.087
(%) 0,15
Maks.
FFA (%) 0.27 0.26 0.26 0.27 0.26 0.25
0.3
Bilangan
196 –
Penyabun 203,09 196,38 196.38 161.31 182,35 199,19
209
(mg/gr)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analasis Karbon Aktif Kayu Mahoni berdasarkan Karakteristik Kadar Air,
Kadar Abu, Kadar Zat Volatil
Bahan yang digunakan pada penelitian ini merupakan kayu mahoni yang
berasal dari sisa sisa produksi dari industri mebel yang tidak lagi digunakan. Mula
mula Kayu mahoni dipotong menjadi bagian bagian kecil kemudian dibersihkan
dengan cara dicuci menggunakan air bersih untuk menghindari kontak senyawa
zat tertentu pada bahan dan sekaligus menghilangkan duri halus yang terdapat
pada kayu mahoni. Setelah bersih kayu mahoni dikeringkan dengan cara dijemur
dibawah sinar matahari.
Setelah itu, dilakukan proses dehidrasi dimana kandungan air didalam
bahan baku akan dihilangkan dengan cara pengeringan didalam oven dengan suhu
100°C selama 1 jam, pada tahap ini terjadi dekomposisi karbon dan terbentuk
hasil seperti tar, methanol, fenol, dan lain lain. Bahan baku yang telah didehidrasi
akan dikarbonisasi dengan cara dibakar didalam furnice dengan suhu 700°C dan
800°C selama 30 menit. Proses karbonisasi adalah proses dimana unsur oksigen
dan hidrogen dihilangkan dari karbon dan menghasilkan kerangka karbon dengan
30
kemurnian yang tinggi (Popy Previanti, 2015). Kemudian karbon yang telah
dihasilkan akan dihancurkan/dihaluskan dengan cara digrinding dan diayak
menggunakan 75 mesh.
Kemudian karbon diaktivasi dengan larutan KOH dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu 2 M, 2,5 M, 3 M dengan waktu adsorpsi 24 jam sampai pH netral
lalu. Perubahan konsentrasi ini dimaksudkan untuk mengetahui daya serap karbon
aktif yang paling baik. Setelah melewati tahap-tahap tersebut dilanjutkan dengan
analisa karakteristik mutu karbon aktif yang meliputi kadar air, kadar abu, dan
penentuan kadar zat volatil.
1. Analisa Kadar Air
Pengujian kadar air merupakan salah satu parameter untuk mengetahui
kualitas pada karbon aktif. Pengujian kadar air ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan air yang ada pada karbon aktif, agar sesuai dengan kualitas standar
karbon aktif, yakni maksimal 15% (SNI) 06-3730-1995. Kadar air tertinggi
dimiliki sampel dengan suhu karbonisasi 700ºC dan konsentrasi aktivator 2M
yakni sebesar 8,46% sedangkan kadar air terendah pada suhu karbonisasi 800ºC
dan konsentrasi aktivator 3M 5,88%. Maka hasil analisa kadar air pada penelitian
ini telah memenuhi (SNI) 06-3730-1995, yakni kurang dari 15%. Kadar air pada
karbon aktif merupakan persentase kandungan air karbon aktif yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah atau berat kering (meilianti, 2017). Kadar air
berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%. Besarnya rasio
pengeringan dapat dihitung dengan berat bahan sebelum pengeringan per berat
setelah pengeringan (Winarno, 1991). Pengaruh Konsentrasi Aktivator KOH
Terhadap Kadar Air dapat dilihat pada Gambar 4.1.