Anda di halaman 1dari 15

SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

(AAS) SEBAGAI DETEKTOR PADA


KROMATOFRAFI CAIR KINERJA TINGGI
UNTUK SPESIASI ARSENIK

EKO SUGIARTO
JURUSAN KIMIA FMIPA UGM

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
Latar Belakang
a. Sejak ditemukan pertama kali oleh albertus magnus pada tahun 1250,
arsenik telah dikenal bersifat toksik, mmenurut sargius (1977) serta
Morisson (1989) kehadiran arsenik dialam dapat terjadi secara natural
maupun karena aktivitas manusia. Diperairan arsenik beruah menjadi
berbagai macam spesies karena adanya katalis biologis maupun
karena terjadinya proses metilasi. Terjadinya berbagai spesies tersebut
akan menyebabkan perbedaan sifat fisika dan kimia misalnya
perbedaan kelarutan, kehadirannya sebagai ion terlarut dan sebagai
senyawa kompleks. Menurut Buffle (1981) dan Wood (1982), siklus
arsenik dialam terdapat empat spesies utama yang terdapat diperairan
adalah arsenat (arsen V), dan arsenit (Arsen III) yang terutama
terdapat pada lingkungan perairan yang kekurangan oksigen, serta
monometil Arsenat (MMA) dan dimetil arsonat (DMA) yang terjadi
pada daerah yang dipengaruhi fotosintesis oleh panas matahari. MMA
dan DMA dapat juga terjadi dari perubahan arsen (III) dan Arsen (V)
oleh pengaruh bakteri yang ada dalam sedimen maupun diperairan
terutama oleh bakteri Metilkobalamin yang dapat mengubah arsen
anorganik menjadi arsen organik (Braman 1973). Menurut Penrose
dalam Van Eltern (1991)
b. Karbon aktif
Karbon aktif merupakan adsorben terbaik dalam sistem adsorpsi. Ini
karena karbon aktif memiliki luas permukaan yang besar dan daya adsorpsi
yang tinggi sehingga pemanfaataanya dapat optimal. Arang aktif juga dipakai
dalam pemurnian gas dan udara, safety mask dan respirator, adsorbent
foams, penyerap rasa, warna dan kotoran yang bau dari air, serta penghilang
senyawa-senyawa organik dalam air, juga dapat digunakan dalam beberapa
filter sigaret.

Persyaratan karbon aktif berdasarkan SNI 06-3730-1995

Jenis Persyratan Parameter


Kadar Air Maksimum 15 %
Kadar Abu Maksimum 10 %
Kadar Zat Menguap Maksimum 25 %
Kadar Karbon Terikat Minimum 65 %
Daya Serap Terhadap Yodium Minimum 750 mg/g
Daya Serap Terhadap Benzena Minimum 25 %
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh suhu pirolisis serta aktivasi secara kimia terhadap
kualitas fisik dan kimia karbon aktif yang dihasilkan ?
2. Pada suhu pirolisis berapakah yang akan menghasilkan karbon aktif kualitas
terbaik pada pembuatan karbon aktif berbahan kulit batang sagu ?

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu pirolisis serta
aktivasi secara kimia dengan asam posfat terhadap kualitas karbon aktif dan
menentukan suhu pirolisis pada pembuatan karbon aktif dari kulit batang sagu
sesuai dengan standar SNI.6-3730-1995.

Manfaat
Dapat meningkatkan nilai ekonomis kulit batang sagu dengan cara mengolah
limbah kulit batang sagu menjadi karbon aktif yang memenuhi syarat mutu
karbon aktif dan Memberikan informasi yang relevan bagi masyarakat tentang
pemanfaatan kulit batang sagu sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif.
Menurut Lestari D.K. Dkk (2017) mengemukakan bahwa waktu dan suhu pirolisis
berpengaruh pada kualitas karbon aktif tempurung kelapa. Hasil pirolisis terbaik
didapatkan pada waktu 5 jam dan suhu 325oC, yaitu daya serap iodine 477,83
mg/g, kadar air 2,04%, kadar zat mudah menguap 54,08%, kadar abu 0%,
kadar karbon terikat 45,92%. Hasil uji kualitas karbon aktif tempurung
kelapa yaitu daya serap terhadap larutan iodin, kadar air, dan kadar abu
memenuhi SII No.0258-79.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Dator, 2017), Pengaruh suhu
pirolisis pada proses karbonasi terhadap Kualitas Karbon Aktif dari Tanah Gambut
diperoleh hasil analisa terbaik pada suhu 700 oC, dengaan karakteristik kadar air
3,91 %, kadar abu 8,82 %, volatile matter 17,95 % dan daya serap I22780,4 mg/g
sudah memenuhi standar arang aktif menurut SNI 1995 dengan karakteristik kadar
air 15 %, kadar abu 10 %, volatile matter 25 %, dan daya serap I2750 mg/g
Kerangka Pikir

Kulit batang sagu merupakan produk samping dari pengolahan sagu yang
banyak mengandung senyawa selulosa, lignin, zat ekstraktif dan abu yang dapat
dibuat sebagai bahan aktif karbon. Untuk mendapatkan kualitas karbon aktif
dari kulit batang sagu dapat dilakukan dengan cara pirolisis pada suhu tinggi
yakni 3000C - 7000C. Selanjutnya dilakukan proses aktivasi secara kimia dengan
menggunakan aktivator asam posfat untuk mendapatkan kualitas karbon aktif
yang memenuhi standar baku mutu SNI No. 06.3730.1995

Kulit batang sagu

Pirolisis Aktivasi

Karbon aktif

Uji kualitas & Analisis data


METODE PENELITIAN

Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2019 di Laboratorium Kimia
Dasar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Ujung Pandang

Alat Dan Bahan


Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tungku baja yang
dilengkapi dengan pemanas listrik dan termokopel, tanur, oven, cawan
porselin, penyaring serbuk, wadah plastik, timbangan, cawan porselin,
cawan petridiks, desikator, buret, erlenmeyer, batang pengaduk, gelas kimia
dan pipet tetes.

Bahan yang akan digunakan ialah limbah kulit batang sagu yang berasal dari
sisa hasil pengolahan pati, diperoleh dari masyarakat Desa Salutubu,
Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, bahan
kimia yang digunakan yaitu larutan aquadest, asam posfat 10%, iodium 0,1
N, natrium tio sulfat 0,1 N.
Prosedur Kerja

Kulit batang Sagu yang telah dipotong-potong dihaluskan dengan


alat crusher kemudian menimbang 500 gram dan dimasukkan
kedalam tungku baja dan di karbonasi pada suhu 400o C, 500o C, 600o
C, 700o C selama 3 jam. Setelah proses karbonasi selesai arang yang
diperoleh didinginkan pada suhu kamar. Arang hasil karbonasi
dihaluskan dan diayak sampai diperoleh arang yang berukuran 100
mesh kemudian menimbang 20 gram arang dan dimasukkan kedalam
gelas kimia lalu direndam dengan Asam posfat 10 % dengan
perbandingan 1 : 10 (arang : Asam Posfat) selama 24 jam kemudian
arang dipisahkan dari zat activator dengan cara menyaring dan dicuci
dengan aquadest sampai bebas asam dan dikeringkan didalam oven
pada suhu 105 ± 5oC lalu didinginkan dan di lakukan uji kualitas
karbon aktif.
Teknik Analisis Data

Perhitungan Kadar Air Perhitungan Kadar Abu

Perhitungan Volatile Matter


Perhitungan Daya Serap Iod
VM = % loss - % M ad

Perhitungan Fixed Carbon

FC (%) = 100 % - (% M + % abu + % VM)


Hasil dan Pembahasan

Hasil analisis karbon aktif hasil pirolisis dengan aktivator H 3PO4 10 % dari kulit
batang sagu berdasarkan data perhitungan

Suhu Kadar Kadar Volatile Fixed Daya


Rendemen
No Pirolisis Air Abu Matter Carbon Serap I2
(%)
(oC) (%) (%) (%) (%) (mg/g)

1 400 oC 49 2.41 5.07 26.29 68.64 434.05


2 500 oC 45.6 2.86 6.01 23.13 70.86 551.52
3 600 oC 40.4 3.28 6.92 16.20 76.88 718.44

4 700 oC 37 4.24 7.58 11.92 80.51 825.32


Kadar Air (%)

8
4.5
4 7

3.5 6

Kadar Abu (%)


3 5
2.5 4
2
3
1.5
2
1
1
D a y a S e r a p T e r h a d a p I o d in (m g /g )

0.5
0
0
400 500 600 700 400 500 600 700

Suhu Pirolisis Suhu Pirolisi (0C)

78
76
74

Fixed Carbon (%)


72
70
900 68
800
700
66
600 64
500
400 62
300
200
60
100
400 500 600 700
0
400 500 600 700
Suhu Pirolisis (0C)
Suhu Pirolisis (0C)
30

25
Volatile Matter (%)

20

15

10

0
400 500 600 700

Suhu Pirolisis (0C)

Volatile matter
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kadar volatile matter
berkisar antara 11.92% - 26.29%. pada gambar 4.3. dapat dilihat
bahwa semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar volatille matter
semakin menurun. Hal ini disebabkan banyaknya zat yang menguap
keluar dari karbon aktif karena adanya pemanasan dengan suhu
tinggi .
Kadar Air
Semakin tinggi suhu pirolisis maka kadar air semakin tinggi disamping itu juga penggunaan
Asam Posfat sebagai zat activator memilki kemampuan dalam menyerap air akibat dari
tereduksinya asam posfat menjadi senyawa fosfat anhidrida yang bersifat memiliki
kemampuan dalam menarik uap air . Peningkatan kadar air lebih tinggi disebabkan oleh sifat
higroskopis arang aktif yang dapat menarik kandungan air. Semakin higroskopis suatu bahan
maka kemampuan bahan untuk menarik kandungan air, udara akan semakin tinggi
Kadar Abu
Semakin tinggi suhu pirolisis kadar abu semakin meningkat. Peningkatan ini disebabkan oleh
kenaikan suhu pirolisis yang memicu teroksidasinya sebagian zat volatile termasuk pula
karbon, sedangkan abu tidak terikut teroksida si karena bukan merupakan zat volatile .
Daya Serap Iodin
Semakin tinggi suhu pirolisis, maka semakin banyak pori arang aktif yang terbuka sehingga
molekul iod masuk ke dalam rongga karbon aktif. Semakin besar angka iod maka semakin
besar kemampuannya dalam mengadsorpsi. Daya serap terhadap iod semakin besar dengan
kenaikan suhu, ini berarti bahwa kualitas karbon aktif akan semakin baik dalam penjerapan
Fixed Carbon
Semakin naiknya suhu pirolisis akan menyebabkan senyawa – senyawa penyusun berupa air,
selulosa, hemiseluloa, dan lignin dari kulit batang sagu mengalami dekomposisi karena suhu
yang tinggi sehingga yang tersisa adalah carbon. Tinggih dan rendahnya kadar karbon terikat
dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan zat volatille matter pada arang aktif. Kadar karbon
terikat juga dipengaruhi oleh kandungan selulosa dan lignin yang terkonversi menjadiatom
karbon
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa suhu pirolisis berpengaruh terhadap kualitas karbon aktif kulit
batang sagu dan suhu pirolisis terbaik pada pembuatan karbon aktif
adalah 7000C dimana daya serap Iodine 825.32 mg/g, kadar air 4.24%,
kadar Abu 7.58%, kadar Volatile matter 11.92 %, fixed carbon 80.51%.

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pirolisis pembuatan karbon


aktif kulit batang sagu pada suhu pirolisis yang lebih tinggi dan
menggunakan aktivator asam lainnya dengan variasi lama aktivasi dan
konsentrasi aktivator yang digunakan
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai