Anda di halaman 1dari 3

PENGARUH TEMPERATUREE DAN FLOW RATE PADA

CARBON ACTIVTY HASIL CARBON REGENERATION


MENGGUNAKAN KILN PT AGINCOURT MARTABE
Marcel Jordy M.G1, Mansyur Abdul Shaleh 2.
1
Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknologi Mineral,
UPN Veteran Yogyakarta, Kampus 2 UPN Babarsari 55281, Indonesia

Abstrak. Setelah proses CIL kinerja dari karbon aktif akan menurun. Regenerasi perlu dilakukan dengan menggunakan aktivasi
termal dalam rotary kiln. Dengan suhu yang tinggi berkisar 750ºC untuk menghilangkan bahan bahan organik serta membuka
kembali pori pori pada carbon. Pengujian ini dilakukan untuk mencari flow rate dan temperature yang paling efektif sehingga
didapatkan %relative activity tinggi ketika regenerated carbon digunakan kembali pada proses CIL. Pengujian dilakukan dengan
perbandingan temperature dan juga flow rate. Sampel pada perbadingan temperature 775, 800 dan 825ºC diatur pada flow rate 760
serta pada perbandingan flow rate 760, 850, dan 950 diatur pada temperature 750ºC. Setelah itu dilakukan uji berupa adsorpsi Ag
sebanyak 10 ppm dan sampel carbon sebanyak 1 gram. Hasil pengujian menunjukan pada sampel dengan suhu lebih tinggi
memiliki persen relative activity lebih tinggi seperti pada sampel 825ºC memiliki persen relative activity 91% Pada sampel dengan
flow rate lebih rendah memiliki persen recovery lebih tinggi seperti pada sampel 760 dan 850 memiliki persen relative activity
83% dan 84%.
Keyword :Temperature, Flow rate, Carbon, Relative Activity

1. Pendahuluan pori karbon aktif dipengaruhi oleh proses aktivasi yang


dilakukan.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
cadangan emas di dunia. Dari hasil eksplorasi bahwa 2. Metode Penelitian
penambangan emas terdapat di daerah Nangroe Aceh
Darussalam (Meulaboh), Riau (Logos), Bengkulu Metode yang digunakan adalah dengan penujian
(Rejang Lebong), Sulawesi Utara (Bolaang langsung. Instruksi kerja prosedur pengujian
Mongondow, Minahasa), Kalimantan Barat (Sambas), laboratorium ditunjukkan di bawah ini. Pengujian
Jawa Barat (Cikotok, Pongkor), dan Freeport (Timika, dilakukan dengan adsorpsi Ag pada tiap sampel karbon
Papua). Daerah- daerah lain yang memiliki cadangan sebanyak dua kali.
emas paling banyak, ada di Sumbawa, Pongkor Jawa Pengujian diawali dengan pengambilan sampel
Barat, Batangtoru Tapanuli Selatan, dan Halmehera. carbon hasil regenerasi dengan mengubah temperature
Sumber lain mengatakan bahwa di Sumbawa tempat pada kiln menjadi 775, 800 dan 825ºC dengan
Newmont Nusa Tenggara beroperasi. Potensi emas di menggunakan flow rate 950. Setelah menunggu selama
Indonesia memang hanya dalam bentuk bijih. satu jam setelah proses mengubah temperature pada
Teknologi carbon in laech (CIL) dengan sistem kiln, diambil 3 sampel pada tiap pengaturan suhu
pelindian menggunakan sianida (sianidasi) saat ini dengan menggunakan saringan. Selanjutnya sampel
menjadi teknologi baku dalam pengolahan bijih emas akan dilakukan pengujian dengan adsorpsi Ag sebanyak
seperti yang digunakan PT Agincourt Martabe. Pada 10 ppm pada 1 gram cabon. Lalu dilakukan
proses CIL digunakan carbon aktif sebagai sistem pengambilan data recovery pada waktu 30, 60, 90, 120,
penyerapan (adsorpsi) dalam ekstraksi emas dan perak. 150 dan 180 menit. Mengulangi pengujian pada sampel
Karbon aktif pada proses CIL di atas, unsur utamanya dengan pengaturan temperature 750ºC dan flow rate
dibentuk oleh carbon (C), sehingga bahan bakunya bisa 760, 850 dan 950.
dari batubara, temprung kelapa, serbuk gergaji, kulit
kacang dan lain-lain.
Kemampu-serapan dari karbon aktif yang berfungsi
sebagai adsorbate, sangat dipengaruhi oleh
terbentuknya pori - pori dari arang padat setelah melalui
proses karbonisasi dan aktifasi (Mc. Daugall, G.J.,
1991).
Carbon yang telah digunakan dalam proses CIL akan
dilakukan regenerasi atau disebut aktivasi kembali
menggunakan rotary kiln. Aktivasi bertujuan untuk
meningkatkan struktur pori, memperluas permukaan
karbon aktif (Manocha et al, 2015), dan meningkatkan
kapaitas adsorpsi karbon aktif serta menghilangkan
pengotor- pengotor organik yang menempel pada Gambar 2.1 Proses Pengambilan Sampel Carbon
carbon sehingga mengurangi daya serap dari carbon
(Ngapa, 2017). Besarnya luas permukaan dan volume
4. Hasil & Pembahasan
2. Recovery carbon dengan sampel carbon flow rate
Berdasarkan data yang didapatkan setelah proses 760, 850 dan 950 pada temperature 750ºC
penujian didapatkan:
Tabel 4. 3 Hasil Adsorbsi Ag pada Carbon Hasil Variasi
Flow rate
1. Recovery carbon dengan sampel carbon temperature
775, 800 dan 825ºC pada flow rate 950 Minutes

Tabel 4. 1 Hasil Adsorbsi Ag pada Carbon Hasil Variasi AR2305107 0 30 60 90 120 150 180
Temperature
Ag (ppm)
Minutes Fresh
10,1 4,7 2,6 2,0 1,5 1,0 0,5
Carbon-1
AR2305108 0 30 60 90 120 150 180
KILN01
10,1 6,0 4,2 3,2 2,6 2,1 1,7
Ag (ppm) T750 R760
Fresh KILN01
10,1 4,7 2,6 2,0 1,5 1,0 0,5 10,1 5,7 4,1 3,2 2,6 2,1 1,9
Carbon T750 R850
KILN01 KILN01
10,1 5,3 3,9 3,0 2,4 2,0 1,5 10,09 6,14 4,38 3,44 2,86 2,39 2,11
T775 R950 T750 R950
KILN01 Barren
10,1 5,5 3,9 3,0 2,4 2,0 1,6
T800 R950 Carbon 10,04 4,32 3,25 2,94 2,44 1,94 1,44
KILN01 #11016
10,1 5,1 3,6 2,9 2,3 1,8 1,3
T825 R950
Barren Tabel 4. 4 Relative Activity Carbon Variasi Temperature
Carbon 10,0 4,3 3,3 2,9 2,4 1,9 1,4
#11016
Relative
Tabel 4. 2 Relative Activity Carbon Variasi Temperature AR2305107
Activty

Relative Fresh Carbon-1 100%


AR2305108
Activty KILN01 T750 R760 83%
KILN01 T750 R850 84%
Fresh Carbon 100% KILN01 T750 R950 81%
KILN01 T775 R950 88% Barren Carbon #11016 92%
KILN01 T800 R950 87%
KILN01 T825 R950 91%
Barren Carbon #11016 92%

Relative Activty Carbon


Relative Activty Carbon
Relative Activty

100%
% Relative Activty

92%
83% 84% 81%
100% 92%
88% 87% 91%

Fresh KILN01 KILN01 KILN01 Barren


Fresh KILN01 KILN01 KILN01 Barren
Carbon-1 T750 T750 T750 Carbon
Carbon T775 T800 T825 Carbon
R760 R850 R950 #11016
R950 R950 R950 #11016

Gambar 4. 1 Grafik Relative Activty Carbon Variasi Gambar 4. 2 Grafik Relative Activty Carbon Variasi Flow
Temperature Rate

Hasil pengujian menunjukan pada sampel dengan Pada sampel dengan flow rate lebih rendah memiliki
suhu lebih tinggi memiliki persen relative activity lebih persen recovery lebih tinggi seperti pada sampel 760
tinggi seperti pada sampel 825ºC memiliki persen dan 850 memiliki persen relative activity 83% dan 84%
relative activity 91% lebih tinggi sekitar 2-3% dari lebih tinggi sekitar 2-3% dari sampel 950 yang memiliki
sampel 775 dan 800ºC yang memiliki persen relative persen relative activity 81%.
activity 88% dan 87%.
6. Kesimpulan
1. Pada carbon yang diregenerasi dengan suhu yang
lebih tinggi didapatkan persen relative activity yang
lebih tinggi dan pada carbon yang diregenerasi
dengan flow rate lebih rendah didapatkan persen
relative activtiy yang lebih tinggi.
2. Pada pengujian ini hasil pada suhu tertinggi yaitu
825ºC didapatkan 91%, dimana terdapat perbedaan
dengan suhu 800 dan 775ºC sekitar 2-3%.
3. Pada pengujian ini hasil pada flow rate rendah yaitu
760 dan 850 didapatkan 83% dan 84%, diamana
terdapat perbedaan dengan flow rate 950 sekitar 2-
3%.

Referensi
1. Dayton, S.H. (1987). Gold Processing Update. E&
Mj, V. 188. No. 6 (June) pp. 25-29
2. Manocha, S., Joshi, P., Brahmbhatt, A., & Banerjee,
A. (2015). Development of Activated Carbon using
One Step Carbonization and Activation Reaction by
Polymer Blend Method.
3. Mc. Dougall, G.J. (1991). The Phisical Nature and
Manufacture of Activated Carbon. J S. Afr. Inst.
Min. Metall, Vol. 91, No. 4 (April), pp. 109-12.
4. Ngapa, Y. D. (2017). Study of The Acid-Base Effect
on Zeolite Activation. 2(2), 90– 96.R
5. Sontheimer, J.E. (1985). Activated Carbon for
Water Treatment. Netherlands, Elsevier, pp. 51-105
6. Van Vliet, B.M. (1985). Comparative Efficacy of
extractive and thermal regeneration of activated
carbon. Proceeding of the 14th IWSA, International
Congress, Zurich.

Anda mungkin juga menyukai