1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan uji bakar ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh HHV batubara+ 10% Biomassa (Sawdust) terhadap efisiensi thermal.
2. Pengaruh terhadap slagging dan fouling.
3. Emisi Gas Buang.
4. Pengaruh Equipment Operasi Mill ketika dilakukan cofiring dalam 3 mill.
1/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
2. METODE PENGUJIAN
2.1. Prosedur Performance Test (2 jam)
[1] Untuk memperoleh plant heat rate, pengujian dilakukan pada beban yang
disesuaikan dengan menggunakan 50% batubara RH 2 LRC dan 10% Sawdust,
40% batubara RH 1 MRC.
[2] Waktu pengujian heat rate dilakukan selama 2 jam.
[3] Pengambilan data lokal dilakukan setiap 30 menit.
[4] Pengambilan data DCS dilakukan setiap 1 (satu) menit.
[5] Pengambilan sampel batubara dilakukan setiap 4 menit selama 2 jam.
[6] Pengambilan emisi gas buang(SO2) diambil dengan menggunakan CEMS.
2.2. Pelaksanaan
2.2.1. Tempat dan Waktu
Tempat : PLTU Paiton Unit 1
Hari/Tanggal : Rabu, 27 Juli 2023
Pukul : 08:00 – 16:00
2.2.2. Pelaksana
PT. PLN Nusantara Power UP Paiton
Rendal Operasi, Rendal Bahan Bakar dan Niaga, Lingkungan dan Laboratorium.
2/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
3/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
Tabel Kualitas Batubara Sample Inlet Feeder selama 2 jam pada beban 400 MW
Rencana Realisasi
SO2 Stack 1 SO2 Stack 1
Jam
01:00 550 493.49
02:00 550 529.51
03:00 550 596.37
04:00 550 220
05:00 550 754.37
06:00 550 737.76
07:00 550 3.46
08:00 550 736.6
09:00 550 747.34
10:00 550 373.84
11:00 550 769.52
12:00 550 770.8
13:00 550 18.73
Min 550 3.46
Max 550 770.8
Ave 550 519.37
Tabel Pengujian Emisi Gas Buang Periode 13 Jam
4/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
3.3.2 Pengujian emisi gas buang dilakukan selama 1x24 jam pada tanggal 27 Juni 2023
pukul 01.00 sampai dengan pukul 23.00 dengan periode 1 jam. Pada jam 14.00
CEMS unit 1 off karena mengalami perbaikan.
4. OPERATIONAL PERFORMANCE
Kondisi operasi dan plant performance PLTU Paiton #1 co-firing menggunakan 10%
Sawdust dan 90% batubara adalah sebagai berikut:
5/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
Menurut hasil Performance Test 2 jam dan Trending Perubahan Beban (GGO) Terhadap Coal
Flow Selama Performance Test Co-firing menggunakan Biomassa sawdust 10% mampu
menghasilkan daya sebesar 384 MW (Gross) dan mendapatkan efisiensi thermal (Nett)
sebesar 34.62% dan menghasilkan NPHR sebesar 2,978 kCal/kWh.
5. PULVERIZER PERFORMANCE
Untuk parameter operasi Mill pada saat Performance test Co-Firing Biomassa 10%
adalah seperti gambar dibawah ini :
6/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
pada tiap mill berada dikisaran 51oC - 57 oC dengan coal flow 237.69 t/h. Pada dasarnya pola
loading yang dipakai adalah 50% LRC + 10% Biomassa + 40% MRC, dengan pencampuran
Biomassa pada mill 1A,1B, dan 1E.
7/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
7. RESUME FINANSIAL
Dari hasil pengujian Co-firing 10% dibandingkan dengan pengujian batubara 100%.
Didapatkan Penghematan sebesar 15.56 Rp/Kwh. Jika menggunakan batubara 100%
biaya produksi sebesar 543.80 Rp/kWh. Sedangkan jika menggunakan Batubara 90% +
Sawdust 10% biaya produksi nya sebesar 528.24 Rp/kWh. Harga sawdust mengikuti
penyesuaian kalor. Jika semakin rendah maka semakin murah.
Penghematan Sat Nilai
Harga Batu bara (MRC+LRC) Rp/kg 904.87
Harga Sawdust Rp/kg 389.91
Biaya Produksi 100% Batubara Rp/kWh 543.80
Biaya Produksi 90% Batubara 10%sawdust Rp/kWh 528.24
8. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian dan pembahasan Co-Firing menggunakan 10% Sawdust diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas Batubara dan 10% sawdust hasil analisa independent surveyor ada beberapa
yang tidak memenuhi nilai dan batasan kontrak.
Sawdust
Kriteria Batasan 27 Juni 2023 Kesimpulan
GCV (kcal/kg) Min 1040 2810 Memenuhi
Moisture (%) Maks 78 39.79 Memenuhi
2. Kualitas Batubara + 10% Biomassa sawdust dengan pengambilan sample pada inlet coal
feeder.
8/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
Tabel Kualitas Batubara Sample Inlet Feeder selama 2 jam pada beban 400 MW
Pada dasarnya pola loading yang dipakai adalah 50% LRC +10% Biomassa sawdust,
dan 40% MRC, dengan pencampuran sawdust pada mill 1A, 1B, dan 1E.
3. Dengan batubara + 10% Sawdust mampu memenuhi daya sebesar 400 MW (Gross)
menggunakan 5 mill dengan Coal Flow sebesar 237.69 t/h. Pada dasarnya pola loading
yang dipakai adalah 50% LRC + 10% Biomassa + 40% MRC, dengan pencampuran
sawdust pada mill 1A,1B, dan 1E.
4. Dikarenakan cofiring dilakukan pada 3 mill dengan prosentase yang sama besar maka di
ambil sampe pada salah satu mill yaitu Mill 1E dan perlu dilakukan analisa performance mill
pada Pulverizer 1E. Parameter yang paling berpengaruh ketika dilakukan cofiring dalam mill
1E adalah kenaikan pressure bowl yang mengakibatkan kinerja pulverizer semakin berat
secara bertahap. Identifikasi masuknya sawdust dimulai pukul 08.00 dimana dengan setting
dynamic clasifier pada 1128 RPM maka DP bowl naik sebesar 70 MMWc/hours, sehingga
action plan yang dilakukan adalah menurunkan RPM dynamic classifier menjadi 1020 RPM.
9/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
5. Co-Firing menggunakan 10% sawdust mampu menghasilkan efisiensi thermal (Nett) pada
beban 400 MW sebesar 34.62% dengan nilai Net Plant Heat Rate (NPHR) sebesar 2,978
kCal/Kwh
6. Slagging pada area superheater panel pada boiler dan pada boiler bottom ash hopper
masih dalam keadaan batas normal sehingga memenuhi untuk operasi.
10/11
PT. PLN NUSANTARA POWER UNIT PEMBANGKITAN PAITON
7. Hasil pembakaran Co-Firing menggunakan 10% sawdust dengan sulfur content rata -
rata 0.37 % (inlet feeder, Lab. UP Paiton) menghasilkan SO2 paling tinggi 770 mg/Nm³
dalam gas buang. Nilai rata-rata pada hari tersebut sebesar 519 mg/Nm³. Hal tersebut
masih dalam standard baku mutu lingkungan yaitu 550 mg/Nm³ sehingga memenuhi
yang dipersyaratkan.
11/11