Anda di halaman 1dari 3

KAYU

Kayu merupakan hasil dari proses metabolisme tumbuhan. Makhluk hidup


tersusun oleh sel-sel hidup sedangkan kayu merupakan kumpulan dari sel-sel yang
sudah mati pada tumbuhan. Kayu didapatkan dari batang serta ranting-ranting pada pohon
atau bentuk pertumbuhan lainnya seperti perdu dan liana. . Hal ini dimaksudkan bahwa tidak
seluruh tumbuhan menghasilkan kayu. Karakteristik tumbuhan menghasilkan kayu, pertama
adalah tumbuhan tersebut harus memiliki jaringan vaskuler berupa xylem dan floem;
tumbuhan bersifat perennial atau memiliki siklus hidup yang lama (bertahun-tahun) serta
umur batang yang bertahun-tahun; terdapat penebalan sekunder atau bertambahnya diameter.

Telah bertahun-tahun masa kehidupan , kayu dimanfaatkan oleh manusia sebagai


bahan penunjang kehidupan, seperti membuat perabot, rumah, dan bahan bakar. Seiring
berjalannya waktu,peradaban manusia semakin berkembang dari segi teknologi, sosial,
ekonomi, dan budaya, pemanfaat kayu tidak lagi hanya sebatas pemanfaatan kayu secara
makroskopis. Bagian-bagian kayu secara mikroskopispun mulai dikembangkan. Contoh
sederhana adalah kebutuhan akan kertas, pada peradaban yang lalu manusia menggunakan
kulit binatang atau kulit kayu untuk menulis, seiring berkembangya beradaban kebutuhan
akan media menulis semakin meningkat dan ditemukannya kertas dari serat kayu seperti
sekarang ini. Dengan begitu, munculah cabang ilmu pengetahuan yang terfokus pada kayu.

Cabang ilmu yang terfokus dalam mempelajari kayu adalah ilmu kayu atau wood
science. Ilmu kayu akan mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat-
sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.

Kayu digunakan untuk pengklasifikasian jenis tumbuhan, Antara gymnospermae


(tumbuhan berbiji terbuka) dan angiospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Konifer disebut
sebagai kayu lunak dan dikotil dan monokotil disebut sebagai kayu keras. Kayu lunak dan
keras tidak merujuk pada kekerasan atau kelunakan dari kayu tersebut melainkan
karakteristik yang dimiliki oleh kayu serta susunan dan fungsi sel kayu. Perbedaan tersebut
antara lain terdapat pada ukuran, bentuk, inti, dan fungsi sel. Pada kayu lunak atau softwood
ukuran, bentuk, dan inti sel seragam, sel penyusun sederhana, memiliki trakeid (untuk fungsi
mekanika dan vaskuler), sel-sel tersusun secara teratur dalam bentuk radial. Sedangkan pada
kayu keras atau hardwood ukuran, bentuk, dan inti sel bervariasi, sel penyusun kompleks,
setiap sel memiliki fungsi masing-masing (fungsi mekanika dan vaskuler terpisah), dan sel
tersusun tidak teratur dalam arah radial.

Dalam membedakan kualitas suatu produk dari kayu maka akan dilihat
berdasarkan kayu gubal atau kayu teras dan kayu juvenile atau kayu dewasa.

Secara anatomis kayu tersusun atas beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar
ke dalam meliputi kulit, gubal, teras dan empulur. Masing-masing bagian tersebut memiliki
fungsi yang berguna bagi pohon untuk tumbuh dan berkembang. Dua bagian utama yang
sangat membedakan kualitas kayu, khususnya sifat fisis dan mekanis adalah bagian gubal dan
teras. Secara biologis, kayu teras dan gubal terbentuk dari aktifitas jaringan-jaringan kayu
yang membelah diri dan mengalami pendewasaan. Dalam proses fotoseintesis, air,
karbondioksida dan sinar matahari diolah dan didistribusikan melalui jari-jari kayu sehingga
terbentuklah jaringan kambium (Haygreen dan Bowyer, 1996).

Pandit (1996) mengemukakan tentang teori pembentukan kayu teras, salah


satunya adalah proses penuaan (aging process), yaitu semakin tua suatu pohon, maka
persentase kayu teras yang terbentuk juga semakin besar. Sedangkan bagian gubal
merupakan jaringan pohon yang masih hidup, yang diperlukan pohon dalam proses
pertumbuhan. Keberadaan kayu teras yang semakin banyak sangat menguntungkan
karena bagian kayu teras lebih awet dibandingkan kayu gubal. Kayu teras tersusun oleh
sel-sel yang mati sehingga relatif tidak terpengaruh oleh proses kembang susut kayu.

Perbedaan dari kayu gubal dan kayu teras terdapat pada sifat fisis dan
mekanikanya. Kayu gubal memiliki warna yang terang berada pada dekat kulit kayu,
memiliki berat jenis rendah dikarenakan pula memiliki zat ekstraktif sedikit, zat ekstraktif
yangsedikit ini akkan menyebabkan kayu gubal mudah diserang oleh organisme perusak kayu
(jamur/cendawan) dan tidak berbau, kayu gubal juga mudah diawetkan karena zat ekstraktif
yang sedikit. Sedangkan kayu teras memilik warna gelap terdapat dekat dengan empulur,
mengandung banyak zat ekstraktif sehingga lebih tahan terhadapa seranganorganisme
perusak kayu dan berbau khas zat ekstraktif, adanya zat ektraktif yang bayakmembuat berat
jenis kayu teras tinggi serta sukar diawetkan.

Kualitas kayu juga dipengaruhi oleh kayu juvenile dan kayu dewasa. Kayu juvenile
adalah kayu yang dibentuk pada masa-masa awal pertumbuhan pohon sehingga dipengaruhi
oleh xylem sekunder yang dipengaruhi oleh meristem apikal sedangkan kayu dewasa
dibentuk setelah periode juvenile selesai, kayu dewasa terbentuk karena adanya xylem
sekunder atau cambium tanpa dipengaruhi oleh meristem apikal.

Kayu juvenile memiliki berat jenis rendah, hal ini disebabkan karena diding sel
yang tipis sehinga menyebabkan kekuatan kayu yang rendah, kayu juvenile juga memiliki
persen kayu akhir yang sedikit dan panjang serat yang pendek. Sedangkan kayu dewasa
sebaliknya. Sifat sudut fibril pada kayu juvenile besar, hal ini menyebabkan penysustan
longitudinal kayu juvenile juga besar, kayu juvenile juga memilik kadar airyang tinggi
sedangkan kayu dewasa sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Haygreen, J.G. dan J.L Bowyer, 1966. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan Sutjipto A.H. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Pandit, I.K.N. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bidang Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan. Program Pascasarjana IPB Bogor.

Artisticia S.A.R. Anggadewi


17/409292/KT/08396

Anda mungkin juga menyukai