Cabang ilmu yang terfokus dalam mempelajari kayu adalah ilmu kayu atau wood
science. Ilmu kayu akan mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat-
sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.
Dalam membedakan kualitas suatu produk dari kayu maka akan dilihat
berdasarkan kayu gubal atau kayu teras dan kayu juvenile atau kayu dewasa.
Secara anatomis kayu tersusun atas beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar
ke dalam meliputi kulit, gubal, teras dan empulur. Masing-masing bagian tersebut memiliki
fungsi yang berguna bagi pohon untuk tumbuh dan berkembang. Dua bagian utama yang
sangat membedakan kualitas kayu, khususnya sifat fisis dan mekanis adalah bagian gubal dan
teras. Secara biologis, kayu teras dan gubal terbentuk dari aktifitas jaringan-jaringan kayu
yang membelah diri dan mengalami pendewasaan. Dalam proses fotoseintesis, air,
karbondioksida dan sinar matahari diolah dan didistribusikan melalui jari-jari kayu sehingga
terbentuklah jaringan kambium (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Perbedaan dari kayu gubal dan kayu teras terdapat pada sifat fisis dan
mekanikanya. Kayu gubal memiliki warna yang terang berada pada dekat kulit kayu,
memiliki berat jenis rendah dikarenakan pula memiliki zat ekstraktif sedikit, zat ekstraktif
yangsedikit ini akkan menyebabkan kayu gubal mudah diserang oleh organisme perusak kayu
(jamur/cendawan) dan tidak berbau, kayu gubal juga mudah diawetkan karena zat ekstraktif
yang sedikit. Sedangkan kayu teras memilik warna gelap terdapat dekat dengan empulur,
mengandung banyak zat ekstraktif sehingga lebih tahan terhadapa seranganorganisme
perusak kayu dan berbau khas zat ekstraktif, adanya zat ektraktif yang bayakmembuat berat
jenis kayu teras tinggi serta sukar diawetkan.
Kualitas kayu juga dipengaruhi oleh kayu juvenile dan kayu dewasa. Kayu juvenile
adalah kayu yang dibentuk pada masa-masa awal pertumbuhan pohon sehingga dipengaruhi
oleh xylem sekunder yang dipengaruhi oleh meristem apikal sedangkan kayu dewasa
dibentuk setelah periode juvenile selesai, kayu dewasa terbentuk karena adanya xylem
sekunder atau cambium tanpa dipengaruhi oleh meristem apikal.
Kayu juvenile memiliki berat jenis rendah, hal ini disebabkan karena diding sel
yang tipis sehinga menyebabkan kekuatan kayu yang rendah, kayu juvenile juga memiliki
persen kayu akhir yang sedikit dan panjang serat yang pendek. Sedangkan kayu dewasa
sebaliknya. Sifat sudut fibril pada kayu juvenile besar, hal ini menyebabkan penysustan
longitudinal kayu juvenile juga besar, kayu juvenile juga memilik kadar airyang tinggi
sedangkan kayu dewasa sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Haygreen, J.G. dan J.L Bowyer, 1966. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan Sutjipto A.H. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Pandit, I.K.N. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bidang Studi Ilmu Pengetahuan
Kehutanan. Program Pascasarjana IPB Bogor.