SKRIPSI BIMA 18 NOVEMBER 2022 HHH
SKRIPSI BIMA 18 NOVEMBER 2022 HHH
(Skripsi)
Oleh
Bimantata Fajar
19023211009p
Oleh
Bimantara Fajar
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada (Piper nigrum L.) terbesar di dunia. Stek
memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien dan
praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya.
pemberian ZPT yang berbahan aktif Auksin dimaksudkan untuk merangsang dan memacu
terjadinya pembentukan akar dan tunas stek. Sehingga perakaran stek dan tunas akan lebih baik
dan lebih banyak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi ZPT Root-Up
(IBA + NAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman lada dan mendapatkan konsentrasi ZPT
Wauxin (IAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman lada. Penelitian dmenggunakan metode
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam empat kali ulangan, dengan faktor yang diuji adalah
ZPT (A), dan konsentrasi (B) dengan uraian sebagai berikut :Faktor pertama adalah 2 macam Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan notasi (A) yang terdiri dari : A1 = ZPT Root-Up (IBA + NAA)
A2 = ZPT Wauxin (IAA) Faktor kedua adalah 5 macam konsentrasi dengan notasi (B) yang
terdiri dari :B0 = 0 mg/L, B1 = 100 mg/L, B2 = 200 mg/L, B3 = 300 mg/L, B4 = 500 mg/L.
Penelitian dilaksanakanselama 4 bulan, data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
(anova), jika F hitung terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan konsentrasi
Auxin terhadap stek tanaman lada tidak terdapat pengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan
stek tanaman lada : Tinggi Tunas, Jumlah daun, jumlah cabang, jumlah akar, kecuali panjang
akar dan mendapat konsenterasi terbaik yaitu ZPT Root-UP dengan konsentrasi 200 mg/L dan
ZPT Wauxin dengan Konsenterasi 400 mg/L.
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
2. 1 Tanaman Lada..................................................................................................................................4
2.2 Stek Lada..........................................................................................................................................6
2. 3 Zat Pengatur Tumbuh.......................................................................................................................6
2.4 IBA (Indole Butyric Acid)..................................................................................................................8
2.5 IAA (Indole Acetic Acid)...................................................................................................................8
2.6 NAA (Naphtaleacetic Acid)...............................................................................................................9
2.7 Aplikasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA).................................................................9
2.7.1 Root-Up......................................................................................................................................9
2.7.1 Wauxin.....................................................................................................................................11
III. METODE PENELITIAN......................................................................................................................9
iii
4.1.4 Jumlah Akar..............................................................................................................................20
4.1.5 Panjang Akar............................................................................................................................20
4.1.6 Presentase Hidup Stek..............................................................................................................22
4.2 Pembahasan.....................................................................................................................................23
V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................................................25
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................................25
5.2 Saran................................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................26
Lampiran...................................................................................................................................................28
iv
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor lada (Piper nigrum L.) terbesar di dunia.
Volume ekspor lada tertinggi Indonesia tercatat pernah tercapai pada tahun 2012 sebesar
62.608 ton sehingga pada tahun tersebut merupakan pencapaian peningkatan volume ekspor
lada tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 72 persen. Rata- rata proporsi volume ekspor lada
Bibit merupakan salah satu faktor penentu dalam usaha dan pengembangan tanaman bagi
keberhasilan pertanian di lapangan. Bibit yang unggul dan berkualitas baik akan menjamin
keberhasilan usaha yang dilakukan, tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan
teknik budidaya yang tepat untuk mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat
Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien
dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya.
Perkembangbiakan vegetatif dengan cara stek, bertujuan untuk mendapatkan bibit secara cepat
tanpa ada perubahan sifat atau tanaman baru yang mempunyai sifat yang sama dengan
Tingkat ketersediaan bibit yang sehat dalam jumlah banyak merupakan kunci bagi
keberhasilan produksi tanaman lada. Pertumbuhan stek tidak hanya dilihat dari pertumbuhan
1
2
akar, tetapi juga dilihat dari pertumbuhan tunas. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan
stek, proses pemberian ZPT yang berbahan aktif Auksin dimaksudkan untuk merangsang dan
memacu terjadinya pembentukan akar dan tunas stek. Sehingga perakaran stek dan tunas akan
lebih baik dan lebih banyak. Auksin sangat dibutuhkan dalam pembentukan kalus dan akar.
penggunaan auksin pada dasarnya adalah untuk mempercepat fisiologi tanaman yang
Media tanam juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan stek.
Media penyetekan yang baik adalah media yang mempunyai porositas cukup, airase baik,
drainase baik, kapasitas mengikat air tinggi dan bebas patogen. Media dalam penyetekan ini
berfungsi sebagai penahan stek selama masa pertumbuhan akar, menjaga kelembaban dan
Berdasarkan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan stek tanaman berkayu banyak
menambahkan zat pengatur tumbuh dari luar (eksogen) dengan menggunakan ZPT IBA
(Sukendro dan Putri, 2016 ; Danu dan Putri, 2017 ; Firmansyah dan Rochmatino, 2014 ;
Agustin, 2017) IAA dan NAA (Setiawan, 2017) untuk menstimulasi pembentukan perakaran.
Namun, ZPT IBA, IAA, dan NAA murni mempunyai harga yang tidak murah dikalangan
masyarakat umum dan hanya tersedia di toko pertanian tertentu sehingga relatif susah untuk
mendapatkannya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian uji coba pembiakan vegetatif stek
dengan menggunakan Zat Pengatur Tumbuh Root-Up dan Wauxin yang termasuk kelompok
auksin dari hasil beberapa formulasi Zat Pengatur Tumbuh IBA 0,06 %, NAA 0,20 %, dan
IAA 5 %.
2
3
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitan menggunakan ZPT
Auxin dengan merk dagang ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan ZPT Wauxin (IAA).
1. Mendapatkan konsentrasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) terbaik pada pertumbuhan stek
tanaman lada.
2. Mendapatkan konsentrasi ZPT Wauxin (IAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman
lada.
Dalam usaha dan pengembangan tanaman, bibit merupakan salah satu faktor penentu bagi
Bibit yang unggul dan berkualitas baik akan menjamin keberhasilan usaha yang dilakukan,
tetapi perlu didukung juga oleh penguasaan dan penerapan teknik budidaya yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang secara kuantitas dan kualitas dapat di pertanggung jawabkan.
tanaman lada karena lebih efektif, efesien dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai
sifat yang sama dengan pohon induknya. Pada perbanyakan secara vegetatif dengan stek,
pemberian ZPT dimaksudkan untuk merangsang dan memacu terjadinya pembentukan akar
dan tunas stek. Sehingga perakaran stek akan lebih baik dan lebih banyak. Salah satu jenis zat
pengatur tumbuh yang dapat menginduksi pertumbuhan tunas dan memacu terjadinya
3
4
pembentukan akar stek yaitu hormon Auksin. Kandungan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) auksin
sangat penting dalam perbanyakan stek karena dapat meningkatkan persentase stek berakar
dengan tingkat keberhasilan yang dapat mencapai 83-96% (Muslimah dkk, 2017).
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Auksin dapat membantu mempercepat tumbuhnya akar dan tunas
pada stek. Setiap tanaman sebenarnya sudah mempunyai zat pengatur tumbuh tumbuh alami
(endogen). Organ-organ tanaman membentuk akar pada kondisi lingkungan yang serba
optimal. Namun, keadaan tersebut berlangsung lama, sedangkan kelangsungan hidup tanaman
tersebut sangat ditentukan oleh pembentukan akar, karena itu perlu adanya penambahan zat
1. 4 Hipotesis
1. Terdapat konsentrasi ZPT Root-Up (IBA + NAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman
lada.
2. Terdapat konsentrasi ZPT Wauxin (IAA) terbaik pada pertumbuhan stek tanaman lada.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Tanaman Lada
Lada merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia, yang diperoleh dari buah
tanaman lada (Piper nigrum L.). Tanaman ini berasal dari Ghat Barat, India. Walaupun bukan
tanaman asli Indonesia, peranannya sangat besar di dalam perekonomian nasional. Lada
tercatat sebagai produk pertama Indonesia yang diperdagangkan ke Eropa melalui Arabia dan
Lada yang disebut juga merica atau sahang adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan
kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati. Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangan
dan antipiretik. Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu.
Tanaman lada merupakan tumbuhan yang memanjat dengan akar melekat, jumlah batang 5-15
helai, daun berseling/tersebar, bertangkai, dengan daun penumpu yang mudah gugur dan
meninggalkan bekas berbentuk massa yang melingkar (absicion layer). Helaian daun
berbentuk bulat telur memanjang dengan ujung meruncing, ukuran 5-15 x 8-20 cm. Bulir
terpisah-pisah, bergantungan terdapat pada ujung, berhadapan dengan daun. Daun pelindung
4
5
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Indonesia merupakan negara pemasok terbesar dalam pasar lada Internasional. Daerah
Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Hasil pengolahan lada ada 3 jenis yaitu lada hitam,
putih dan hijau, dari 3 jenis olahan yang dikenal hanya lada hitam dan putih. Untuk hasil
olahan lada dari Propinsi Lampung dikenal dengan sebutan Lampung black pepper dan
hasil olahan lada dari Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung dikenal dengan sebutan
Muntok white pepper. Sebutan tersebut dikenal karena Indonesia merupakan salah satu
produsen terbesar di dunia. Kondisi perkebunan lada Indonesia saat ini sekitar 11,50% dari
seluruh luas komoditas perkebunan dengan kemampuan modal yang lemah. Dampak dari
mutu, budidaya atau pengembangan tanaman sangat lambat dan tidak mengalami perubahan.
6
Stek memegang peranan penting dalam pembibitan tanaman lada karena lebih efektif, efesien
dan praktis, serta bibit yang dihasilkan mempunyai sifat yang sama dengan pohon induknya.
Stek adalah perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang
dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Pada irisan miring,
stek akan mempunyai permukaan yang lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar
sehingga jumlah akar yang tumbuh lebih luas bila dibandingkan dengan berpangkal datar
sehingga jumlah akar yang tumbuh lebih banyak karena pada pangkal stek ini terakumulasi zat
Perbanyakan tanaman lada dengan menggunakan stek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan stek panjang (5 - 7 buku) yang akan ditumbuhkan terlebih dulu kemudian dapat
langsung ditanam dikebun dan stek satu buku berdaun tunggal yang harus disemai terlebih
dahulu di persemaian.
Zat pengatur tumbuh adalah salah satu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pembelahan sel, pembesaran sel dan
diferensiasi sel. Tanaman sebenarnya menghasilkan zat pengatur tumbuh alami (endogen)
dengan ketersediaan yang terbatas. IAA dan IBA di identifikasi sebagai auksin yang aktif
didalam tumbuhan (endogenous) yang diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif
contohnya tunas, sedangkan NAA merupakan auksin sintetik (tidak dibuat dari ekstraksi
ZPT pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung, menghambat dan mengubah proses fisiologis. Respons positif tanaman terhadap
aplikasi zat pengatur tumbuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis tanaman, fase
tumbuh tanaman, jenis zat pengatur tumbuh, konsentrasi dan cara aplikasi zat pengatur tumbuh
(Farida, 2018). Adanya pengaruh konsentrasi menyebabkan zat pengatur tumbuh perlu
ZPT berfungsi sebagai pemacu dan penghambat pertumbuhan tanaman. Penggunaan ZPT yang
tepat akan berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman namun apabila dalam jumlah
terlalu banyak justru akan merugikan tanaman karena akan meracuni tanaman tersebut.
Sebaliknya jika dalam jumlah yang sedikit maka akan kurang berpengaruh terhadap
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman bertujuan untuk merangsang
pembentukan dan pertumbuhan akar pada tanaman dalam melakukan perbanyakan vegetatif
dengan cara stek. Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang
pembentukan dan pertumbuhan akar adalah jenis auksin (Martana dkk, 2020).
IBA (Indole Butyric Acid) adalah zat yang dapat merangsang pertumbuhan akar. IBA merupakan
jenis auksin sintetis derivatif dari IAA yang tidak mengakibatkan tanaman teracuni pada
konsentrasi tinggi dan efektif untuk membantu perakaran pada tanaman. IBA memiliki sifat
8
transkolasi yang lambat dan persistensi tinggi serta aktivitas yang rendah, sehingga kandungan
kimia yang terdapat dalam IBA lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama (Merisa, 2021).
IAA (Indole Acetic Acid) adalah zat yang memiliki sifat yang khas yaitu mendorong
perpanjangan sel pucuk.. Pemberian IAA pada konsentrasi yang optimal dapat mendorong
pertumbuhan sel terutama ke arah vertikal sehingga akan meningkatkan tinggi tanaman dan
pemanjangan akar. Sebaliknya, pemberian IAA pada konsentrasi yang kurang optimal akan
NAA (Napthaleneacetic Acid) ) merupakan golongan auksin yang berfungsi dalam merangsang
pertumbuhan akar lateral atau samping. NAA merupakan golongan auksin yang bersifat lebih
stabil karena tidak mudah terurai oleh enzim-enzim yang di keluarkan dan tidak mudah
teroksidasi oleh enzim. NAA tidak terbentuk secara alami dan sama seperti semua auksin yang
merupakan racun bagi tanaman jika berada pada konsentrasi yang tinggi (Merisa, 2021).
Dalam perbanyakan dengan metode stek untuk mempercepat proses pembentukan akar dapat
menggunakan ZPT( Zat Pengatur Tumbuh) yang di berikan di bagian luar tanaman, seperti
penambahan ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA) yang berfungsi sebagai perangsang
tumbuhnya akar atau kalus pada tanaman yang akan di stek, dengan cara di oleskan ataupun di
rendam dalam larutan ZPT.
9
2.7.1 Root-Up
Root-Up merupakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintesis yang mengandung hormon tumbuh
seperti NAA sebesar 0,20 % , IBA sebesar 0,06 %, dan Thiram sebesar 4 % yang berperan
sebagai fungisida untuk mencegah jamur, infeksi dan berbagai penyakit di bagian yang terluka
Root-Up merupakan merk dagang yang memiliki harga yang relatif terjangkau, kualitas yang
baik, dan mudah di temukan, Root-Up sering di gunakan oleh petani kebun untuk membantu
pertumbuhan dengan cara stek. Beberapa auksin seperti IBA dan NAA memberi pengaruh
stimulasi terhadap pembentukan akar adventif pada stek serta pada pertumbuhan dan
NAA (Naphthaleneacetic Acid) adalah hormon sintetis pada tanaman dari golongan auksin dan
merupakan bahan perakaran untuk perbanyakan tanaman secara komersial. NAA digunakan
untuk perbanyakan vegetatif tanaman dari batang dan pemotongan daun. IBA (Indole butyric
Acid) adalah zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan. IBA
dan NAA lebih efektif daripada IAA, karena keduanya lebih stabil digunakan dalam penyetekan.
IBA dan NAA lebih stabil terhadap oksidase dan cahaya. NAA lebih efektif dari IAA karena
NAA tidak dapat dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lainnya, sehingga bertahan lebih lama.
sedangakan IBA digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan NAA atau auksin
lainnya (Ratnawati, 2019).
Root-Up merupakan salah satu merk dagang yang sudah sering digunakan sehari-hari oleh
masyarakat untuk membantu pertumbuhan dengan cara stek. Root-Up ini digunakan karena
harganya murah, kualitasnya baik, dan mudah ditemukan. Berdasarkan penelitian Setiawan
(2017), bahwa penggunaan Root-Up secara signifikan dapat mempercepat muncul tunas pada
bibit tanaman kesemek yaitu rata-rata pada 18,19,25 hari secara berurutan.
10
2.7.1 Wauxin
Wauxin merupakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sintesis yang mengandung bahan aktif IAA
sebesar 5 %. Wauxin adalah merk dagang yang belum banyak di gunakan masyarakat luas
karena masyarakat belum banyak yang mengetahui manfaat menggunakan wauxin untuk
perumbuhan stek. Pemberian auksin akan memicu tumbuhnya tunas dan akar pada stek
(Ratnawati, 2019).
Wauxsin adalah salah satu nama merk dagang yang belum banyak digunakan oleh masyarakat
untuk pertumbuhan stek pada tanaman karena masyarakat belum banyak mengetahui manfaat
menggunakan wauxsin untuk pertumbuhan stek. Wauxsin hanya memiliki bahan aktif berupa
IAA (Indole Acetic Acid) sebesar 5%. Berdasarkan penelitian Setiawan (2017), di dalam
penelitiannya di dapatkan bahwa IAA mampu mempercepat pertumbuhan tunas, IAA tanaman
mempunyai jumlah daun yang terbanyak dibandingkan perlakuan yang lainnya, diikuti perlakuan
NAA dan IBA yaitu secara berurutan sebanyak 20.8, 10.6, dan 13 helai.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022 - November 2022 di lahan Percobaan
STIBUN Lampung.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, gunting, cangkul, linggis, tembilang,
koret, gembor, cutter, golok, roll meter, ember, penggaris, oven, dan neraca analitik.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman lada varietas Natar 1 berumur satu
tahun dari Balai Besar Kebun Induk (BBKI), tanah, sekam bakar, air, ZPT Auksin) aquades,
alcohol 70%, polibeg ukuran 15 cm x 25 cm, paranet, bambu, plastik transparan, dan tali rafia.
Percobaan faktorial adalah percobaan yang menggunakan lebih dari satu faktor dengan perlakuan
yang merupakan kombinasi dari level-level suatu faktor dengan level-level faktor lainnya. Jadi
level-level dari faktor-faktor yang dilibatkan saling bersilangan. Percobaan faktorial ini
memungkinkan timbulnya interaksi dari faktor-faktor yang dilibatkan.. RAK Faktorial digunakan
untuk percobaan di lapangan (field experiment) umumnya pada kondisi yang tidak homogen atau
9
10
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor yang diuji adalah
1. Faktor pertama adalah 2 macam Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan notasi (A) yang terdiri
dari :
2. Faktor kedua adalah 5 macam konsentrasi dengan notasi (B) yang terdiri dari :
B0 = 0 mg/L
B1 = 100 mg/L
B2 = 200 mg/L
B3 = 300 mg/L
B4 = 500 mg/L
Pengacakan diawali dengan membagi daerah percobaan atau unit percobaan dalam beberapa
kelompok. Pemberian perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak pada setiap
kelompok, dengan batasan bahwa setiap perlakuan muncul sekali pada setiap kelompok
5 3 10 8 9 3 6 1
2 7 1 9 7 2 10 5
9 4 5 2 10 6 7 4
8 10 4 3 8 1 2 9
Dengan demikian, terdapat 10 kombinasi perlakuan yang disajikan pada Gambar 1 dimana
setiap unit perlakuan terdiri dari 3 stek dan diulang sebanyak 4 kali yang disajikan pada Gambar
2, sehingga diperoleh 120 stek tanaman lada. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam (uji F)
Pada taraf nyata 5% dan jika terdapat perbedaan pengaruh signifikan, dilanjutkan dengan uji
3.4.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi persiapan lahan, naungan, media tanam
dan bahan stek. Lahan yang digunakan relatif rata kemudian dibersihkan dari gulma atau
tanaman lainnya menggunakan cangkul dan koret. Naungan terbuat dari tiang bambu dengan
tinggi 2 m dan dinding dan atap yang berasal dari paranet dengan panjang 3 m dan lebar 3 m.
Media tanam menggunakan tanah kemudian diayak, lalu sekam bakar dicampur sampai merata
Bahan yang digunakan yaitu tanaman lada Varietas Natar 1 berumur satu tahun dari Balai
Besar Kebun Induk (BBKI). Stek dipotong menjadi 1 ruas berdaun tunggal dengan kemiringan
Pembuatan larutan ZPT yaitu meniman ZPT sesuai dengan tingkat konsentrasi mg/L yang
diinginkan, kemudian dilarutkan dengan aquadest 1 liter (Sudomo dkk., 2013). Zat pengatur
tumbuh yang digunakan adalah auksin dengan merk dagang (Root-Up dan Wauxin) yang terdiri
dari 5 konsentrasi (0 mg/L, 100 mg/L, 200 mg/L, 300 mg/L, dan 500 mg/L).
ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA). Metode pemberian ZPT adalah dengan
perendaman pada larutan ZPT selama 10 menit setiap perlakuan (Astutik, 2018).
13
3.4.2 Penanaman
Sebelum stek ditanam dibuat lubang terlebih dahulu untuk mempermudah penanaman stek.
Penanaman stek lada dilakukan sore hari setelah pengambilan bahan stek lada dan posisi
seluruh daun stek menghadap satu arah. Kemudian, stek dipindahkan ke bedengan yang telah
disiapkan. Sebelum disungkup, stek yang telah ditanam pada polibeg disiram sampai jenuh
untuk menjaga kelembapan pada saat stek ditanam dan diberi fungisida (bahan aktif:
mankozeb) agar bibit tidak terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur. Bedengan
3.4.3 Pemeliharaan
Setelah bibit lada ditanam, penyiraman dilakukan sehari sekali pada waktu pagi atau sore hari
dan disesuaikan dengan kondisi media tanam jika media tanam kering maka dilakukan
penyiraman, perawatan lainnya ialah penyiangan gulma yang ada didalam polybag, jika terjadi
3.4.4 Pengamatan
Variabel pengamatan dalam penelitian ini adalah variabel agronomis tanaman lada yang
dibudidayakan, meliputi:
a. Tinggi tunas
Tinggi tunas merupakan indikator untuk mengetahui tingkat pertumbuhan stek. Pengukuran di
lakukan dengan cara mengukur tunas yang tumbuh dengan menggunakan mistar dari pangkal
b. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan pada stek berumur 4 bulan hari setelah tanam (HST).
c. Jumlah Cabang
Pengamatan jumlah cabang diamati dengan menghitung jumlah cabang yang tumbuh saat
bibit lada sudah dilakukan penanaman dan diamati mulai dari cabang yang tumbuh pertama.
Pengamatan jumlah cabang dilakukan secara visual (mata) dan dilakukan setiap satu bulan
sekali, dimulai sejak 80 hari setelah tanam (HST) sampai umur 120 hari setelah tanam (HST).
Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian, setelah bibit lada dibongkar dari polybag. Akar
yang dihitung adalah akar yang baru tumbuh pada bekas potongan setek (bukan perpanjang
Panjang akar setek lada adalah panjang akar lada yang paling panjang yang diukur dengan
Hasil analisis ragam bahwa pertumbuhan tinggi tunas pada Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin
Pada Pertumbuhan Stek Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) tidak menunjukan pengaruh nyata
terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Daftar sidik ragam Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin Pada Tinggi Tunas
Tanaman Lada (Piper Nigrum L.)
Sk Db Jk Kt F F 5% F 1% Ket
Hitung
Kelompok 3 3901.645 1300.548 491.195 2.96 4.60 **
A 1 0.020 0.020 0.007 4.21 7.68 tn
B 4 1.657 0.414 0.156 2.73 4.11 tn
AB 4 2.218 0.555 0.209 2.73 4.11 tn
Galat 27 71.489 2.648
Total 39 3977.029
Keterangan:
**: berbeda sangat nyata
tn: tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil Anova dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT, Perlakuan konsentrasi dan
interaksi kombinasi antar ZPT dan konsentrasi memiliki F hitung lebih kecil dari F tabel 5%
sehingga perlakuan ZPT, perlakuan konsentrasi, dan interaksi perlakuan kombinasi antar ZPT
dan konsentrasi tidak berbeda nyata. Karena tidak berbeda nyata maka tidak perlu dilakukan uji
lanjut.
16
Hasil analisis ragam bahwa pertumbuhan jumlah daun pada Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin
Pada Pertumbuhan Stek Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) tidak menunjukan pengaruh nyata
terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Daftar sidik ragam Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin Pada Tinggi Tunas
Tanaman Lada (Piper Nigrum L.)
Sk Db Jk Kt F Hitung F 5% F Ket
1%
Kelompo 3 5.522 1.841 1.248 2.96 4.60 tn
k
A 1 0.011 0.011 0.008 4.21 7.68 tn
B 4 12.20 3.051 2.069 2.73 4.11 tn
6
AB 4 7.017 1.754 1.190 2.73 4.11 tn
Galat 27 39.81 1.474
1
Total 39 64.56
7
Keterangan:
tn: tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil Anova dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT , Perlakuan konsentari dan interaksi
kombinasi antar ZPT dan konsentrasi memiliki F hitung lebih kecil dari F tabel 5% sehingga
perlakuan ZPT, perlakuan konsentrasi, danin teraksi perlakuan kombinasi antar ZPT dan
konsentrasi tidak berbeda nyata. Karena tidak berbeda nyata maka tidak perlu dilakukan uji
lanjut.
Hasil analisis ragam bahwa pertumbuhan jumlah Cabang pada Berbagai Konsentrasi ZPTAuksin
Pada Pertumbuhan Stek Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) tidak menunjukan pengaruh nyata
terlihat pada tabel 3.
Tabel 2. Daftar sidik ragam Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin Pada Jumlah Cabang
Tanaman Lada (Piper Nigrum L.)
Sk Db Jk Kt F Hitung F 5% F Ket
1%
17
Berdasarkan hasil Anova dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT memiliki F hitung lebih kecil dari F
tabel 5% sehingga perlakuan ZPT tidak berbeda nyata. Perlakuan konsentrasi dan interaksi
perlakuan kombinasi antar ZPT dan konsentrasi memiliki F hitung lebih besar dari F tabel 5%
sehingga perlakuan konsentrasi dan interaksi perlakuan kombinasi antar ZPT dan konsentrasi
berbeda nyata. Karena perlakuan konsentrasi dan interaksi perlakuan kombinasi antar ZPT dan
konsentrasi berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT dengan hasil
sebagai berikut:
Dari hasil uji BNT yaitu B0 tidak beda nyata dengan B4 dan B1 serta sebaliknya B1 tidak beda
nyata dengan perlakuan lainnya.
A1B2 2.17 b
A1B3 2.17 b
A2B0 2.17 b
A2B1 2.17 b
A2B2 2.42 b
A2B3 2.42 b
Dari hasil uji BNT yaitu perlakuan A1B0 dan A2B1 tidak berbeda nyata dengan A1B1 serta
sebaliknya perlakuan A1B1 berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Hasil analisis ragam bahwa pertumbuhan jumlah akar pada Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin
Pada Pertumbuhan Stek Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) tidak menunjukan pengaruh nyata
terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Daftar sidik ragam Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin Pada Jumlah Akar
Tanaman Lada (Piper Nigrum L.)
Sk Db Jk Kt F Hitung F 5% F Ket
1%
Kelompo 3 1.297 0.432 1.167 2.96 4.60 tn
k
A 1 1.003 1.003 2.705 4.21 7.68 tn
B 4 6.028 1.507 4.065 2.73 4.11 tn
AB 4 1.483 0.371 1.000 2.73 4.11 tn
Galat 27 10.00 0.371
8
Total 39 19.81
9
Keterangan:
tn: tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil Anova dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT, Perlakuan konsentrasi dan
interaksi kombinasi antar ZPT dan konsentrasi memiliki F hitung lebih kecil dari F tabel 5%
sehingga perlakuan ZPT, perlakuan konsentrasi, dan interaksi perlakuan kombinasi antar ZPT
19
dan konsentrasi tidak berbeda nyata. Karena tidak berbeda nyata maka tidak perlu dilakukan uji
lanjut.
Hasil analisis ragam bahwa pertumbuhan panjang akar pada Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin
Pada Pertumbuhan Stek Tanaman Lada (Piper Nigrum L.) tidak menunjukan pengaruh nyata
terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Daftar sidik ragam Berbagai Konsentrasi Zpt Auksin Pada Panjang Akar
Tanaman Lada (Piper Nigrum L.)
Sk Db Jk Kt F Hitung F 5% F Ket
1%
Kelompo 3 2.206 0.735 0.345 2.96 4.60 tn
k
A 1 0.000 0.000 0.000 4.21 7.68 tn
B 4 10.02 2.505 1.176 2.73 4.11 tn
2
AB 4 26.47 6.618 3.106 2.73 4.11 *
2
Galat 27 57.52 2.131
8
Total 39 96.22
8
Keterangan:
*: berbeda nyata
tn: tidak berbeda nyata
Berdasarkan hasil Anova dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT dan perlakuan konsentrasi memiliki
F hitung lebih kecil dari F tabel 5% sehingga perlakuan ZPT dan perlakuan konsentrasi tidak
berbeda nyata. Interaksi perlakuan kombinasi antara ZPT dan konsentrasi memiliki F hitung
lebihbesardari F tabel 5% sehingga interaksi perlakuan kombinasi antar ZPT dan konsentrasi
20
berbeda nyata. Karena interaksi perlakuan kombinasi antar ZPT dan konsentrasi berbeda nyata
maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji BNT dengan hasil sebagai berikut:
Dari hasil uji lanjut BNT bahwa A1B4 tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan lain kecuali
dengan A2B4 dan A1B2 sehingga Interaksi Perlakuan kombinasi antar ZPT dan konsentrasi
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi terbaik yaitu ZPT Root-up dengan konsentrasi 400 ppm
dan Wauxin dengan konsentrasi 200 ppm.
Persentase hidup stek tanaman lada pada awal bulan setelah masa tanam menunjukan
pertumbuhan yang kurang baik dan banyak mengalami kematian. Di bulan berikutnya setelah
masa tanam, kematian stek tanaman lada sedikit terjadi. Pada proses pengerjaan stek mulai dari
pemotongan pucuk tanaman, pemberian perlakuan, penanaman pada media hingga membentuk
sistem perakaran tentu akan mengalami perubahan kondisi lingkungan. Banyak proses fisiologis
yang akan terjadi mulai dari proses recovery luka bekas potongan hingga inisiasi pembentukan
akar adventif. Hal tersebut yang menjadikan masa-masa awal proses penyetekan menjadi masa-
masa transisi stek menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya sehingga rawan mengalami
kematian (Setyayudi, 2018).
Hasil analisis sidik ragam pengaruh kombinasi antar ZPT dan konsentrasi terhadap persentase
hidup pada stek tanaman lada disajikan pada Tabel 6
21
Tabel. 6 Pengaruh kombinasi antar ZPT dan kosentrasi terhadap presentase hidup pada stek
tanaman lada
Sk Db Jk Kt F Hitung F 5% F Ket
1%
Kelompok 3 62.222 20.741 1.161 2.96 4.60 tn
A 1 10.000 10.000 0.560 4.21 7.68 tn
B 4 152.778 38.194 2.139 2.73 4.11 tn
AB 4 26.111 6.528 0.365 2.73 4.11 tn
Galat 27 482.222 17.860
Total 39 733.333
Keterangan:
tn: tidakberbedanyata
Berdasarkan hasil Anova dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT, Perlakuan konsentrasi dan
interaksi kombinasi antara ZPT dan konsentrasi memiliki F hitung lebih kecil dari F tabel 5%
sehingga perlakuan ZPT, perlakuan konsentrasi , dan interaksi perlakuan kombinasi antara ZPT
dan konsentrasi tidak berbeda nyata. Karena tidak berbeda nyata maka tidak perlu dilakukan uji
lanjut. Hal ini diduga karena pengaruh lingkungan luar atau sekitar yang berpengaruh terhadap
media yang akhirnya mempengaruhi bibit setek lada. Bahan setek sangat berpengaruh terhadap
besarnya persentase setek hidup. Semakin panjang bahan setek maka cadangan makanan seperti
karbohidrat dan nitrogen akan semakin banyak sehingga dapat menghasilkan tunas dan akar yang
lebih baik dengan taraf persentase setek hidup yang tinggi.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis ragam perlakuan konsentrasi Auxin terhadap stek tanaman lada tidak
terdapat pengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan stek tanaman lada : Tinggi Tunas,
Jumlah daun, jumlah cabang, jumlah akar, kecuali panjang akar dan mendapat konsenterasi
terbaik yaitu ZPT Root-UP dengan konsentrasi 200 mg/L dan ZPT Wauxin dengan Konsenterasi
400 mg/L.
Merisa., (2021), mengemukakan bahwa auksin mendukung proses pemanjangan tunas, sedikit
dibutuhkan untuk pertumbuhan tunas dan pucuk tanaman. Pertumbuhan tunas lebih banyak
membutuhkan sitokinin dari pada auksin. Pertumbuhan awal tunas baik jumlah dan panjangnya,
sangat dipengaruhi oleh cadangan makanan. Semakin banyak cadangan makanan yang tersimpan
dalam batang stek, maka juga semakin banyak tunas yang terbentuk (Rosalia, 2016).
22
Mekanisme rendahnya panjang tunas pada stek dengan jumlah tunas yang banyak mudah untuk
dipahami dan berhubungan dengan konsentrasi cadangan makanan. Bilamana stek mempunyai
jumlah tunas yang banyak, maka cadangan makanan yang ada dalam batang akan dibagi ke
masing-masing tunas dengan jumlah yang relatif kecil. Sedangkan bilamana stek mempunyai
jumlah tunas yang relatif sedikit, maka makanan yang diterima oleh masing masing tunas akan
lebih besar. Makanan ini akan digunakan oleh tunas untuk tumbuh dan berkembang, semakin
banyak makanan yang diterima maka tunas akan menjadi semakin tinggi.
Setiap jenis media memiliki kemampuan yang berbeda beda untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman. Pada penelitian yang telah dilakukan dengan semakin
meningkatnya pemberian konsentrasi ZPT Auxin semakin menurunkan jumlah daun yang
terbentuk. Penggunaan zat pengatur tumbuh pada batas-batas tertentu mampu merangsang
pertumbuhan, namun dapat bersifat sebagai penghambat apabila digunakan melebihi konsentrasi
optimum.
Jumlah akar sedikit akan menghasilkan akar yang lebih panjang, karena pada pertumbuhan stek
panjang akar diterima sebagai ukuran untuk menilai daya serap sistem perakaran terhadap unsur
hara & air, maka akar yang lebih panjang di nilai lebih mampu untuk bertahan hidup (Masli dkk.,
2019), panjang akar terbaik Root-UP yaitu 400 mg/L dan panjang akar terbaik pada aplikasi
Wauxin 200 mg/L. Aplikasi Wauxin 200 mg/L mempunyai akar yang terpanjang, namun
mempunyai jumlah akar yang paling rendah . Pemilihan aplikasi Wauxin untuk perbanyakan
skala massal dalam menghasilkan sistem perakaran kurang dianjurkan, mengingat jumlah akar
yang hanya satu akan rentan untuk patah yang pada akhirnya nanti akan mempengaruhi
pertumbuhan bagian tanaman di atas akar.
Jumlah akar selain berperan sebagai penguat batang dan penghisap unsur hara, juga berfungsi
untuk bernafas serta sebagai penyimpanan cadangan makanan, selain itu akar dalam melakukan
fungsinya berusaha mencapai tempat-tempat disekitarnya yang banyak unsur hara dan mineral.
Tumbuhnya akar dapat menjadi penentu hidup pada stek, karena apabila stek menghasilkan tunas
tanpa diikuti dengan tumbuhnya akar maka bisa dipastikan stek tidak dapat bertahan hidup,
karena kehabisan cadangan makanan dan tidak mampu menyerap nutrisi pada media yang ada,
namun apabila stek menghasilkan akar meski tanpa adanya tunas, stek masih dapat bertahan
hidup dengan menyerap nutrisi pada media. panjang akar diterima sebagai ukuran untuk menilai
daya serap sistem perakaran terhadap unsur hara dan air seperti halnya luas daun yang telah
diterima sebagai ukuran untuk menilai fotosintesis. Pada fase pertumbuhan selanjutnya,
keberadaan daun pada stek merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan akar (Masli
dkk., 2019).
23
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian selama 16 minggu pada pertumbuhan stek tanaman lada ,
didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Pemberian ZPT Root-Up (IBA + NAA) dan Wauxin (IAA) berpengaruh sangat nyata terhadap
panjang Akar
2. Kombinasi terbaik didapatkan pada ZPT Wauxin (IAA) dengan konsentrasi 400 mg/L dan ZPT
Root-Up (IBA + NAA) dengan konsentrasi 200 mg/L.
5.2 Saran
Bahan stek yang diambil sangat mempengaruhi pertumbuhan stek pucuk dan semakin dekat titik
pangkas stek dari permukaan tanah akan semakin baik hasilnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, N. (2017). Pengaruh IBA dan Bagian Stek Terhadap Induksi Akar Jeruk Keprok Borneo
Prima (Citrus Reticulata) Melalui Teknik Stek Mikro. Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Aprinita, Nurul Rima (2019) Pengaruh Sumber Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Alami Dan
Konsentrasi Pupuk Cair Bio Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan Bibit Stek Lada
(Piper Nigrum L.). Sarjana Thesis, Universitas Siliwangi.
Astutik Eka S.W. (2018). Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Stek Lada (Piper
Nigrum) Dalam Larutan Rootone-F. Skripsi. Fakultas Pertanian. Kudus : Universitas
Muria Kudus.
Danu,. Kurniawati., Putri P., dan Dede S. (2017). Pengaruh Media dan Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Perbanyakan Stek Pucuk Nyawai (Ficus Variegata Blume). Jurnal Pemuliaan
Tanaman Hutan, 11(1), 15–23.
Evizal, Rusdi, Et Al. "Pengaruh Dosis Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Stek
Pohon Induk Lada Sambung (Piper Nigrum/Piper Colubrinum)." Jurnal Agrotek Tropika
10.1 (2022).
Farida, Farida. "Respon Perkecambahan Benih Kopi Pada Berbagai Tingkat Kemasakan Buah
Dengan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh." Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian 43.2 (2018):
166-172.
Felinda, Selfia. Etnoekologi Pertanian Organik Oleh Masyarakat Desa Seloliman Kecamatan
Trawas Kabupaten Mojokerto. Diss. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
2021.
26
Firmansyah, S., Rochmatino., dan Kamsinah. (2014). Pengaruh Pemberian IBA dan Komposisi
Media Terhadap Pertumbuhan Stek Sansevieria Cylindrica Var. Patula. Scripta Biologica,
1(2), 161.
Jannah, E. M., Rita, N., Dan Ratna, W. A. 2019. Tingkat Persaingan Eksportir Utama Lada
Dunia. Jurnal Agroindustri Perkebunan 7(2):107.
Jannah, E. M., Rita, N., dan Ratna, W. A. 2019. Tingkat Persaingan Eksportir Utama Lada
Dunia. Jurnal Agroindustri Perkebunan 7(2):107.
Jannah, Eka Miftakhul, Rita Nurmalina, And Ratna Winandi Asmarantaka. "Tingkat Persaingan
Eksportir Utama Lada Dunia." Jurnal Agro Industri Perkebunan (2019): 107-120.
Jayati, Ria Dwi, And Nopa Nopiyanti. Efektivitas Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Alami Dan
Kimiawi Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Mawar Jepang. Ahlimedia Book, 2021.
Martana, Sogan Budi, And Edy Sofyadi. "Pertumbuhan Tunas Dan Akar Setek Tanaman Mawar
(Rosa Sp.) Akibat Konsentrasi Air Kelapa." Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian 8.1 (2020):
31-36.
Merisa, Afriyani. Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh (Zpt) Auksin Terhadap Pembiakan
Stek Kayu Salai (Glochidion Sericeum). Diss. Uin Raden Fatah Palembang, 2021.
Muslimah, Yuliatul, Iwandikasyah Putra, And Ledy Diana. "Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Organik Terhadap Pertumbuhan Stek Lada (Piper Nigrum L.)." Jurnal
Agrotek Lestari 2.2 (2018).
Masli, M., Biantary, M. P dan Emawati, H. (2019). Ekstrak Bawang Merah Terhadap
Perbanyakan Stek Meranti Sabut ( Shorea Parvifolia Dyer .). XVIII, 167–178.
Setiawan, E. (2017). Efektivitas Pemberian IAA, IBA, NAA, Dan Root-Up Pada Pembibitan
Kesemek. Jurnal Hortikultura Indonesia, 8(2), 97.
27
Lampiran