Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP

PERKECAMBAHAN BIBIT SEMAI SENGON LAUT


(Paraserianthes falcataria)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh
Inggil Dzulva Pawana
NIM A32202551

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP
PERKECAMBAHAN BIBIT SEMAI SENGON LAUT
(Paraserianthes falcataria)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md.)
di Program Studi Produksi Tanaman Perkebunan
Jurusan Produksi Pertanian

Oleh
Inggil Dzulva Pawana
NIM A32202551

PROGRAM STUDI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sengon mulai banyak dikembangkan sebagai hutan rakyat karena dapat
tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang luas, tidak menuntut persyaratan
tempat tumbuh yang tinggi (Syahri, 1991). Menurut Siregar dkk. (2008)
prospek penanaman sengon cukup baik, hal ini disebabkan oleh karena
kebutuhan akan kayu sengon mencapai 500.000 m3 per tahun. Dengan
adanya permintaan kayu yang tinggi ini maka permintaan benih sengon juga
semakin meningkat karena berkembang luasnya penanaman jenis ini untuk
hutan tanaman industri dan hutan rakyat saat ini untuk mengembangkan hutan
tanaman industri sengon, sebagian besar masih menggunakan benih yang
tidak diketaui asal usulnya, sehingga akan berakibat rendahnya produktivitas
kayu yang dihasilkan. Secara umum benih yang digunakan adalah benih ras
lahan Jawa, yang dibawa oleh Teysmann dan di tanam di kebun raya Bogor
pada tahun 1871 . Menurut hasil analisis isozym jenis sengon yang
berkembang di Jawa mempunyai variasi genetik (genetic base) yang sangat
sempit. Sehingga pengembangan jenis ini dengan memperluas basis genetic
perlu dilakukan, selain untuk meningkatkan produktivitas juga untuk
meningkatakan ketahanan terhadap penyakit.
Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg) termasuk tumbuhan parenial
yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi.(Muswita, 2008) Kayu
sengon mempunyai banyakmanfaat diantaranya sebagai bahan pembuatan
peti, papan penyekat, pengecoransemen dalam leanerruksi, industri korek api,
pencil, papan partikel dan bahanindustri pulp kertas (Atmosuseno, 1999).
Dewasa ini diketahui bahwa sengon juga bermanfaat dalam upaya rehabilita
silahan kritis.Berkaitan dengan hal ini Departemen Kehutanan telah
mencanangkan program sengonosasi di beberapa daerah yang berpotensial
mengalami erosi (Santoso, 1992).
Saat ini pengelolaan sengon belum optimal dan intensif sehingga
produktifitaskayunya masih rendah. Sementara disisi lain permintaan akan
kayu sdan bibit sengon terus meningkat.Halinimen jadi permasalahan dalam
pengembangan sengon dimasamen datang(Atmosuseno,1999). Untuk
mengatasi hal ini diperlukan usaha yang dapat mengatasi rendahnya
produktivitas kayu sengon dan keterbatasan akan bibit.
Disamping itu kualitas pertumbuhan dan kayu sengon di sebagian
perkebunan, persemaian dan hutan rakyat sangat beragam. Hal ini di
sebabkanbibit yang diperoleh petani untuk kebutuhan penanaman sengon ini
bervariasaidan biji yang tidak diketahui induknya. Selain itu penyediaan
benih unggulsengon yang berasal dari areal produksi benih, tegakan benih,
dan kebun benihmasih terbatas. Upaya propagasi sengon secara konvensional
baik secara stekmaupun cangkok belum banyak berhasil.
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik non-nutrisi yang, pada
konsentrasi rendah, dapat meningkatkan, menghambat, atau mengubah
kualitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Respon tanaman terhadap
aplikasi ZPT sangat bervariasi tergantung pada tahap perkembangannya.
(Cookson & Stirk, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas didapatkan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh pada perkecambahan bibit sengon ketika diberi
perlakuan dengan berbagai zat pengatur tumbuh?
2. Apakah dengan diberikannya perlakuan perendaman berbagai zat pengatur
tumbuh dapat mempercepat proses perkecambahan pada bibit sengon?
3. Bagaimana pengaruh pemberian berbagai zat pengatur tumbuh pada
perkecambahan bibit sengon?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Dengan perendaman benih dengan berbagai ZPT diharapkan mampu
mempercepat perkecambahan dan pertumbuhan benih sengon laut
2. Untuk mengetahui zat pengatur tumbuh terbaik dalam mempercepat
pertumbuhan benih sengon laut
3. Untuk mendiskripsikan pengaruh media tanam terhadap perkecambahan
dan pertumbuhan benih sengon laut
2.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
- Sumber informasi kepada pembaca tentang persemaian tanaman sengon
laut (Paraserianthes falcataria)
- Manfaat untuk masyarakat penelitian ini memberikan informasi dan
inovasi baru bagi petani
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sengon

Sengon berasal dari Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan


Australia. Sengon Indonesia tersebar di perkebunan timur dan Jawa. Sengon
dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk tanah kering, lembab, serta
tanah asin dan asam, asalkan dikeringkan dengan baik. Suhu optimum untuk
pertumbuhan sengon adalah 22-29°C, suhu maksimum 30-34°C, dan suhu
minimum 20-24°C (Basuki & Putri, 2015).
Sengon (Paraserianthes falcataria L.) Klasifikasi tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria).

Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Leguminosae
Famili : Mimosaceae
Genus : Paraserianthes
Spesies : Paraserianthes falcataria (L) Nielsen
Pohon sengon umumnya berukuran sangat besar, dengan tinggi pohon
mencapai 40 m, tinggi tanpa cabang hingga 20 m, dan diameter pohon
dewasa dapat mencapai 100 cm. Permukaan kulit kayu putih, abu-abu, atau
kehijauan. Halus, terkadang sedikit berlekuk dengan garis-garis sel kunci pas.
Daun sengon tersusun majemuk menyirip dua dengan panjang sekitar 23
sampai 30 cm, anak daun kecil berbentuk lonjong dan pendek ke arah ujung,
daun memudar menjadi hijau, dan rambut tipis pada sisi ab-adaksial. daun.
Saya punya. Bunga sengon tersusun dalam malai sepanjang 12 mm, berwarna
putih kekuningan, dan agak berbulu lonceng. Bunganya jantan dan betina dan
terdiri dari benang sari dan perangko. Buah sengon berbentuk polong pipih,
berwarna hijau saat muda dan keras serta berlilin saat masak, berubah dari
kuning menjadi coklat tua (Basuki & Putri, 2015).
2.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Harjadi mengatakan, "ZPT merangsang pertumbuhan dengan memberi
sinyal sel target untuk membelah atau tumbuh. Beberapa ZPT menghambat
pertumbuhan dengan menghambat pembelahan atau pemanjangan sel.
Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan
perkembangan sel tanaman. ZPT banyak digunakan di bidang pertanian
untuk berbagai tujuan, termasuk kerontokan daun, penundaan dan penguatan
puting buah, dan pengatur ukuran organ. Ada lima jenis zat pengatur tumbuh:
auksin, sitokinin, diberelin, penghambat, asam absidiat, dan etilen. Selain itu,
menurut Ramawati, zat pengatur tumbuh memperbaiki akar sistem dan
menyerap nutrisi. Dengan mempromosikan, Anda dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas hasil. Lebih baik, meningkatkan pertumbuhan tanaman
yang kaya, proses fotosintesis dan mencegah pengguguran daun, bunga dan
buah. Menurut Supriantini, “biasanya. Di bawah Kondisi tersebut, zat
pengatur tumbuh dapat merangsang pertumbuhan dan pertumbuhan tanaman
yang cepat, tetapi tanpa zat pengatur tumbuh, pertumbuhan tanaman
melambat, terutama pada tanaman yang tumbuh secara vegetatif.(Cookson &
Stirk, 2019).
2.3 Gibberellin Acid (GA3)
Gibberellin merupakan salah satu jenis zat pengatur tumbuh yang pada
prinsipnya digunakan untuk pertumbuhan vegetatif. Seperti yang disampaikan
oleh Abidin bahwa “gibberellin menstimulasi perpanjangan sel karena adanya
hidrolisa pati yang dihasilkan dari gibberellin yang akan mendukung
terbentuknya α amylase. Sebagai akibat dari terbentuknya α amylase, maka
konsentrasi gula akan meningkat yang akan mengakibatkan tekanan osmotik
didalam sel akan menjadi naik, sehingga ada kecenderungan sel tersebut
berkembang” pengaruh giberelin adalah mempercepat pemanjangan batang
dengan mekanisme pembelahan sel.Seperti yang diungkapkan oleh Campbell,
Reece dan Mitchell bahwa “gibberellin merupakan hormon yang
mempercepat perkecambahan biji, kuncup tunas, pemanjangan batang,
pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah,
mempengaruhi pertumbuhan dan deferensiasi akar”. Harjadi mengungkapkan
bahwa “gibberellin adalah suatu golongan ZPT dengan rangka entgibberellins
yangberfungsi merangsang pembelahan sel, pemanjangan sel, dan fungsi
pengaturan lain” (Harjadi, 2009).
Dikatakan oleh Sari bahwa “semakin tinggi konsentasi GA3
menyebabkan pertumbuhan vegetatif seperti jumlah cabang, tinggi tanaman
dan panjang ruas tanaman cabai hias meningkat” (Sari, 2010). Menurut
Wattimena bahwa “hormon gibberellin berperan dalam hampir seluruh
kegiatan perkembangan tanaman, gibberellin merupakan hormon tumbuhan
yang terdapat pada jaringan – jaringan tanaman yang muda. Gibberellin
merupakan zat pengatur tumbuh endogen yang terdapat pada berbagai organ
dan jaringan tumbuhan seperti akar, tunas, mata tunas, daun, bunga, bintil
akar, buah dan jaringan halus” (Cookson & Stirk, 2019).
Dilaporkan oleh Salisbury dan Ross bahwa “hormon gibberellin yang
diberikan di daerah apek tajuk dapat meningkatan pembelahan sel dan
pertumbuhan sel yang mengarah pada pemanjangan batang serta (pada
beberapa spesies) perkembangan daun yang berlangsung lebih cepat,
sehingga laju fotosintesisnya lebih terpacu dan menghasilkan peningkatan
keseluruhan pertumbuhan, termasuk akar” (Salisbury dan Ross, 1995).
Menurut Sengbusch bahwa “terdapat bermacam-macam asam gibberellin,
saat ini sudah 136 macam gibberellin yang telah diidentifikasi dan berasal
dari tanaman fungi, dan bakteri, GA3 merupakan yang pertama kali dikenal
dan diidentifikasi serta paling banyak digunakan” (Sengbusch, 2003).
Seperti yang dikemukakan oleh Abidin bahwa “perendaman benih dalam
larutan gibberellin dapat menyebabkan terjadinya pelunakan kulit benih
sehingga lebih permeable terhadap air dan oksigen. Hal ini akan
memudahkan benih menyerap larutan gibberellin, dengan masuknya
gibberellin ke dalam benih akan merangsang pembentukan enzim alfa
amylase untuk mengubah pati menjadi gula” (Abidin, 1985).
2.4 Atonik
Menurut Lestari bahwa “zat perangsang pertumbuhan yang banyak
diperdagangkan saat ini memiliki fungsi hampir sama dengan fitohormon
salah satunya adalah Atonik. Zat tumbuh Atonik mengandung bahan aktif
natrium arthonitrofenol 2,4 dinitrofenol, IBA (0,057 %) dan natrium 5
nitrogulakol yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Dalam cara
kerjanya, Atonik cepat terserap oleh sel serta mempercepat perkecambahan
dan perakaran, tetapi bila konsentrasinya berlebihan maka dapat menghambat
pertumbuhan. Atonik merupakan senyawa yang mudah diserap ke dalam
jaringan tanaman dan mempercepat aliran plasma dalam sel yang
mengakibatkan seluruh sel tanaman sehingga pada gilirannya prosesfisiolgi
akar tanaman berlangsung dengan baik, bagian tanaman vegetatif dan
generatif akan tumbuh lebih cepat dan kuat. Senyawa kimia ini sangat
bermanfaat untuk merangsang semua organ bagian tanaman, yaitu tanaman
yang menghasilkan buah biji, tanaman hias, sayur- sayuran dan tanaman
keras dengan penggunaan dosis yang berbeda sesuai kebutuhan” (Lestari,
2011).
2.5 Air Kelapa
Seperti yang disampaikan oleh Seswita bahwa “berbagai bahan alami
dapat digunakan sebagai subtitusi zat pengatur tumbuh diantaranya air
kelapa” (Seswita, 2010). Menurut Yunita Bahwa “air kelapa merupakan
bahan alami yang mempunyai aktivitas sitokinin untuk pembelahan sel dan
mendorong pembentukan organ konsentrasi air kelapa yang umum digunakan
dalam kultur jaringan adalah 2 -15%. Dalam air kelapa terdapat vitamin C,
asam nikotianat, asam folat, asam pantotenat, biotin, riboflavin. Air kelapa
muda juga mengandung air, protein, karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit
lemak, Ca dan P” (Yunita, 2011).
Menurut Djamhuri mengatakan bahwa “air kelapa dapat digunakan
sebagai ZPT alami yang murah dan mudah didapatkan dibandingkan
penggunaan ZPT sintetis, sehingga tidak memerlukan biaya yang cukup
besar. Dalam air kelapa terkandung fitohormon sitokinin, auksin dan
gibberellin. Adanya kandungan hormon dalam air kelapa sehingga
mempunyai peranan penting dalam mendorong terjadinya pembelahan sel,
pemanjangan sel dan diferensiasi jaringan terutama dalam pembentukan tunas
pucuk dan pertumbuhan akar. Pemberian air kelapa pada stek pucuk meranti
dapat meningkatkan persentase stek hidup, stek bertunas, stek berakar dan
berat kering akar” (Djamhuri, 2011).
Menurut Wattimena bahwa “sitokinin yang terdapat didalam air kelapa
berperan dalam proses pembalahan sel juga memiliki daya rangsang terhadap
pembentukan pucuk. Peran sitokinin dalam pembelahan sel tergantung
adanya fitohormon lain terutama auksin” (Wattimena, 1987).
BAB III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan kegiatan tugas akhir ini berjudul “ Pengaruh Jenis Zat Pengatur
Tumbuh Terhadap Perkecambahan Bibit Semai Sengon Laut” dilaksanakan
pada Juli 2022 sampai Agustus 2022 dan bertempat di Politeknik Negeri
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
 Alat
- Cetok untuk mengambil dan mengaduk media
- Polybag untuk tempat media dan sebagai tempat tumbuh benih
- Timbangan analitik untuk menimbang bobot kering dan bobot basah
- Untuk mengukur tinggi kecambah
- Jangka sorong untuk mengukur diameter kecambah
 Bahan
- Top soil, arang sekam, pupuk kandang
- GA3 (gibberellin acid), atonik dan air kelapa muda 3) benih Sengon
laut
3.3 Prosedur Pelaksanaan

A. Penyiapan media
Menyiapkan media yang sudah ditentukan yaitu top soil,
pasir sekam dan pupuk kandang. Dengan komposisi 1:1:1
Kemudian campur semua bahan dan taruh di bak penyemaian
B. Perendaman Benih
Benih yang digunakan adalah biji yang berasal dari Kebun
Raya Purwodadi, Pasuruan. Sebelum direndam, biji dipilih yang
tidak cacat atau rusak dan ukurannya seragam. Setelah dipilih, biji
dipisah dalam empat wadah. Kemudian biji tersebut direndam
dalam GA3 (gibberellin acid), atonik dan air kelapa muda 100%
selama 2 jam. Terdapat perlakuan kontrol atau tanpa perendaman.
Perlakuan pratanam diberikan pada empat level yaitu:
- Tanpa perendaman ZPT (kontrol)
- Biji direndam dalam GA3
- Biji direndam atonik
- Biji direndam air kelapa 100%
C. Perawatan
P e r a w a t a n yang dilakukan setelah penanaman
benih sengon laut (E.cyclocarpum (Jacq.) Griseb) yaitu
penyiraman yang dilakukan setiap dua hari sekali pada pukul
07:00WIB.
D. Pengamatan
Peubahmerupakan perhitungan pertumbuhan benih yang
digunakan sebagai pembanding setiap perlakuan. Ada pun peubah
yang digunakan untuk mengamati perkecambahan dan
pertumbuhan benih sengon yaitu: Daya perkecambahan,yang
meliputi hidup dan mati. Pengamatan ini dilakukan dari benih
mulai berkecambah sampai benih berumur 15 hari.Menurut
Triwanto (2014) daya perkecambahan dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Daya Kecambah (DK)
( jumlah benih yang berkecambah)
DB = X 100%
( jumlah benih yang dikecambahkan)
Laju perkecambahan benih dapat dihitung dengan cara
menghitung dari jumlah hari benih berkecambah. Pengamatan ini
dilakukan sejak benih ditaburkan sampai benih berumur 15
hari.Adapun rumusnya sebagai berikut:
Rata-rata hari=N1T1+ N2T2+...+NxTx
Total benih yang berkecambah Keterangan:
N = jumlah benih yang berkecambah setiap hari
T = jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir
dari interval tertentu pengamatan

3.4Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Percobaan Kelompok (RAK)
dengan 1 faktor yang disusun secara non faktorial .yaitu perendaman benih
dengan ZPT (L) terdiri dari empat level Faktor = perendaman dengan zat
pengatur tumbuh
L1 = tanpa zat pengatur tumbuh (kontrol)
L2 = perendaman dengan GA3
L3 = perendaman dengan atonik
L4 = perendaman dengan air kelapa 100%
Masing-masing perlakuan diulang 4 kali, sehingga terdapat 4 x 6 = 24 unit
percobaan.Setiap unit percobaan terdapat 24 benih sengon laut.

Perhitungan :
Rumusnya RAK :
(r-1)(t-1) > 15
(r-1) (4-1) > 15
(r-1) 3 > 15
3r - 3 > 15
3r > 15+3
3r > 18
r > 18/3
r>6
perlakuan diulang 4 kali, sehingga terdapat 4 x 6 = 24

Layout sebelum pengacakan

L1U1 L1U2 L1U3 L1U4 L1U5 L1U6

L2U1 L2U2 L2U3 L2U4 L2U5 L2U6

L3U1 L3U2 L3U3 L3U4 L3U5 L3U6

L4U1 L4U2 L4U3 L4U4 L4U5 L4U6

Layout Pengacakan

U1 U2 U3 U4 U5 U6
L1U6 L1U5 L1U4 L1U3 L1U2 L1U1
L2U1 L2U6 L2U5 L2U4 L2U3 L2U2
L3U1 L3U6 L3U5 L3U4 L3U3 L3U2
L4U1 L4U6 L4U5 L4U4 L4U3 L4U2

Keterangan
L1 = Tanpa zat pengatur tumbuh (kontrol)
L2 = Perendaman dengan GA3
L3 = Perendaman dengan atonik
L4 = Perendaman dengan air kelapa 100%
Laju perkecambahan benih dapat dihitung dengan cara menghitung dari
jumlah hari benih berkecambah. Pengamatan ini dilakukan sejak benih ditaburkan
sampai benih berumur 15 hari.Adapun rumusnya sebagai berikut:

Rata-rata hari = N1T1+ N2T2+...+NxTx

=Total benih yang berkecambah

Keterangan: N = Jumlah benih yang berkecambah setiap hari

T = Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir


dari interval tertentu pengamatan

3.5 Analisis data


Menurut Rochiman (2008) bahwa model umum rancangan percobaan acak
kelompok yang digunakan adalah :

Yij=μ+i+βj+εij

Keterangan :
I =1, 2, . . . , t
J =1, 2, 3, . . . , n
t =banyaknya perlakuan
n =banyaknya kelompok yang merupakan juga banyaknya ulangan
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-jμ
=nilai tengah umum
βj =pengaruh perlakuan ke-j
εij =pengaruh acak pada perlakuan ke-ikelompok ke-j
iπ =pengaruh perlakuan ke-i

3.6Diagram Alir

PengajuanJudul
(Minggu Ke-3
bulanFebruari
2022)

Penyusunan
Proposal
(Maret – Juli
2022)

Seminar
Proposal
(Juni 2022)

PersiapanPenelitian
(Juni 2022)

PelaksanaanPenelitia n
(Juli - September 2022)

Pengamatan
(September 2022)

Analisis Data
(Oktober/November)
3.7 Jadwal Kegiatan

Waktu (bulan) 2022


No Kegiatan Ag
Feb Mart April Mei Juni Juli t Sept Okt Nov Des
Tugas Akhir
1 Sosialisasi TA oleh korbid TA
Pengajuan judul oleh
2 mahasiswa kepada korbid
TA

3 Penetapan judul dan dosen


pembimbing oleh korbid TA

4 ACC judul oleh dosen


pembimbing

5 Proses pembimbingan dan


penyusunan proposal
6 Seminar proposal
Pelaksanaan TA oleh
mahasiswa, Proses
7 pembimbingan dan
penyusunan laporan TA,
supervisi TA
DAFTAR PUSTAKA

Muswita, P. M. dan L. H. (2008). Pengaruh Pupuk Organik Terhadap


Pertumbuhan Sengon (Albizia falcataria (L.) Fosberg). Jurnal Biologi, 1(1),
15-18.
Pupuk, P., & Pada, O. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam
penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung di desa bonto mate’ne
kec amatan sinoa kabupaten bantaeng.
Sukarman, S., Kainde, R., Rombang, J., & Thomas, A. (2012).
PERTUMBUHAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria) PADA
BERBAGAI MEDIA TUMBUH. Eugenia, 18(3).
https://doi.org/10.35791/eug.18.3.2012.4104
Basuki, A., & Putri, R. N. (2015). Sengon (Issue Lvl).
Cookson, M. D., & Stirk, P. M. R. (2019). PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR
TUMBUH DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN SEMAI SENGON BUTO.

Anda mungkin juga menyukai