Anda di halaman 1dari 26

Tugas Akhir Book Chapter

Mata Kuliah: Taksonomi Tumbuhan


Kelas: Biologi A 2021
Anggota Kelompok 8:
1. Shifa Ramadhanti / 4411420071
2. Nevta Fatikha Ariyani / 4411421027
3. Fisky Aditya Pratama / 4411421029
4. Naurah Fakhriyah Ali / 4411421038

Pembagian Pengerjaan Bab III. Budidaya Mangifera Indica


Abstrak Naurah Fakhriyah Ali
Pendahuluan (Syarat Tumbuh Mangifera indica) Shifa Ramadhanti
3.1 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Mangifera indica Nevta Fatikha Ariyani
3.2 Teknik Budidaya Mangifera indica
3.2.1 Lahan dan Benih Shifa Ramadhanti
3.2.2 Penanaman Fisky Aditya Pratama
3.2.3 Penambahan Pupuk Fisky Aditya Pratama
3.2.4 Buah Sebelum Panen Nevta Fatikha Ariyani
3.2.5 Panen dan Pascapanen Naurah Fakhriyah Ali
3.2.5.1 Panen
3.2.5.2 Pascapanen
3.3 Macam-Macam Cara Perbanyakan Mangifera indica Naurah Fakhriyah Ali
3.4 Jenis dan Pengendalian Hama dan Penyakit Mangifera indica Naurah Fakhriyah
Ali
1

BAB III. BUDIDAYA MANGIFERA INDICA


Naurah Fakhriyah Ali, Nevta Fatikha Ariyani, Fisky Aditya Pratama, Shifa
Ramadhanti
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang
naufakhriyah@students.unnes.ac.id fiskyaditya@students.unnes.ac.id
nevta05@students.unnes.ac.id syifaramadhan2021@students.unnes.ac.id

Abstrak
Tanaman mangga Mangifera indica merupakan tanaman yang banyak
dibudidayakan karena daya konsumsi buahnya yang tinggi di masyarakat.
Permintaan pasar yang tinggi mengharuskan industri pertanian buah mangga dapat
memastikan ketersediaan buah mangga berkualitas baik dan layak konsumsi di
pasar. Tanaman mangga yang dibudidayakan melalui serangkaian proses budidaya,
mulai dari tahap penanaman sampai dengan tahap pemanenan hasil buah mangga.
Proses penanaman mangga harus memperhatikan banyak hal, seperti syarat dan
kondisi tumbuh tanaman mangga, persiapan lahan dan benih tanaman mangga,
penanaman, penambahan pupuk untuk menunjang pertumbuhan tanaman mangga,
serta pengetahuan mengenai buah sebelum dan setelah panen. Tidak hanya itu,
untuk menjaga kualitas mangga dengan memperpanjang umur simpan dan
mengurangi kejadian kebusukan buah sebelum sampai ke tangan konsumen, buah
mangga juga harus melalui serangkaian proses penanganan pascapanen. Beberapa
teknologi yang sudah diteliti efektif diterapkan dalam meningkatkan kualitas buah
mangga dijelaskan pada bab ini. Teknologi pascapanen buah mangga diadopsi dalam
serangkaian penanganan pascapanen buah yang meliputi penanganan pascapanen
buah sesaat setelah dipetik, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi buah
mangga. Tanaman mangga dapat dikembangbiakan secara vegetatif menggunakan
teknik okulasi dan grafting. Tanaman mangga dapat terserang penyakit yang
disebabkan oleh hama, yang utamanya merupakan hama jamur. Sebagian kecil hama
penyakit merusak kualitas buah maupun tanaman mangga hanya dalam waktu
singkat sehingga mengakibatkan kerugian masif bagi industri pertanian mangga.
Pada bab ini dibahas beberapa penyakit akibat hama, tanda-tanda penyakit tersebut,
dan penanganan masing-masing penyakit akibat hama. Bab ini menyediakan
informasi mengenai budidaya mangga yang sudah dijabarkan secara umum di atas.
Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan referensi penulisan berasal
dari gabungan hasil penelitian-penelitian terkini.

Kata kunci: budidaya mangga, teknik budidaya mangga, panen dan pascapanen
mangga, teknologi pascapanen mangga, hama penyakit mangga.

Pendahuluan
2

Tumbuhan mangga (Mangifera indica) merupakan tumbuhan yang dapat


ditemukan dalam budidaya tanaman hias maupun pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tanaman mangga merupakan tanaman buah tropis yang
memiliki beberapa persyaratan lokasi tumbuh. Buah mangga sangat digemari oleh
masyarakat luas dan biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun olahan
(Fathanah et al., 2018). Produktivitas tanaman mangga sangat ditentukan oleh
interaksi berbagai faktor, seperti tanah, iklim, tanaman dan pengelolaan tanaman.
Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan dengan
prasyarat yaitu tumbuh pada musim kering serta memiliki ketersediaan air yang
cukup.
Iklim pada tumbuhan mangga dipengaruhi oleh struktur tanah atau lokasi,
karena lokasi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman mangga
(Mangifera indica) adalah lokasi yang banyak mengandung bahan bahan organik
dengan derajat keasaman tanah 5,5-7,5.Selain itu curah hujan dan tekstur tanah
berhubungan erat dengan ketersediaan air di dalam tanah, karena pemenuhan
kebutuhan unsur bagi tumbuhan diperoleh melalui penyerapan oleh akar dari tanah
bersamaan dengan penyerapan air (Ramadani et al, 2017). Daerah yang memiliki
curah hujan yang tinggi harus dalam suhu 24 - 27 derajat Celcius agar kelembaban
yang dihasilkan akibat pengaruh iklim tidak tinggi dan mempengaruhi keberhasilan
budidaya dalam pertumbuhan tanaman mangga diperlukan curah hujan tahunan
1500-2000 mm/tahun dengan tingkat kesuburan tanah sedang dan drainase sedang
dan dapat ditanam pada kawasan atau wilayah lereng dengan kemiringan sekitar
8% (Ramadani et al, 2017).

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Produksi Mangifera indica


Terdapat dua faktor yang mempengaruhi produksi dari Magnifera indica
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan dan
juga nutrisi yang didapat tanaman saat proses pertumbuhan. Faktor lingkungan
yang berpengaruh di daerah subtropis adalah rendahnya suhu lingkungan. Suhu
18°C di siang hari dan 10°C di malam hari memicu perkembangan bunga di
daerah subtropis. Untuk daerah tropis faktor suhu tidak mempengaruhi
pembungaan, dikarenakan perubahan suhu yang tidak terlalu signifikan. Kekeringan
adalah masalah yang menghambat pembungaan di lingkungan yang tropis.
selanjutnya adalah faktor eksternal lainnya yaitu nutrisi yang diberikan selama
masa pertumbuhan tanaman Magnifera indica. Nutrisi pada tanaman adalah faktor
yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam proses pertumbuhan tanaman.
Upreti et al. (2013) menyatakan bahwa rasio C/N meningkat di awal induksi
pembungaan. Peningkatan rasio C/N pada tajuk merupakan konsekuensi dari
peningkatan ketersediaan karbohidrat. Peningkatan rasi C/N pada tajuk merupakan
konsekuensi dari peningkatan karbohidrat yang ada pada tanaman. Kondisi
tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi mendukung terjadinya inisiasi bunga
yang juga didukung dengan kondisi lingkungan yang baik untuk pembungaan. Hal
ini dikarenakan proses dari pembungaan membutuhkan energi yang banyak.
Selanjutnya adalah faktor internal:
3

1. Peran Vegetative Promoter dan Florigenic Promoter


Terjadinya induksi pembungaan diakibatkan karena adanya
rangsangan induksi oleh florigenic promoter (FP). Sedangkan untuk
pertumbuhan tajuk vegetatif dikendalikan oleh rangsangan induksi berupa
vegetative promoter (VP).
a. Peran auksin pada pembungaan
Auksin mempunyai pengaruh dalam inisiasi tajuk, dimana
auksin menghambat terjadinya proses inisiasi. Auksin memiliki
peran dalam menstimulasi pertumbuhan akar dan membuat
dominansi pertumbuhan apikal dengan mencegah pertumbuhan
tunas di ketiak daun. Auksin ditransportasikan dari bagian tajuk dan
daun tanaman menuju bagian akar. Auksin sangat erat dengan
sitokinin dalam tahap inisiasi. Pada rasio auksin dan sitokinin yang
cukup tinggi, maka akan menimbulkan inisiasi pada tunas yang
masuk fase istirahat. Hal ini dikarenakan rasio konsentrasi dari
auksin dan sitokinin menentukan proses inisiasi pada tunas.
b. Peran sitokinin pada pembungaan
Sitokinin adalah senyawa yang strukturnya menyerupai
adenin sehingga mampu memicu pembelahan sel. Sitokinin berfungsi
mengatur aktivitas meristematik pada tajuk tanaman. Sitokinin
ditranslokasikan melalui jaringan xilem dari akar menuju tunas-
tunas yang sedang masa istirahat atau dorman (Ravishankar, 2014).
Kandungan sitokinin akan meningkat saat kondisi lingkungan dingin
dikarenakan kondisi ini sangat mempengaruhi proses pembungaan.
Sitokinin berperan dalam pecahnya masa dorman tunas yang
menyebabkan proses terjadinya inisiasi, dimana kondisi lingkungan
berada pada temperatur yang cocok untuk pembungaan (Bangerth,
2006).

2. Peran fitohormon dalam pembungaaan mangga


Peran auksin pada pembungaan. Fitohormon pada tanaman mangga
pun ikut berperan dalam proses pertumbuhan tajuk. Adapun fitohormon
yang ikut berperan dalam pertumbuhan tajuk yakni auksin, sitokinin, etilen,
dan giberelin (Davenport, 2009). Auksin mempunyai pengaruh dalam
inisiasi tajuk, dimana auksin menghambat terjadinya proses inisiasi. Auksin
memiliki peran dalam menstimulasi pertumbuhan akar dan membuat
dominansi pertumbuhan apikal dengan mencegah pertumbuhan tunas di
ketiak daun. Auksin ditransportasikan dari bagian tajuk dan daun tanaman
menuju bagian akar (Davenport, 2009). Dalam perannya pada tahap inisiasi,
auksin sangat erat kaitannya dengan sitokinin. Rasio konsentrasi auksin dan
sitokinin pada tunas yang masuk dalam masa istirahat dapat menentukan
terjadinya inisiasi pada tunas tersebut. Pada rasio sitokinin dengan auksin
yang cukup tinggi umumnya akan menyebabkan inisiasi pada tunas yang
masuk masa istirahat (Davenport, 2000).
4

3. Peran nutrisi tanaman dalam pembungaan


Nutrisi pada tanaman tentu saja tidak bisa dikesampingkan begitu
saja. Induksi pada mangga memerlukan nutrisi agar bisa melakukan
pembungaan. Chako (1991) mengatakan bahwa adanya keterkaitan
kandungan karbohidrat pada bagian tajuk dalam proses pembungaan
mangga. Dikatakan bahwa saat karbohidrat meningkat pada kuncup maka
akan timbul stimulus pembungaan untuk induksi. Selain itu, Widaryanto et
al. (2005) menyatakan bahwa akumulasi fotosintat yang tinggi di bagian
tunas pada masa vegetatif akhir dapat meningkatkan pembentukan kuncup
bunga.

3.2 Teknik Budidaya Mangifera indica


3.2.1 Lahan dan Benih
Cara mendapatkan buah mangga yang berkualitas, perlu diperhatikan lahan
serta benih yang dibutuhkan pada saat penanaman buah mangga.Dalam persiapan
lahan yang perlu diperhatikan adalah batas lahan dengan cara pembersihan lahan
(land clearing) yaitu melakukan penebangan pohon yang tidak diperlukan dan
membersihkan dari semak belukar. dengan pemrosesan diantaranya :
a. Membuat sketsa lahan untuk penanaman benih dan pengukuran luas pada
lahan
b. Melakukan pengkaplingan sesuai dengan kondisi tanah dan sinar matahari
c. Melakukan perencanaan denah pada lahan pembenihan yang strategis, dekat
dengan sumber mata air
d. lakukan teknik land clearing pada lahan pembenihan mangga
e. buat lubang tanam yang disesuaikan dengan metode jarak tanam dan
biarkan lubang terbuka kurang lebih selama tujuh hari dengan campuran
pupuk organik
f. dokumentasikan setiap kegiatan persiapan lahan pada pohon mangga jika
telah dilakukan
Selanjutnya pada persiapan benih pada pohon mangga (Mangifera indica),
kegiatan ini menyediakan benih mangga berkualitas yang berasal dari varietas
unggul dan benih yang diperoleh dari perbanyakan sambung pucuk atau okulasi,
persiapan benih diantaranya sebagai berikut :
a. Mempersiapkan tempat sementara untuk menyimpan benih sampai saat
pelaksanaan penanaman
b. Memilih benih mangga yang berkualitas dari hasil perbanyakan sambung
pucuk atau okulasi dengan klasifikasi yaitu tinggi benih yang mencapai
minimal 30 cmm dengan ketinggian lebih dari 100 cm, benih yang dipilih
minimal 4 bulan dari sambung pucuk/okulasi
c. Hitung benih mangga sebanyak lubang pada lahan penanaman
d. Letakkan benih mangga di tempat yang strategis dan melakukan adaptasi
kurang lebih dua minggu sebelum penanaman
e. Lakukan pengecekan secara rutin dan intensif pada benih mangga yang akan
digunakan dan diberikan pupuk
5

f. Melakukan pemangkasan cabang atau ranting benih mangga yang tumbuh


melebihi cabang mangga yang primer
g. Lakukan secara rutin dalam pemupukan serta organisme pengganggu
tumbuhan (opt) bila diperlukan
h. Dokumentasi setiap kegiatan pembenihan jika telah dilakukan

3.2.2 Penanaman
Pohon Mangga (Mangifera indica) adalah salah satu tanaman buah yang
banyak digemari banyak orang dan sering dikembangbiakan entah itu di kebun atau
di halaman rumah. Namun, menanam pohon mangga bukan sesuatu pekerjaan yang
mudah. Dibutuhkan beberapa hal yang perlu dilakukan agar pohon mangga tumbuh
subur dan berbuah banyak. Mengetahui tata cara penanaman mangga yang baik
merupakan langkah awal sebelum melakukan budidaya. Keberhasilan budidaya
mangga dipengaruhi oleh bagaimana tanaman tersebut ditanam. Penanaman
mangga dapat dilakukan dengan cara perbanyakan generatif dan vegetatif.
Perbanyakan generatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan biji, sedangkan
perbanyakan vegetatif dengan cara menggunakan bagian vegetatif tanaman seperti
batang, akar, daun untuk menghasilkan tanaman baru. Perbanyakan vegetatif dapat
dilakukan dengan beberapa cara misalnya penyambungan (grafting), okulasi
(budding), stek (cutting), dan cangkok (layering).
Kebanyakan orang awam tahu, biji mangga merupakan cikal bakal tanaman
mangga. Menanam dari biji merupakan perbanyakan generatif yang relatif mudah
dan murah. Cara ini dapat menghasilkan varietas baru yang mungkin tidak sebaik
tanaman induknya. Tanaman dari biji mangga juga tergolong lebih kuat sehingga
memiliki umur yang lebih panjang (Chaniago et al, 2020). Tanaman baru yang
dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya. Meski
relatif mudah dan murah, cara penanaman ini sebenarnya membutuhkan waktu
yang lebih lama. Rata-rata tanaman baru bisa berbuah saat berumur 4–8 tahun
setelah ditanam. Jika ingin mendapatkan hasil buah mangga dengan ukuran besar,
dapat dilakukan dengan perbanyakan vegetatif.

Penanaman secara generatif


Bersumber dari Roslinda et al (2022) yang melakukan pelatihan di
kelurahan Setapuk Besar, Kota Singkawang langkah awal untuk penanaman mangga
dengan biji adalah dengan menyiapkan polybag berukuran 25 cm × 30 cm atau 30
cm × 30 cm yang telah diisi media tanam. Letakkan biji pada media tanam dengan
bagian perut menghadap ke bawah, kemudian tutupi benih dengan media tanam
tetapi pastikan biji tidak terkubur terlalu dalam. Sirami benih dan letakkan di
tempat yang teduh. Setelah dua minggu, biasanya benih sudah mulai tumbuh. Saat
daun yang baru tumbuh sudah tua, benih yang telah berkecambah bisa diletakkan di
bawah sinar matahari langsung.
Penanaman secara generatif dapat dijelaskan sebagai berikut:
6

Penanaman secara vegetatif


Roslinda et al (2022) juga memberi penyuluhan mengenai penanaman
secara vegetatif. Batang bibit yang dipilih harus berukuran antara 3/8 dan 1 inci (1
hingga 2,5 cm), berwarna hijau cerah, bebas dari busuk atau penyakit, dan
menunjukkan tanda-tanda daun dan tunas yang sehat. Potong batang bawah yang
dipilih dari pohon sekitar 4 inci di atas tanah. Gunakan gunting stek yang sangat
tajam atau pisau cangkok khusus. Buat potongan rata dan berhati-hatilah agar tidak
merusak batang di bawah potongan. Gunakan pisau untuk membelah batang yang
tersisa menjadi dua dari atas ke bawah, sekitar satu inci (2,5 cm) di atas permukaan
tanah. Langkah selanjutnya adalah menentukan lokasi tunas baru atau batang atas
pada pohon mangga yang ada. Ketebalan batang atas harus sama atau sedikit lebih
kecil dari batang bawah yang dipanen dan harus memiliki tunas dan daun segar.
Potong batang atas sepanjang 3 hingga 6 inci (7,5 hingga 15 cm) dari pohon dan
rapikan kembali daun paling atas. Dengan pisau, buat irisan di ujung potongan
batang atas dan potong kulit kayu di setiap sisi untuk membuat titik miring.
Tempatkan irisan batang atas ke dalam slot yang telah dipotong di batang bawah.
Gunakan selotip khusus grafting untuk mengamankan batang bawah ke batang atas.
Letakkan kantong plastik di atas cangkokan baru dan ikat di bagian bawah untuk
menciptakan lingkungan yang hangat dan lembab serta melindungi cangkokan baru
dari serangga dan hama.

3.2.3 Penambahan Pupuk


Pemupukan adalah proses pemberian bahan kepada tanah dengan tujuan
memperbaiki atau meningkatkan kesuburan tanah (Yusuf et al, 2021). Pohon
mangga membutuhkan pupuk untuk menghasilkan buah yang baik dan menjamin
kesehatan pohon. Saat memupuk pohon mangga penting untuk memilih pupuk yang
7

sesuai dengan umur dan ukuran pohon mangga. Jumlah pupuk mewakili rasio
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) yang merupakan unsur hara utama tanaman
(Fan et al, 2020). Pohon mangga yang ditanam di tanah berpasir membutuhkan
lebih banyak pupuk daripada yang ditanam di tanah liat atau lempung. Pupuk yang
menggabungkan fosfor, kalium, dan nitrogen dengan mangan, zinc, dan zat besi
dianggap yang terbaik untuk pohon Mangga. Saat mencari pupuk yang baik untuk
pohon Mangga, dapat menggunakan pupuk khusus pohon buah. Mangga biasanya
diberi pupuk sebelum berbunga, bukan saat berbunga. Memilih pupuk pohon
Mangga yang tepat akan membantu mendapatkan keseimbangan pH yang tepat
untuk tanah juga (Joseph et al, 2021). Pohon Mangga dapat menggunakan pupuk
kimia dan organik seperti kompos.
Waktu pemupukan dalam budidaya mangga harus bertepatan dengan waktu
yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Hal ini terjadi segera setelah panen ketika
tanaman telah menggunakan sebagian besar cadangannya untuk pertumbuhan dan
pematangan buahnya, sehingga akan menjadi waktu yang penting untuk melakukan
pemupukan. Pupuk pertama kali diberikan pada tanah dan daun untuk
menyediakan cadangan pohon untuk pertumbuhan bunga, buah, dan pertumbuhan
vegetatif inisiasi. Direkomendasikan penerapan 50% elemen yang diperlukan segera
setelah pemangkasan dan terapkan 50% sisanya setelah berbunga. Unsur mikro
akan diterapkan dalam tiga tahap, 40% setelah panen, 30% setelah 2 bulan, dan sisa
30% setelah 2 bulan aplikasi kedua, upayakan penerapan unsur mikro di musim
hujan.
Banyaknya pemberian pupuk juga perlu diperhatikan. Untuk pohon muda,
beri pupuk sebulan sekali, untuk pohon besar tiga sampai empat kali setahun.
Kuantitas bervariasi tergantung pada ukuran pohon. Pohon muda harus menerima
setidaknya 1/4 pon pupuk per bulan tetapi tidak lebih dari 1 pon per bulan. Ambil
sampel tanah untuk menentukan tanah apa yang dibutuhkan agar pupuk yang
sesuai dapat digunakan dalam jumlah maksimum.

Pemupukan Pohon Mangga Muda


Saat Anda menanam untuk pertama kali, campurkan pupuk superfosfat (0-
45-0) dengan tanah untuk mendorong pertumbuhan akar yang kuat. Pada tahun
pertama, pohon Mangga menerima 1 hingga 2 pon pupuk 10-20-20 lepas lambat
yang dibagi menjadi tiga atau empat pengaplikasian sebelum tumbuh. Selama tahun
kedua dan ketiga, pohon Mangga harus diberi 1 1/2 hingga 3 pon pupuk 10-20-20
dengan cara yang sama. Pupuk disebarkan langsung di bawah garis tetesan daun
dan juga diaplikasikan ke tanah. Pupuk lengkap yang mengandung nitrogen 6 hingga
10 persen, fosfor 6 hingga 10 persen, dan magnesium 4 hingga 6 persen cocok untuk
pohon Mangga muda. Berhati-hatilah untuk tidak menggunakan terlalu banyak
pupuk pada pohon Mangga muda.

Pemupukan Pohon Mangga Dewasa


Pohon Mangga dewasa diberi sekitar 1 pon pupuk lepas lambat lengkap per
inci batang 4 hingga 5 kaki di atas tanah. Separuh dari pupuk ini diberikan sebelum
berbunga bukan saat berbunga, dan sisanya setelah memanen Mangga. Umumnya, 9
8

sampai 15 persen potasium dan 2 sampai 4 persen fosfor harus dikurangi dalam
pupuk pohon dewasa. Campuran pupuk yang tersedia secara umum yang
memuaskan untuk pohon Mangga dewasa termasuk 6-6-6 dan 8-3-9-2, angka 2
menunjukkan tambahan magnesium. Untuk mendorong pertumbuhan bunga dan
buah Mangga, pupuk nitrogen tambahan ditambahkan sebelum pohon Mangga
mulai berbunga.

Pupuk Organik
Pupuk organik adalah sumber mineral yang tersedia secara alami yang
mengandung nutrisi esensial tanaman dalam jumlah sedang (Shaji et al, 2021).
Pupuk organik mampu mengurangi masalah yang terkait dengan pupuk sintetis.
Pada saat yang sama membantu kita untuk memupuk, pupuk organik
memungkinkan kita membuang semua residu organik yang kita hasilkan di rumah.
Pohon mangga mudah tumbuh secara organik karena unsur hara yang
dibutuhkannya banyak tersedia dari bahan organik.

Kotoran Sapi
Ketika kotoran sapi difermentasi dengan benar, akan menjadi salah satu
sumber nutrisi terbaik untuk pohon buah ini (Jomnonkhaow et al, 2021). Kotoran
sapi akan membantu dalam pertumbuhan dan pertumbuhan bunga yang sehat.
Kotoran sapi tidak diragukan lagi menjadi salah satu pupuk organik terlengkap.
Kotoran sapi mengandung jumlah nitrogen, fosfor, dan potasium yang baik.

Emulsi Ikan
Emulsi ikan adalah pilihan yang bagus jika tidak keberatan dengan bau ikan
di sekitar tanaman Mangga. Emulsi ikan dapat ditemukan di penjual bibit atau
membuat sendiri di rumah dengan mudah. Emulsi ikan adalah sumber organik yang
baik untuk fosfor dan kalium, sehingga sangat cocok digunakan sebagai pupuk
pohon Mangga (Exley, 2018). Emulsi ikan adalah pupuk alami cair yang biasanya
memiliki rasio nitrogen/fosfor/kalium 5-3-3. Jika emulsi ikan diberikan setiap 2
minggu dalam cuaca panas, pohon Mangga Anda akan terus tumbuh. Pupuk kimia
dapat membakar pohon muda, jadi emulsi ikan adalah pilihan yang baik, terutama
untuk satu atau dua tahun pertama kehidupan pohon. Sebagai campuran tambahan
pupuk emulsi ikan Anda dapat menggunakan batuan fosfat, guano, tepung darah,
atau tepung tulang untuk menyediakan fosfor. Sedangkan rumput laut atau kalium
sulfat untuk menyediakan kalium.

Pupuk Non Organik


Pupuk NPK baik untuk pohon Mangga. Nilai NPK mewakili konsentrasi yang
merupakan tiga unsur hara paling penting dalam pupuk apa pun untuk tanaman apa
pun. Fungsi masing-masing dari pupuk NPK yaitu:
Nitrogen (N), mendukung pertumbuhan bagian atas sayuran (daun, batang).
Sebagian fungsi nitrogen bertanggung jawab atas warna hijau tanaman dan
memberikan ketahanan terhadap hama.
9

Fosfor (P), penting dalam pematangan biji, bunga, dan buah. Fosfor berkontribusi
pada pembentukan dan pertumbuhan akar dan memainkan peran penting dalam
ketahanan kekeringan.
Potassium atau Kalium (K), menentukan pertumbuhan seluruh tanaman,
memungkinkan akar dan batang dan memungkinkan benih, buah, dan daun tumbuh.
Kalium memberikan ketahanan terhadap hama dan penyakit, membantu sirkulasi
nutrisi lain di sekitar tanaman, dan mengatur fungsi tanaman.

3.2.4 Buah Sebelum Panen


Perlakuan yang dapat dilakukan untuk tanaman magnifera indica sebelum
panen adalah sebagai berikut:

1. Penjarangan buah

Penjarangan buah adalah kegiatan untuk menyesuaikan jumlah buah


pada tanaman mangga, bertujuan untuk meningkatkan kualitas buah dan
menjaga kesinambungan produk. Penjarangan dilakukan untuk mengurangi
jumlah buah dalam setiap tangkai dengan membuang buah yang dianggap
tidak baik agar daya dukung tanaman untuk menghasilkan buah dengan
mutu dan jumlah optimal (Kementerian Pertanian, 2021). Tahapan kegiatan
penjarangan buah, sebagai berikut:
a. Lakukan penjarangan buah saat buah masih kecil, yaitu pada saat buah
berukuran sebesar bola pingpong.
b. Buang buah yang berukuran kecil, tidak sehat (terserang OPT), dan
abnormal.
c. Pilih 1-2 buah per malai (arumanis dan sejenisnya) atau 3-4 buah
permalai (Gedong Gincu dan sejenisnya) untuk dipelihara dengan kriteria
bentuk buah proporsional dan seragam.
d. Potong tangkai buah dengan menggunakan gunting pangkas terhadap
buah yang tidak memenuhi kriteria mutu.
e. Dokumentasikan setiap kegiatan penjarangan buah yang dilaksanakan.

2. Pembungkusan buah
Pembungkusan buah mangga berfungsi untuk meningkatkan kualitas
dari buah mangga dan melindungi buah dari serangan hama lalat dan
kelelawar. Pembungkusan buah dapat dilakukan dengan menerapkan
teknologi pemangkasan bentuk berkanopi pendek, dengan kanopi pendek,
pembungkusan buah akan mudah dan lebih efisien untuk dilakukan
(Kementerian Pertanian, 2021). Untuk bahan pembungkus buah disarankan
berbahan transparan agar memudahkan dalam penentuan waktu panen
yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Apabila pembungkusan buah tidak
menggunakan bahan transparan maka harus menghitung jari ketika panen,
dengan menghitung sejak penjarangan buah dan pembungkusan buah.
Kekurangan dari bahan pembungkus buah yang tidak transparan adalah
untuk buah mangga yang punya warna eksotis akan mengalami penurunan
atau pemudaran tampilan warna pada buah. Pembungkus buah transparan
10

dapat berupa plastik bening atau kantung kain berbahan nilon berpori yang
sangat tipis, berwarna bening dan terdapat lubang di bagian kantung atas
agar bisa dimasukkan tali pengikat. Penggunaan plastik kresek transparan
disarankan dengan menggunakan kertas transparan untuk menghindari
embun pada kulit buah mangga ketika hujan, kemudian ujung plastik diberi
lubang untuk menghindari air tersimpan di dalam plastik. Untuk kantung
kain berbahan nilon tidak perlu dilapisi oleh kertas.

3.2.5 Panen dan Pasca Panen Buah Mangga


3.2.5.1 Panen
Tanaman mangga yang buahnya sudah siap panen akan melalui serangkaian
kegiatan pemerolehan hasil budidaya. Penentuan umur, waktu, dan cara panen
berbeda-beda tergantung sifat dan karakter buah mangga. Beberapa faktor yang
perlu dicermati ketika musim panen tiba, diantaranya: suhu dan kelembaban,
kesegaran, varietas, dan keamanan pangan (Kementerian Pertanian, 2021). Mangga
yang sudah siap petik dan layak panen memiliki beberapa kriteria:
- Kulit buah dilapisi lapisan lilin yang tebal dan merata.
- Umur panen di antara 75 - 115 hari tergantung spesies dan varietasnya.
Umur 107 - 115 hari adalah umur panen untuk mangga gedong dan arum
manis terhitung mulai dari waktu mekar.
- Buah berbentuk padat penuh ditandai dari hilangnya lekukan buah di ujung
buah sehingga menampilkan ujung buah yang rata.
- Di sebagian varietas mangga, mangga yang siap panen ditandai dengan
meratanya pori-pori di permukaan kulit buah.
Langkah pemanenan buah mangga adalah sebagai berikut:
1. Agar getah yang dihasilkan dari luka potongan tidak terlalu banyak keluar,
lakukan kegiatan panen mangga pada pukul 07.00-09.00 di pagi hari atau
pada pukul 16.00-17.30 di sore hari.
2. Gunakan alat-alat seperti galah berpisau dengan jaring atau kantung di
bawahnya serta gunting pangkas.
3. Disarankan 2 orang melakukan kegiatan panen mangga. Satu orang ditugasi
memotong bagian tangkai buah, satunya ditugasi mengumpulkan buah pada
alas (terpal, koran, kertas).
4. Saat memetik mangga, sisakan ± 10 cm tangkai buah sebagai bentuk
pencegahan getah tidak jatuh mengotori buah. Biarkan getah habis selama ±
5 menit dengan cara menghadapkan tangkai buah ke arah yang tidak
bersinggungan dengan buah lain.
5. Jika buah diberikan brongsong/pembungkus sebelumnya, buka brongsong
dan masukkan buah ke dalam keranjang plastik. Batasi setiap tumpukan
buah dengan koran supaya buah terhindar dari sisa-sia getah.
6. Keranjang buah dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara sebelum
lanjut ke proses berikutnya.

3.2.5.2 Pasca Panen


11

Setelah hasil panen terkumpul, mangga akan melalui serangkaian proses


penanganan pascapanen hingga produk siap didistribusikan ke konsumen.
Penanganan pasca panen utamanya ditujukan untuk menunda pembusukan,
memperlambat reaksi-reaksi kimia penyebab perubahan fisiologis buah yang tidak
diinginkan, menghindari penurunan kualitas fisik, menjaga kelembaban hasil panen,
dan menjadi satu prasyarat pengelolaan produk yang baik. Secara umum, penangan
pascapanen dimulai dari proses sortasi - pencucian - perendaman air hangat -
grading - pelilinan - pelabelan - pengepakan - penyimpanan - distribusi
(Kementerian Pertanian, 2021). Namun, pembahasan di bawah ini tidak akan
menjelaskan lebih detail proses-proses tersebut, melainkan akan fokus mengulas
teknologi pascapanen terkini yang dapat meningkatkan kualitas mangga,
mengurangi jumlah buah pascapanen terbuang, memenuhi angka permintaan pasar
yang tinggi, mendapatkan buah yang sesuai dengan keinginan konsumen, dan
memberikan manfaat serta keuntungan lebih bagi industri mangga saat ini
(Bambalele et al, 2021).

Penilaian Kualitas Pascapanen


Kualitas buah mangga dapat dievaluasi berdasarkan beberapa parameter
penilaian kualitas, seperti penampilan, tekstur, rasa (bau dan aroma), kandungan
nutrisi, dan keamanan konsumsi buah mangga. Melihat kandungan nutrisinya,
mangga merupakan buah kaya akan sumber β karoten, serat, vitamin C, gula, dan
beberapa jenis mineral yang baik dikonsumsi oleh tubuh (Ntsoane et al, 2019).
Selain buahnya, kulit mangga juga menunjukan konsentrasi tinggi polifenol di segala
waktu tahap pematangan. Senyawa fenolik tersebut berupa asam galat dan
gallotannin. Di beberapa varietas mangga juga ditemukan kandungan senyawa
karotenoid.
Komponen kualitas buah dapat dinilai menggunakan metode destruktif
maupun metode nondestruktif. Metode destruktif yang diadaptasi dalam melakukan
penilaian kualitas buah pascapanen salah satunya adalah metode HPLC (high
permorfance liquid chromatography) yang mampu memberikan gambaran kualitas
buah melalui parameter kandungan karotenoid, klorofil, asam fenol, flavonoid, dan
kadar gula sederhana. Sayangnya, metode ini mahal dan dalam pemakaiannya
memerlukan banyak waktu sehingga metode nondestruktif yang dapat lebih
memberikan keuntungan dengan mampu mengevaluasi kualitas sekaligus menilai
setiap tahap pematangan secara real time sedang diteliti lebih lanjut untuk
penggunaan kedepannya.
Tiga di antara banyak teknik nondestruktif ialah VIS-NIR (visible and near-
infrared reflection spectroscopy), HIS (hyperspectral imaging), dan MRI (magnetic
resonance imaging). VIS-NIR menggunakan parameter kematangan, kepadatan, dan
warna buah, kandungan antosianin, klorofil, dan karotenoid pada varietas mangga
osteen, kent, congshall, dan caro. HIS menggunakan parameter kepadatan buah dan
kandungan bahan padat mudah terserap pada varietas mangga nam dokmal. MRI
menilai parameter kerusakan akibat heat treatment pada varietas mangga
kensington pride. Penggunaan MRI sangat mahal, tetapi dinilai efektif dan lebih
bernilai dalam penggunaannya di bidang penelitian (Ntsoane et al, 2019).
12

Penanganan Buah Mangga Pascapanen Nonkimiawi


Buah mangga merupakan buah yang rentan terhadap serangan hama
pascapanen, seperti antraknosa dan kerusakan fisiologis, seperti kerusakan akibat
suhu dingin dan perubahan struktur buah. Penanganan buah mangga selama waktu
penyimpanan dan distribusi yang kurang diperhatikan juga menjadi salah satu
penyebab penurunan kualitas pascapanen buah mangga. Serangan hama
pascapanen dan kerusakan fisiologis pada buah mangga berdampak buruk pada
industri pertanian mangga akibat penurunan angka ketersediaan buah berkualitas
baik. Teknologi penanganan pascapanen buah mangga kini sudah sangat
berkembang untuk mengurangi angka buah mangga yang tidak layak masuk pasar
dan meminimalisasi kerugian industri pertanian mangga. Teknologi ini dapat
berupa teknologi pascapanen kimiawi dan teknologi pascapanen nonkimiawi.
Pembahasan berikut ini akan berfokus kepada penanganan pascapanen buah
mangga nonkimiawi yang terdiri atas hot water treatment, hot air treatment, dan
radiasi UV-C.

Hot Water Treatment


Hot water treatment (HWT) merupakan salah satu teknologi pascapanen
terjangkau yang digunakan untuk memperpanjang masa penyimpanan serta
menjaga kebersihan hasil pascapanen selama belum sampai ke tangan konsumen.
HWT bekerja dengan meregulasi proses enzimatis penyebab penurunan kualitas
pada produk pertanian melalui proses pemanasan menggunakan air pada periode
waktu yang spesifik (Ntsoane et al, 2019) (Bambalele et al, 2021). Buah menjadi
tidak mudah lembek dan busuk karena HWT meningkatkan retensi kepadatan buah
sebelum kemudian disimpan dalam penyimpanan dingin jangka panjang. Pada
mangga varietas tainong, HWT 10 menit pada suhu 55°C menekan aktivitas respirasi
buah selama penyimpanan 6 hari di suhu 20°C. HWT 1 menit di suhu 60°C pada
mangga varietas ivory teruji menginhibisi laju respirasi dan produksi etilen.
HWT memberikan efek pada kualitas organoleptik dan fisik-kimiawi
mangga. HWT dapat meningkatkan ketahanan dan resistensi terhadap penyebab
rusaknya buah dengan menstimulasi aktivitas antioksidan dan enzim-enzim
protektif pada buah yang diberikan HWT. Pada buah mangga yang disimpan selama
10 hari di suhu 25°C, HWT telah menunjukkan kemampuan inhibisi enzim
penghancur dinding sel buah. Penelitian lain menunjukkan bahwa HWT dapat
menjaga warna dan penampilan kulit buah. Mangga varietas tuu shien yang
diberikan HWT selama 10 menit pada suhu 50°C mempertahankan warna hijau
kulitnya selama masa penyimpanan (Bambalele et al, 2021).

Hot Air Treatment


Tidak berbeda jauh dengan HWT, hot air treatment (HAT) bekerja dengan
prinsip pemanasan, tetapi menggunakan udara. HAT berfungsi mengendalikan
penyakit yang disebabkan oleh hama. Perlakuan kombinasi HWT selama 3 menit di
suhu 55°C selama 40 menit di suhu 46,5°C dan HAT selama 40 menit di suhu 46,5°C
secara signifikan telah menurunkan angka peristiwa penyakit antraknosa yang
13

disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides dan Alternaria alternate yang


berasosiasi dengan penyakit bintik hitam pada mangga varietas tuu shien. Penelitian
selanjutnya menunjukkan kombinasi antara HAT dan HWT selama 15-20 detik pada
suhu 55°C telah menurunkan angka peristiwa penyakit bintik hitam pada mangga
varietas shelly yang kemudian disimpan selama 21 hari di suhu 12°C. Lebih lanjut,
penelitian terkait HAT menemukan bahwa HAT bekerja pada tingkat seluler dengan
meregulasi gen defensif yang menginduksi ketahanan buah terhadap patogen
sehingga dapat mencegah pembusukan buah mangga selama masa penyimpanan.
Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan HAT
ataupun HWT. Faktor-faktor ini meliputi varietas, suhu, waktu pemanasan, dan
umur kematangan. Selain itu, ukuran buah juga merupakan salah satu faktor yang
penting dipertimbangkan ketika mengaplikasikan HAT atau HWT. Buah berukuran
kecil lebih mudah rusak akibat pemanasan dibandingkan buah berukuran besar.
Buah yang belum matang lebih tidak toleran dengan panas dibandingkan buah yang
sudah matang, disebabkan oleh kemungkinan kerusakan bagian dalam buah ketika
buah terekspos oleh panas. Kurang memperhatikan faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan kegagalan HAT maupun HWT, seperti kejadian kemunculan bintik
cokelat gelap yang ditemukan pada mangga varietas kent setelah dipanaskan selama
90 menit di suhu 46,1°C (Ntsoane et al, 2019).

Radiasi UV-C
Teknologi ini tidak memanfaatkan panas, melainkan gelombang ultraviolet
dengan panjang gelombang 190-280 mm. Radiasi UV-C merupakan salah satu
teknologi pascapanen yang digunakan dengan tujuan meningkatkan kualitas buah
dan memperpanjang masa penyimpanan hasil panen buah dan sayuran. Radiasi UV-
C dengan panjang gelombang 254 nm mempertahankan kualitas mangga varietas
chokanan dengan memperpanjang masa penyimpanan sampai dengan 15 hari.
Penelitian masa kini mengenai penggunaan radiasi UV-C sebagai teknologi
pascapanen mangga menunjukan bahwa perlakuan tersebut meningkatkan
akumulasi senyawa fitokimia seperti antioksidan. Radiasi UV-C dengan panjang
gelombang 250-280 nm diberikan kepada mangga varietas tommy atkin. Hasilnya,
buah mangga tersebut menyimpan lebih banyak jumlah kandungan fenol dan
flavonoid selama 15 hari masa penyimpanan pada suhu 5°C.
Radiasi UV-C meningkatkan kualitas fisiologis buah pascapanen dengan
mempengaruhi aktivitas enzimatis buah tersebut. Radiasi UV-C pada kekuatan 4.93
kJ/m2 menurunkan laju respirasi mangga varietas nam dok mai si thong yang
kemudian disimpan selama 20 hari di suhu 14°C. Penelitian terkini
mendemonstrasikan radiasi UV-C terhadap potensinya dalam menginhibisi penyakit
pada buah pascapanen. Penggunaan radiasi UV-C secara in vitro menunjukkan
perlakuan UV-C 20 kJ m−1 berhasil mereduksi aktivitas pertumbuhan miselium
Colletotrichum gloeosporioides dan Botryosphaeria dothidea. Pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Listeria innocua pada mangga varietas tommy atkins menurun
setelah diberikan radiasi UV-C 2.064 kJ/m2 selama 5 menit.

Teknologi Penyimpanan Buah Mangga Pascapanen


14

Teknik Penyimpanan Dingin


Setelah melalui penanganan pascapanen yang dalam tujuannya
meningkatkan kualitas dan memperpanjang masa simpan buah mangga, buah
mangga kemudian melalui tahapan penyimpanan sebelum akhirnya dikemas dan
didistribusikan kepada konsumen. Prinsip dari penyimpanan adalah peningkatan
umur simpan mangga, regulasi pasokan buah mangga di pasar, dan kesiapan
mangga sebelum melalui perjalanan distribusi panjang ke tangan konsumen (Patel
et al, 2019). Komposisi dan kondisi fisiologis buah mangga dapat berubah cepat
karena mangga memiliki waktu simpan yang terbatas apabila diletakkan di suhu
ruang. Maka dari itu, ruangan bersuhu rendah secara umum digunakan untuk
menyiasati penyimpanan buah mangga yang lebih lama. Suhu rendah untuk
penyimpanan buah mangga berfungsi dalam menekan kecepatan laju metabolisme
buah, menunda penuaan dan pematangan, mengurangi kehilangan kadar air dalam
buah, mencegah atau mengurangi aktivitas serangga dan penyakit, serta
mengendalikan kualitas buah pascapanen dan meningkatkan masa simpan buah
(Ntsoane et al, 2019).
Suhu rendah yang direkomendasikan bervariasi di antara 5-15°C selama 2-3
minggu waktu penyimpanan tergantung pada varietas dan tingkat kematangan
buah. Melakukan kontrol penyimpanan dengan suhu rendah secara rutin dalam
industri buah sangatlah penting. Penelitian terkini menunjukkan efek samping suhu
rendah terhadap buah mangga, diantaranya kendali dalam mengurangi jumlah
senyawa aroma, monoterpen, sesquiterpen, hidrokarbon, ester, aldehid, dan
senyawa norisoprenoid. Ruang pendingin ini memiliki keterbatasan waktu
penyimpanan, yakni hanya berkisar di 2-3 minggu. Untuk mendapatkan hasil
simpanan yang lebih baik, penyimpanan buah mangga harus dikombinasikan
dengan metode lain.

Modifikasi Penyimpanan Atmosfer Terkontrol


Penyimpanan atmosfer terkontrol (PAT) dinilai lebih layak untuk
penyimpanan jangka panjang buah mangga karena menggunakan prinsip tingkat
oksigen rendah yang dapat mereduksi produksi etilen dalam perannya
mempercepat pembusukan buah, mereduksi laju respirasi dan laju pelembekan
buah, mencegah degradasi klorofil dalam mempertahankan warna hijau buah dan
rasa, serta mempertahankan jumlah asam organik dalma buah (Ntsoane et al, 2019).
Walaupun begitu, kadar oksigen yang terlalu rendah dapat menjadi penyebab
meningkatnya kadar CO2 akibat respirasi anaerob pada buah. Apabila hal ini terjadi,
PAT malah dapat menurunkan kualitas buah mangga seperti memudarnya warna
buah, mempercepat pembusukan, dan menghilangnya rasa buah mangga. Varietas
mangga dan tingkat kematangan yang berbeda memberikan respon berbeda-beda
terhadap PAT. Buah mangga toleran terhadap paparan tinggi 25% kadar CO2 selama
3 minggu ketika disimpan pada suhu 12°C. Kadar O2 yang terlalu rendah < 2% dan
komposisi CO2 > 25% menimbulkan buah dengan aroma yang tidak diinginkan serta
buah dengan kerusakan warna kulit akibat akumulasi tinggi kadar etanol hasil
respirasi anaerob.
15

Alternatif Ruang Penyimpanan Konvensional Murah


Akibat sumber daya yang terbatas, para petani buah di beberapa negara
berkembang memilih alternatif teknologi pascapanen terjangkau seperti teknologi
sederhana ruang pendingin evaporatif yang tidak bergantung sedikitpun kepada
pasokan energi dari luar. Cara kerja pendingin evaporatif adalah dengan
menurunkan suhu ruang dan meningkatkan kelembaban ruang untuk memastikan
buah tetap segar (Ntsoane et al, 2019). Selain itu, teknologi seperti The Coolbot
berupa perangkat yang dapat mengubah ruang pendingin konvensional menjadi
suatu ruang penghasil dingin dapat dijadikan sebagai alternatif ruang penyimpanan
konvensional terjangkau. The Coolbot diproduksi Amerika Serikat dan dijual kepada
petani skala kecil di negara berkembang. The Coolbot sudah terbukti efektif
memperpanjang umur penyimpanan serta menjaga kualitas buah apel dan mangga
varietas ngowe selama 35 hari.

Pengemasan Buah Mangga Pascapanen


Pengemasan buah pascapanen meliputi aktivitas desain, evaluasi, dan
produksi kemasan untuk produk. Kemasan melindungi buah dari gesekan dan
kontak langsung dengan berbagai penyebab kerusakan (Patel et al, 2019). Kemasan
juga melindungi buah dari debu, tanah, hama, dan kontaminan. Beberapa jenis
kemasan buah yang umum digunakan dalam pengemasan buah mangga,
diantaranya adalah box kayu, corrugated fibre boxes (CFB), plastik berdensitas
rendah, dan peti. Kemasan yang paling umum digunakan untuk mendistribusikan
mangga ke pasar adalah box kayu. Pada distribusi mangga varietas alphonso,
kemasan CBF merupakan pilihan yang lebih tepat dibandingkan box kayu.
Jenis kemasan seperti paper wraps atau koran dan jaring lebah digunakan
sebagai kemasan tambahan yang melekat langsung dengan buah mangga.
Penggunaan kemasan jenis ini ditujukan untuk mencegah lecet pada kulit mangga
dan menghindari potensi mangga untuk menggelinding keluar dari kemasan
sekundernya. Penggunaan kemasan plastik low density polyethylene (LDPE) yang
melekat langsung dengan buah mangga dapat menjaga kelembaban buah sehingga
dapat mencegah pengerutan buah selama penyimpanan. Walaupun begitu, kemasan
LDPE pada buah yang sudah masak dapat menyebabkan penurunan kualitas rasa
dan tampilan buah. Label cetak berisi informasi merk atau varietas mangga harus
menggunakan tinta dan lem nontoksik untuk menghindari kerusakan buah dari luar
maupun dalam.

Distribusi Buah Mangga Pascapanen


Tekstur buah mangga yang cukup lembab pada fase pematangan
menyebabkan buah menjadi sangat mudah mengalami kerusakan selama proses
distribusi. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan kehati-hatian saat
melakukan setiap langkah dalam proses distribusi buah mangga. Pemeriksaan mobil
distribusi diperlukan untuk memastikan mobil tidak akan memberikan kontaminasi
debu atau hama yang dapat merusak kualitas buah. Apabila ditemukan kontaminan
seperti hama, desinfektan setiap sisi mobil perlu dilakukan. Area pemuatan buah
16

perlu diberikan inspect-proof screen untuk menghindari masuknya hama


pengganggu (Patel et al, 2019).
Penyebab kerusakan buah yang biasanya muncul selama berlangsungnya
distribusi buah mangga ke pasar, diantaranya: kardus mangga yang diletakkan
terlalu dekat dengan kulkas pada truk trailer menjadi penyebab penurunan kualitas
buah mangga seperti kekeringan dan pembekuan buah akibat variasi suhu kulkas
yang tidak terkontrol; truk trailer kadang-kadang kurang memperhatikan kontrol
suhu trailer yang selanjutnya menyebabkan kebocoran tetesan air yang dapat
mengenai kardus kemasan mangga; kadang-kadang buah mangga didistribusikan
bersama produk makanan lain dalam satu truk. Suhu yang ditetapkan untuk
menjaga kualitas produk makanan lain belum tentu sesuai dengan suhu yang
dibutuhkan untuk menjaga kualitas buah mangga di dalam truk; dan umumnya truk
trailer tidak menggunakan kelengkapan kantong udara yang berfungsi untuk
melindungi kardus-kardus dari saling bergeser satu sama lain selama proses
distribusi.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kejadian kerusakan
buah mangga selama proses distribusi adalah dengan lebih memperhatikan
penyusunan dan kardus di dalam truk, seperti memasang kantong udara untuk
menghindari kerusakan mekanis buah mangga; mengatur suhu di dalam trailer yang
sesuai untuk menjaga kualitas mangga, yakni tidak boleh kurang dari 10°C serta
harus meminimalisasi eksposur buah mangga terhadap suhu ekstrem di luar trailer;
selalu periksa kebersihan trailer dengan melakukan sanitasi berkala sebelum
memasukkan buah mangga; dan membuat jadwal rutin pemeriksaan kerusakan
trailer, seperti kebocoran air serta kerusakan unit lainnya.

3.3 Macam-Macam Cara Perbanyakan Mangifera indica

Teknik Okulasi
Mengembangbiakan mangga dengan cara vegetatif menjadi suatu upaya
dalam meningkatkan kualitas mutu bibit mangga. Salah satu caranya adalah dengan
melakukan teknik okulasi. Para petani menggunakan teknik okulasi agar
mendapatkan bibit mangga yang unggul dan berkualitas. Teknik okulasi (budding)
disebut juga sebagai penempelan. Teknik okulasi menghasilkan satu kesatuan
tanaman utuh yang merupakan hasil dari penggabungan dua bagian tanaman dan
akan tumbuh menjadi satu tanaman ketika bekas tautan atau luka sambungannya
telah mengalami regenerasi jaringan (Nugroho et al, 2021).
Teknik okulasi memerlukan dua bagian tumbuhan, yaitu bagian bawah dan
bagian atas. Batang bawah adalah bagian bawah yang memiliki perakaran dan
menjadi penerima sambungan. Entres (scion) atau satu potongan mata tunas yang
akan ditempelkan disebut batang atas. Pada pengembangbiakan vegetatif teknik
okulasi, keberhasilan perbanyakannya ditentukan oleh mata tempel atau mata
tunas. Indukan pohon yang digunakan untuk pengambilan mata tunas adalah pohon
yang sudah cukup tua, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Persemaian yang
digunakan sebagai batang bawah adalah persemaian dengan tinggi ± 30 cm dan
sudah berumur 4 bulan.
17

Mengutip dari Nugraha et al (2021) yang meliput kegiatan pembibitan


mangga di Desa Tulusrejo, kegiatan okulasi dapat dimulai dengan menyediakan alat
dan bahan berupa batang bawah asal bibit mangga varietas keong berumur 4 bulan;
batang atas yang dapat berasal dari varietas mangga madu, arumanis, ataupun
kiojay; gunting okulasi; pisau okulasi; dan plastik okulasi. Setelah alat dan bahan
siap, batang bawah yang sudah tersedia dikelupas sepanjang ± 20 cm dari pangkal
batang dengan panjang dan lebar sayatan berkisar 3-4 cm dan 1-2 cm. Perhatikan
sayatan yang dibuat, sayatan yang terlalu dalam dapat merusak bagian kayu dan
menjadi penyebab kegagalan okulasi. Sayat bagian kulitnya saja. Upayakan untuk
menyisakan sedikit kulit sayatan yang nantinya dapat berfungsi sebagai penutup
tempelan.
Mata tunas harus diambil dari berbagai varietas unggul, sehat, dan produktif,
yang bebas hama dan penyakit. Sayatan mata tunas dibuat dengan panjang 3 cm dan
lebar 1 cm menyesuaikan dengan ukuran batang bawah. Kemudian, mata tunas
dilekatkan pada batang bawah dengan cara diikat memakai plastik okulasi atau
plastik PE (polyethylene) berukuran 15 cm x 2 cm, diikat dari arah bawah ke atas
serta pastikan bagian atasnya terikat agar air hujan tidak masuk. Plastik PE menjadi
alternatif yang murah dan mudah didapatkan, tetapi tetap memiliki daya lentur yang
kuat dan memiliki titik leleh di suhu 115°C. Plastik okulasi sudah dapat dibuka
ketika tanaman hasil okulasi sudah berumur 1 bulan. Okulasi bibit tanaman mangga
yang berhasil memperlihatkan warna batang yang hijau sedangkan okulasi yang
gagal memperlihatkan batang yang busuk berwarna cokelat kehitaman.
Kegagalan okulasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pemilihan waktu
okulasi yang kurang tepat di musim penghujan dengan intensitas hujan terlalu tinggi
atau di musim kemarau dengan intensitas matahari yang tinggi. Okulasi optimal
dilakukan pada waktu musim kemarau, tidak hujan, cuaca cerah, dan okulasi tidak
dilakukan di bawah sinar matahari langsung. Kebersihan alat dan bahan untuk
okulasi penting diperhatikan. Rismayanthi (2015) dalam (Nugroho et al, 2021)
menyatakan bahwa alat dan bahan yang terkontaminasi bakteri, jamur, dan
penyakit lainya menjadi salah satu faktor kegagalan okulasi.

Sambung Pucuk
Sambung pucuk atau grafting dapat didefinisikan sebagai suatu cara
perbanyakan/pengembangbiakan vegetatif dengan waktu perbanyakan sedini
mungkin ketika batang bawah masih berukuran kecil. Langkah pertama dalam
melakukan sambung pucuk adalah dengan menyediakan batang bawah yang
memiliki perakaran kuat sebagai calon pangkal pohon. Batang atas yang nantinya
menjadi pohon induk juga harus memenuhi persyaratan. Tujuan dari dilakukannya
sambung pucuk adalah supaya tanaman dapat cepat bereproduksi serta perbaikan
sifat batang atas. Faktor tanaman seperti kondisi tumbuh, genetik, dan panjang
entris; faktor orang yang terampil dalam melakukan sambung pucuk; dan faktor
lingkungan seperti cuaca, kesterilan alat, waktu pelaksanaan sambung pucuk
menjadi pengaruh utama keberhasilan metode sambung pucuk dalam produksi bibit
mangga (Maulana et al, 2020).
18

Bersumber dari Yuniastuti & Bonimin (2014) yang melakukan kegiatan


pembibitan mangga di Desa Tiron, Kediri, kegiatan sambung pucuk atau grafting
dimulai dengan menyiapkan batang bawah dari varietas mangga Podang Lumut dan
entres dari varietas mangga Podang Urang untuk disambung pada batang bawah.
Pohon mangga yang menjadi batang bawah dipangkas batang pokoknya setinggi 1
meter dari permukaan tanah. Waktu yang disarankan untuk melakukan
pemangkasan adalah di akhir musim hujan agar air hujan tidak mengganggu
pertumbuhan tunas. Untuk menghindari infeksi jamur dan penguapan berlebih, luka
bekas pangkasan diberi olesan parafin cair. Tunas dari batang bawah akan mulai
tumbuh setelah 1-2 bulan.
Dari banyak tunas yang ada, dilakukan penyeleksian tunas dengan memilih
5-6 tunas yang letaknya menyebar. Dipilih 3 tunas terbaik sambungan entres yang
arahnya menyebar untuk dipelihara. Tunas entres dipotong setinggi 50 cm setelah
tumbuh 2-3 flush (periode bertunas) sesuai dengan kondisi percabangan yang ada.
Kemudian dilakukan teknik sambung tunas yang menggunakan teknik sambung
celah. Selama sambung pucuk berlangsung, pemupukan serta pengendalian hama
dan gulma penyakit perlu dilakukan. Apabila tunas baru muncul dari batang bawah
selama proses sambung pucuk, tunas-tunas tersebut harus dibuang agar tidak
menghambat pertumbuhan tunas hasil sambungan.

3.4 Jenis dan Pengendalian Hama dan Penyakit


Tanaman mangga dapat terserang oleh berbagai hama penyakit pada
seluruh tahapan perkembangannya, sejak masih berbentuk pohon sampai pada
tahap penyimpanan dan distribusi pascapanen. Kebanyakan kasus hama mangga
disebabkan oleh jamur, sedikit diantaranya disebabkan oleh virus, bakteri, dan
nematoda (Nasir et al, 2014). Hampir seluruh bagian tanaman, seperti batang,
tangkai, ranting, akar, daun, tangkai daun, bunga, dan buah dapat terkena dampak
serangan hama (Misra & Pandey, 2015). Lebih dari 140 patogen penyebab penyakit
pada mangga sudah diketahui, tetapi terdapat sebagian kecil hama yang menjadi
penyebab kerugian ekonomi paling besar. Beberapa penyakit akibat hama pada
tanaman mangga yang akan dibahas berikut ini adalah powdery mildew atau embun
tepung, antraknosa, malformasi buah mangga, dieback, black tip, penyakit buah
busuk.

Powdery Mildew
Powdery mildew atau embun tepung adalah penyakit tanaman mangga yang
disebabkan oleh jamur Pseudoidium anacardii. Persebaran penyakit akibat hama ini
sangat luas di banyak negara Asia (Bangladesh, India, Sri Lanka, Burma, Nepal,
Pakistan), Timur Tengah (Yunani, Iran, Turki, Israel, Palestina, dan Lebanon), Afrika
(Tanzania, Kenya, Afrika Selatan, Mesir, Rhodesia, Kongo), Amerika (Cuba, Colombia,
Brazil, Venezuela, Peru, California, Mexico, Florida), dan Australia (Nasir et al, 2014).
Tanda tanaman mangga terserang hama embun tepung dapat diamati dari daun,
bunga dan buahnya. Jamur mula-mula akan menyerang jaringan muda semua bagian
tumbuhan, daun dan tangkainya, bunga, kuncup bunga, dan buah yang masih berada
pada pertumbuhan awal.
19

Jamur yang menyerang permukaan bawah daun muda mengakibatkan daun


muda yang belum berkembang sempurna dapat berubah warna dari cokelat
menjadi hijau muda atau segera mengalami pengguguran sedangkan daun tua yang
terinfeksi akan memunculkan titik ungu kecokelatan di permukaannya. Pada kondisi
lingkungan yang memungkinkan, area yang menjadi sasaran infeksi hama ini
tertutupi oleh pertumbuhan miselium dan konidia jamur berwarna putih.
Perbungaan mangga yang terserang hama ini menunjukkan tanda peluruhan. Buah
mangga yang masih muda akan tertutupi seluruhnya oleh pertumbuhan jamur putih
yang mengakibatkan epidermis buah hancur sehingga membentuk jaringan gabus.
Di beberapa kasus, buah mangga dapat tetap berada di pohon sampai ukurannya
mengerut sebesar kacang ercis dan segera jatuh dari pohon. Buah yang jatuh
sebelum matang akibat hama ini menyebabkan kerugian tani yang besar.
Konidia jamur penyebab embun tepung tersebar oleh angin sampai akhirnya
jatuh pada jaringan tanaman mangga muda yang akan diinfeksi. Pada tahap ini,
faktor lingkungan berperan dominan selama germinasi konidia, proses infeksi, dan
perkembangan penyakit berlangsung. Dua faktor lingkungan yang terlibat
diantaranya adalah suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah seperti saat musim semi yang kering dan panas serta malam
berembun merupakan kondisi yang cocok untuk hama embun tepung berkembang.
Kondisi lokal, waktu infeksi, varietas, dan kondisi lingkungan menjadi penentu
seberapa besar dampak merugikan yang ditimbulkan oleh hama ini.
Akibat dari serangan hama embun tepung dapat diminimalisasi dan
dikontrol secara efektif melalui beberapa praktik kultur dan fitosanitasi seperti
menggunakan fungisida atau mildewsida pada daun yang menunjukkan tanda-tanda
serangan hama. Salah satu diantara banyak penanganan hama embun tepung yang
dinilai lebih aman adalah dengan menggunakan agen biokontrol atau fungisida yang
bersumber dari senyawa alami. Isolat Ampelomyces quisqualis dilaporkan bersifat
parasit pada jamur embun tepung yang menginfeksi mangga dan terbukti
mengurangi dampak penyakitnya pada percobaan lapangan. A. quisqualis juga
bersifat toleran terhadap fungisida-fungisida yang digunakan untuk mengontrol
hama embun tepung (Nasir et al, 2014).

Antraknosa
Terdapat beberapa spesies jamur yang menjadi penyebab penyakit
antraknosa, diantaranya Colletotrichum gloeosporoidoides, C. asianum, C. siamense, C.
fruticola, dan C. tropicale (Karunanayake & Adikaram, 2020). Spesies hama
penyebab antraknosa pada tanaman mangga yang utama adalah Colletotrichum
gloeosporoidoides. Tanda-tanda penyakit ini dapat teramati di daun, tangkai daun,
ranting, bunga, dan buah. Pada daun, tanda yang dapat teramati berupa spot
berwarna cokelat atau cokelat tua berbentuk oval atau tidak beraturan dalam
berbagai ukuran menyebar di atas permukaan daun. Pada kondisi lembab, jamur
dapat tumbuh dengan cepat membentuk area nekrotik longitudinal berwarna
cokelat berdiameter 20-25 mm.
Tangkai daun yang terinfeksi hama ini berubah warna menjadi abu-abu atau
cokelat. Daun yang melekat padanya menjadi terkulai, mengering perlahan, diikuti
20

dengan pengguguran daun. Di sepanjang tangkai daun juga teramati munculnya area
nekrotik hitam. Bintik hitam kecokelatan muncul di tangakai bunga dan bunga
mangga akibat infeksi hama ini. Lama-kelamaan bunga mengering dan gugur
meninggalkan semacam bentuk lonjakan pada tangkai bunga. Buah mangga yang
masih berada di pohon belum menunjukkan tanda infeksi. Pembusukan buah
sebagai efek infeksi hama ini baru berkembang pada proses pascapanen buah
seperti pada saat penyimpanan buah.
Hama penyakit antraknosa merupakan salah satu hama yang peristiwanya
paling sering terjadi dalam industri pertanian buah mangga sehingga penanganan
hama antraknosa sudah banyak diteliti dan berhasil diterapkan atas tujuan untuk
mengurangi angka kerugian akibat hama ini. Diantara aplikasi modern penanganan
hama antraknosa akibat jamur C. gloeosporoidoides adalah penggunaan minyak timi,
kontrol hama menggunakan ragi antagonis Debaryomyces nepalensis, penggunaan
asam salisilat, Cacl2, dan ragi Metschnikowia pulcherrima, dan penanganan oksida
nitrat. Penelitian oleh Perumal et al (2017) mengenai efek penggunaan uap minyak
esensial pada respon pertahanan buah mangga terhadap penyakit antraknosa
menyarankan penggunaan minyak timi (thyme oil) dalam mengurangi kejadian dan
keparahan serangan antraknosa dan stem end rot. Penelitian lain menyebutkan
penggunaan ragi antagonis Debaryomyces nepalensis dalam fungsinya sebagai
kontrol C. gloeosporioides dapat berkontribusi pada manajemen penyakit
terintegrasi akibat patogen ini (Zhou et al, 2018).
Aplikasi asam salisilat, CaCl2, dan ragi Metschnikowia pulcherrima mencegah
pertumbuhan patogen jamur C. gloeosporoidoides, menurunkan index pembusukan,
dan menghambat pelunakan buah. Lebih lanjut, kombinasi dari penggunaan
ketiganya dinilai lebih efektif dibandingkan dengan penggunaannya secara terpisah
(Yuan-zhi et al, 2019). Penggunaan ketiganya juga disarankan untuk memelihara
serta memperpanjang umur buah mangga pasca panen. Selain itu, terdapat
penanganan oksida nitrat yang diteliti secara efektif menekan perkembangan luka
pada buah mangga yang terinfeksi C. gloeosporoidoides. Penanganan oksida nitrat
tidak menunjukkan aktivitas antijamur melainkan menyebabkan peningkatan
aktivitas enzim yang memberikan efek pertahanan terhadap hama termasuk
diantaranya enzim PAL, C4H, POD, GLU, dan CHT. Penanganan dengan oksida nitrat
juga meningkatkan akumulasi jumlah total kandungan fenolik, flavonoid, dan lignin
yang dapat berkontribusi pada inhibisi patogen (Hu et al, 2014) (Sudheeran et al,
2021).

Malformasi Tanaman Mangga


Malformasi tanaman mangga adalah penyakit pada tanaman mangga yang
diakibatkan oleh infeksi jamur Fusarium mangiferae. Malformasi dapat terjadi pada
bagian vegetatif dan generatif tanaman. Malformasi vegetatif dapat berupa
abnormalitas pertumbuhan tanaman muda yang ditandai dengan pembengkakan
bagian tumbuh serta ukuran internodus yang sangat pendek. Daun yang tumbuh
berukuran kecil dan ramping serta tumbuh berkumpul di terminal batang pertama.
Malformasi vegetatif juga dapat ditemukan di tanaman dewasa, tetapi peristiwanya
lebih sedikit dibandingkan pada tanaman muda yang baru berkembang.
21

Malformasi yang terjadi pada perbungaan ditandai dengan reduksi ukuran


panjang tangkai primer dan sekunder sehingga memperlihatkan perbungaan yang
menumpuk membentuk suatu gugus. Kuncup bunga berubah menjadi kuncup
vegetatif bersamaan dengan kemunculan daun-daun kecil dan batang. Pada
beberapa kasus, kuncup bunga ditemukan terbuka dan berwarna hijau pucat. Bunga
yang mengalami malformasi akibat hama ini tidak akan menghasilkan buah.
Penanganan hama ini dilakukan dengan cara memisahkan bagian tumbuhan yang
mengalami malformasi dan membakarnya untuk mengurangi peristiwa malformasi
lebih lanjut melalui penyebaran hama ke bagian tanaman lain.

Dieback
Penyakit tanaman mangga satu ini termasuk salah satu penyakit mematikan
bagi tanaman mangga karena dalam waktu singkat dapat menyebabkan kerusakan
serius pada pohon dan mematikan produktivitasnya. Spesies jamur dari famili
Botryosophaeriaceae seperti Lasiodiplodia hormozganensis, L. egyptiacae, dan L.
iraniensis merupakan asosiasi penyebab dieback di negara Iran, Australia, dan Mesir.
Asosiasi spesies jamur lain, seperti Diplodia sp., Neofusicoccum ribis, Ceratocystis sp.,
dan Botryosphaeria dothidea juga ditemukan menjadi penyebab dieback di belahan
dunia lain (Saeed et al, 2017). Hama penyebab dieback dapat menyerang kapanpun,
tetapi lebih terlihat saat terjadi di bulan Oktober dan November (Misra & Pandey,
2015).
Tanda-tanda serangan hama ini dapat teramati di semua jaringan tumbuhan,
termasuk daun, ranting, dan ujung apikal. Ketika jamur menyerang bagian daun,
susunan daun akan menggulung ke atas serta mengakibatkan warnanya berubah
menjadi kecokelatan. Lebih lanjut, tampilan daun seperti hangus terbakar akan
teramati diikuti dengan gugurnya daun-daun tersebut. Ranting-ranting pohon akan
mengalami kekeringan dari atas ke bawah terutama pada pohon yang sudah tua.
Pada ranting hijau yang masih muda, ditemukan pusat-pusat seperti tambalan
berwarna hitam. Tambalan itu kemudian meluas menghasilkan kematian ranting
muda. Perubahan warna menjadi hitam ataupun cokelat bukan hanya ditemukan
pada ranting dan daun, jaringan kayu pada batang juga teramati warnanya berubah
dan mengalami kekeringan. Cabang dan ranting memunculkan pola retakan.
Untuk menangani penyakit dieback, praktik hortikultural tradisional dapat
diterapkan dalam menghadapi serangan jamur. Secara umum, minimalisasi praktik
perbanyakan vegetatif yang mengakibatkan pembentukan luka pada bagian
tanaman dapat menjadi langkah preventif serangan hama ini. Pemangkasan bagian
tanaman sepanjang 7-10 cm di bawah titik pusat infeksi diikuti dengan pembakaran
bagian tersebut dapat dilakukan ketika infeksi belum menyebar terlalu luas. Setelah
dipangkas, langkah tersebut bisa diikuti dengan penyemprotan campuran Bordeaux
atau tembaga oksiklorida 0,3% pada ujung pemotongan. Kontrol biologis seperti
Trichoderma spp. juga dapat diterapkan dalam mengurangi peristiwa penyakit
dieback baik pada kondisi in vitro maupun kondisi lapangan (Saeed et al, 2017).

Gummosis
22

Penyakit gummosis ditandai dengan timbulnya bocoran getah pohon dari


luka lepuh pada batang, kulit batang, cabang-cabang besar, dan terutama pada
cabang yang membentuk suatu pecahan. Kondisi yang lebih parah ditemukan ketika
getah mengalir ke bagian batang lain sehingga akhirnya menyebabkan kekeringan
bagian pohon tersebut. Hama yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah jamur
Lasiodiplodia theobromae. Kondisi tumbuh mangga yang mendukung
berkembangnya penyakit ini adalah tanah berpasir, tetapi prevalensi kejadian
penyakit ini ditemukan sama di kondisi tanah tempat tumbuh mangga lainnya.
Penyakit gummosis biasanya teramati setelah musim hujan dan musim dingin.
Penanganan hama ini dapat dilakukan dengan pemangkasan bagian terinfeksi atau
pembersihan dan pemberian pasta Bordeaux atau pasta tembaga oksiklorida.

Penyakit Buah Busuk


Penyakit buah busuk yang disebabkan oleh hama diantaranya adalah stem
end rot dan black rot. Stem end rot merupakan pembusukan buah yang dimulai dari
tangkai ke arah sekitaran pangkal buah. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh
infeksi spesies jamur Lasiodiplodia theobroame di wilayah tropis Asia. Spesies lain
yang dapat menjadi agen penyebab stem end rot, yakni Cytosphaera mangiferae,
Dothiorella spp., Pestalotiospsi sp., Diplodia natalensis dan Phomopsis mangiferae
(Misra & Pandey, 2015) (Karunanayake & Adikaram, 2020). Penyakit ini mulai
menunjukkan tanda-tandanya pada buah, diikuti dengan perkembangan daerah
sirkuler kecokelatan di dekat ujung batang yang berlanjut membentuk daerah
kehitaman yang menutupi seluruh permukaan buah.
Pembusukan terjadi sangat cepat hanya dalam jangka waktu 2-3 hari.
Penanganan hama ini dapat dilakukan melalui penyemprotan pra panen
carbendazim atau metil tifonat (Bavistin atau Tropsin 0,1% M) 15 hari sebelum
panen. Apabila penyakit ini baru muncul di ujung batang bersamaan dengan
matangnya buah, pemanenan buah harus dilakukan secara hati-hati. Jika tangkai
buah yang dipangkas berjarak 5 cm dari ujung batang, buah hasil panen perlu
diperiksa apakah sudah terinfeksi stem end rot atau belum. Jika buah dipanen tanpa
tangkai, penggunaan lilin disarankan untuk menutup bagian buah yang terpotong
dari tangkai.
Black rot tidak jauh berbeda dengan stem end rot. Patogen penyebab
penyakit ini adalah spesies jamur Aspergillus niger. Buah yang terinfeksi hama jamur
ini menunjukkan karakteristik warna kekuningan dengan spot keabu-abuan pucat
tidak merata, yang kemudian akan berkembang menjadi area nekrotik berwarna
hitam akibat pertumbuhan jamur. Jaringan di bawah dan di sekelilingnya
terdisintegrasi dan mengeluarkan bau busuk. Pembusukan juga dapat dimulai dari
ujung batang dan pembusukan black rot ini terjadi sangat cepat. Infeksi jamur ini
terjadi sering terjadi ketika buah sudah dipanen sehingga langkah preventif yang
dapat dilakukan adalah dengan tidak membiarkan buah bersentuhan langsung
dengan tanah dan pemindahan buah dari satu tempat ke tempat lain dipastikan
higienis. Penyebaran pertumbuhan jamur pada buah bisa dikontrol dengan
mencelupkan buah ke dalam air hangat bersuhu 52°C bercampur 0,05%
carbendazim selama 5 menit.
23

DAFTAR PUSTAKA

Bambalele, N. L., Mditshwa, A., Magwaza, L. S., & Tesfay, S. Z. 2021. Recent Advances
on Postharvest Technologies of Mango Fruit: A Review. International of Fruit
Science, 21(1), 565-586.
Bangerth, F. 2006. Flower induction in perennial fruit trees : still an enigma?.
ActaHort727 : 176-196
Basuno, B., et al. Standar Operasional Prosedur (SOP) produksi benih mangga
(Mangifera indica L.). 2017
Chako, E.K. 1991. Mango flowering still an enigma. Acta Hort 291: 12-21.
Chaniago, E., Lubis, A., Ani, N. and Hariani, F. 2021. Pelatihan dan Penyuluhan
Pembibitan Tanaman Buah di Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Derma Pengabdian Dosen Perguruan Tinggi
(Jurnal DEPUTI), 1(1), 10-13.
Davenport, T.L. 2009. Reproductive physiology. In: Litz, R.E, The Mango: Botany
Production and Uses, 2 nd edition. CAB International, Wallingford, UK. p 97-
169
Direktorat Buah dan Florikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian
Pertanian. 2021. Buku Lapang Budidaya Mangga. Jakarta: GedorHorti
Exley, R. (Ed.). 2018. Vanilla production in Australia. Handbook of Vanilla Science
and Technology, 147-156.
Fan, Y. N., Zhang, Y., Hess, F., Huang, B., & Chen, Z. 2020. Nutrient balance and soil
changes in plastic greenhouse vegetable production. Nutrient Cycling in
Agroecosystems, 117(1), 77-92.
Gava, C. A. T., Pereira, C. A., Tavares, P. F. S., & Paz, C. D. 2022. Applying antagonist
yeast strains to control mango decay caused by Lasiodiplodia theobromae
and Neofusicoccum parvum. Biological Control, 170, 104912.
Hu, M., Yang, D., Huber, D. J., Jiang, Y., Li, M., Gao, Z., & Zhang, Z. 2014. Reduction of
postharvest anthracnose and enhancement of disease resistance in ripening
mango fruit by nitric oxide treatment. Postharvest Biology and Technology,
97, 115-122.
24

Jomnonkhaow, U., Uwineza, C., Mahboubi, A., Wainaina, S., Reungsang, A., &
Taherzadeh, M. J. 2021. Membrane bioreactor-assisted volatile fatty acids
production and in situ recovery from cow manure. Bioresource Technology,
321, 124456.
Joseph, S., Cowie, A. L., Van Zwieten, L., Bolan, N., Budai, A., Buss, W., ... & Lehmann, J.
2021. How biochar works, and when it doesn't: A review of mechanisms
controlling soil and plant responses to biochar. GCB Bioenergy, 13(11), 1731-
1764.
Karunanayake, K. O. L. C., & Adikaram, N. K. B. 2020. Response of endemic Mangifera
zeylanica (blume) Hook. f. fruit to common postharvest pathogens of
cultivated mango (Mangifera indica L.) fruit in Sri Lanka. Ceylon Journal of
Science, 50(1), 75-82.
Maulana, O., Rosmatini, & Syahril, M. 2020. The Success of Linking the Shoots of
Several Varieties of Mango (Mangifera indica) with Different Entres Lengths.
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian, 5(1), 2548-7841.
Misra, A. K., & Pandey, B. K. 2015. Integrated Disease Management Practices in
Mango. Techincal Bulletin no. 12 Central Institute for Subtropical Horticulture.
Nasir, M., Mughal, M. S., Mukhtar, T., Awan, M. Z. 2014. Powdery mildew of mango: A
review of ecology, biology, epidemiology and management. Crop Protection,
64, 19-26.
Ntsoane, M. L., Zude-Sasse, M., Mahajan, P., & Sivakumar, D. 2019. Quality
assessment and postharvest technology of mango: A review of its current
status and future perspectives. Scientia Horticulturae, 249, 77-85.
Nugroho, A. A. D., Diwa, D. W., Hesthiati, E. & Waluyo, T. 2021. Perbanyakan Bibit
Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) dengan Teknik Okulasi di Desa
Tulusrejo, Lampung. Prosiding Seminar Nasional Faperta 2021, 118-129.
Patel, K. K., Khan, M. A., Kumar, Y., & Yadav, A. K. 2019. Novel Techniques in Post
Harvest Management of Mango- An Overview. South Asian J. Food Technol.
Environ, 5(2), 821-835.
Perumal, A. B., Sellamuthu, P. S., Nambiar, R. B., & Sadiku, E. R. 2017. Effects of
Essential Oil Vapour Treatment of the Postharvest Disease Control and
Different Defence Responses in Two Manggo (Mangifera indica L.) Cultivars.
Food Bioprocess Technology, 10, 1131-1141.
Ramadani, Hadi, A., & Istiqomah, N. 2017. Karakterisasi Morfologi Mangga Podang
(Mangifera indica L.) Berdasarkan Lingkungan Mikro dari Lima Kecamatan
di Kabupaten Kediri. Seminar Hayati V Tahun 2017
Ravishankar H. 2014. Assimilate partitioning and transformations in some perennial
fruit crops with due focus on mango (Mangifera indica L.) : dynamics of
shoot-root communication in reproductive phenologyan appraisal. National
Seminar-cumWorkshop on Physiology of Flowering in Perennial Fruit Crops.
Roslinda, E., Diba, F., & Prayogo, H. 2022. Pelatihan Pembibitan secara Generatif dan
Vegetatif bagi Petani di Kelurahan Setapuk Besar, Kota Singkawang.
Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat, 8(2), 212-219.
Saeed, E. E., Sham, A., AbuZarqa, A., Al-Shufara, K. A., Al Naqbi, T. S., Iratni, R., El-
Tarabily, K., & AbuQamar, S. F. 2017. Detection and Management of Mango
25

Dieback Disease in the United Arab Emirates. International Journal of


Molecular Sciences, 18(2086), 1-18.
Sargent, S. A., Kader, A. A., Mitcham, E. J., Maul, f., Brecht, P. E., & Menocal, O. 2020.
Mango Postharvest Best Management Practices Manual, Florida: IFAS
Extension University of Florida.
Shaji H., Chandran,V., & Mathew, L. 2021. Organic fertilizers as a route to controlled
release of nutrients In Controlled Release Fertilizers for Sustainable
Agriculture. F.B. Lewu, Tatiana Volova, Sabu Thomas, Rakhimol K.R.
Academic Press, 13, 231-245.
Sudheeran, P. L., Sela, N., Weissberg, C. M., Ovadia, R., Panda, S., Feyyenberg, D. M.,
Shamir, M. O., Aharoni, A., & Alkan, N. 2021. Induced defense response in red
mango fruit against Colletotrichum gloeosporioides. Holticulture Research,
8(17), 1-11.
Upreti, K.K., Y.T.N. Reddy, S.R.S. Prasad, G.V. Bindu, H.L. Jayaram, and S. Rajan. 2013.
Hormonal changes in response to paclobutrazol induced early flowering in
mango cv. Totapuri. Scientia Horticulturae 150: 414-418.
Widaryanto, E., C. Udayana, M. Baskara, dan R. Umiarti. 2005. Studi pertumbuhan
dan pembungaan tiga jenis Impatiens wallerana pada berbagai tingkat
naungan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Yuan-Zhi, S., Jiao-ke, Z., Hong, T., Yi, Z., & Wen, L. 2019. The chemical treatments
combined with antagonistic yeast control anthracnose and maintain the
quality of postharvest mango fruit. Journal of Integrative Agriculture, 18(5),
1159-1169.
Yuniastuti, S. & Bonimin. 2014. Kajian Klonalisasi Mangga Podang Urang Umur
Produktif secara Sambung Pucuk. Agrika: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, 200-
210
Yusuf, E.Y., Marlina, M. and Apriyanto, M., 2021. OPTIMALISASI PEMUPUKAN DI
LAHAN GAMBUT. Selodang Mayang: Jurnal Ilmiah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir, 7(2), pp.132-136.
Zhou, Y., Li, W., Zeng, J., & Shao, Y. 2018. Mechanisms of action of the yeast
Debaryomyces nepalensis for control of the pathogen Colletotrichum
gloeosporioides in mango fruit. Biological Control, 123, 111-119.

Anda mungkin juga menyukai