Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh Cahaya, Nitrogen, Dan Hormon Auksin terhadap

Panjang Batang dan Jumlah Daun Glycine max

Disusun Oleh :
Shereen Aprillia XII IPA 3 / 33
Maria Ardella Teguh XII IPA 3 / 25
Catherine Britta Vidhianty XII IPA 3 / 6
Kornelius Verdy Loekman XII IPA 3 / 21
Benedicta Angeline Swastika XII IPA 3 / 4
Rachel Grace Amadea Winata XII IPA 3 / 25

SMA Tarakanita Gading Serpong


Jl. Raya Kelapa Cengkir Tengah No. 1 Sektor 7, Gading Serpong,
Kabupaten Tangerang, Banten 15810
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Manfaat Penelitian 3

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 4

2.1. Tinjauan Teori 4

2.2. Kerangka Konsep 9

2.3. Hipotesis 9

BAB 3 METODE KERJA 10

3.1. Alat dan Bahan 10

3.2. Cara Kerja 10

3.3. Lokasi Penelitian 11

3.4. Variabel Penelitian 11

3.5. Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data 11

BAB 4 HASIL DATA DAN PEMBAHASAN 12

4.1. Hasil Data 12

4.2. Pembahasan 12

BAB 5 PENUTUP 17

5.1. Kesimpulan 17

5.2. Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semua makhluk hidup tentunya akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan semasa hidupnya. Secara umum, pertumbuhan adalah proses yang
dialami oleh makhluk hidup dengan bertambahnya ukuran, volume, maupun
jumlah sel-sel yang sifatnya irreversible (tidak dapat kembali ke semula).
Sedangkan, perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan kedewasaan
individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta sistematis pada
makhluk hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan
dalam waktu yang bersamaan. Namun keduanya memiliki perbedaan yang
menonjol. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif karena mudah
diamati, contohnya perubahan jumlah dan ukuran. Sebaliknya, perkembangan
dinyatakan secara kualitatif karena perubahannya bersifat fungsional.
Biji dikatakan mengalami pertumbuhan dan perkembangan jika sudah
mulai berkecambah. Awal tahap perkecambahan dimulai dengan berakhirnya
masa dormansi, yaitu masa dimana proses pertumbuhan pada tumbuhan berhenti
dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Berakhirnya masa dormansi
ditandai dengan masuknya air ke dalam biji suatu tumbuhan, yang disebut dengan
proses imbibisi. Imbibisi ini terjadi karena penyerapan air akibat potensial air
yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji
mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya serta memicu perubahan
ormone c pada embrio, yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan
pertumbuhannya. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan yang disimpan pada
endosperma atau kotiledon, dan nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang
sedang tumbuh untuk menjadi sumber cadangan makanannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu ormon eksternal dan internal. Faktor eksternal
adalah nutrisi, cahaya matahari, air dan kelembapan, suhu, dan tanah. Faktor
Internalnya adalah gen dan ormone. Cahaya dan nitrogen termasuk ormon
eksternal, sedangkan ormone auksin merupakan salah satu dari ormon internal

1
pertumbuhan pada tumbuhan. Cahaya matahari sangat penting dan memberikan
pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan
cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan pertumbuhan,
meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Nitrogen juga
memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Nitrogen mengalami
banyak transformasi yang berbeda dalam ekosistem, berubah dari satu bentuk ke
bentuk lainnya, sehingga organisme dapat menggunakannya untuk pertumbuhan
dan energi. Hormon auksin juga tak kalah penting dalam peran pertumbuhan,
antara lain berperan dalam pembentukan akar, perkembangan tunas, pertumbuhan
sel-sel meristem, dan lain-lain.
Dari uraian di atas, kami termotivasi untuk melakukan pengamatan
terhadap pertumbuhan biji Glycine max untuk mengetahui pengaruh cahaya,
nitrogen, dan hormone auksin terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Pemilihan
tempat, konsentrasi penambahan nitrogen dan ormone auksin terhadap Glycine
max sudah kami pertimbangkan dan rancang dengan matang. Untuk itu, kami
akan membuktikan dengan melakukan pengamatan seperti yang tercantum pada
proposal ini.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pada intensitas berapakah cahaya memengaruhi pertambahan panjang batang
dan jumlah daun Glycine max?
2. Pada jumlah berapakah nitrogen memengaruhi pertambahan panjang batang
dan jumlah daun Glycine max?
3. Pada jumlah berapakah hormone auksin memengaruhi pertambahan panjang
batang dan jumlah daun Glycine max?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh cahaya, nitrogen, dan hormon auksin terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Glycine max
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan pengertian pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.

2
2. Menganalisis pengaruh faktor cahaya, nitrogen, dan hormon auksin terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Glycine max

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Pembaca
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai
pengaruh cahaya, nitrogen, dan hormon auksin terhadap pertumbuhan dan
perkembangan Glycine max sehingga pembaca diharapkan dapat meminimalisir
terjadinya kesalahan dalam penanaman Glycine max karena kurang
memperhatikan pengaruh cahaya, nitrogen, dan hormon auksin terhadap tanaman
tersebut.
1.4.2. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai
pengaruh cahaya, nitrogen, dan hormon auksin terhadap pertumbuhan dan
perkembangan Glycine max sehingga peneliti mampu memberi informasi kepada
mereka yang tertarik untuk menanam Glycine max agar memperhatikan faktor
cahaya, nitrogen, dan hormon auksin dalam penanaman tanaman tersebut.

3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada
seluruh makhluk hidup berupa pertambahan ukuran, volume, tinggi, dan massa
yang bersifat irreversible. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif dalam
satuan ukuran panjang dan berat. Sementara, perkembangan adalah proses menuju
tercapainya kedewasaan. Perkembangan dapat dinyatakan secara kualitatif.
Kecepatan pertubuhan dan perkembangan organisme berbeda-beda dan
sangat ditentukan oleh faktor-faktor pendukung, baik internal maupun eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang diperoleh dari sifat keturunannya berupa
gen dan hormone. Gen bertanggung jawab dalam pewarisan sifat keturunan serta
sebagai pembawa kode untuk membentuk protein, enzim, dan hormon yang
kemudian memengaruhi berbagai reaksi metabolism di dalam tubuh untuk
mengatur dan mengendalikan proses pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu,
faktor eksternal dari lingkungan luar tubuh juga sangat memengaruhi kecepatan
pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme.
Pada tumbuhan, pertumbuhan dan perkembangan diawali dari biji yang
merupakan hasil fertilisasi antara spermatozoa dan ovum yang tumuh menjadi
zigot. Zigot kemudian tumbuh menjadi embrio yang di dalam biji dilengkapi
dengna endosperma. Selanjutya, embrio akan berkecambah menghasilkan invidiu
muda. Dalam perkecambahan tersebut, sel-sel embrio membelah. Proses ini
menghasilkan banyak sel dengan bentuk, letak, fungsi, struktur, dan susunan
biokomia yang berbeda-beda.

2.1.1. Kacang Kedelai (Glycine max)


Kingdom: Plantae Ordo: Fabales
Subkingdom: Tracheophyta Famili: Fabaceae
Super Divisi: Spermatophyta Genus: Glycine
Divisi: Magnoliophyta Spesies: Glycine max (L.)
Kelas: Magnoliopsida Merr.
Sub Kelas: Rosidae

4
Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu
tanaman palawija yang digolongkan ke dalam famili Fabaceae, sub famili
Papilionoideae (Suprapto, 1997). Tanaman kedelai berbentuk semak
pendek setinggi 30 s.d. 100 cm. Kedelai merupakan tanaman liar yang
tumbuh merambat yang buahnya berbentuk polong dan bijinya bulat
lonjong. Tanaman kedelai ini dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan
kering (ladang) (Suprapti, 2003).
Kedelai merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang dapat
digunakan sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.
Kacang kedelai mengandung sumber protein nabati yang kadar proteinnya
tinggi yaitu sebesar 35% bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40-
44%. Selain itu juga mengandung asam lemak esensial, vitamin, dan
mineral yang cukup. Di samping protein, kacang kedelai mempunyai nilai
hayati yang tinggi setelah diolah karena kandungan susunan asam
aminonya mendekati susunan asam amino pada protein hewani (Koswara,
1992).
Kedelai merupakan sumber protein, lemak, serta sebagai sumber
vitamin A, E,K, dan beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan P.
Kadar protein kacang-kacangan berkisar antara 20-25%, sedangkan pada
kedelai mencapai 40%. Kadar protein dalam produk kedelai bervariasi
misalnya, tepung kedelai 50%, konsentrat protein kedelai 70% dan isolat
protein kedelai 90% (Winarsi, 2010) .
Kedelai dapat diandalkan untuk mengatasi kekurangan protein
dalam menu makanan rakyat Indonesia. Kedelai diproses menjadi bahan
makanan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan
penghancuran, perebusan, peragian, fermentasi dan pengasaman, sehingga
menghasilkan produk tahu, kembang tahu, susu, kecap dan produk lainnya
(Nugroho, 2007).

5
2.1.2.Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi segala aktivitas
kehidupan organisme hidup di permukaan bumi. Hampir 99% dari energi
yang dipergunakan bumi berasal dari cahaya matahari dan sisanya berasal
dari aktivitas vulkanik, proses penghancuran sisa-sisa organisme yang telah
mati, proses fermentasi serta pembakaran fosil-fosil yang tersimpan dalam
tanah, seperti gas alam, minyak bumi, batubara, mineral, panas bumi, air
terjun dan lain sebagainya (Arifin, 1989).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka secara global radiasi matahari


berperan sebagai :
1. Sumber energi bagi berbagai aktivitas proses-proses fisik yang terjadi di
permukaan bumi.
2. Penyebab utama terjadinya perubahan-perubahan terhadap keadaan cuaca
ataupun faktor iklim lainnya.
3. Sebagai sumber energi dalam proses penguapan air, yang selanjutnya
akan sangat menentukan proses penyebaran air di permukaan bumi.
4. Sebagai sumber energi bagi aktivitas kehidupan organisme dalam
berbagai proses metabolisme, serta sumber energi untuk proses fotosintesis
bagi tanaman.
Jika ditinjau secara langsung, hubungan radiasi matahari dengan sifat
pertumbuhan tanaman maupun makhluk lain, maka dapat dilihat dari
pengaruh intensitas, kualitas, dan lama penyinaran (fotoperiodism) (Arifin,
1988). Dilihat dari segi fisika maka radiasi matahari yang lebih populer
dengan sebutan cahaya matahari, memiliki sifat kembar yakni sebagai
gelombang cahaya (gelombang elektromagnetik) dan sebagai partikel
(foton) yang dikaitkan dengan kualitas dan kuantitas cahaya, sehingga
cahaya matahari dapat dibagi dua kategori yaitu kualitas dan kuantitas
cahaya (Jumin, 1989).
Menurut Silvikutur (2007:25) cahaya berpengaruh terhadap arah
pertumbuhan akar dan perluasan atau tidak bergulungnya daun. Daun
berusaha mendapatkan lebih banyak cahaya untuk proses fotosintesis.

6
Cahaya akan menghambat pertumbuhan batang sehingga pada bagian batang
yang tidak terkena cahaya menjadi lebih panjang. Cahaya juga
mempengaruhi pertumbuhan xilem sehingga mempengaruhi perkembangan
batang. Selain berpengaruh terhadap proses fotosintesis, cahaya berpengaruh
terhadap pertumbuhan setiap organ dan keseluruhan tumbuhan. Keadaan
gelap berpengaruh terhadap bentuk luar tumbuhan dan laju
perpanjangannya. Tumbuhan yang diletakkan ditempat gelap akan tumbuh
lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat yang terkenacahaya.
Tumbuhan yang diletakkan ditempat gelap akan tumbuh lebih cepat
daripada yang diletakkan di tempat yang terkenacahaya. Akan tetapi
tumbuhan menjadi pucat karena kekurangan klorofil, kurus, dan daun tidak
berkembang. Tumbuhan seperti itu disebut mengalami etiolasi. Dalam
keadaan tidak ada cahaya, auksin merangsang pemanjangan sel- sel sehingga
tumbuh lebih panjang. Sebaliknya, dalam keadaan banyak cahaya auksin
mengalami kerusakan sehingga pertumbuhan tumbuhan terhambat. Cahaya
menyebabkan auksin rusak terdispersi ke sisi gelap. Laju tumbuh
memanjang pada tumbuhan dengan segera berkurang sehingga batang lebih
pendek, namun tumbuhan lebih kokoh, daun berkembang sempurna, dan
berwarna hijau. Selain berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, cahaya
dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya
tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi,
jika intensitas cahaya terlalu tinggi, klorofil akan rusak (Silvikutur, 2007:25)

2.1.3.Nitrogen
Nitrogen adalah salah satu nutrisi utama yang penting untuk
kelangsungan hidup semua organisme hidup. Nitrogen adalah komponen
penting dari banyak biomolekul, termasuk protein, DNA, dan klorofil.
Meskipun nitrogen sangat berlimpah di atmosfer sebagai gas nitrogen (N2),
namun sebagian besar tidak dapat digunakan secara langsung oleh beberapa
organisme. nitrogen harus terlebih dahulu dikonversi dari gas nitrogen
menjadi amonia (NH3). Selain itu, nitrogen ada dalam berbagai bentuk yang
berbeda, yaitu anorganik (misalnya, ammonia dannitrat) dan organik

7
(misalnya, amino dan asam nukleat). Dengan demikian, nitrogen
mengalami banyak transformasi yang berbeda dalam ekosistem, berubah
dari satu bentuk ke bentuk lainnya agar organisme dapat menggunakannya
untuk pertumbuhan dan energi (Bernhard, 2010).

2.1.4. Hormon Auksin


Hormon adalah senyawa-senyawa organik yang efektif dalam
konsentrasi rendah, dibuat di dalam sel pada bagian tertentu dari organisme,
diangkut ke bagian lain dari organisme tersebut, lalu menghasilkan proses
fisiologi yang khusus. Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang
diketahui, yang merupakan salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas
dari proses pertumbuhan dan perkembangan (growth and development)
suatu tanaman. Pengaruh auksin telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli
biologi, Charles Darwin. (Ir. I Wayan Wiraatmaja,MP, 2017)
Beberapa ahli fisiologi menyatakan bahwa, tumbuhan juga
mengandung tiga jenis auxin lain yang strukturnya mirip dengan IAA,
yaitu:
a. Asam 4 kloroindolasetat (4-kloro IAA), ditemukan pada biji muda
berbagai jenis kacang-kacangan.
b. Asam fenilasetat (PAA), ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan.
c. Asam indolbutirat (IBA), ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis
tumbuhan dikotil. (Ir. I Wayan Wiraatmaja,MP., 2017)
Peranan auksin bagi fisiologi tumbuhan, yaitu :
a. Auksin dan pembentukan akar.
b. Auksin dan perkembangan tunas.
c. Pengaruh auksin terhadap sel-sel meristem.
d. Auksin dan pembentukan bunga.
e. Auksin dan pembentukan buah.
f. Pengaruh auksin terhadap gugurnya daun dan buah.
g. Auksin dengan parthenocarpy dan pertumbuhan buah. (Ir. Utami,
MS,2018)

8
2.2. Kerangka Konsep

Jumlah
Cahaya

Panjang
Batang

Pertumbuhan dan
Jumlah Hormon Perkembangan
Auksin Tanaman

Jumlah Daun

Jumlah
Nitrogen

2.3.Hipotesis
H0 : Tidak terjadi perubahan pada Glycine max meskipun jumlah nitrogen,
cahaya, dan hormon auksinnya ditambah atau dikurangi.
H1 : Terjadi perubahan pada pertumbuhan dan perkembangan Glycine max
yang disebabkan oleh perbedaan jumlah nitrogen, cahaya, dan hormon auksin
pada tanaman.

9
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Alat dan Bahan
3.1.1.Alat
1. 4 buah polybag ukuran 50x50cm
2. 4 buah sekop
3.1.2.Bahan
1. 4 bibit kacang kedelai
2. tanah
3. cahaya matahari
4. nitrogen (Pupuk NPK)
5. hormon auksin
6. air

3.2.Cara Kerja
1. Menyiapkan 4 buah polybag yang berisi tanah sebanyak 2 sekop.
2. Menanam 4 bibit Kacang Kedelai ke dalam masing- masing polybag.
3. Memasukkan Pupuk NPK ke dalam polybag. Polybag pertama ditambahkan
Pupuk NPK sebanyak 1 sekop. Polybag kedua ditambahkan Pupuk NPK
sebanyak 3 sekop. Polybag ketiga ditambahkan Pupuk NPK sebanyak
setengah sekop Sedangkan, polybag keempat tidak ditambahkan Pupuk NPK
untuk dijadikan variabel kontrol.
4. Menyemprotkan Hormon Auksin ke dalam polybag. Pertama, menyemprotkan
hormon auksin sebanyak 15 tetes pada polybag pertama. Kedua,
menyemprotkan hormon auksin sebanyak 7 tetes pada polybag kedua. Lalu,
menyemprotkan hormon auksin sebanyak 3 tetes pada polybag ketiga.
Sedangkan, polybag keempat tidak disemprotkan hormon auksin untuk
dijadikan variabel kontrol.
5. Menyiram tanaman dengan air. Polybag pertama disiram 2 kali dalam satu
hari. Polybag kedua disiram 3 kali dalam satu hari. Polybag ketiga disiram 2
hari sekali. Sedangkan, polybag keempat disiram 1 kali dalam satu hari untuk
dijadikan variabel kontrol.

10
6. Meletakkan polybag di tempat yang terpapar cahaya matahari. Polybag
pertama dan keempat diletakkan di teras rumah yang terkena cahaya matahari
yang cukup. Polybag kedua diletakkan di tempat yang terkena cahaya
matahari langsung, yaitu di area luar rumah. Sedangkan Polybag ketiga
diletakkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari begitu banyak, yaitu
di dalam rumah.

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian pengaruh cahaya, nitrogen, dan hormon auksin terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Glycine max akan dilaksanakan di rumah
anggota kelompok pelaku penelitian.

3.4 Variabel Penelitian


Variabel Bebas : Cahaya, nitrogen, dan hormon auksin
Variabel Terikat : Pertambahan panjang batang dan jumlah daun
Variabel Kontrol : Glycine max

3.5 Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data


Kami melakukan pengumpulan data dengan metode observasi secara
berkala secara berkala setiap kurun waktu tertentu yang akan menghasilkan data
berbentuk angka pasti (kuantitatif). Lalu, data yang telah kami catat akan kami
analisa dengan metode kuantitatif atau yang dapat disebut juga dengan metode
tradisional atau ilmiah.

11
BAB 4

Hasil Data dan Pembahasan

4.1 Hasil Data

1.Panjang Batang (cm)


Tabel 4.1 Panjang Batang
Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Polybag 1 0 0 0 0 0.3 0.7 1 1.3 1.8 2 2.1 2.5 2.7 3.1
Polybag 2 0 0 0 0 0 0.1 0.2 0.7 1.2 1.4 1.9 2 2.1 2.2
Polybag 3 0 0 0.5 0.8 1.5 2 3 4.8 5.9 8 9.1 10 12. 15
5
Polybag 4 0 0 0 0.7 1 1.6 2 2.3 2.5 2.6 2.7 2.8 3 4
(Kontrol)

2.Jumlah Daun
Tabel 4.2 Jumlah Daun
Hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Polybag 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 2 2
Polybag 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2
Polybag 3 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 2 2
Polybag 4 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2 2 2 2
(Kontrol)

4.2 Pembahasan

Pada penelitian ini, peneliti mengamati panjang batang yang tumbuh pada
Glycine max selama 14 hari. Pengamatan terhadap pertambahan panjang batang
yaitu pada hari ke-1 dan ke-2, belum terjadi pertambahan panjang pada Glycine
max di polybag pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Pada hari ke-3, terdapat
pertambahan panjang batang pada polybag ketiga sebanyak 0,5 cm. Sedangkan
pada polybag pertama, kedua, dan keempat belum terjadi pertambahan panjang
batang. Pada hari ke-4, panjang batang pada polybag keempat bertambah
sebanyak 0,7 cm dan polybag ketiga menjadi 0,8 cm. Sedangkan pada polybag
pertama dan kedua belum terjadi pertambahan panjang batang. Pada hari ke-5,
terdapat pertambahan panjang batang pada polybag pertama sebanyak 0,3 cm,
polybag ketiga menjadi 1,5 cm, dan polybag keempat menjadi 1 cm. Sedangkan
pada polybag kedua belum terjadi pertambahan panjang batang. Pada hari ke-6,

12
terdapat pertambahan panjang batang pada polybag kedua sebanyak 0,1 cm,
polybag pertama menjadi 0,7 cm, polybag ketiga menjadi 2 cm, dan polybag
keempat menjadi 1,6 cm. Pada hari ke-7, panjang batang pada polybag pertama
menjadi 1 cm, polybag kedua menjadi 0,2 cm, polybag ketiga menjadi 3 cm, dan
polybag keempat menjadi 2 cm. Pada hari ke-8, panjang batang pada polybag
pertama menjadi 1,3 cm, polybag kedua menjadi 0,7 cm, polybag ketiga menjadi
4,8 cm, dan polybag keempat menjadi 2,3 cm. Pada hari ke-9, panjang batang
pada polybag pertama menjadi 1,8 cm, polybag kedua menjadi 1,2 cm, polybag
ketiga menjadi 5,9 cm, dan polybag keempat menjadi 2,5 cm. Pada hari ke-10,
panjang batang pada polybag pertama menjadi 2 cm, polybag kedua menjadi 1,4
cm, polybag ketiga menjadi 8 cm, dan polybag keempat menjadi 2,6 cm. Pada hari
ke-11, panjang batang pada polybag pertama menjadi 2,1 cm, polybag kedua
menjadi 1,9 cm, polybag ketiga menjadi 9,1 cm, dan polybag keempat menjadi 2,7
cm. Pada hari ke-12, panjang batang pada polybag pertama menjadi 2,5 cm,
polybag kedua menjadi 2 cm, polybag ketiga menjadi 10 cm, dan polybag
keempat menjadi 2,8 cm. Pada hari ke-13, panjang batang pada polybag pertama
menjadi 2,7 cm, polybag kedua menjadi 2,7 cm, polybag ketiga menjadi 12,5 cm,
dan polybag keempat menjadi 3 cm. Pada hari ke-14, panjang batang pada
polybag pertama menjadi 3,1 cm, polybag kedua menjadi 2,2 cm, polybag ketiga
menjadi 15 cm, dan polybag keempat menjadi 4 cm.

Pengamatan terhadap pertambahan jumlah daun yaitu pada hari ke-1


hingga ke-7 belum terdapat daun yang tumbuh pada polybag pertama, kedua,
ketiga, dan keempat. Pada hari ke-8 terdapat 1 buah daun pada polybag pertama
dan ketiga, dan 2 buah daun pada polybag kedua dan keempat. Pada hari ke-9,
polybag pertama dan keempat sama sekali tidak bertambah, sedangkan polybag
ketiga dan keempat bertambah 1 buah. Pada hari ke-10 polybag pertama dan
keempat pun bertambah 1 buah sedangkan polybag kedua dan ketiga tidak
bertambah daun sama sekali. 4 hari berlalu namun daun sudah tidak ada yang
bertambah lagi di keempat polybag, sangat memungkinkan bahwa daun tidak akan
tumbuh dalam waktu yg lama.

13
Gambar 4.1 Tumbuhan kacang hijau pada
polybag 2 pada hari ke-6

Gambar 4.3 Tumbuhan kacang hijau


pada polybag 1 pada hari ke-10

Gambar 4.2 Tumbuhan kacang hijau pada polybag


2 pada hari ke-14

14
15
Gambar 4.5 Tanaman kacang hijau pada polybag ke-3
pada hari ke-5

Gambar 4.6 Tanaman kacang hijau pada polybag ke-3


pada hari ke-14

16
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian kami, dapat disimpulkan bahwa panjang batang
pada tanaman yang diberikan auksin, nitrogen, dan cahaya pada saat penelitian
akan lebih panjang dibandingkan panjang batang pada tanaman yang tidak
diberikan perlakukan apapun.
Jumlah daun pada tanaman yang diberikan auksin, nitrogen, dan cahaya
pada saat penelitian lebih cepat tumbuh tetapi tidak lebih banyak dibandingkan
pada jumlah daun pada tanaman yang tidak diberikan perlakuan apapun.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan
beberapa saran, sebagai berikut :
a. Memperhatikan waktu pengerjaan sehingga praktikum dapat selesai
tepat waktu dan menghasilkan hasil yang optimal.
b. Meningkatkan ketelitian dalam mengikuti langkah kerja praktikum agar
tidak melewatkan satupun langkah penelitian.

17
DAFTAR PUSTAKA
Irnaningtyas. 2018. Biologi XII. Jakarta : Penerbit Erlangga
MS, Utami. 2018. Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Tersedia
di:
http://seminar.uny.ac.id/sembiouny2017/sites/seminar.uny.ac.id.sembioun
y2017/files/B%207a.pdf
Wiraatmaja, I Mayan. 2017. Zat Pengatur Tumbuh Auksin dan Cara
Penggunaannya Dalam Bidang Pertanian. Tersedia di :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/ddeec13c19c352
d21ccca286966a08ec.pdf
MS, Utami. 2018. Pengaruh Hormon Tumbuh terhadap Fisiologi Tanaman.
Tersedia di :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/e7c13d12796469e
29a94ae88f26e57c2.pdf
Silvikultur. 2007. Sumber Cahaya Matahari. Jakarta : Pakar Raya

18
LAMPIRAN
Untuk melaksanakan penelitian ini, dilakukan teknik pengambilan data
kuantitatif dengan instrument atau alat ukur berupa penggaris.

19

Anda mungkin juga menyukai