KEKUATAN
GERAK PADA TUMBUHAN
NO. WA : 089618587454
BAB 19. KEKUATAN GERAK
PADA TUMBUHAN
19.1 BEBERAPA PRINSIP DASAR
Jenis gerak yang akan dibahas tercakup dalam dua
kategori alami, yaitu tropisme yang berarti arah
rangsangan lingkungan menentukan arah 1. Penerimaan. Misalnya, pigmen apa yang menyerap
gerakan, dan gerak nastik yang terpicu oleh cahaya sehingga menyebabkan fototlxipisme, atau apa
rangsangan dari luar namun arah rangsangan yang ada di dalam sel atau jaringan yang memberikan
tidak menentukan arah gerakan. respons terhadap gravitasi? Rangkaian pertanyaan ini
Gerak nastik dan tropistik sering merupakan hasil sulit dijawab, sebab organ tumbuhan seperti daun,
batang, dan akar, tidak seperti mata dan telinga, tidak
pertumbuhan yang tak seimbang tapi dapat pula
khusus memberikan respons terhadap satu jenis
disebabkan oleh pengambilan air yang tak imbang rangsangan saja
dan tak terbalikkan ke dalam sel tertentu yang 2. Transduksi. Bagaimana cara mekanisme penerimaan
disebut sel motor, yang secara bersama mentransduksikan rangsangan yang diterimanya
membentuk pulvinus. kepada sejumlah sel pada organ yang akan melakukan
Tiga tahap gerakan tumbuhan seperti yang baru gerakan? Isyarat apa yang dikirimkarinya-artinya,
saja disebutkan, dan dari ketiganya terbentuk perubahan biokimia atau biofisika apa yang terjadi
sebagai responsnya terhadap rangsangan lingkungan?
kerangka kerja bagi penelitian mengenai topik
Int semua termasuk bidang penelitian yang sangat aktif
tersebut: dikerjakan
3. Respons. Apa yang sebenarnya terjadi selama
berlangsungnya gerakan? Semua hipotesis yang
mencoba menjelaskan mekanisme penerimaan dan
transduksi harus mengaitkannya dengan respons motor
yang terlihat.
19.2 GERAK NASTIK
Daun atau anak-daun pada daun majemuk sering
menunjukkan gerak nastik. Pembengkokan organ
ke atas disebut hiponasti; pembengkokan ke bawah NIKTINASTI
disebut epinasti. Umumnya, gerak nastik bersifat
terbalikkan, baik yang dikendalikan oleh pulvinus
HIDRONASTI (ATAU
maupun oleh perubahan relatif laju tumbuh di
bagian atas dan bawah suatu organ. HIGRONASTI)
TIGMONASTI
TIGMOMORFOGENESIS DAN
SEISMOMORFOGENESIS
TURGORIN: HORMON YANG
MENGENDALIKAN GERAK NASTIK
PERANGKAP-
SERANGGA VENUS
NIKTINASTI
Ada dua macam faktor pergerakan daun berjangka (periodic leaf movement
factors PLMF) pada Mercia yang dikenali sebagai b-glukosida dari asam galat,
dengan ikatan glukosida pada gugus para-hidroksilnya. Beberapa senyawa lain
yang berstruktur hampir serupa juga pernah ditemui pada ekstrak tumbuhan lain
dan yang paling aktif adalah D-glukosida-6-sulfat dan D-glukosida-3,6-disulfat
dari asam galat; keduanya disebut PLMF 1 dan PLMF 2.
Schildknecht menyatakan bahwa senyawa ersebut menciptakan suatu kelas-baru
hormon tumbuhan, yang dinamakannya turgorin, karena senyawa itu bekerja
pada turgor sel pulvinus.
PERANGKAP SERANGGA VENUS
Salah satu contoh yang kurang mendapat perhatian, padahal potensial kerjanya jelas bermanfaat
bagi tumbuhan, ialah perangsangan satu atau lebih rambut epidermis-sensori' pada tumbuhan
’perangkap-serangga Venus’ (Diotinen musciyuln) oleh serangga. Potensial kerja bergerak dari
rambut itu ke jaringan daun bercuping rangkap dan mengakibatkan cuping tersebut mengatup
dengan cepat dalam waktu kira-kira setengah detik.
Tumbuhan tersebut memerangkap serangga, yang kemudian dicema oleh enzim yang dikeluarkan
daun untuk menghasilkan nitrogen dan fosfat bagi tumbuhan. Sekitar 500 jenis tumbuhan
berbunga bersifat karnivor (pemakan daging), dan mekanisme menangkapnya berbeda-beda,
bahkan sering tak dipengaruhi oleh potensial kerja (Heslop-Harrison,1978).
Pemberian larutan penyangga pH 6 pada apoplas tidak menghalangi gerakan perangkap yang
telah dipotong beberapa kali, mulai dari pinggir ke rusuk tengah, untuk memudahkan larutan
penyangga berdifusi ke mesofil.
TIGMOMORFOGENESIS DAN SEISMOMORGENESIS
Batang dan jaringan lain yang ditumbuhkan di tempat gelap meneruskan cahaya seperti pipa cahaya
optik-serat yang digunakan dalam sistem komunikasi modern. Ujung koleoptil yang baru saja
menerobos ke permukaan tanah akan meneruskan (’mengalirkan’) cahaya ke bawah, ke daun primer,
mesokotil, dan akar. Penyebaran relatifnya di dalam jaringan tersebut bisa berubah, sehingga
terdapat lebih banyak cahaya di sisi ’terlindung' ketimbang di sisi ’tersinari’. Ketika cahaya
diteruskan ke jaringan, beberapa panjang gelombang diserap lebih banyak daripada yang lainnya,
sehingga susunan spektrumnya berubah. Perubahan spektrum selanjutnya terjadi ketika jaringan
teretiolasi tersebut menjadi hijau karena responsnya terhadap cahaya. Respons ini dapat membuat
fototropisme dan respons cahaya lain menjadi rumit.
Daun juga memberikan respons fototropik terhadap cahaya misalnya, separuh helai daun
cocklebur yang terkena cahaya ditutup dengan kertas aluminium (meniru naungan alami), terjadi
SNA macam respons.
Yang satu adalah pemanjangan tangkai di sisi terlindung, menyebabkannya membengkok dan
menggeser daun ke sisi helai daun yang tersinari.
Respons lainnya ialah pembengkokan ke atas (hiponasti) sisi daun yang terlindung. Respons
seperti itu, pada sejumlah daun, diduga dapat memindahkan dedaunan dari tempat terlindung
ke tern pat tersinari, sejauh secara fisik. Pola tersebut dinamakan mosaik daun.
Mosaik seperti itu tampak pada kanopi daun dari banyak pepohonan (akan terlihat bila kita
berdiri di bawah pohon dan melihat ke atas) dan pada jenis tumbuhan yang merambat di dinding
bangunan atau yang dipelihara di dalam rumah dengan mendapatkan cahaya yang datang
terutama dari satu jendela sepanjang hari.
MELACAK MATAHARI
Banyak jenis tumbuhan mampu melacak matahari; dalam hal ini, lembar datar daun selalu
hampir tegak lurus terhadap matahari panjang hari sehingga daun mampu memanen cahaya
sebanyak mungkin.
Pelacakan matahari merupaka n-tropisme sejati sebab orientasi daun ditentukan oleh arah berkas
cahaya matahari, tapi bisa pmitif atau negatif, seperti fototropisme batang.
Kejadian tersebut dinamakan diafototropisme yakni organ berorientasi tegak lurus terhadap
berkas cahaya. Orientasi daun dikendalikan oleh sejumlah sel motor di pulvinus, tempat helai
daun berpaut dengan tangkainya. Pergerakan air masuk dan keluar sel motor ini sepenuhnya
terbalikkan dan hampir dipastikan dikendalikan oleh sejumlah linarut osmotik, termasuk K+.
’pelacakan-matahari negatif’; dalam hal ini, daun pada beberapa tumbuhan gurun selalu sejajar
dengan berkas cahaya matahari, ketika keadaan sangat kering. Dengan mekanisme ini, mereka
diduga dapat mengurangi radiasi matahari sekecil mungkin, mengurangi penangkapan bahang,
dan mengurangi transpirasi.
SKOTOTROPISME
Sebagian besar kajian gravitropisme dicurahkan pada akar. Pada awalnya, tampak jelas bahwa sisi
penerimaan gravitasi adalah tudung akar.
Kepekaan akan muncul kembali segera setelah butir pati-baru itiengetidoy; butir pati tersebut biasanya
tetap tinggal di sitoplasma selama beberapa jam setelah kemunculannya pertama kali.
Tratisduksi: Pemacu penghambat. Jelas bahwa tudung akar mengirimkan zat penghambat ke sisi
bawah akar, memperlambat pertumbuhan di sana, sehingga akar membelok ke bawah.
ABA menghambat pertumbuhan akar hanya bila konsentrasinya jauh lebih tinggi daripada
konsentrasi alaminya, dan akar yang ditumbuhkan dalam senyawa yang menghambat sintesis ABA
tetap tanggap terhadap gravitasi.
ABA juga tanggap terhadap gravitasi. Akar akan membengkok ke bawah ketika direndam dalam ABA
konsentrasi tinggi, yang dipastikan menghilangkan semua gradien ABA alami dalam akar.
Akar bibit yang tumbuh pada keadaan gelap merupakan diagravitropik; yaitu, akar cenderung tumbuh
mendatar. akar tersebut menjadi ortogravittopik positif dan membengkok ke bawah. Panjang
gelombang merahlah yang paling efektif, dan melibatkan sistem fitokinin.
BATANG DAN KOLEOPTIL
Pengukuran terhadap pertumbuhan permukaan atas dan bawah koleoptil, hipokotil, dan batang mendatar
memberikan hasil yang sangat serupa dengan yang diamati pada pengaruh tingkat mhaya tinggi dalam
pembengkokan fototropik.
Respons: Mekanika pembengkokan batang. atang yang sedang tumbuh ditekuk dan ditahan sehingga tidak bisa
membengkok ke atas. Ketika tahanan dilepaskan beberapa jam atau beberapa hari kemudian, batang akan
membengkok, bahkan lebih dari 90° dalam waktu 1 sampai 10 detik.
Tekanan dan tegangan bisa terjadi pada jaringan secara bersamaan, sehingga perbedaan tekanan antara protoplas
setiap se1 dan apoplas sekitarnya dapat menyebabka n pertumbuhan atau justru tidak menyebabkan pertumbuhan.
Apakah kepekaan itu? Kamus mendefinisikan kepekaan sebagai kemampuan organisme atau sistem fisika
(misalnya, mikrofon atau fotosel) untuk memberikan respons terhadap stimulus.
Respons tumbuhan yang paling nyata dalam klinostat ialah epinasti daun (membengkok ke bawah; pasal 19d).
Respons ini dan respons lainnya mungkin tidak disebabkan oleh simulasi tanpa-bobot dari klinostat, tapi oleh
tekanan mekanis yang disebabkan oleh daun dan perubahan lain.
Respons terhadap gravitasi meliputi perbedaan pemanjangan sel ; sel paling bawah mémanjang, sedangkan sel
paling atas tidak tumbuh.
Perbedaan pertumbuhan pulvinus yang terus-menerus menyebabkan posisi pucuk hampir tegak.
Seperti pada batang dan akar, banyak dijumpai kesulitan dan sedikit jawaban positif. Sebagai contoh, IAA, GA, dan
etilen semuanya diketahui tertimbun lebih banyak di paruh bawah pulvinus setelah diberi rangsangan gravitasi,
tapi etilen pertama kali tampak sekitar 5,5 jam setelah mulainya pembengkokan
19.6 TROPISME LAIN DAN
FENOMENA YANG TERKAIT
Cahaya merah yang menginterupsi masa gelap juga merupakan wanna cahaya
yang paling efektif untuk memacu pembungaan dan tumbuhan hari panjang
lainnya, yang membutuhkan waktu malam yang lebih pendek dan waktu siang
yang lebih panjang daripada panjang waktu kritisnya.
20.2 SIFAT FISIKA DAN
KIMIA FITOKROM
Antibodi, yang dikenal juga sebagai Imunoglobulln, adalah protein yang disintesis oleh hewan
dalam responsnya terhadap benda asing yang masuk ke tubuhnya.
Dari sejumlah pemanfaatan antibodi monoklonal, dua yang menonjol. Dalam satu kasus, kami
mengandaikan kekhasan epitopenya untuk mengkuar beberapa daerah nyata molekul fitokrom,
sehingga memungkinkan kita mempelajari hubungan struktur/fungsinya.
Hal itu dimungkinkan karena antibodi monoklonal tertentu sebagian besar berinteraksi hanya
dengan buah asam amino dari 1130 asam amino dalam polipeptida fitokrom.
Proses pertama adalah perusakan, jaringan yang terpajan pada cahaya merah-jauh tak
mungkin lagi membentuk jadi, jumlah total fitokrom yang terlacak akan kurang dari
sebelumnya.
Proses kedua ialah pembalikan-gelap menjadi Pr, yang biasanya membutuhkan waktu
beberapa jam. (Perlu ditekankan bahwa perusakan dan pembalikan juga terjadi dalam
terang, tapi tidak langsung akibat cahaya).
GEN FITOKROM DAN
EKSPRESINYA: BEKERJA DALAM
GELAP
Cahaya merah dan merah-jauh lebih efektif bila diserap oleh daerah
radikula-hipokotil ketimbang oleh kotiledon; hal itu menunjukkan bahwa
pembentukan Pfr diperlukan dalam sel yang sedang tumbuh dan
menyebabkan perkecambahan.
Cahaya dengan mudah tersebar ke sejumlah seI yang berjarak cukup jauh
di berbagai bagian tumbuhan, termasuk biji selada.
Jika kita pisahkan embrio slada dari endosperma, kulit biji, dan kulit
buah sekitarnya, radikula akan memanjang dalam gelap atau setelah
penyinaran singkat dengan cahaya merah atau merah-jauh.
Namun, radikula dari embrio yang terpajan pada cahaya merah mulai
memanjang lebih awal dan dengan laju yang lebih cepat daripada yang
diberi kondisi gelap.
Embrio yang diberi cahaya merah-jauh memanjang dengan laju kira-kira
sama dengan embrio di tempat gelap. Efek pemacuan pertumbuhan oleh
cahaya merah ini terhapus oleh adanya perlakuan pendek dengan cahaya
merah-jauh setelah dipajankan pada cahaya merah, seperti terjadi pada
perkecambahan biji utuh.
fotodormansi dan dormansi biji kurang menarik bila perkecambahan
hanya dianggap sebagai perlawanan antara pertumbuhan radikula dan
efek penghambatan mekanis pada pertumbuhan dari lapisan di
sekelilingnya.
EFEK HORMON PADA FOTOHORMON
Pada banyak jenis biji fotodorman atau dorman karena sebab lain,
pemberian giberelin bisa menggantikan cahaya atau faktor lingkungan
Pemberian giberelin mampu mengatasi hambatan genetik dan kebutuhan
akan cahaya.
biji tomat dan Arabidopsis jenis liar harus mendapatkan giberelin untuk
berkecambah, dan kebutuhan akan cahaya pada Arabidopsis terutama
karena cahaya mendorong pembentukan salah satu atau beberapa jenis
giberelin.
pada tomat, giberelin barangkali mendorong pelunakan endosperma yang
keras di dekat ujung radikula. Seperti pada biji-bijian lain yang
mempunyai endosperma keras, endosperma tomat kaya akan galaktomanan
(polisakarida dinding sel), dan GAS+7 mendorong peningkatan aktivitas
tiga macam enzim yang menghidrolisis galaktomanan tersebut.
Hidrolisis ini diduga menyebabkan endosperma melunak, sehingga radikula
dapat menerobos, dan terjadilah perkecambahan. Jika ha1 itu memang
kerja giberelin pada tomat, kerjanya pada endosperma serupa dengan
aktivitas giberelin bersama cahaya merah dalam mengakhiri dormansi biji
secara umum kerja giberelin di berbagai bagian tumbuhan adalah
mendorong aktivitas beberapa jenis tertentu enzim hidrolitik.
20.7 PERANAN CAHAYA DALAM
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
VEGETATIF SELANJUTNYA
Efek cahaya yang memutuskan masa gelap yang normal atau yang
memperlama masa siang yang normal disebut efek fotoperiodik.
Respons ini terutama berkaitan dengan dormansi kuncup pada
tumbuhan bertahunan dan produksi‘ bunga serta biji pada tumbuhan
bertahunan dan (khususnya) tak bertahunan.
Umumnya, hari panjang mendorong pemanjangan batang kebanyakan
spesies, dan hari pendek mendorong perubahan yang lazim terjadi
sehubungan dengan musim gugur (misalnya, dormansi kuncup dan
ketahanan kuncup terhadap cuaca beku).
20.9 CAHAYA MEMACU SINTESIS
ANTOSIANIN DAN FLAVONOID LAIN
Sebagian besar tumbuhan membentuk pigmen antosianin dan flavonoid lainnya dalam
beberapa se1 terspesialisasi di salah satu atau beberapa organnya; dan proses ini sering terpacu
oleh cahaya.
Spektrum kerja untuk menghasilkan antosianin di beberapa spesies diperlihatkan pada gambar
20.16. Umumnya, respons maksimum terjadi di daerah merah, merah-jauh, dan biru, sementara
cahaya hijau (mendekati 550 nm) hampir tak berpengaruh. Puncak di daerah kuning, jingga,
merah, dan merah-jauh pada berbagai spesies.
Mekanisme cahaya yang mengaktifkan gen yang mengendalikan pembentukan flavonoid serta
antosianin kini sedang dipelajari secara mendalam. Kemampuan radiasi UV untuk
menyebabkan terbentuknya flavonoid penyerap UV tampak merupakan cara tumbuhan
melindungi diri terhadap radiasi UV.
Seperti flavonoid, lignin juga terbentuk dari lintasan asam sikimat, dibantu oleh fenilalanin
amonia liase. Pada kecambah atau pada bagian muda dari tumbuhan yang lebih besar yang
sedang mengalami diferensiasi xilem atau sedang membentuk xilem dari kambium pembuluh,
pembentukan lignin di dinding sel xilem terpacu oleh cahaya.
Proses ini sebagian bertanggung jawab untuk ketegaran kecambah, yang lebih nyata di tempat
terang ketimbang di tempat gelap.
20.10 EFEK CAHAYA PADA
SUSUNAN KLOROPLAS
Salah satu efek dapat dianggap sebagai efek yang berlangsung cepat pada permeabilitas
membran yang lainnya dapat dianggap sebagai efek yang lebih lambat pada ekspresi gen.
Perlakuan singkat dengan cahaya merah-jauh dengan cepat menurunkan muatan positif pada
ujung akar itu dan menyebabkannya terlepas dari dinding gelas. Fitokrom yang menyebabkan
respons ini terletak di tudung akar.
Bila potongan ujung akar jelai dicampur secara saksama dalam gelas piala dengan IAA, ATP,
asam askorbat, dan beberapa garam mineral tertentu, maka perlakuan singkat den6an cahaya
merah akan menyebabkan potongan akar tersebut mulai menempel pada dinding gelas dalam
waktu beberapa detik saja. Dalam hal itu, dinding gelas mempunyai muatan yang agak negatif,
sebab gelas tersebut telah dicuci dengan larutan fosfat encer.
Berarti, ujung akar yang diberi perlakuan cahaya merah menjadi bermuatan permukaan sedikit
positif.
Efek utama fitokrom adalah pada permeabilitas membran, penelitian Hans Mohr pada
kecambah Sinnpis nIIxi (sejak tahun 1966) menunjukkan bahwa fitokrom mengatur pengaktifan
dan penonaktifan sejumlah gen tertentu, bergantung pada tahap perkembangan dan jenis se1 yang
terlibat.
Sejak itu, banyak penelitian memperlihatkan bahwa fitokrom, kriptokrom, dan penerima UV-B
memang dapat mengendalikan aktivitas gen dalam arti bahwa masing-masing dapat mengatur
jumlah enzim yang dihasilkan, berbeda dari efek pascatranslasi pada aktivitas enzim.
perubahan aktivitas enzim karena adanya fosforilasi dan defosforilasi merupakan mekanisme lain
yang mengendalikan aktivitas sel.
SOAL: BAB 19
1. Apa yang dimaksud dengan Tigmomorfogenesis
dan seismomorfogenesis?
2. Jelaskan pengertian ortogravitropisme dan
diagravitropesme?
SOAL: BAB 20
1. Sebutkan alasan mengapa fitokrom dilakukan
terhadap pigmen yang dimurnikan dari kecambah
teretiolasi?
2. Jelaskan interaksi cahaya dan suhu dalam biji
fotodorman!
JAWABAN : BAB 19
1. Perkembangan efek perangsangan mekanis, terutama gosokan,
pada tumbuhan. Sebagian besar tumbuhan-berpembuluh yang
diteliti memberikan -respons dengan melambatkan pemanjangan
batang dan meningkatkan diameter batang, sehingga terbentuk
tumbuhan yang pendek dan kekar dan respons perkembangan
serupa terhadap stres mekanis sebagai tigmomorfogenesis.
Beberapa tumbuhan di atas meja-goyang (hanya selama beberapa
detik sampai beberapa menit, satu atau beberapa kali dalam sehari),
sehingga mereka digoyang secara mekanis, tapi tidak disentuh
secara fisik respons dasar yang sama, dan Mitchell menamai
kejadian itu seismomorfogenesis.
2. Pertumbuhan tegak (contohnya, batang dan akar) disebut
ortogravitropisme merupakan bentuk gabungan yang berarti
’lurus, tegak, vertikal’); Pertumbuhan mendatar disebut
diagravitropism.
JAWABAN : BAB 20
1. Alasannya, antara lain:
Yang pertama, kecambah yang ditumbuhkan dalam keadaan gelap total
mempunyai 10 sampai 100 kali lebih banyak fitokrom dibandingkan dengan
kecambah yang ditumbuhkan dalam terang. Yang kedua kecambah tersebut
tidak memiliki klorofil yang dapat menyerap cahaya biru dan merah, dan yang
bisa mempengaruhi kajian spekttofotometrik terhadap fitokrom.
2. Suhu tinggi menurunkan tingkat Pfr dalam beberapa spesies dengan cara
meningkatkan laju-balik menjadi Pr, walaupun faktor lain belum diteliti
Jumlah klorofil yang terdapat pada embrio saat biji masak sangat penting untuk
menentukan apakah biji spesies tertentu akan bersifat fotodorman atau tidak.
Umumnya, embrio yang dalam masa pemasakan tertutup oleh jaringan induk
yang mengandung sejumlah besar klorofil, membutuhkan cahaya untuk
berkecambah, sementara embrio yang tertutup jaringan induk yang sedikit
berklolofil tidak membutuhkan cahaya.
Sebabnya ialah bahwa klorofil menyerap panjang gelombang merah-jauh dan
menghalangi pembentukan Prr dalam embrio yang sedang masak, sehingga
kemudian biji matang (yang sudah kehilangan klorofil membutuhkan panjang
gelombang merah untuk memacu perkecambahan.