Meskipun bukan asli tanaman dari Indonesia, apel termasuk salah satu jenis buah yang
populer disamping jeruk dan mangga. Sebagai buah segar, apel banyak disajikan dalam pesta,
buah penyerta kunjungan orang sakit maupun sesaji upacara agama di Bali. Selain dikonsumsi
dalam bentuk buah segar, kelezatan apel bisa dinikmati dalam bentuk minuman maupun dodol
yang banyak dijajakan di Kota Wisata Batu.
Berdasarkan penelitian, apel bisa mengurangi resiko kanker usus besar, kanker prostat dan
paru-paru. Serat apel juga mencegah penyakit jantung serta mengontrol berat badan dan kadar
kolesterol dengan cara seratnya mencegah reabsorpsi.
Selain Malang Raya (Jawa Timur), beberapa daerah di Indonesia Timur (NTT, Bali, dan
Papua) memiliki lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman apel. Namun demikian
daerah-daerah tersebut belum memiliki sentra produksi apel sesuai harapan disebakan
pengembangannya belum diikuti dengan pemahaman dan penerapan teknologi budidaya apel yang
baik dan benar.
Syarat Tumbuh
Di Indonesia yang beriklim tropika, beberapa varietas apel memiliki adaptasi
yang baik di dataran tinggi/pegunungan yang memiliki suhu dingin. Awalnya sentra
apel di Malang Raya terletak di elevasi 700 – 1.200 m dpl dengan suhu udara sekitar
16 – 27oC. Saat ini, suhu udara di Malang Raya telah meningkat secara nyata sehingga
menggeser kesuaian lahan apel ke elevasi sekitar 1.000 – 1.500 m dpl.
Selain bersuhu dingin, tempat penanaman apel sebaiknya beriklim kering atau
memiliki hujan tahunan 1.000 – 2.500 mm dengan penyinaran matahari sebanyak 50 –
60 % per hari, dan kelembaban udara 75–85 %. Jika hujan tinggi dan turun bersamaan
dengan musim pembungaan akan menggagalkan bunga menjadi buah.
Meskipun apel dapat tumbuh di beberapa jenis tanah yaitu Regosol (Entisol), Andosol
(Andisol), dan Latosol (Inceptisol), karakter tanah yang ideal adalah teksturnya
sedang, konsistensi gembur, kedalaman efektif > 50 cm, drainase baik, dan pH tanah
5,5 – 7.
Penjarangan Buah
Penjarangan buah apel secara tepat dapat meningkatkan mutu panen dan
menjaga stabilitas produksi. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengurangi jumlah buah yang bergerombol dan menyisakan 2 – 3 buah yang
seragam pertandan. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan ketika buah berumur 8 – 9
minggu dari bunga mekar.
Pembungkusan Buah
ketika buah berumur sekitar 3 bulan dari bunga mekar perlu dibungkus dengan kertas yang bersih dan tahan
air. Jika tidak dibungkus, bagian buah buah yang terpapar cahaya matahari langsung akan berwarna kemerahan
dan bagian lainnya tetap kuning kehijauan sehingga penampilannya menjadi kurang menarik. Kegiatan ini
dilakukan setelah penjarangan buah atau 3 bulan dari rompes daun.
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/budida
ya-apel/