Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TANAMAN TROPIK UNGGULAN


TANAMAN LIDAH BUAYA

OLEH :

Hasan Annafi
C1011131119

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di
Indonesia karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit.
Belakangan tanaman ini menjadi semakin populer karena manfaatnya yang semakin
luas diketahui yakni sebagai sumber penghasil bahan baku untuk aneka produk dari
industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Pada saat ini, berbagai produk lidah buaya
dapat kita jumpai di kedai, toko, apotek, restoran, pasar swalayan, dan internet yang
kesemuanya mengisyaratkan terbukanya peluang ekonomi dari komoditi tersebut bagi
perbaikan ekonomi nasional yang terpuruk dewasa ini.
Tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena semua
bagian dari tanaman dapat dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun untuk
berbagai macam penyakit. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, diketahui bahwa
lidah buaya mengandung zat-zat atau senyawa yang bermanfaat baik bagi kesehatan.
Tanaman lidah buaya terdiri dari beberapa bagian, yaitu batang, daun (pelepah),
bunga dan akar. Lidah buaya memiliki batang yang berserat atau berkayu. Pada
umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh daun yang
rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Tetapi ada beberapa spesies yang berbentuk
pohon dengan ketinggian 3 5 m yang banyak dijumpai di gurun Afrika Utara dan
Amerika.
tanaman lidah buaya yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan
digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Di
Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak, lidah buaya merupakan salah satu
komoditas unggulan daerah untuk dikembangkan secara komersial. Sebagai salah satu
komoditas unggulan yang ada di kota Pontianak, maka tanaman lidah buaya (Aloe
vera) harus mendapat perhatian khusus dalam pembudidayaannya.
Tanaman lidah buaya juga memerlukan nutrisi yang cukup sehingga dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, salah satunya dengan memberikan pupuk.
Pupuk-pupuk buatan ini memang berguna menyuburkan dan meningkatkan
hasil produksi tanaman, namun disamping itu juga memiliki dampak yang tidak baik
bagilingkungan. Pupuk-pupuk buatan tersebut diantaranya Urea, KCl, Za, Tsp-36, dan
sebagainya banyak mengandung bahan kimia berbahaya. Oleh karena itu diperlukan
suatu alternatif lain untuk mendapatkan pupuk yang murah dan sehat.

B. Tujuan
Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mengetaui bagaimana cara budidaya
tanaman lidah buaya (Aloe vera L.) yang baik dan benar sesuai dengan keadaan
dilapangan yang dilakukannya praktikum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersil di dunia yakni Curacao aloe
atau Aloe vera (Aloe barbadensis Miller), yang ditemukan oleh Philip Miller, seorang
pakar botani yang berasal dari Inggris, pada tahun 1768. Aloe barbadensis Miller
mempunyai nama sinonim yang binomial, yakni Aloe vera dan Aloe vulgaris.
Klasifikasi lidah buaya menurut Tjitrosoepomo (1994) adalah sebagai berikut:
Regnum

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Liliopsida (Berkeping satu / monokotil)

Ordo

: Asparagales

Famili

: Asphodelaceae

Genus

: Aloe

Spesies

: Aloe vera L.

B. Sifat dan Morfologi


Daun lidah buaya mengandung cairan kuning (aloin) yang berlendir mencapai 30%
(Duryatmo dan Raharjo, 1999). daun lidah buaya mempunyai kandungan gizi yang sama
dengan kandungan sayuran hijau lainnya. Secara kimia, lidah buaya terdiri dari 90% air,
4% karbohidrat dan sisanya terdiri atas mineral dan 17 macam asam amino
(Kurnianingsih, 2004).
Tanaman lidah buaya memiliki daun yang berbentuk pita memanjang dengan duri
lemas dibagian pinggir daun. Daun berdaging tebal, tidak bertulang, lunak dan dilapisi
lilin. Letak daun berhadap-hadapan mengelilingi batang. Komposisi utama daun berupa
air, gtah dan gel yang merupakan bahan baku obat, kosmetik, makanan dan minuman
(Sudarto, 1997). Batang lidah buaya umumnya tidak terlalu besar dan relative lebih
pendek yakni sekitar 10 cm.
Lidah buaya memiliki batang yang tertutup oleh pelepah daun dan sebagian lagi
tertimbun oleh tanah. Dari batang tersebut akan muncul tunas-tunas baru yang
selanjutnya menjadi anakan (Sudarto, 1997). lidah buaya tidak mempunyai cabang
batang, sedangkan batang pohon akan terlihat setelah pelepah daun lidah buaya gugur
atau dipanen berkali-kali, karena daun pelepah menempel pada batang utama.

Perakaran tanaman lidah buaya relatif dangkal (sekitar kedalaman 25 cm),


berserabut, sehingga cocok ditanam pada lahan gembur seperti jenis organosol atau
gambut. Daun tanaman berupa pelepah tidak mempunyai tangkai daun dengan panjang
mencapai kisaran 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah antara 8 -13 cm dan tebal
antara 2-3 cm (Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2002).
Bunga pada lidah buaya akan muncul jika ditumbuhkan pada daerah subtropis. Saat
akhir musim dingin dan musim semi bunganya akan muncul dengan bentuk seperti
lonceng berwarna kuning atau oranye. Bunga ini berukuran kira-kira 2,5 cm dan tumbuh
di atas tangkai bunga (raceme) yang tingginya mencapai 1 meter (Briggs dan Calvin,
1987; McVicar, 1994).
Lidah buaya dapat tumbuh di daerah yang kering. Hal ini dikarenakan lidah buaya
dapat menutup stomatanya sampai rapat pada musim kemarau untuk melindungi
kehilangan air dari daunnya. Lidah buaya juga dapat hidup di daerah beriklim dingin,
karena lidah buaya termasuk tanaman CAM (crassulance acid metabolism). Tanaman
CAM adalah tanaman sukulen yang memiliki daging daun tebal dan memiliki kebiasaan
untuk tidak membuka stomatanya pada siang hari. Saat malam hari stomata daun ini akan
membuka, memungkinkan uap air masuk dan tidak terjadi penguapan air, sehingga air di
dalam tubuhnya dapat dipertahankan.
C. Budidaya Tanaman Aloe Vera
1. Pembukaan Areal Lahan Usahatani Aloe Vera
Untuk dapat tumbuh dan menghasilkan, maka tanaman lidah buaya
memerlukan lingkungan yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya. Pada dasarnya
di kota Pontianak memiliki lahan yang gambut. Lahan gambut sangat identik dengan
lahan yang bermasalah.
Dalam mengolah lahan gambut menjadi lahan yang produktif dibutuhkan
perlakuan yang khusus dan adanya teknologi yang cukup. Setelah lahan tersebut
dinyatakan bersih dan tidak terdapat genangan air yang akan mengakibatkan lahan
menjadi sangat basah, lalu tanah tersebut dicangkul dengan kedalaman 20 cm,
kemudian lahan dibiarkan selama 7 10 hari. Setelah 7 10 hari kemudian lahan
tersebut diberikan abu bahan tanaman atau kapur dolomite yang berfungsi untuk
menurunkan kadar keasaman tanah (menaikan pH).
2.

Pembibitan dan Penanaman


Setelah lahan siap maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan kegiatan
pembibitan tananam. Tanaman lidah buaya diperbanyak secara vegetatif dengan cara

memindahkan anakan dari pohon induk yang telah berumur di atas dua tahun. Anakan
yang digunakan sebagai bibit diusahakan sudah memiliki 1 2 daun dengan panjang
3 5 cm (Taryono dan Rosman, 2003). Ada dua cara pembibitan yang bisa dilakukan,
yaitu dengan cara menggunakan bedengan dan polibag. Lama pembibitan dari kedua
cara tersebut sekitar 3 5 bulan. Pembibitan diusahakan bebas dari gulma dan
kekeringan. Bibit dapat dipindahkan ke lokasi penanaman setelah berdaun 3 6 buah
dengan panjang daun berkisar antara 20 25 cm.
Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah diberi pupuk kandang sekitar 1,5
kg per lubang tanam atau sekitar 20 sampai 30 ton per hektar. Jarak tanam yang
dipakai 80 cm x 80 cm atau 80 cm x 70 cm secara zig-zag. Pupuk dasar yang
digunakan adalah 10 gr urea, 8 gr SP-36 dan 9 gr KCl per lubang tanaman. Pemberian
pupuk susulan dilakukan tiap 3 bulan sebanyak 10 gr urea dan 9 gr KCl.
3. Pemeliharaan
Penyulaman di lahan dilakukan setelah tanaman berumur 1-2 MST (minggu setelah
tanam), yakni dengan cara mengganti tanaman yang mati atau kurang baik
pertumbuhannya dengan tanaman baru.
Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kekuningan dan daun yang
terserang penyakit perlu dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun tanah yang
akan menyebabkan busuk akibat serangan cendawan. Pengairan perlu dilakukan
ketika lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan). Pengairan yang telat akan
menyebabkan tanaman layu dan daun berubah warna kuning kemerahan yang
memerlukan waktu agar pulih kembali.
4. panen
Pemanena lidah buaya pada umur 12 18 bulan setelah tanam. Panen
berikutnya dilakukan setiap bulan, dan setiap kali panen menghasilkan 1 - 2 pelepah
per pohon. Di tahun pertama daun segar yang dapat dipanen umumnya berbobot
minimal 0,5 - 0,6 kg daun segar per tanaman. Tahun kedua dapat dilakukan
pemanenan selang 10 - 15 hari dan menghasilkan 0,8 1,0 kg daun segar per
tanaman. Tahun ke tiga dapat dihasilkan 1,2 - 1,4 kg daun segar per tanaman, di tahun
ke empat dapat dihasilkan 1,0 - 1,2 kg daun segar per tanaman, dan di tahun ke lima
dapat dihasilkan 0,8 - 1,0 kg daun segar per tanaman (Hatta, et al, 2001)
5. Pasca Panen
Pasca panen lidah buaya dengan mengumpulkan daun lidah buaya hasil panen
yang telah dipanen kemudian dilap dengan kain bersih, untuk selanjutnya dibungkus

dengan kertas koran dan dimasukan ke dalam keranjang rotan (jika ada). Pada
penanganan pascapanen yang harus diperhatikan adalah agar daun tidak luka atau
patah, karena jika itu terajadi maka kelas mutunya menjadi turun. Kondisi ini dapat
terjadi ketika daun ditumpuk dalam keranjang, ketika sedang diseleksi dan dipilih
berdasarkan kelas mutunya, ketika ditimbang dan disusun di atas rak pasca seleksi,
atau ketika disusun/dimasukan ke dalam kemasan peti kayu untuk dikirim kepada
pengekspor (Hatta et.al, 2001).
D. Struktur dan Kandungan Daun Lidah Buaya
Adapun struktur daun lidah buaya terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit daun
Kulit daun adalah bagian terluar dari struktur daun lidah buaya yang berwarna
hijau. Sejauh ini belum ada tulisan mengenai zat yang terkandung di dalam kulit daun
namun penelitian yang dilakukan Agarry., et al (2005) menunjukkan bahwa ekstrak
2.

Eksudat
Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan.
Eksudat berbentuk cair, berwarna kuning dan rasanya pahit. Zat- zat yang terkandung
di dalam eksudat adalah: 8- dihidroxianthraquinone (Aloe Emoedin) dan glikosida
(Aloins), biasa digunakan untuk pencahar.

3. Gel
Gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian
dalam daun setelah eksudat dikeluarkan (gambar 3).13 Ada beberapa zat terkandung
di dalam gel (tabel 2).
E. Manfaat Lidah Buaya
Kandungan dalam lidah buaya menyebabkan tanaman ini menjadi tanaman
multikhasiat. Kandungan tersebut berupa aloin, emodin, resin, lignin, saponin,
antrakuinon, vitamin, mineral, dan lain sebagainya. Selain itu lidah buaya tidak
menyebabkan keracunan baik pada tanaman ataupun pada hewan, sehingga dapat
digunakan dalam industri dengan diolah menjadi gel, serbuk, ekstrak, pakan ternak, atau
berbagai produk yang lain (Suryowidodo, 1988).
Masing-masing kandungan dalam lidah buaya memiliki efek yang berbeda. Saponin
pada lidah buaya mempunyai efek yang dapat membunuh kuman. Antrakuinon dan
kuinon berperan sebagai antibiotik dan penghilang rasa sakit. Lignin pada gel lidah
buaya mampu menembus ke dalam kulit sehingga membantu mencegah hilangnya cairan
tubuh dari permukaan kulit (Suryowidodo, 1988).

BAB III.
METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum ini dilakukan di Siantan jalan Budi Utomo pada tanggal 4 Juni
2016 pukul 07.300 WIB s/d selesai. Praktikum ini dilakukan di UPTD AGRIBISNIS yaitu
di aloe vera center dengan didampingi oleh bapak pemandu praktikum dan beberapa
Dosen Pengampu Mata Kuliah Tanaman Tropik Unggulan. Lokasi yang kami kunjungi ada
3 lokasi yaitu Aloe Vera Center, Orchid Center dan Raiser.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu tanaman lidah buaya dan anggrek.
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu kamera, ATK cangkul, sekop, dan gerobak
(arko).
C. Prosedur
1. Mahasiswa/i bergumpul langsung dilikasi yang dilakukannya praktikum.
2. Pertama-tama mahasiswa dan langung diberi arahan oleh salah satu pemandu
praktikum yang terdapat lokasi perkebunan lidah buaya dan anggrek.
3. Sebelum melakukan praktek budidaya di lapangan kami menonton video tentang
budidaya tanaman lidah buaya di ruanngan yang telah disediakan.
4. Kemudian kami diberi penjelasan teknik budidaya lidah buaya (mahasiswa/i mencatat
dan merekam penjelasan serta mengambil gambar kegiatan).
5. Kami mengunjungi lokasi tempat dilakukanya budidaya tanaman lidah buaya dan
anggrek tersebut. Selain itu kami juga dijelaskan bagaimana cara budidaya tanaman
lidah buaya yang baik dan benar tersebut.
6. Hasil praktikum lapangan dibuat laporan praktikum sebagai bahan penilaian Dosen
Pengajar.

BAB IV
PEMBAHASAN

Praktikum yang dilakukan di UPTD AGRIBISNIS dengan melakukan praktek


penanaman lidah buaya dilahan yang telah disediakan untuk dilakukanya penanaman. Di
dalam praktikum, lidah buaya yang ditanam yaitu jenis aloe vera barbadensis dan
chinensis. Dua jenis lidah buaya ini mepunyai ciri yang berbeda-beda. Untuk lidah buaya
jenis barbadensis warna pelepahnya berwarna hijau tua sedangkan untuk lidah buaya
jenis chinensis warna pelepahnya berwarna hujau muda, jumlah pelepah barbadensis
berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan lidah buaya jenis chinensis, pelepah
barbadensis lebih cembung dibandingkan jenis chinensis. Selain itu warna bunga
barbanensis berwarna kuning sedangkan chinensis berwarna orange.
Tanaman lidah buaya ini sudah diknal sejak 1990 an. Tanaman yang dikenal sebagai
mutiara hujau ini yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan tanaman tradisional
untuk mengobati panas dalam. Semakin berkembangknya teknologi dari hasil pnelitian
ternyata tanaman lidah buaya banyak mengandung gizi serta manfaatnya bagi manusia
karena kandungan vitamin, karbohidrat, mineral ,enzim dan berbgai sasam amino yang
tinggi yang etrkandung didalamnya.
Hal ini mengakibatkan permintaan lidah buaya pasar lokal, tradisional dan
internasional cendrung meningkat setiap tahunya. Melihati tanaman bersifat prospektif
bukan hanya dari nilai ekonomi tinggi tetapi juga untuk kesehatan. Sehingga mendorong
pemerintahan Kota Pontianak untuk mengembangkan dan membudidayakan tanaman
lidah buaya ini dari tingkat ptani maupun penelitian Lidah buaya yang menjadi Center
Agribisnis dan pusat penelitian merupakan bukti dari keseriuasan untuk mengembangkan
lidah buaya. Lidah buaya

mempunyai riset dan development atau pengkajian dan

pengemebangan. salah satu program pengembangan tersebut yakni memproduksi bibit


liidah buaya secara kultur jaringan.
Sebelum melakukan penanaman lidah buaya kami dijelaskan tahapan apa saja yang
harus dilakukan, seperti persiapan bibit, persiapan lahan dan lain sebagainya. Dalam
persiapan lahan terlebih dahulu dilakukanya pengolahan lahan dengan cara di bersihkan
gulma di permukaan tanah, pencangkulan dan pembuatan bedengan. Tanah yang telah
dicangkul dibiarkan selama 7-10 hari, Kemudian di beri ameliorant seperti abu agar
dapat menaikan pH tanah gambut itu sendiri. Selanjutnya dilakukan pembuatan lubang
tanam dengan jarak tanam 80 cm x 150 cm kemudian bibit siap ditanam. Selanjutnya
dilakukan pemupukan yang diberikan ke tanaman lidah buaya secara rutin. Jika tanaman
benar-benar terawat dengan baik masa panen dapat dilakukan jika tanman lidah buaya

sudah berumur 10-12 bulan. Sehingga berat satu pelepah dapat menghasilkan berat 1-2
kg. Di dalam melakukanya budidaya tanaman lidah buaya dilahan gambut perlu
dilakukanya pembuatan drainase agar tanaman lidah buaya ini tidak terjadi
penggenangan sehingga tanaman lidah buaya dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Tanah gambut merupakan tanah yang digunakan dalam budidaya tanaman lidah
buaya. Tanah gambut di Indonesia terbilang agak kering. Salah satu tanah gambut yang
mempunyai karakteristik agak kering yaitu di Kalimantan barat khususnya di Kota
Pontianak, hal ini di karena di Kota Pontianak dilintasi garis katulistiwa sehingga tanah
gambut yang ada di Kota Pontianak itu sendiri cocok dijadikan tempat budidaya tanaman
lidah buaya. Setral lidah buaya yang ada di kalbar terbagi mnjadi 3 tempat salah satu
pengembangan terbesarnya di Kota Pontinak yaitu di siantan.
Yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman lidah dilahan gambut yaitu
pembutan drainase yang tidak terlalu dalam karena dapat mengakibaatkan air yang ada
didalam tanah akan masuk kedalam parit tersebut. Sehingga jika air yang ada didalam
tanah itu keuar semua maka tanah yang ditanami lidah buaya itu akan mengalami
kekeringan sehingga jika terjadi hujan maka tanah tersebut akan mudah hanyut atau
terkikis karena sifat tanah gambut itu sendiri tidak bisa balik. Selain penaman lidah
buaya yang langsung dari anakan tanaman lidah buaya itu sendri juga menggunakan bibit
dari kultur jaringan.
Teknik kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman
seperti sel jaringan, organ dan menumbuhkan dengan kondisi yang seteril, sehingga
bagian-bagian tanaman trsebut dapat berkembang menjadi tanaman tua yang bagus.
Keunggualan pengembangan dengan cara kultur jaringan antara lain mampu
menghasilkan bibit yang besar dan tahan serta tidak menggunakan lahan yang luas.
Selain itu pengadan yang tidak tergantung pada musim. Bibit yang dihasilkan juga akan
lebih seragam, bebas hama dan penyakit serta biaya pengangkutanya lebih murah.
Meskipun pengembangan kultur jaringan memiliki banyak keunggulan tetapi
pengmbanganya hanya sekitar aloe vera center saja. Dari sejak pengembangannya dari
tahun 2007 hingga saat ini sedikitnya sudah 3.500 bibit yang telah di distribusikan ke
masyaarakat.

Selain pengembangan kutrur jaringan lidah buaya ini dilakukan juga program
pengkajian teknik produksi pembuatan tepung lidah buaya. Meskipun dalam pembuatan
tepung lidah buaya atau aloe vera powder disini telah menggunakan proses yang
terjamin sterilisasinya tetapi kapasitas produksinya masih sangat terbatas dan dalam
sekala laboraturium. Hal ini terlihat dari peralatan yang digunakan masih sekala
laboraturium bukan sekala industri.

Dimana tepung lidah buaya ini nantinya akan

menjadi bahan dasar farmasi dan kosmetik serta makanan dan minuman.
Penanaman lidah buaya baik dari bibit kultur jaringan maupun dari anakan pada lahan
gambut harus mendapatkan perlakuan dan cara khusus. Hal ini dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Para petani lida buaya di kota Pontianak dalam
mengolah lahan untuk persiapan tanam telah melakukan dengan rosedur pembudidayaan
yang benar.
Saat ini petani lidah buaya yang ada dikota Pontianak mampu mengahsilkan 8000 kg/
ha. Dimana

proses pemanenan dilakukan setiap satu bualan, namun tidak menutp

kemungkinan untuk melakukan pemanenan secara berkala yaitu setiap seminggu sekali
tergantung kondisi tanaman serta perawatanya. Para petani menjual hasil panen dalam
bentuk daun segar kepada penampung atau membawa ke pasar tradisional. Selain itu
juga dapat diolah menjadi prosuk minuman segar.
Data dari dinas pertanian, perikanan dan kehutanan Kota Pontianak menyebutkan dari
tahun 2007 jumlah petani di Kota Pontianak berjumlah 160 orang dengan jumlah luasan
60 ha. Dan pada tahun ini luasan lidah buaya dapat menjadi 70 ha dengan prosuksi 700
ton. Meningkatnya jumlah petani akan berbanding lurus dengan jumlah prosuksi
sehingga jumlah permintaan lidah buaya mulai dari tingkat lokal, nasional maupun
internsional. Hal ini dapat terpenuhi , tidak menutup kemungkin jika lidah buaya ini
menjadi produk ungulan daerah yang dapat melestarikan dan mensejahterakan
masyarakat.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang telah lama dikenal di Indonesia
karena kegunaannya sebagai tanaman obat untuk aneka penyakit. Selain itu tanaman
lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman
dapat dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun untuk berbagai macam
penyakit
2. Tanaman lidah buaya ini dapat tumbuh di daerah tropis dan di lahan gambut.
3. Penentuan keberhasilan dalam budidaya juga di tentukan oleh jenis bibit yang
digunakan sehingga hasil yang didapatkan akan lebih tinggi.
B. Saran
Sebelum melakukan budidaya tanaman lidah buaya harus memperhatikan faktorfaktor yang menjadikan tanaman lidah buaya ini dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada lahan tersebut.

Daftar Pustaka
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Cetakan I. Gajah Mada
university Press. Yogyakarta

Duryatmo. (1999). Pemanfaatan Lidah Buaya. Trubus 360-Th XXX- November. PT.
Gamedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kurnianingsih, T. 2004. Tanggap Tanaman Lidah Buaya (Aloe Vera Chinensis ) terhadap
pemberian mikroba dab abu janjang kelapa sawit di Lahan Gambut.
Tesis Sekolah Pasca sarjana .IPB .Bogor
Sudarto, Y. 1997. Lidah Buaya. Yogyakarta : Kanisius
Taryono dan R. Rosman. 2003. Teknologi Budidaya dan Diversifikasi Produk Lidah
Buaya. Perkembangan Teknologi TRO Vol. XV, No.1.
Hatta, M, dan D, Sahari, 2001. Usahatani Lidah Buaya (Aloe vera). Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.
Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe vera) sebagai Bahan Baku Industri. Warta IHP.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian
(BBIHP). Bogor.

LAMPIRAN
1. JENIS-JENIS LIDAH BUAYA

2. PRAKTEK PENANAMAN LIDAH BUAYA

3. JENIS-JENIS ANGGREK

Anda mungkin juga menyukai