Anda di halaman 1dari 11

Andrographis paniculata (sambiloto) merupakan tanaman herba tahunan keluarga

Acanthaceae. Sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang
berasa sangat pahit di seluruh bagian tumbuhuan, tingginya bisa mencapai 90 sentimeter.
Sambiloto dapat tumbuh hingga ketinggian 30-110 cm di tempat yang lembab dan tempat-
tempat teduh. Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan suhu
udara 25-32 derajat Celcius di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan
laut. Kelembaban yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70-90% dengan penyinaran agak
lama.Batangnya ramping berwarna hijau gelap. Daunnya berbentuk tombak agak tajam
berbulu berukuran sampai panjang 8 cm dan lebar 2,5 cm. Bunga-bunga kecil tumbuh dari
penyebaran tandan. Buahnya berbentuk kapsul dengan panjang sekitar 2 cm dan lebar
beberapa milimeter yang berisi banyak biji berwarna kuning-coklat.
Taksonomi Sambiloto
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledoneae
 Subkelas : Gamopetalae
 Ordo : Personales
 Famili : Acanthaceae
 Subfamili : Acanthoidae
 Genus : Andrographis
 Spesies : Andrographis paniculata-Nees

A. Pembudidayaan

1. Bahan tanam
Sambiloto dapat diperbanyak secara vegetative (stek) maupun generative
(dengan biji). Pembenihan dengan biji dilakukan dengan cara merendam biji terlebih
dahulu selama 24 jam dan kemudian dikeringkan sebelum disemai. Penyemaian
dilakukan pada bedeng dengan media campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Perkecambahan akan terjadi sekitar tujuh hari
kemudian. Setelah mempunyai lima helai daun, benih kemudian dipindah ke polibag
dengan media tanam campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang. Benih dapat
dipindah ke lapang setelah 21 hari.
Benih dari setek diambil dari tiga ruas pucuk tanaman yang sudah berumur satu
tahun. Benih setek siap dipindahkan ke lapang setelah berumur 21 hari. Benih dari
setek lebih cepat berbunga dibandingkan benih dari biji.
2. Pengolahan tanah
Dilakukan agar diperoleh tanah yang gembur dengan cara menggarpu dan
mencangkul tanah sedalam ± 30 cm. Tanah hendaknya dibersihkan dari ranting-
ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar lapuk. Saluran drainase harus diperhatikan,
terutama pada lahan yang datar jangan sampai terjadi genangan. Pembuatan dan
pemeliharaan drainase untuk menghindari berkembangnya penyakit tanaman.
3. Penanaman
Untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang maksimal, jarak tanam yang
dianjurkan adalah 40 x 50 cm atau 30 x 40 cm disesuaikan dengan tingkat kesuburan
tanah. Penanaman dapat dilakukan pada bedengan maupun guludan yang disesuaikan
dengan kondisi lahan.
4. Pemupukan
Ketersediaan unsure hara seperti N, P, dan K juga menentukan produksi dan
mutu simplisia sambiloto. Pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman sambiloto
meliputi pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, dan KCl. Pupuk kandang diberikan
seminggu sebelum tanam. Dosis pupuk kandang anjuran berkisar antara 10-20 ton/ha,
disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang miskin dan kurang
gembur, dianjurkan untuk memberikan pupuk kandang lebih banyak. Dosis pupuk
buatan yang dianjurkan adalah 100-200 kg urea, 150 kg SP-36, 100-200 kg KCl per
hektar. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, sedangkan urea diberikan
dua kali, yakni pada umur satu dan dua bulan setelah tanam, masing-masing setengah
dosis.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan perlu dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Penyiangan dilakukan seperlunya disesuaikan dengan kondisi perkembangan gulma.
Disamping itu, drainase perlu juga dipelihara untuk menghindari terjadinya genangan
air.
Organisme pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit yang ditemukan
menyerang pertanaman sambiloto adalah Aphis spp dan Sclerotium sp. Sclerotium sp
seringkali menyerang sambiloto khususnya pada musim hujan, dan menyebabkan
tanaman layu. Penggunaan bubuk cengkeh dan eugenol dapat mencegah penyebaran
Sclerotium sp.
6. Panen
Panen sebaiknya segera dilakukan sebelum tanaman berbunga, yakni sekitar 2-3
bulan setelah tanam. Panen dilakukan dengan cara memangkas batang utama sekitar
10 cm di atas permukaan tanah. Panen berikutnya dapat dilakukan dua bulan setelah
panen pertama. Produksi sambiloto dapat mencapai 35 ton biomas segar per ha, atau
sekitar 3-3,5 ton simplisia per ha. Biomas hasil panen dibersihkan, daun dan batang
kemudian dijemur pada suhu 40-50°C sampai kadar air 10%. Penyimpanan
ditempatkan dalam wadah tertutup sehingga tingkat kekeringannya tetap terjaga.
B. Pengolahan
Kegiatan pasca panen mencakup dua hal yaitu penanganan bahan mentah dan
pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan bahan jadi. Waktu pengangkutan
mempengaruhi hasil panen yang akan dijadikan bahan baku. Diusahakan bahan hasil panen
tidak terkena panas yang berlebihan. Jika terkena panas secara berlebihan, memungkinkan
terjadinya fermentasi dan hal ini dapat menyebabkan bahan busuk sehingga mutu simplisia
kurang baik.
Mutu ekstrak dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain mutu simplisia, peralatan yang
digunakan serta prosedur ekstraksi. Ukuran partikel bahan yang digunakan dalam ekstraksi
akan berpengaruh pada bahan aktif ekstrak. Pengecilan ukuran bahan bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan pori-pori simplisia sehingga kontak antara partikel-partikel
simplisia dengan pelarut semakin besar.
Setelah panen, tanaman dibersihkan dan dicacah, dipanaskan dalam oven pada suhu 46-
50°C selama delapan jam sampai benar-benar kering. Tanaman yang sudah dikeringkan lalu
dibungkus dengan plastik kedap udara supaya tetap terjaga kebersihan dan kualitasnya.
Disimpan pada tempat yang bersih dan sejuk. Sambiloto yang baru dipanen langsung disortir,
kemudian dicuci sampai bersih dengan menggunakan air bersih. Pencucian dilakukan secara
berulang-ulang sampai bahan benar-benar bersih. Selanjutnya bahan ditiriskan kemudian siap
untuk dikeringkan/dijemur. Penjemuran sambiloto dapat menggunakan sinar matahari, ove,
fresh dryer, maupun kombinasi matahari dengan alat. Setelah dikeringkan sampai memenuhi
syarat, simplisia disimpan pada wadah tertutup rapat untuk menjaga mutu simplisianya.
Serbuk Sambiloto sebanyak 2 kg dimaserasi dengan etanol 90% selama 24 jam, lalu
sari etanol disaring dengan kain flanel kemudian disimpan (maserat pertama). Residu yang
ada diremaserasi dengan etanol 90% hingga didapatkan maserat kedua. Maserat pertama dan
kedua digabungkan, lalu dienapkan selama 2 hari dan disimpan untuk selanjutnya dipekatkan
di atas penangas air untuk mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental ini selanjutnya
dimurnikan lagi dengan ditambahkan pelarut n-heksana dan divortex, pencucian ini akan
mengubah warna pelarut menjadi hijau (pelarut ini dibuang), dilakukan berulang-ulang
sampai warna hijau pada pelarut hilang. Fraksi tak larut heksana dipurifikasi kembali dengan
ditambahkan pelarut etil asetat dan divorteks kembali sampai warna coklat hilang. Fraksi tak
larut etil asetat diduga membawa zat zat seperti flavonoid dan diterpenoid lakton (termasuk
andrografolid) yang merupakan fraksi terpilih yang kita gunakan untuk pengujian. Fraksi tak
larut etil asetat tersebut dicuci dengan air panas, kemudian diuapkan hingga kering dan
larutkan dengan alkohol secukupnya serta dipekatkan dan dinamakan ekstrak terpurifikasi.
Penetapan Dosis optimum ekstrak terpurifikasi Sambilot Dosis 2,0 g/ kg BB ekstrak kasar
etanol yang merupakan kadar optimal yang dapat menurunkan kadar glukosa tikus (Yulinah
dkk, 2011).
Dosis optimum =Berat ekstrak akhir Ekstrak etanol X dosis diketahui
Dosis optimum =34,24g 157,56g x 2 g/ kg BB
Dosis optimum =434,6 mg/ kg BB untuk sekali pemakaian

C. Karakteristik simplisia
Sambiloto dikenal sebagai “King of Bitters”, sambiloto bukanlah tumbuhan asli
Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Menurut data spesimen yang ada di Herbarium
Bogoriense di Bogor, sambiloto sudah ada di Indonesia sejak 1893.
Di India, sambilotoadalahtumbuhan liar yang digunakan untuk mengobati penyakit
disentri, diare, atau malaria. Hal ini ditemukan dalam Indian Pharmacopeia dan telah disusun
paling sedikit dalam 26 formula Ayurvedic. Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM),
sambiloto diketahui penting sebagai tanaman ”cold property” dan digunakan sebagai
penurun panas serta membersihkan racun-racun di dalam tubuh. Tanaman ini kemudian
menyebar ke daerah tropis Asia hingga sampai di Indonesia.
Sambiloto dapat tumbuh di semua jenis tanah sehingga tidak heran jika tanaman ini
terdistribusi luas di belahan bumi. Habitat aslinya adalah tempat-tempat terbuka yang teduh
dan agak lembab, seperti kebun, tepi sungai, pekarangan, semak, atau rumpun bambu.
Sambiloto memiliki batang berkayu berbentuk bulat dan segiempat serta memiliki
banyak cabang (monopodial). Daun tunggal saling berhadapan, berbentuk pedang (lanset)
dengan tepi rata (integer) dan permukaannya halus, berwarna hijau. Bunganya berwarna
putih keunguan, berbentuk jorong (bulan panjang) dengan pangkal dan ujungnya yang
lancip. Di India, bunga dan buah bisa dijumpai pada bulan Oktober atau antara Maret sampai
Juli. Di Australia bunga dan buah antara bulan Nopember sampai bulan Juni tahun
berikutnya, sedang di Indonesia bunga dan buah dapat ditemukan sepanjang tahun.
Di beberapa daerah di Indonesia, sambiloto dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat
Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan bidara, sambiroto, sandiloto, sadilata,
takilo, paitan, dan sambiloto. Di Jawa Barat disebut dengan kioray, takila, atau kipeurat. Di
Bali lebih dikenal dengan samiroto. Masyarakat Sumatera dan sebagian besar masyarakat
Melayu menyebutnya dengan pepaitan atau ampadu. Sementara itu, nama-nama asing
sambiloto di antaranya chuanxinlian, yijian xi, danlan he lian (Cina), kalmegh, kirayat, dan
kirata (India), xuyen tam lien dancongcong (Vietnam), quasabhuva (Arab), nainehavandi
(Persia), green chirettadan king of bitter (Inggris).
Semua bagian tanaman sambiloto, seperti daun, batang, bunga, dan akar, terasa sangat
pahit jika dimakan atau direbus untuk diminum. Diduga ini berasal dari andrographolide yang
dikandungnya. Sebenarnya, semua bagian tanaman sambiloto bisa dimanfaatkan sebagai
obat, termasuk bunga dan buahnya. Namun bagian yang paling sering digunakan sebagai
bahan ramuan obat tradisional adalah daun dan batangnya.
1. Makroskopik
Tanamanan sambiloto merupakan terna tumbuhan tegak, tinggi 40 cm sampai 90
cm, percabangan banyak letak yang berlawanan, cabang berbentuk segi empat dan tidak
berambut. Bentuk daun lanset, ujung daun dan pangkal daun tajam, tepi daun rata,
panjang daun 3 cm samapi 12 cm dan lebar 1 cm sampai 3 cm, panjang tangkai 5 mm
sampai 25 mm; daun bagian atas bentuknya seperti daun pelindung. Perbungaan tegak
bercaban-cabang, gagang bunga 3 mm samapi 7 mm., panjang kelopak bunga 3 mm
sampai 4 mm. Bunga berbibir tabung, panjang 6 mm, bibir bunga bagian atas berwarna
putih dengan warna kuning dibagian atasnya, ukuran 7 mm sampai 8 mm, bibir bunga
bawah lebar berbentuk biji, berwarna ungu dan panjang 6 mm. Tangkai sari sempit dan
melebar pada bagian pangkal, panjang 6 mm. Bentuk buah jorong dengan ujung yang
tajam, panjang lebih kurang 2 cm, bila tua akan pecah terbagi menjadi 4 keping (Depkes,
1979)
2. Mikroskopik
Daun : epidermis atas terdiri dari satu lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tipis,
pada penampang tangensial tampak berbentuk polygonal, dinding samping lurus, tidak
terdapat stomata.pada lapisan epidermis terdapat banyak sel litosiis yang berisi sistolit ;
sistolit mengandung banyak kalsium karbonat. Selitosis umumnya lebih besar daripada
sel epidermis, bentuk jorong atau bulat telur memanjang. Sel epidermis bawah lebih kecil
dari sel epidermis atas, pada penampang tangensial tampak dinding samping
bergelombang. Stomata sangat banyak tipe bidiasitik dan diasitik, mumnya
dibiasitik.rambut kelenjar dan litosis lebih banyak terdapat di epidermis bawah daripada
epidermis atas jaringan palisade umumnya terdiri dari satu lapis sel jarang yang dua
lapis. Naringan unga karang terdiri dari beberapa lapis sel bunga karang, tersusun
renggang dengan rongga udara yang besar ; diantara sel bunga karang terdapat juga sel
litosis serupa degan yang terdapat di epidermis (MMI, 1979).
3. Kimia
Sifat-sifat kimia yang dimiliki tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness )
antara lain rasa pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar dan usus kecil.
Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid,
andrografolid (zat pahit), neoandrgrafolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan
homoandrografolid, flavonoid, alkene, keton, aldehid, mineral (kalium,kalsium,
natrium). Asam kersik, damar. Flavonoid terbanyak diisolasi dari akar yaitu
polimetatoksivaflavon, andrografin, pan, ikkulin. Mono-0-metilwhitin dan apigenin-7,4
dimetileter.
4. Fisika
Kadar abu tidak lebih dari 12%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak lebih dari 2,2%
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 18%
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 9,7%
Bahan organic asing tidak lebih dari 2%
(MMI, 1979)

D. Skrinning simplisia
Secara kimia mengandung flavonoid dan lakton. Pada lakton, komponen utamanya
adalah andrographolide, yang merupakan zat aktif utama dari tanaman sambiloto. Zat aktif
herba ini dapat ditentukan dengan metode gravimetric atau dengan high performance liquid
chromatography (HPLC).
Berdasarkan penelitian lain yang telah dilakukan, kandungan yang dijumpai pada
tanaman sambiloto di antaranya diterpenelakton dan glikosida, seperti andrographolide,
deoxyandrographolide, 11,12-didehydro-14eoxyandro-grapholide, neoandroprapholide.
Falvanoid juga terdapat pada tanaman ini. Daun dan percabangannya lebih banyak
mengandung lakton, sedangkan komponen flavonoid dapat di isolasi dari akarnya, yaitu
polimetok-siflavon, androrafin, panikulin, mono-0-metilwithin danapigenin 7,4 dimetiler.
Selain lakton dan flavonoid tanaman sambiloto juga terdapat komponen alkane, keton,
aldehid, mineral (kalsium, natrium, kalium), asam kersik dan damar.
Di dalam daun, kadar senyawa andrographolide sebesar 2,5-4,8% dari berat keringnya.
Ada juga yang mengatakan biasanya sambiloto distandarisasi dengan kandungan
andrographolide sebesar 4-6%. Senyawa kimia lain yang sudah diisolasi dari daun yang juga
pahit yaitu diterpenoidviz.deoxyandrographolide-19β-D-glucoside, dan neo-andrographolide.

E. Metabolit primer dan sekunder


Karakterisasi simplisia yang dilakukan mengacu pada parameter standar non spesifik,
yang meliputi uji kadar air, uji kadar abu, uji cemaran mikroba, dan skrining fitokimia. Hasil
penelitian yang dilakukan menunjukkan simplisia herba sambiloto memiliki kadar air sebesar
6,78%, kadar abu total sebesar 21,23%, dan untuk pengujian cemaran mikroba yang dilihat
dengan menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang/Khamir
(AKK) menunjukkan ALT sebanyak 1,64 x 105 koloni/g dan AKK sebanyak 1,41 x 104
koloni/g. Sementara itu, hasil pengujian skrining fitokima menunjukkan bahwa herba
sambiloto mengandung senyawa metabolit sekunder dari golongan flavonoid dan terpenoid.
Hasil skrining fitokimia ini diperkuat dengan data spektrum FTIR terhadap ekstrak metanol
herba sambiloto pada fraksi diklorometan, yang memperlihatkan adanya gugus fungsi utama
untuk kedua golongan metabolit sekunder tersebut.

F. Uji aktivitas antidiabetes dari senyawa yang terkandung dalam sambiloto


Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi
disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin ataupun
keduanya. Tubuh penderita diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau merespon
hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pankreas, sehingga kadar gula darah meningkat
dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien
tersebut. Diabetes mellitus dapat diatasi dengan menggunakan obat insulin atau obat
antidiabetes lainnya. Namun, selain obat-obatan sintetik kini banyak pula dikenal obat-obatan
antidiabetik herbal seperti daun sambiloto (Andrographis panniculata). Daun sambiloto
mengandung orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin, polifenol, flavonoid, sapofonin,
garam kalium dan myonositol. Beberapa zat ini memiliki kemampuan menurunkan kadar
glukosadarah. Pada penelitian Hidayah, (2008) dan Yulinah dkk, (2003) menyatakan bahwa
terjadi penurunan kadar glukosa darah dengan pemberian ekstrak etanol herba sambiloto
dengan dosis berturut-turut 2,1 g/kg bb dan 3,2 g/kg bb terhadap mencit wistar yang telah
diinduksi aloksan dengan dosis berturut-turut 64 mg/kg bb dan 70 mg/kg bb.
Saat ini banyak obat tradisional yang digunakan di Indonesia sebagai obat untuk
menurunkan glukosa dalam darah4. Salah satu obat tradisional yang telah diteliti memiliki
efek antidiabetik adalah herba sambiloto (Andrographis paniculata Nees, Acanthaceae). Daun
sambiloto memiliki kandungan orthosiphon glukosa, minyak atsiri, saponin, polifenol,
flavonoid, sapofonin, garam kalium dan myonositol5,6.
Daun sambiloto (Andrographis paniculata) adalah salah satu jenis obat herbal yang
telah diteliti mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Andrografolid merupakan
kandungan utama dari herbal sambiloto yang dapat meningkatkan penggunaan glukosa otot
pada tikus yang dibuat diabetes dengan streptozotosin (STZ) melalui stimulasi glucose
transporter-4 (GLUT4) sehingga menurunkan kadar glukosa plasma tikus. Penelitian oleh
Yulinah dkk, (2001) membuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol herba sambiloto
menurunkan glukosa darah pada uji toleransi glukosa. Penelitian tersebut juga membuktikan
bahwa efek penurunan glukosa pada uji toleransi glukosa meningkat seiring peningkatan
dosis pada kisaran 0,5-2,0 g/KgBB5.
Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin
atau keduanya7. Kurangnya jumlah dan daya kerja insulin menyebabkan glukosa tidak dapat
dimanfaatkan oleh sel sehingga hanya berakumulasi dalam darah. DM dapat menjadi
penyebab berbagai penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak,
glaukoma, destruksi retina mata yang dapat membuat buta, impotensi gangguan fungsi hati,
luka yang lama sembuh dan mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus diamputasi,
terutama pada kaki dan sebagainya.
Menurut Iwahasi (1998) terdapat dua kategori DM yaitu DM tergantung insulin
(DMTI/DM tipe I) dan DM tidak tergantung insulin (DMTTI/DM tipe II).
DM tipe I merupakan DM yang ditandai dengan adanya destruksi sel β pankreas yang
mengakibatkan defisiensi insulin yang absolut. DM tipe I juga bersifat diperantarai imun
(autoimun) yang menunjukkan karakter spesifik, yaitu adanya infiltrasi sel-sel mononuklear
pada pulau langerhans (insulitis) yang mengakibatkan terjadinya destruksi yang progresif
pada sel β pankreas yang mensekresi insulin, sehingga terjadi defisiensi insulin dan
kegagalan homeostasis glukosa. Kerusakan sel umumnya disebabkan oleh reaksi autoimun,
yaitu serangan dari antibodi terhadap sel-sel tubuh sendiri (sel pankreas)10. DM tipe 2
(DMTTI) merupakan DM yang ditandai dengan penderita kegemukan, resistensi insulin pada
jaringan peripheral dan defisiensi insulin oleh sel beta serta ketoasidosis. Pada tipe ini kondisi
sel beta pankreas masih cukup baik sehingga masih mampu mensekresi insulin namun dalam
kondisi relatif defisiensi. Resistensi insulin adalah kondisi dimana sensitivitas insulin
menurun. Sensitivitas insulin adalah kemampuan dari hormon insulin menurunkan kadar
glukosa darah dengan menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan
glukosa dalam otot skelet dan jaringan adiposa. Obesitas adalah salah satu penyebab
resistensi insulin. Perkembangan tipe penyakit ini adalah suatu bentuk umum dari diabetes
mellitus dan sangat terkait dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami diabetes.
Sambiloto (Andrographis paniculata) adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai obat anti diabetes mellitus. Herba dan percabangannya mengandung diterpen lakton
yang terdiri andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-
12didehidroandrografolid, 14-deoksi-11oksoandrografolid, 14 deoksi andrografolid, dan
homoandrografolid selain itu juga terdapat flavonoid antara lain: 5-hidroksi-2’, 3’,
7,8tetrametoksiflavon, 5-hidroksi-2’, 7,8trimetoksiflavon, 5-hidroksi-7, 2’,
3’trimetoksiflavon, 2’, 5-dihidroksi-7,8dimetoksiflavon, apigenin, onisilin, mono-
0metilwithin, 3,4-dicaffeoylquinic, dan apigenin7,4-dimetileter. Terdapat juga andrografin,
panikulida A, B, dan C, dan panikulin.
Kandungan Andrographolide dalam tanaman ini banyak terdapat pada batang dan daun
memberikan rasa pahit. Efek farmakologis yang ditimbulkan bahan ini adalah sebagai
antiradang (antiinflamasi), antiinfeksi, merangsang daya tahan sel, antibakteri, penghilang
rasa nyeri, antihistamin, serta menurunkan kadar glukosa darah. Sambiloto juga terkenal
dalam pengobatan penyakit hati, berdasarkan penelitian yang dilakukan aktivitas
andrographolide dapat menghasilkan diterpen laktone yang menghambat aktivitas karbon
tetraklorida (sebagai pemicu penyakit hati). Selain adanya kandungan Andrograpolide
sebagai bahan aktif dalam daun sambiloto yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa
darah dan antiinflamasi, terdapat pula antioksidan yang dapat menekan radikal bebas.
Pengujian aktivitas antidiabetes senyawa uji
Penelitian ini menggunakan hewan uji berjumlah 36 ekor tikus dengan dua kategori:
kelompok tikus normal dan kelompok tikus yang diberi fruktosa sebanyak 1,8 g/ kg BB tikus
dan pakan kaya lemak (terdiri dari: pakan 80%, lemak babi 15% dan kuning telur bebek 5%)
yang diberikan selama 50 hari (dinamakan tikus lemak-fruktosa). Yang dibagi menjadi 6
kelompok. 1 kelompok normal dan kelompok lainnya tikus DM (Diabetes Mellitus).
• Kelompok I: Control normal, tikus normal diberi aquades peroral
• Kelompok 2 : Control negative, tikus DM RI diberi lar.CMC Na 0.5% dua kali
sehari peroral
• Kelompok 3 : Control positive, tikus DM RI diberi metformin 45 mg/kg BB dua
kali sehari peroral
• Kelompok 4 : Tikus DM RI, diberi ekstrak terpurifikasi herba sambiloto dosis 434,6
mg/kg BB dua kalo sehari peroral
• Kelompok 5 : Tikus DM RI, diberi kombinasi metformin (45 mg/kg BB) + ekstrak
terpurifikasi herba sambiloto 434,6 mg/kg BB {kombinasi 1}, dua kali sehari peroral
• Kelompok 6 : Tikus DM RI, diberi kombinasi ½ dosis metformin (22,5 mg/kg BB)
+ ekstrak terpurifikasi herba sambiloto 434,6 mg/kg BB {kombinasi 2}, dua kali sehari
peroral.
Pemberian perlakuan senyawa uji pada tiap-tiap kelompok dimulai pada saat tikus
sudah resisten insulin (pada penelitian ini dimulai pada hari ke-50) selama 5 hari. Pengukuran
kadar glukosa darahnya dengan reagen Glucose Oxidase Phenol aminoanti-pyrine (GOD-
PAP) dan diukur dengan microlab 3000 pada hari ke-0, ke-20, ke-30, ke-50 dan yang ke-55.
Rumus yang digunakan :

Dari pengujian terbukti bahwa ekstrak terpurifikasi positif mengandung flavonoid


polimetoksiflavon. Mekanisme flavonoid polimetoksi flavon bekerja sebagai diuretik dengan
jalan menghambat ko-transpor dan menurunkan reabsorpsi ion natrium dan kalium ke dalam
urin dan mekanisme peningkatan natriuresis dan kaliuresis.
Kaliuresis menyebabkan terjadinya hipokalemia, yaitu kondisi ion kalium dalam darah
kurang dari 3,8 mEq/ L, padahal ion kalium diperlukan oleh β pankreas untuk merangsang
sekresi insulin, akibatnya produksi insulin semakin menurun sehingga kadar gula darah
meningkat. Namun demikian diperkirakan flavonoid polimetoksi flavon terlarut pada fraksi
n-heksana pada waktu proses purifikasi ekstrak.
Penurunan daya hipoglikemik kombinasi metformin dan ekstrak terpurifikasi sambiloto
adalah interaksi yang terjadi pada fase absorpsi Pada fase ini absorpsi metformin
berlangsung relatif lambat dan dapat diperpanjang sampai sekitar 6 jam. Metformin
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga
diduga menghambat absorpsi glukosa diusus sesudah asupan makan.
Di dalam ekstrak terpurifikasi terdapat andrografolid. andrografolid ini dapat
meningkatkan penggunaan glukosa otot pada tikus yang dibuat diabetes dengan STZ melalui
stimulasi transporter GLUT-4 yang berarti bahwa andrografolid dapat meningkatkan
penggunaan glukosa pada otot untuk menurunkan kadar glukosa dalam plasma pada tikus.
Analog senyawa andrografolid juga menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan insulin,
dan merangsang GLUT-4 pada tikus DM tipe 1 yang diinduksi aloksan.
Daya hipoglikemik kombinasi ekstrak terpurifikasi dan metformin (kombinasi 1 dan 2)
lebih rendah (P<0,05) bila dibandingkan pemberian secara tunggal, yaitu: kelompok yang
diberikan ekstrak terpurifikasi atau metformin saja, baik pada pengukuran preprandial
maupun postprandial.
Daftar Pustaka
Eka Siswanto Syamsul, Agung Endro Nugroho, Suwijiyo Pramono.2011. Aktivitas
Antidiabetes Kombinasi Ekstrak Terpurifikasi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata
(Burn.F.) NESS.) dan Metformin Pada Tikus DM Tipe 2 Resisten Insulin.
Tesis.Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada
Lihardo Sinaga, Dwi Suryanto, Indra Lesmana.2015.Ekstrak Daun Sambiloto
(Andrographis Paniculata) Dalam Mengendalikan Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophila, Edwardsiella tarda dan Jamur Saprolegnia sp. Secara In
Vitro.Tesis.Medan:Universitas Sumatra Utara

Widyawati Tri. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata


Nees).2007.Medan:Universitas Sumatra Utara

Andrographis paniculata.Wikipedia.
https://en.wikipedia.org/wiki/Andrographis_paniculata.16 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai