Anda di halaman 1dari 24

KEWIRAUSAHAAN

PEMASARAN OBAT BARU KE APOTEK


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KWU

Dosen Pengampu : Sri Murtiniatti S.Nurhayati

Kelompok 2 :

1. Hasna Fadhilah Gumilar 31171045


2. Ilham Nur Fadilah 31171046
3. Riska Jati Astuti 31171058
4. Rini Nurjanah 31171077
Kelas : FA2 Tingkat 2

D3 FARMASI

Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta
danPemelihara alam semesta ini, atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah
“Pengawasan Mutu Bab 7 Cara Pembuatan Obat Baik”. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya yang setia
hingga akhir zaman termasuk kita semua.

Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan
disusunnya makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses pembelajaran
Prakarya dan Kewirausahaan.
Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah
ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itubesar harapan kami
akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pengampu kami
pada mata kuliah Prakarya dan Kewirausahaan yang telah memberi arahan untuk
membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan mahasiswa Farmasi kami
ucapkan terima kasih semoga apa yang penyusun susun bermanfaat.

Bandung, April 2019

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


Daftar Isi ................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Masalah ............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Good Manufacturing Practice ....................................................................... 5
2.2 Pengertian Cara Pembuatan Obat Yang Baik ................................................................. 5
2.3 Aspek Cara Pembuatan Obat Yang Baik ........................................................................ 5
2.4 Pengawasan Mutu ........................................................................................................... 5
2.4.1Umum ....................................................................................................................... 6
2.4.2 Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik .............................................. 6
2.4.2.1Dokumentasi .......................................................................................................... 9
2.4.2.2 Pengambilan Sampel ............................................................................................. 9
2. 4.2.3 Pengujian............................................................................................................ 13
2.4.2.4 Persyaratan Pengujian ........................................................................................ 14
2.4.2.5 Program Stabilitas Pasca pemasaran .................................................................. 15
2.4.2.6 Transfer Metode Analisis .................................................................................... 17
2.5 Perubahan Pengawasan Mutu ......................................................................................... 18
BAB III ................................................................................................................................... 21
PENUTUP .............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
References ............................................................................................................................... 22

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Industri farmasi merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang


mempunyai kewajiban memproduksidan menyalurkan obat-obatan maupun
perbekalan farmasi lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam
memproduksi sediaan obat, industri farmasi dituntut untuk dapat menghasilkan
obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety),dan
mutu (quality) dalam dosis terapeutik.

Pemerintah menerapkan guideline untuk industri farmasi yang mengacu


pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pedoman CPOB yang mengacu
pada Good Manufacturing Practice (GMP) dibuat untuk memberikan jaminan
bahwa obat yang diproduksi secara konsisten dapat memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya yang mencakup
seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Selain itu, industri farmasi
dipersyaratkan untuk mengikuti guidelinedan panduan internasional misalnya ISO
9000 series, c-GMP, PIC/S,dan lain-lain, agar produk farmasi yang dihasilkan dapat
diterima secara global ataupun internasional.

Proses pembuatan obat tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian


pengujian, tetapi yang sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk
tersebut. Industri farmasi dapat memenuhi ketersediaan obat yang berkualitas,
aman,dan berkhasiat dengan cara mengikuti serta menerapkan ketentuan yang berlaku
yaitu menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam keputusan
menteri kesehatan RI No.43/MENKES/SK/II/1988, kemudian diterbitkan juga
CPOB 2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 05410/A/SK/XII/1989 tentang
petunjuk operasional penerapan CPOB yang menyangku seluruh aspek produksi

2
dan pengendalian mutu serta bertujuan menjamin bahwa produk obat senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.Mutu suatu obat ditentukan dari proses pembuatan obat, mulai
dari pemilihan bahan awal sampai perlakuannya terhadap produk jadi.

Dalam CPOB terdapat aspek pokok pembuatan obat, yakni bahan baku
yang dipakai (material), prosedur atau metode (method), kondisi lingkungan
(milieu), alat dan mesin (machines) dan sumber daya manusia (man). Unsur-
unsur ini harus selalu terkendali dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
berdiri sendiri.

Konsep dasar pemastian mutu, CPOB dan pengawasan mutu adalah aspek
manajemen mutu yang saling terkait. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai
fungsi pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber
daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi
pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pengawasan Mutu?
2. Apa saja cakupan dari pengawasan mutu?
3. Apa perbedaan pada Bab 7. Pengawasan Mutu pada CPOB 2012 dengan CPOB
2018

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan dari makalah ini antara lain :
1. Agar mahasiswa mampu memahami mengenai pengawasan mutu CPOB
2. Agar mahasiswa mengetahui cakupan pengawasan mutu
3. Agar mahasiswa mengetahui perubahan atau perbedaan yang terjadi pada bab 7
Pengawasan Mutu, antara CPOB 2012 dengan CPOB 2018

3
1.4 Manfaat Masalah
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu :
A. Mahasiswa dapat memahami tentang pengawasan mutu
B. Mahasiswa dapat mengetahui cakupan pengawasan mutu
C. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan isi pengawasan mutu CPOB 2012
dengan CPOB 2018

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Good Manufacturing Practice


Good Manufacturing Practices (GMP) adalah merupakan suatu konsep
manajemen dalam bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat untuk
menghasilkan output yang memenuhi standar dengan tingkat ketidaksesuaian yang
kecil. Suatu pedoman yang menjelaskna bagaimana memproduksi obat agar aman,
bermutu, dan layak untuk dikonsumsi.

2.2 Pengertian Cara Pembuatan Obat Yang Baik


CPOB yaitu kepanjangan dari Cara Pembuatan Obat yang Baik. CPOB secara
singkat dapat didefinisikan suatu ketentuan bagi industri farmasi yang dibuat untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan yang ditetapkan dan
tujuan penggunaannya. Pedoman CPOB disusun sebagai petunjuk dan contoh bagi
industri farmasi dalam menerapkan cara pembuatan obat yang baik untuk seluruh
aspek dan rangkaian proses pembuatan obat.

2.3 Aspek Cara Pembuatan Obat Yang Baik


Pedoman CPOB sesuai dengan Badan POM meliputi 12 aspek yaitu
manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan hygiene,
produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan
produk dan penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi,
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.
2.4 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat
yang baik, untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah

5
dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk
dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidak
tergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang penting agar
Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
2.4.1 Umum
Pengawasan Mutu merupakan bagian ini harus independen dari bagian lain
dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai,yang membawahi satu atau beberapa laboratorium.Sarana
yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan
Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.

Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab,


antara lain adalah membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur
pengawasan mutu, mengawasi pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel
pertinggal dari bahan dan produk bila perlu, memastikan kebenaran label pada
wadah bahan dan produk, memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas produk,
ikut serta dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dll. Semua
kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di
mana perlu.

Penilaian produk jadi hendaklah mencakup semua faktor yang terkait,


termasukkondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, evaluasi dokumen
produksi (termasuk pengemasan), sesuai dengan Spesifikasi Produk jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.Personel Pengawasan Mutu hendaklah
memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang
sesuai.

2.4.2 Cara Berlaboratorium Pengawasan Mutu Yang Baik


Bangunan dan fasilitas Laboratorium Pengawasan Mutu hendaklah memenuhi
persyaratan umum dan khusus untuk Pengawasan Mutu. Peralatan laboratorium tidak

6
boleh dipindah-pindahkan diantara area berisiko tinggi untuk menghindarkan
kontaminasi silang Khusus laboratorium mikrobiologi hendaklah diatur sedemikian
rupa untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang.

Personel, bangunan dan fasilitas serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai


dengan jenis dan skala kegiatan pembuatan.Namun hal ini hendaklah
didokumentasikan dalam catatan Pengawasan Mutu.

1. Bangunan dan Fasilitas


- Bangunan dan Fasilitas Laboratorium pengujian hendaklah didesain,
dilengkapi peralatan dan memiliki ruang yang memadai sehingga dapat
melaksanakan semua kegiatan terkait.
- Hendaklah disediakan sarana yang sesuai dan aman untuk limbah yang akan
dibuang. Bahan beracun dan bahan mudah terbakar harus disimpan dalam
lemari tertutup dan terpisah dengan desain yang sesuai.
- Laboratorium hendaklah terpisah secara fisik dari ruang produksi.
- Laboratorium biologi, mikrobiologi dan kimia hendaklah terpisah satu dari
yang lain.
- Ruangan terpisah untuk instrumen mungkin diperlukan untuk memberikan
perlindungan terhadap interferensi elektris, getaran, kelembaban yang
berlebihan serta pengaruh luar lain atau, bila perlu untuk mengisolasi
instrumen tersebut.
- Desain laboratorium hendaklah mempertimbangkan kesesuaian bahan
konstruksi, perlindungan personil terhadap asap dan ventilasi. Unit
penanganan udara yang terpisah diperlukan untuk laboratorium biologi,
mikrobiologi dan radioisotop.
- Semua pipa dan peralatan hendaklah diberi penandaan yang memadai dan
diberi perhatian khusus untuk konektor atau adaptor yang tidak dapat saling
ditukar untuk gas dan cairan berbahaya.
2. Personel

7
- Tiap personil yang bertugas melakukan supervisi atau melakukan kegiatan
laboratorium hendaklah memiliki pendidikan, mendapat pelatihan dan
pengalaman yang sesuai atau kombinasinya untuk memungkinkan
pelaksanaan tugas dengan baik. Tugas dan tanggung jawab tiap personil
hendaklah dirinci dengan jelas dalam uraian tugas atau dalam bentuk lain
yang sesuai.
- Tiap personil hendaklah memakai pakaian pelindung dan alat pengaman
seperti respirator atau masker, kaca mata pelindung dan sarung tangan tahan
asam atau basa sesuai tugas yang dilaksanakan.
3. Peralatan
- Peralatan dan instrumen laboratorium hendaklah sesuai dengan prosedur
pengujian yang dilakukan.
- Prosedur tetap untuk pengoperasian tiap instrumen dan peralatan hendaklah
tersedia dan diletakkan di dekat instrumen atau peralatan yang bersangkutan.
- Peralatan, instrumen dan perangkat lunak terkait hendaklah
dikualifikasi/divalidasi, dirawat dan dikalibrasi dalam selang waktu yang telah
ditetapkan dan dokumentasinya disimpan. Pemeriksaan untuk memastikan
bahwa instrumen berfungsi baik hendaklah dilakukan tiap hari atau sebelum
instrumen tersebut digunakan untuk pengujian analitis.
- Tanggal kalibrasi, perawatan dan kalibrasi ulang sesuai dengan jadwal
hendaklah tertera dengan jelas pada peralatan atau dengan cara lain yang
sesuai.
- Hendaklah diberi penandaan yang jelas pada alat yang rusak atau dalam
perawatan. Alat yang rusak hendaklah tidak digunakan sebelum diperbaiki.
- Pancuran air keselamatan dan pembasuh mata hendaklah tersedia di dekat area
kerja laboratorium.

8
2.4.2.1 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan


Pengawasan Mutu berikut ini hendaklah tersedia di bagian Pengawasan Mutu:
 Spesifikasi
 prosedur yang menjelaskan cara pengambilan sampel, pengujian,
catatan (termasuk lembar kerja pengujian/analisis dan/atau buku catatan
laboratorium), terdokumentasi dan terverifikasi;
 Prosedur dan catatan kalibrasi/kualifikasi instrumen serta perawatan
peralatan;
 prosedur penyelidikanterhadap Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS) dan
Hasil Uji di Luar Tren (HULT);
 laporan pengujian dan/atau sertifikat analisis
 Data pemantauan lingkungan, (udara, air dan sarana penunjang lain) bila
perlu;
 Dan catatan validasi metode analisis, bila perlu.
Revisi berkala terhadap spesifikasi diperlukan untuk memenuhi persyaratan yang
diuraikan di dalam edisi farmakope nasional terakhir atau kompendial lain. Semua
dokumentasi Pengawasan Mutu yang terkait dengan catatan bets hendaklah
disimpan, mengikuti ketentuan tentang penyimpanan dokumentasi bets.

Untuk beberapa jenis data (misal hasil uji analisis, hasil nyata, pemantauan
lingkungan) hendaklah didokumentasikan sedemikian rupa untuk memungkinkan
pelaksanaan evaluasi tren. Hasil Uji di Luar Tren atau Hasil Uji di Luar
Spesifikasi hendaklah ditangani dan diselidiki. Di samping informasiyang merupakan
bagiandari dokumentasi bets, data asli lain sepertibuku catatan laboratorium dan/atau
rekaman hendaklah disimpan dan tersedia.

2.4.2.2 Pengambilan Sampel

9
Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya sebagian kecil saja
dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan secara keseluruhan tidak dapat
didasarkan pada pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang tidak mewakili satu
bets. Oleh karena itu cara pengambilan sampel yang benar adalah bagian yang
penting dari sistem Pemastian Mutu.
Personil yang mengambil sampel hendaklah memperoleh pelatihan awal dan
pelatihan berkelanjutan secara teratur tentang tata cara pengambilan sampel yang
benar. Pelatihan tersebut hendaklah meliputi:
1. pola pengambilan sampel;
2. prosedur tertulis pengambilan sampel;
3. teknik dan peralatan untuk mengambil sampel;
4. risiko pencemaran silang;
5. tindakan pencegahan yang harus diambil terhadap bahan yang tidak stabil
dan/atau steril;
6. pentingnya memperhatikan pemerian bahan, wadah dan label secara visual; dan
7. pentingnya mencatat hal yang tidak diharapkan atau tidak biasa.
Bahan Awal
a. Identitas suatu bets bahan awal biasanya hanya dapat dipastikan apabila
sampel diambil dari tiap wadah dan dilakukan uji identitas terhadap tiap sampel.
Pengambilan sampel boleh dilakukan dari sebagian wadah bila telah dibuat prosedur
tervalidasi untuk memastikan bahwa tidak satu pun wadah bahan awal yang salah
label identitasnya.
b. Mutu suatu bets bahan awal dapat dinilai dengan mengambil dan menguji
sampel yang representatif. Sampel yang diambil untuk uji identitas dapat digunakan
untuk tujuan tersebut. Jumlah yang diambil untuk menyiapkan sampel representatif
hendaklah ditentukan secara statistik dan dicantumkan dalam pola pengambilan
sampel. Jumlah sampel yang dapat dicampur menjadi satu sampel komposit
hendaklah ditetapkan dengan pertimbangan sifat bahan, informasi tentang pemasok
dan homogenitas sampel komposit itu.

10
Bahan Pengemas
Pola pengambilan sampel bahan pengemas hendaklah setidaknya
memperhatikan hal berikut: jumlah yang diterima, mutu yang dipersyaratkan, sifat
bahan (misalnya bahan pengemas primer, dan/atau bahan pengemas cetak), metode
produksi dan pengetahuan tentang pelaksanaan sistem Pemastian Mutu di pabrik
pembuat bahan pengemas berdasarkan audit. Jumlah sampel yang diambil hendaklah
ditentukan secara statistik dan disebutkan dalam pola pengambilan sampel.
Kegiatan Pengambilan Sampel
a. Pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi atau efek lain yang berpengaruh tidak baik terhadap mutu. Wadah yang
diambil sampelnya hendaklah diberi label yang mencantumkan antara lain isi wadah,
nomor bets, tanggal pengambilan sampel dan tanda bahwa sampel diambil dari wadah
tersebut. Wadah hendaklah ditutup rapat kembali setelah pengambilan sampel.
b. Semua alat pengambil sampel dan wadah sampel hendaklah terbuat dari bahan
yang inert dan dijaga kebersihannya
c. Instruksi pengambilan sampel hendaklah mencakup :
1. metode dan pola pengambilan sampel;
2. peralatan yang digunakan;
3. jumlah sampel yang diambil;
4. instruksi pembagian sampel sesuai kebutuhan;
5. jenis wadah sampel yang harus digunakan, yakni apakah untuk pengambilan
sampel secara aseptik atau normal;
6. identitas wadah yang diambil sampelnya;
7. peringatan khusus yang harus diperhatikan terutama yang berkaitan dengan
pengambilan sampel bahan steril atau berbahaya;
8. Kondisi penyimpanan; daninstruksi tentang cara pembersihan dan
penyimpanan alat pengambil sampel.
9. Tiap wadah sampel hendaklah diberi label yang menunjukkan:

11
o nama bahan sampel;
o nomor bets atau lot;
o nomor wadah yang diambil sampelnya;
o tanda tangan petugas yang mengambil sampel; dan
o tanggal pengambilan sampel.
10. Sebelum dan setelah tiap pemakaian, alat pengambil sampel hendaklah
dibersihkan, jika perlu disterilkan, dan disimpan secara terpisah dari alat
laboratorium lain.
11. Pada saat pengambilan sampel hendaklah dilakukan pencegahan agar tidak
terjadi pencemaran atau campur baur terhadap atau oleh bahan yang diambil
sampelnya. Semua alat pengambil sampel yang bersentuhan dengan bahan
hendaklah bersih. Perhatian khusus mungkin diperlukan untuk penanganan
bahan yang berbahaya atau berpotensi tinggi.
Sampel Pertinggal
a. Sampel pertinggal dengan identitas yang lengkap yang mewakili tiap bets
bahan awal untuk tiap penerimaan hendaklah disimpan untuk jangka waktu tertentu.
b. Sampel pertinggal dengan identitas yang lengkap yang mewakili tiap bets
produk jadi dalam bentuk kemasan lengkap hendaklah disimpan untuk jangka waktu
tertentu. Sampel produk jadi hendaklah disimpan dalam kondisi yang sama dengan
kondisi pemasaran sebagaimana tertera pada label.
c. Jumlah sampel pertinggal sekurang-kurangnya dua kali dari jumlah sampel
yang dibutuhkan untuk pengujian lengkap, kecuali untuk uji sterilitas.
d. Sampel pertinggal hendaklah mewakili tiap bets bahan atau produk yang
diambil sampelnya. Sampel lain juga dapat diambil untuk memantau bagian proses
yang paling kritis (misalnya awal dan akhir proses).

12
e. Sampel pertinggal dari tiap bets produk jadi hendaklah disimpan hingga satu tahun
setelah tanggal daluwarsa. Produk jadi hendaklah disimpan dalam kemasan akhirnya
dan dalam kondisi yang ditetapkan. Sampel bahan awal (selain pelarut, gas, dan air)
hendaklah disimpan selama minimal dua tahun setelah tanggal pelulusan produk jadi
terkait, bila stabilitasnya memungkinkan. Jangka waktu penyimpanan dapat dikurangi
bila stabilitasnya lebih singkat daripada yang tercantum dalam spesifikasi.
2. 4.2.3Pengujian

a.Bahan Awal

Tiap bahan awal hendaklah diuji terhadap pemenuhan spesifikasi identitas, kekuatan,
kemurnian dan parameter mutu lain.

b.Bahan Pengemas.

Bahan pengemas hendaklah memenuhi spesifikasi, dengan penekanan pada


kompatibilitas bahan terhadap produk yang diisikan ke dalamnya. Cacat fisik yang
kritis dan dapat berdampak besar serta kebenaran penandaan yang dapat memberi
kesan meragukan terhadap kualitas produk hendaklah diperiksa.

c. Produk Antara dan Produk Ruahan

1.Untuk memastikan keseragaman dan keutuhan bets, pengawasan selama proses


hendaklah dilakukan pengujian sampel yang representatif dari tiap bets produk antara
dan produk ruahan untuk identitas, kekuatan, kemurnian dan mutunya. Persetujuan
dari Bagian Pengawasan Mutu mutlak diperlukan setelah tahap produksi kritis selesai
atau bila produk tersimpan lama sebelum tahap produksi selanjutnya dilaksanakan.

2.Produk antara dan produk ruahan yang ditolak hendaklah diberi penandaan dan
dikendalikan dengan sistem karantina yang dirancang untuk mencegah
penggunaannya dalam proses selanjutnya, kecuali bila produk tersebut dinilai
memenuhi syarat untuk kemudian diolah ulang.

d.Produk Jadi

13
1.Tiap bets produk jadi hendaklah diuji terhadap spesifikasi yang ditetapkan dan
dinilai memenuhi syarat sebelum diluluskan untuk distribusi.

2.Produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan
hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat dilakukan apabila memungkinkan, namun
produk hasil pengolahan ulang harus memenuhi semua spesifikasi dan kriteria mutu
lain yang ditetapkan sebelum diluluskan untuk distribusi.

2.4.2.4 Persyaratan Pengujian

Bahan Awal dan Bahan Pengemas

Sebelum meluluskan bahan awal atau bahan pengemasuntuk digunakan, kepala


bagian Pengawasan Mutu hendaklah memastikan bahwa bahan tersebut telah diuji
kesesuaiannya terhadap spesifikasi untuk identitas, kekuatan, kemurnian dan
parameter mutu lain. Pengujian identitas hendaklah dilaksanakan pada sampel dari
tiap wadah bahan awal.

ProdukJadi
Terhadap tiap bets produk jadi hendaklah dilakukan pengujian laboratorium
atas kesesuaian terhadap spesifikasi produk akhirnya, sebelum diluluskan.
Produk jadi yang tidak memenuhi spesifikasi dan kriteria mutu lain yang ditetapkan
hendaklah ditolak. Pengolahan ulang dapat dilakukan, apabila laik, namun produk
hasil pengolahan ulang hendaklah memenuhi semua spesifikasi dan kriteria mutu
lain yang ditetapkan sebelum diluluskan untuk distribusi.

Pengendalian lingkungan hendaklah dilakukan sebagai berikut:

a.pemantauan teratur air untuk proses, termasuk pada titik penggunaan, terhadap
mutu kimiawi dan mikrobiologis. Jumlah sampel dan metode pengujian hendaklah
mampu mendeteksi organisme indikator dalam konsentrasi rendah, misalnya
Pseudomonas;

b.pemantauan mikrobiologis secara berkala pada lingkungan produksi;

14
c.pengujian berkala terhadap lingkungan sekitar area produksi untuk mendeteksi
produk lain yang dapat mencemari produk yang sedang diproses; dan

d.pengendalian cemaran udara.

Pengujian Ulang Bahan yang Diluluskan

a. Hendaklah ditetapkan batas waktu penyimpanan yang sesuai untuk tiap bahan
awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Setelah batas waktu ini bahan
atau produk tersebut harus diuji ulang oleh Bagian Pengawasan Mutu terhadap
identitas, kekuatan, kemurnian dan mutu. Berdasarkan hasil uji ulang tersebut bahan
atau produk itu dapat diluluskan kembali untuk digunakan atau ditolak.

b. Bila suatu bahan disimpan pada kondisi yang tidak sesuai dengan yang
ditetapkan, bahan tersebut hendaklah diuji ulang dan dinyatakan lulus oleh Bagian
Pengawasan Mutu sebelum digunakan dalam proses

Pengolahan Ulang

A. Pengujiantambahan terhadap produk jadi hasil pengolahan ulang


hendaklah dilakukan sesuai ketentuan.
B. Uji stabilitas lanjut hendaklah dilakukan terhadap produk hasil
pengolahan ulang sesuai keperluan.

2.4.2.5 Program Stabilitas Pascapemasaran

Setelah dipasarkan, stabilitas obat hendaklah dipantau menurut


programberkesinambungan yang sesuai, yang memungkinkan pendeteksian
semuamasalah stabilitas (misal perubahan pada tingkat impuritas, atau profil
disolusi) yang berkaitan dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan.Tujuan dari
program stabilitas pascapemasaran adalah untuk memantau produk selama masa
edar dan untuk menentukan bahwa produk tetap, dan dapat diprakirakan akan
tetap, memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang
tertera pada label.Hal ini berlaku bagi obatdalam kemasan yang dijual, namun

15
hendaklah dipertimbangkan pencakupan dalam program bagi produk ruahan. Misal,
apabila produk ruahan disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum dikemas
dan/atau dikirim dari tempat produksi ke tempat pengemasan, dampak terhadap
stabilitas produk yang dikemas dalam kondisi lingkungan sekeliling
hendaklah dievaluasi dan dikaji.

Di samping itu, hendaklah dipertimbangkan produk antara yang disimpan dan


digunakan setelah jangka waktu yang diperpanjang. Studi stabilitas produk hasil
rekonstitusi dilakukan saatpengembangan produk dan tidak memerlukan pemantauan
yang berbasis pascapemasaran. Namun, apabila relevan, stabilitas produk hasil
rekonstitusi dapat juga dipantau. Dokumentasi, dan hasilnya diformalisasi dalam
suatu laporan. Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan program stabilitas
pascapemasaran (antara lain stability chamber).

Protokol untuk program stabilitas pascapemasaran hendaklah menjangkau akhir


masa edar dan hendaklah meliputi, namun tidak terbatas pada,parameter berikut:

 jumlah bets per kekuatan dan per ukuran bets yang berbeda, di mana perlu;
 metode pengujian fisis, kimiawi, mikrobiologis dan biologis yang
relevan;
 kriteria keberterimaan;
 rujukan metode pengujian; uraian sistem tutup wadah; interval pengujian
(titik waktu);
 kondisi penyimpanan untuk pengujian jangka panjang konsisten dengan
penandaan produk; dan
 parameter lain yang berlaku spesifik bagi obat.

Protokol untuk program stabilitas pasca pemasarandapat berbeda dariprotokol


untuk studi stabilitas jangka panjang awal yang diajukan dalam dokumen Izin Edar,
apabila hal ini dijustifikasi dan didokumentasi dalam protokol (misal, frekuensi
pengujian).Jumlah bets dan frekuensi pengujian hendaklah memberikan data
yang cukup jumlahnyauntuk memungkinkan melakukan analisis tren. Kecuali

16
dijustifikasilain, minimal satu bets per tahun dari produk yang dibuat untuk tiap
kekuatan dan tiap jenis pengemasan primer, bila relevan, hendaklah dicakup
dalam program studi stabilitas (kecuali tidak ada yang diproduksi selama setahun).
Untuk produk di mana pemantauan stabilitas pascapemasaranakan memerlukan
pengujian yang menggunakan hewan dan tidak tersedia alternatif yang sesuai, teknik
yang tervalidasi tersedia, frekuensi pengujian dapat dipertimbangkan pendekatan
risiko –manfaat. Prinsip desain bracketing dan matrixingdapat diterapkan jika
dijustifikasi dalam protokol secara ilmiah.

Dalam situasi tertentu, bets-bets tambahan hendaklah dicakup dalam program


stabilitas pascapemasaran. Misal, suatu studi stabilitas pasca pemasaran
hendaklah dilaksanakan pada tiap perubahan yang signifikan atau penyimpangan
yang signifikan terhadap proses atau kemasan. Semua bets hasil kegiatan
pengerjaan ulang, pengolahan ulang atau pemulihan hendaklah juga dipertimbangkan
untuk dicakup.

Hasil studi stabilitas pascapemasaran hendaklah dapat diakses oleh personel


kunci dan, terutama, personel yang berwenang. Apabila studi stabilitas on-going
diselenggarakan pada lokasi di luar lokasi pembuatan produk ruahan atau produk
akhir, hendaklah tersediapersetujuan tertulis antara kedua pihak.Hasil studi stabilitas
on-going hendaklah tersedia di lokasi pembuatan untuk diperiksa olehBadan POM.

HULS atau trenatipikal yang signifikan hendaklah diselidiki. Semua hasil HULS
yang dikonfirmasi, atau tren negatif yang signifikan, bets produk yang
terpengaruh di pasaran hendaklah dilaporkan kepadaBadan POM. Dampak yang
mungkin ada terhadap bets yang telah berada di pasaran hendaklah
dipertimbangkan. Suatu rangkuman dari seluruh data yang dihasilkan,
termasuk kesimpulansementara dari program, hendaklah dibuat tertulis dan
disimpan. Rangkuman hendaklahselalu siap untuk ditinjau secara berkala.

2.4.2.6 Transfer Metode Analisis

Sebelum melakukan transfer metode analisis pemberi transfer hendaklah

17
memverifikasi bahwa metode analisis sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar
atau dokumenyang relevan. Validasi metode analisishendaklah ditinjau untuk
memastikan pemenuhan persyaratan termutakhir. Analisis kesenjangan hendaklah
dilakukan dan didokumentasikan untuk mengidentifikasi validasi tambahan
yang hendak dilakukan, sebelum memulai proses transfer teknis. Transfer
metodeanalisis dari satu laboratorium (laboratoriumpemberi transfer) ke
laboratorium lain (laboratorium penerima) hendaklah dijelaskan dalam protokol
yang rinci.

Protokol transfer hendaklah mencakup, namun tidak terbatas pada, parameter


berikut:

 identifikasi analisis yang akan dilakukan dan metode uji yang relevan
yang akan ditransfer;
 identifikasi kebutuhan pelatihan tambahan; identifikasi baku dan sampel
yang akan diuji;
 identifikasi kondisi pengiriman dan penyimpanan khusus sampel uji; dan
 kriteria keberterimaan hendaklah didasarkan pada hasil validasi metode
terkini.

Penyimpangan dari protokol hendaklah diselidiki sebelum proses transfer selesai.


Laporan transfermetode analisishendaklah mendokumentasikan hasil komparasi dari
proses tersebutdan mengidentifikasi area yang memerlukan revalidasi metode
analisis lebih lanjut, jika perlu.Apabilaperlu, persyaratan khusus yang dijelaskan
dalam pedoman lain hendaklahdigunakan untuk pelaksanaan transfer metode
analisistertentu (misal Near Infrared Spectroscopy/NIR).

18
2.5 Perbedaan Pengawasan Mutu CPOB 2012 dan CPOB 2018

Secara garis besar tidak banyak perubahan bila dibanding dengan CPOB:2012
•Namun demikian, ada beberapa hal “krusial” yang diatur dalam CPOB:2018, yang
tidak diatur dalam CPOB:2012. Antaralain:
PENGAMBILAN SAMPEL7.13
Sampel hendaklah mewakili bets bahan atau produk yang sampelnya diambil. Sampel
lain dapat diambil untuk memantau bagian proses berkondisi terkritis (misal, awal
atau akhir suatu proses) .Rencana pengambilan sampel hendaklah dijustifikasi dengan
benar dan berdasarkan pendekatan manajemen risiko.
TRANSFER METODE ANALISIS 7.51 - 7.55
Diatur hal khusus mengenai Transfer Metode Analisis dari satu laboratorium
(laboratorium pemberi transfer) ke laboratorium lain (laboratorium penerima)
hendaklah dijelaskan dalam protokol yang rinci
Penambahan Butir 7.30 sampai dengan 7.36 dalam Pengujian
7.30 Perhatian khusus hendaklah diberikan pada mutu pereaksi, larutan, alat gelas,
baku pembandingdan media perbenihan. Hal tersebut hendaklahdisiapkan dan
dikendalikan sesuai dengan prosedur tertulis. Tingkat pengendalian
hendaklahsepadan dengan penggunaannya dan data stabilitas yang ada.
7.31 Baku pembandinghendaklah dibuat sesuai peruntukkannya. Kualifikasi dan
sertifikasi baku pembanding, hendaklah dinyatakan dengan jelas dan
didokumentasikan. Apabila tersediabaku pembanding kompendial yang berasaldari
sumber resmi, sebaiknya digunakan sebagai baku pembandingprimer kecuali telah
dijustifikasi(penggunaan bakupembanding sekunder diperbolehkan setelah
ketertelusuran terhadap baku pembanding primer telah dibuktikan dan
didokumentasikan). Bakupembanding kompendiaini hendaklah digunakan untuk
tujuan yang dijelaskan dalam monografikecuali jika lain ditentukan olehBadan
POM.
7.32 Pereaksi, larutan, baku pembanding dan media perbenihan hendaklahditandai
dengan tanggal pembuatandan tanggal dibuka dan tanda tangan personel pembuat.
Tanggal kedaluwarsa pereaksi dan media perbenihan hendaklahdicantumkan pada
label, jugakondisi penyimpanan tertentu. Selain itu, untuk larutan volumetris,
tanggal standardisasi dan faktor terakhir hendaklah ditunjukkan.
7.33 Bila perlu, tanggal penerimaan tiap bahan yang digunakan untuk kegiatan
pengujian (misal, pereaksi, larutandan baku pembanding) hendaklah tercantum
pada wadah. Prosedur penggunaan dan penyimpanan hendaklah diikuti.

19
Dalam hal tertentu perlu dilakukan uji identifikasi dan/atau pengujian lain untuk
bahan pereaksi pada waktu penerimaan atau sebelum penggunaan.
7.34 Media perbenihan hendaklah dibuat sesuai dengan persyaratan pembuatmedia
kecuali jika dijustifikasi secara ilmiah. Kinerja semua media perbenihan
hendaklah diverifikasi sebelum digunakan. Baik kontrol positif maupun kontrol
negatif hendaklah digunakan untuk memastikan kesesuaian media perbenihan.
Konsentrasi inokulum dalam kontrol positif hendaklah disesuaikan dengan kepekaan
pertumbuhan yang diinginkan.
7.35 Media dan galur mikrobiologi bekas pakai hendaklah didekontaminasi sesuai
prosedur dan dibuang untukmencegah kontaminasi silang dan residu
yangtertinggal. Masa simpan media mikrobiologi yang digunakan hendaklah
ditetapkan, didokumentasikan dan dijustifikasi secara ilmiah.
7.36 Hewan yang digunakan sebagai komponenpengujian, bahan atau produk,
hendaklah, bila perlu, dikarantina sebelum digunakan. Hewan tersebut hendaklah
dijaga dan diawasi sedemikian untuk memastikan kesesuaian tujuan penggunaannya.
Hewan tersebut hendaklah diidentifikasi dan catatan yang memadai hendaklah
disimpan dan dijaga agar dapat menunjukkan riwayat penggunaannya.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan obat
yang baik, untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu mencakup
pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi
dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah
dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk
dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
3.2 Saran
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki
penulisan makalah yang lebih baik di waktu yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

References

BPOM RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

BPOM RI. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai