Anda di halaman 1dari 10

Problematika Tanaman Mangga Golek

Problematika Budidaya Tanaman

Oleh Kelompok 9:

Anindita Antani

20140210080

Cici Sri Astuti

20140210091

Irvan Noor Hasim

20140210176

Sudi Febrianto

20140210188

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2015

I.

KASUS

Pak Edi dan Pak Warji tinggal di kompleks perumahan, keduanya memiliki pohon
mangga di depan rumahnya. Jenis yang yang dimiliki Pak Edi adalah mangga Mandagi,
sementara tanaman mangga Pak Warji adalah jenis golek. Pak Edi rajin membersihkan
lingkungan di sekitar pohon mangga miliknya, memupuk secara rutin dengan metode
lingkungan di bawah kanopi daun terluar. Karena pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh
Pak Edi cukup intensif, maka pohon mangga tersebut berbuah rutin setiap tahun dengan hasil
cukup menggembirakan. Sementara pohon mangga milik Pak Warji kadang berbuah dan
tahun berikutnya belum tentu berbuah. Pak Warji juga rajin memberikan pupuk dengan
meletakkannya secara melingkar disekeliling batang pohon. Pohon Pak Warji berdaun rimbun
dan beberapa ranting terkena hama kutu putih. Apa saran saudara untuk membantu Pak Warji
yang ingin memiliki tanaman mangga berbuah rutin dan sehat seperti milik Pak Edi?

II.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pak Warji menerapkan metode pemupukan secara melingkar di sekeliling batang


pohon pada tanaman mangga golek miliknya.
2. Tanaman mangga golek milik pak Warji pada ranting pohon terserang hama kutu putih
3. Tanaman mangga golek milik pak Warji berdaun rimbun

III.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan.
Tanaman ini merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik di daerah beriklim kering. Sentra
produksi mangga di Indonesia di antaranya adalah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di
Jawa Sarat, Tegal, Kudus, Pati, Magelang, dan Soyolali di Jawa Tengah, Pasuruan,
Probolinggo, Nganjuk, dan Pamekasan di Jawa Timur. Juga di daerah Istimewa Yogyakarta,
Sumatera Utara, Sumatera Sarat, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Sarat, dan Nusa
Tenggara Timur.
Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
2

Keluarga : Anarcadiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera spp.
Mangga golek merupakan salah satu jenis mangga unggul asli Indonesia yang berasal
dari Probolinggo dan Pasuruan. Menteri Pertanian sudah melepas mangga golek ini sebagai
varietas unggul. Buah mangga ini bentuknya panjang, ujungnya meruncing dan tak berparuh.
Warna buah muda hijau sedangkan yang tua berwarna kuning pada pangkalnya dan kehijauan
pada ujungnya. Kulit tidak begitu tebal, halus, dan terdapat bintik bintik kelenjar yang
berwarna putih kehijauan dan berubah menjadi cokelat setelah buah tua. Daging buah tebal,
berwarna kuning tua, lunak, tak berserat, dan jika diiris tidak banyak mengeluarkan air.
Rasanya sangat manis dan aromanya harum tajam. Panjang buahnya 17 cm dengan berat
kurang lebih 500 g. Produktivitas rata-rata per pohon sekitar 52 kg.
Tanaman mangga golek termasuk tanaman dataran rendah. Tanaman ini dapat tumbuh
dan berkembang baik di daerah dengan ketinggian antara 0-300 m di atas permukaan laut.
Meskipun demikian, tanaman ini juga masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1.300 m di atas
permukaan laut. Daerah dengan curah hujan antara 750-2.250 mm per tahun dan temperatur
24-27 C merupakan tempat tumbuh yang baik untuk tanaman buah ini. Jenis tanah yang
disukainya adalah tanah yang gembur, berdrainase baik, ber-pH antara 5,5-6, dan dengan
kedalaman air tanah antara 50-150 cm.
a.

Syarat Tumbuh

1. Iklim
Kondisi Iingkungan yang ideal bagi tanaman mangga adalah iklim yang agak kering
dengan curah hujan 750 - 2.000 mm, dengan 4 - 7 bulan kering, ketinggian <300 m dpl.
dan suhu udara rata-rata berkisar antara 25C - 32C. Namun, mangga dapat juga ditanam
pada ketinggian hingga 1.200 m. Di daerah beriklim basah dengan musim kering <3 bulan
pertumbuhanya subur, tapi buahnya lebih sedikit dibandingkan dengan di daerah beriklim
kering.
2. Media Tanam
Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan
lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok
adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.
3. Tempat Ketinggian

Mangga yang ditanam di dataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m
dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di
dataran tinggi.
b.

Pemeliharaan Tanaman

1. Penyiangan
Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut
dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga
biasa dilakukan pada waktu penggemburan & pemupukan.
2. Penggemburan/Pembubunan
Tanah yang padat & tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu
digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga
cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.
3. Perempelan/Pemangkasan
Pemangkasan pada prinsipnya merangsang terbentuknya tunas vegetatif-generatif
sehingga bidang percabangannya lebih luas dan memungkinkan dapat menambah
produksi. Pemangkasan tanaman secara umum dilakukan dengan tujuan merangsang
tunas baru yang muncul secara bersamaan dan mencapai umur dewasa dalam waktu yang
sama juga, tanaman bebas dari cabang negatif, membentuk tajuk tanaman agar bulat
seperti payung terbuka, mengurangi kelembaban, percabangan kokoh dan tersebar merata
ke seluruh penjuru serta mempercepat tanaman berbuah.
Pada tanaman mangga, ada dua bentuk pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk
dan pemangkasan pemeliharaan.
a. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk pada tanaman mangga dilakukan dengan tipe terbuka
tengah dengan susunan batang utama dan cabang mengikuti pola 1-3-9-27 yakni 1
(satu) batang utama, 3 cabang primer, 9 cabang sekunder dan 27 cabang tersier.
Bunga dan buah mangga muncul di ujung cabang, hal ini berarti semakin banyak
ujung cabang yang dimiliki tanaman, kemungkinan lebih banyak pula produksinya.
Pemangkasan bentuk dilakukan pertama kali pada saat tanaman berumur kurang dari
satu tahun, saat tinggi tanaman sekitar 1 meter dan diameter batang 1-1,5 cm. Ujung
batang dipotong sampai ketinggian 50-70 cm dari permukaan tanah

untuk

mengembangkan batang yang kokoh dan untuk mendorong pertumbuhan beberapa


tunas samping. Pemotongan dilakukan 2-3 cm tepat di atas ruas/buku tanaman
4

dengan menggunakan gunting pangkas. Hal ini dimaksudkan agar tunas yang keluar
nantinya mempunyai posisi yang relatif sejajar. Setelah tunas tersebut tumbuh
menjadi cabang primer, dipilih dua atau tiga terbaik yang dibiarkan tumbuh, cabang
yang dipilih sebaiknya dari ketinggian yang sedikit berbeda dan membentuk sudut
antar cabang yang seimbang yaitu sekitar 120o agar tanaman menjadi lebih kokoh.
Cabang lain yang tidak dikehendaki dipangkas sampai sekitar 1 cm dari pangkal
batang.
Pada tahun kedua cabang primer yang telah tumbuh dengan panjang 80-100
cm dipangkas kembali dengan panjang yang tersisa sekitar 30-50 cm dari pangkal
cabang, pemangkasan dilakukan 2-3 cm di atas ruas tanaman. Dari ketiga cabang
primer tersebut masing-masing dipelihara 3 cabang sekunder lagi, demikian
selanjutnya hingga tahun ketiga dan bila diperlukan hingga tahun keempat, sampai
terbentuk percabangan yang kompak dan tajuk tanaman diarahkan membentuk
setengah

kubah

dengan

penyebaran

daun

yang

merata.

Pemangkasan

direkomendasikan pada awal musim hujan.


Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka dasar tanaman
agar mempunyai produktivitas yang tinggi dan membentuk tajuk untuk memudahkan
panen serta perawatan tanaman.
b. Pemangkasan Untuk Pemeliharaan
Pemangkasan

pemeliharaan

dilakukan

pada

tanaman

usia

produktif.

Pemangkasan ini dilakukan umumnya setelah umur tanaman 4-5 tahun dan
direkomendasikan setelah panen dan awal musim hujan. Pemangkasan pemeliharaan
pada tanaman mangga dilakukan untuk : (1) mengontrol ukuran tanaman, (2)
menjaga bagian tengah tanaman yang terbuka untuk penetrasi cahaya dan
penyemprotan pestisida, (3) memaksimalkan ujung cabang yang berbuah, (4)
meningkatkan kualitas warna buah, (5) sinkronisasi dan mendorong pertunasan serta
(6) menghilangkan cabang yang mati dan berpenyakit.
Pemangkasan

pemeliharaan

bertujuan

untuk

kesehatan

tanaman,

mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas buah maupun kontinuitas buah serta


kemudahan dalam pemanenan.
4. Pemupukan
a) Pupuk organik
1) Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
2) Umur tanaman 2,58 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
5

3) Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg
pupuk kandang, 15 kg abu.
4) Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg
abu. Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan
tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam
setengah mata cangkul (5 cm).
b) Pupuk anorganik
1) Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2) Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
3) Tanaman

sebelum

berbunga:

ZA

1.750

gram/tanaman,

KCl

1.080

gram/tanaman.
4) Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970
gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.
5) Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940
gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.
5. Peningkatan Kuantitas Buah
Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang
dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau
menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini,
persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.
c.
1.

OPT
Kutu Putih
Kutu kebul (bemisia tabaci) atau dipanggil juga kutu putih, secara internasional dikenal

dengan silverleaf whitefly, merupakan salah satu dari lalat putih yang saat ini termasuk hama
penting pertanian budidaya. Kutu kebul diklasifikasikan ke dalam keluarga Aleyrodidae, suburutan besar serangga, Homoptera. Kutu putih berbentuk oval, dtar, tertutup lapisan tebal
seperti lilin, sering hinggap didaun dan menghisap cairan sel daun. Akibat serangan kutu
tersebut, pada daun terdapat bercak kuning kotor.
Kutu kebul dewasa memiliki panjang tubuh sampai 0.8mm dan berwarna putih salju,
yang disebabkan oleh sekresi lilin di sayap dan tubuhnya. Selama makan atau beristirahat
kutu kebul dewasa menutupi tubuhnya dengan sayap. Ketika menyimpan telur, betina akan

meletakkan telur 50 hingga 400 butir dengan ukuran mulai dari 0.10mm sampai 0.25mm di
bagian bawah daun.
Cara pengendalian secara mekanis dengan memotong dan memusnahkan daun tempat
koloni serangga. Atau bisa dengan ramuan buatan dengan cara ambil sabun colek satu sendok
makan lalu larutkan dalam kaleng susu bekas ukuran 900 gram. Gunakan air bersih sebanyak
setengah kaleng susu tersebut. Tambahkan minyak tanah (kerosene) sebanyak seperempat dari
kaleng tersebut. Perbandingan air dan minyak tanah adalah 2:1. Tambahkan pestisida, kalau
tidak punya bisa diganti dengan cairan pembunuh serangga atau nyamuk, cukup 2 sendok
makan saja. Campur dan aduk ramuan tadi hingga membentuk emulsi dan sabun tidak
menggumpal dan berbusa lagi. Hasil akhirnya kurang lebih seperti air sisa cucian beras.
Ramuan yang kedua adalah ambil serai dengan berat 1 kg, blender atau haluskan dengan
menggunakan alat semacamnya, rebus dengan air sebanyak3 liter. jika sudah kira banyak
larutan serai yang keluar, bisa lansung diangkat, kemudian diamkan. masukkan air rebusan
tadi dalam spray (penyemprot) tangan, tambahkan sabun diterjen1/3 sendok teh kocok dan
tinggal semprotkan ke tanaman yang diserang kutu putih. Jangan lupa, gulma sekitar tanaman
harus disemprot juga agar menghindari serangan hama tersebut di kemudian hari.
Para ilmuwan saat ini berfokus pada penargetan kutu kebul melalui mekanisme yang
aman yang tidak menimbulkan polusi atau kontaminasi (seperti insektisida kimia). Hal ini
penting untuk dapat mengurangi jumlah B. tabaci individu yang hinggap pada tanaman untuk
mengurangi kerusakan tanaman seperti yang disebabkan oleh transmisi virus. Hama ini dapat
terhalang dengan mengurangi pengendapan, penurunan oviposisi, dan mereda pengembangan
populasinya.
Beberapa kontrol utama yang bisa membantu antara lain:
a) Penggunaan musuh alami seperti empat spesies Eretmocerus (Eretmocerus sp,
Eretmocerus Mundus, Eretmocerus hayati, dan Eretmocerus emiratus)
b) Pemanfaatan tanaman perangkap
c) Pelepasan pengatur pertumbuhan serangga
d) Penerapan insektisida organik

IV.
1.

ANALISIS MASALAH

Metode pemupukan
Metode pemupukan yang dilakukan Pak Edi dan Pak Warji berbeda. Pak Edi
melakukan pemupukan dengan metode lingkaran di bawah kanopi daun terluar,
sedangkan Pak Warji melakukan pemupukan terhadap tanaman mangga miliknya
dengan cara meletakkannya secara melingkar di sekeliling batang pohon. Berdasarkan
7

identifikasi masalah yang telah ditemukan bahwa pada metode pemupukan yang
dilakukan pak Warji dengan cara meletakkan pupuk melingkar disekeliling batang
pohon. Dari beberapa referensi metode ini tidak efektif. Unsur hara dapat diserap oleh
akar melalui bulu akar. Pemupukan yang di pusatkan pada sekitar batang utama
menjadi tidak efektif karena peredaran bulu akar terdapat di akar muda yang menyebar
disekitar dan atau dibawah kanopi, sedangkan pada area pemupukan Pak Wariji
tersebut hanya terdapat akar tunggang yang banyak mengandung kayu. Sehingga
pemanfaatannya kurang dapat dirasakan. Pemupukan di pusatkan pada sekitar batang
utama juga menimbulkan efek buruk karena menimbulkan konsentrasi yang tinggi di
luar lingkungan dibandingkan konsentrasi di tubuh tanaman sehingga menyebabkan
2.

plasmolisis, tertariknya cairan di dalam sel menuju keluar tubuh tanaman.


Berdaun rimbun
Tanaman pak warji yang berdaun rimbun yang disebabkan kurangnya
pemeliharaan yang dilakukan oleh Pak Warji. Pemeliharaan ini berupa pemangkasan
pada tanaman mangga golek. dapat menyebabkan tajuk tanaman kurang mendapat
cahaya matahari sehingga proses fotosintesis kurang menghasilkan karbohidrat,
akibatnya penimpunan karbohidrat pun tidak maksimum sehingga bunga yang
terbentuk sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Berdasarkan permasalahan
tersebut Pak Warji perlu melakukan pemangkasan daun pada pohon mangga miliknya.

3.

Ranting terserang hama kutu putih


Hama kutu putih yang menyerang pohon mangga milik pak warji dapat
menyerap nutrisi yang ada pada pohon mangga tersebut, hama kutu putih juga dapat
mengakibatkan gugurnya daun dan mentransfer berbagai virus penyakit sehingga
mempengaruhi produktivitas tanaman. Dari permasalahan pak Warji dimana tanaman
mangga golek terserang hama kutu putih yang menyerang ranting pohon. Hal ini
disebabkan karena kurangnya sanitasi dan pemeliharaaan terhadap tanaman mangga.
Timbulnya hama kutu putih juga disebabkan karena disekitar lingkungan tanaman
mangga golek yang buruk.

V.

Penyelesaian Masalah

Dari hasil analisis, maka untuk mengusahakan tanaman mangga milik Pak Warji
seperti tanaman mangga milik Pak Edi, perlu diusahakan pemeliharaan dan
pengendalian sebagai berikut:
a. Pemupukan
8

Mengganti metode pemupukan menjadi metode lingkungan di bawah kanopi daun


terluar. Penyerapan air dan unsur hara dapat terjadi pada seluruh sistem perakaran,
tetapi mayoritas aktivitas penyerapan terjadi dalam akar-akar muda (zone bulu akar).
Dalam tumbuhan, ada suatu zone di belakang ujung akar yang sedang tumbuh, dimana
bulu-bulu akar ini mempunyai permukaan yang luas untuk dapat menyerap air dan
hara dari tanah. Pada bulu akar, juga sebagai tempat berlangsungnya penyerapan air
yang maksimum. Bulu akar tersebar pada akar-akar muda atau perpanjangan dari akar
tunggang, dan dapat diketahui peredarannya dengan melihat luasan kanopi tanaman
sehingga akan lebih efektif pemupukannya jika dilakukan di area tersebut.
b. Pemeliharaan
Pemangkasan yang dilakukan ini merupakan pemangkasan untuk pemeliharaaan.
Pemangkasan dilakukan pada tanaman usia produktif. Pemangkasan ini dilakukan
umumnya setelah umur tanaman 4-5 tahun dan direkomendasikan setelah panen dan
awal musim hujan.
Pemeliharaan pada tanaman mangga dilakukan untuk :

a) Mengontrol ukuran tanaman


b) Menjaga bagian tengah tanaman yang terbuka untuk penetrasi cahaya dan
c)
d)
e)
f)

penyemprotan pestisida
Memaksimalkan ujung cabang yang berbuah
Meningkatkan kualitas warna buah
Sinkronisasi dan mendorong pertunasan serta
Menghilangkan cabang yang mati dan berpenyakit. Pemangkasan pemeliharaan
bertujuan untuk kesehatan

tanaman,

mengoptimalkan

pertumbuhan

dan

produktivitas buah maupun kontinuitas buah serta kemudahan dalam pemanenan.

Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk kesehatan tanaman, mengoptimalkan


pertumbuhan dan produktivitas buah maupun kontinuitas buah serta kemudahan
dalam pemanenan.
c. Pengendalian

DAFTAR PUSTAKA
http://perkebunan-1986.blogspot.co.id/2011/10/budidaya-mangga.html
http://budidaya-petani.blogspot.co.id/2013/02/budidaya-tanaman-mangga.html

10

Anda mungkin juga menyukai