Anda di halaman 1dari 18

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehilangan Hasil

Kehilangan hasil adalah penurunan bobot dan penurunan kualitas yang

dihasilkan setelah semua proses kegiatan dilakukan (Firmansyah et al.,2007). Mulai

dari penangan hasil sampai dengan proses yang menghasilkan produk setengah jadi.

Mengetahui tingkat kehilangan hasil yang didapat bertujuan untuk menurunkan

tingkat kerusakan, dan daya simpan untuk suatu komoditas untuk memperoleh nilai

tambah.

Kehilangan hasil juga sering dikatakan penyusutan kuantitas atau penurunan

kualitas hasil tanaman disebabkan oleh penyakit tanaman, jika dilihat dari prosesnya,

kehilangan hasil adalah akibat interaksi yang kompleks antara perkembangan

penyakit dengan pertumbuhan serta perkembangan tanaman.Parameter yang harus

dicermati dalam menilai kehilangan hasil tanaman, yakni penyakit tanaman itu

sendiri, seperti keberadaan penyakit, biasanya didahului oleh luka pada tanaman, dan

luka sudah jelas mengakibatkan kerusakan pada jaringan tanaman, dan pada

gilirannya luka inilah yang menjadi penyebab kehilangan hasil pada tanaman

(Setyono et al.,2008).
10

2.2 Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari

Afrika yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh

masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya,

yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012).

2.3 Jenis-Jenis Kopi

a. Arabika

Merupakan jenis kopi yang paling besar produksi dan pangsa pasarnya di

seluruh dunia, yaitu berkisar 70%. Pasalnya, arabika dianggap sebagai jenis

kopidengan cita rasa kopi terbaik diantarajenis kopi lainnya. Secara umum, kopi

arabika mengandung kafein lebih rendah dibandingkan jenis kopi lainnya,

sehingga relatif aman bagi penderita asam lambung.Secara umum, arabika

mengandung kafein yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis kopi lainya

sehingga aman bagi penderita asam lambung. (Hamdan dan sontani. 2018).

b. Robusta

Produksi robusta sekitar 30% dari total produksi di dunia. Cita rasanya

yang dianggap lebih rendah dibandingkan dengan kopi arabika memebuat jenis

kopi ini jarang ditemui di kedai-kedai kopi dibandingkan dengan keberadaan

arabika.Dengan begitu biji kopi robusta seringkali di campurkan dengan biji kopi

arabika untuk mendapatkan cita rasa kopi yang lebih beragam. Jenis kopi robusta
11

dalam negeri ini memiliki cita rasa unggul, di antaranya robusta lampung, Toraja

dan flores (Hamdan dan sontani. 2018).

c. Liberika

Meskipun jenis kopi ini memiliki ukuran buah paling besar, tetapi

penyusutannya selama pengolahan sangat tinggi. Akibatnya, bobot buah

keringnya sangat sedikit hanya 10% dari bobot basah, hal tersebut memebuat

petani enggan membudidayakan kopi liberika. Padahal, liberika memiliki

karakter seperti arabika, yaitu tidak terlalu pahit. Namun, mutu kopi ini secara

umum berada di bawah arabika dan robusta.Jenis kopi liberika yang unggul

dalam negeri , diantaranya adalah liberoid meranti 1(LIM 1) dan liberoid meranti

2 (LIM 2) yang merupakan hasil seleksi pada populasi kopi liberoid di desa

kedaburapat kecamatan rangsang pesisir, kabupaten kepulauan meranti, Riau.

(Hamdan dan sontani. 2018).

d. Excelsa (Coffea Liberica Var. Dewevrei)

Jenis kopi yang juga ditemukan di Afrika Barat ini sangat cocok

dibudidayakan di dataran rendah, karena tahan terhadap serangan hama penyakit

tanaman kopi. Bahkan, kopi ini mampu hidup di lahan gambut. Tinggi pohon

kopi excelsa dapat mencapai 20 meter, bentuk daunnya besar dan lebar dengan

warna hijau ke abu-abuan.kulit buahnya lembut sehingga bisa dikupas dengan

menggunakan tangan. Produktivitas tanaman ini dapat mencapai 800-1.200

kh/Ha pada setiap tahunhya. Kopi excelsa mempunyai cita rasa dan aroma kopi

yang kuat serta dominan pahit, namun di bandingkan dengan arabika dan robusta

presentase jumlah tanaman ini sangat sedikit. . (Hamdan dan sontani. 2018).
12

2.4 Klasifikasi Kopi Arabika

Tanaman kopi Arabika di klasifikasikan kedalam Kelas Equisetopsida,

Magnoliidae, Famili Rubiaceae, dengan 44 kromosom (2n=2x) polyploid atau 22

kromosom (2n=2x) diploids (Casasbuenas, 2017), Genus Coffea, dan Spesies Coffea

Arabica (Clifford dan Willson, 1985). Tanaman kopi Arabika memiliki akar tunggang

yang mengarah lurus kebawah, pendek, dan kuat dengan ukuran 45-50 cm. Setiap

akar tunggang yang tumbuh, memiliki akar samping yang berjumlah 4-8 batang

dengan panjang 1-2m dan akar cabang samping dengan panjang 0.5-0.1m yang

memiliki kedalaman ± 30 cm dan bercabang merata (PTPN XII 2013). Batang pokok

adalah batang utama yang tumbuh dari biji saat perkecambahan. Batang pokok pada

tanaman muda memiliki ruas-ruas yang tampak jelas dan tumbuh sepasang daun yang

berhadapan. Batang pokok menghasilkan cabang orthotrop (tegak lurus atau vertikal

dan dapat menggantikan kedudukan batang saat batang patah atau dipotong) dan

cabang plagiotrop (tumbuh kesamping atau horizontal) (PTPN XII 2013). Daun kopi

Arabika tumbuh berhadapan pada setiap ruas, berbentuk bulat sampai lonjong (oval),

dengan panjang 6-12 cm dan lebar 4-8 cm, serta daun berwarna hijau tua dan

mengkilap (glossy) (Casasbuenas, 2014).

Kopi Arabika memiliki daun yang lebih kecil, tipis, dan warna daun yang

lebih gelap dibandingkan dengan kopi Robusta. Daun bergaris kesamping,

bergelombang, kekar, dan meruncing di bagian ujung. Daun tumbuh dan tersusun

secara berdampingan di ketiak batang, cabang, dan ranting. Sepasang daun terletak di

bidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar (Panggabean, 2011).
13

Bunga berbentuk kuntum yang berjumlah 16-36 pada setiap buku, tersusun

dari 8-18 kuntum bunga setiap ketiak daun, 2-3 kelompok bunga setiap ketiak daun,

dan 34-6 kuntum bunga setiap kelompok bunga. Ukuran bunga kecil, dengan

mahkota yang berwarna putih dan kelopak yang berwarna hijau, serta beraroma

harum. Pangkal kelopak menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji.

Benang sari terdiri dari 5-7 tangkai berukuran pendek. Bunga kopi Arabika akan

mekar pada awal musim kemarau. Bunga berkembang menjadi buah dan siap dipetik

pada akhir musim kemarau (Najiyati et al.,2007).

Buah kopi mentah akan berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi

hijau tua, kemudian menjadi kuning. Buah kopi matang (ripe) akan berwarna merah

atau merah tua. Diameter buah kopi Arabika berukuran sekitar 10-15mm. Buah kopi

terdiri dari beberapa lapisan, yakni kulit buah (eksokarp), daging buah (mesokarp),

mucilage, kulit tanduk (endokarp), kulit ari (spermoderm) dan biji (endosperm)

(Casasbuenas, 2017).

2.5 Syarat Tumbuh Kopi Arabika

Kopi Arabika tidak menghendaki suhu panas berlebihan dan apabila suhu

lebih tinggi > 25°C tanaman menjadi kurang sehat. Menurut Permentan (2014) kopi

Arabika akan tumbuh baik pada suhu 15-25°C dan daerah tidak terjadi fros. Kopi

Arabika tumbuh di dataran tinggi dengan tingkat ketinggian 1,000-2,000 mdpl.


14

2.6 Panen dan PascaPanen Kopi Arabika

Proses panen dan pascapanen (pengolahan) sangat berperan penting dalam

menentukan mutu biji kopi Arabika (Rubiyo, 2005). Manajemen sangat diperlukan

untuk memisahkan biji bermutu baik yang tercampur dengan biji muda atau cemaran

saat panen. Kopi Arabika yang bermutu baik berasal dari buah kopi petik merah,

bernas, dan sehat. Buah merah bertekstur lunak, berlendir, mengandung gula yang

relative tinggi sehingga manis. Panen buah merah memberikan beberapa keuntungan

disbandingkan panen buah hijau (muda) antara lain mudah diproses, rendemen hasil

tinggi, waktu pengeringan cepat, mutu fisik, dan cita rasa baik. Buah merah memiliki

kulit yang mudah terkelupas ketika digiling, memiliki perbandingan berat biji kopi

beras per berat buah segar tinggi, telah sampai pada kematangan fisiologi optimum

dan berkualitas. Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah, penundaan waktu

pengolahan aka nmenyebabkan penurunan mutu secara nyata (Ditjenbun, 2014).

Buah yang terlalu matang mengandung gula dan pectin rendah akibat terurai saat

proses respirasi, sehingga kandungan lendir juga rendah (Ditjenbun, 2014).

Rendemen kopi Arabika bermacam-macam, 14.9% pada varietas Andung sari-

1,15.2% Kartika-1, 14% Kartika-2, 18% abesinia-3, 14.9% S-795, dan 18.9% USDA

762 (Bursatriannyo, 2015).

Pengolahan buah kopi Arabika dibagi menjadi dua cara, yaitu pengolahan cara

kering dan pengolahan cara basah. Perbedaan ke dua cara pengolahan tersebut

terletak pada penggunaan air yang diperlukan untuk pengelupasan kulit buah atau

pencucian. Pengolahan cara kering akan bernilai baik jika dilakukan dengan
15

pengeringan lambat pada suhu rendah, yaitu suhu 40-50°C (Sulistyawati et al.,1996;

Mukti Nur, 1998).

Biji kopi berkulit tanduk dikeringkan secara mekanis (vis drying) pada suhu

50-55ºC, sehingga kadar air yang semula 55% turun menjadi 12% selama 40jam.

Bahan bakar pengering adalah kayu yang diperoleh dari hasil pangkasan pohonpelin

dungtanaman. Kipas udara pengering di gerakkan oleh motor listrik atau motor di sel

dengan bahan bakar bio-disel (Puslitkoka, 2018).

Penyimpanan kopi juga menjadi tahap yang berperan dalam menjaga kualitas

kopi Arabika. Ruang penyimpanan yang baik adalah antara lantai dan dinding tidak

kedap air untuk menjaga kelembapan. Jarak atap dari lantai harus jauh dan terbuat

dari bahan yang tidak menghantarkan panas. Tumpukan karung kopi berjarak tidak

kurang 1 meter dan disimpan tanpa penerangan lampu untuk mencegah

perkembangan mikroorganisme (Hulupi, 2013). Menurut Hakim (2017) umur simpan

kopi priangan yang menjaga kualitas adalah 232 dan 45 hari pada suhu 10ºC, 113 dan

26 hari pada suhu 15ºC, 57 dan 16 hari pada suhu 20ºC, dan 29 hari serta 10 hari pada

suhu 25ºC pada kelembapan relative 80% dengan metode ASLT (Accelerated Shelf-

Life Testing).

2.7 Kualitas dan Citarasa Kopi Arabika

Kualitas dan cita rasa adalah komponen yang sangat penting untuk menjaga

minat penikmat kopi Arabika. Kualitas kopi tersusun dari penampilan fisik dan

kandungan senyawa pada biji kopi. Penampilan fisik berupa bentuk, ukuran, warna,

dan keseragaman, sedangkan mutu cita rasa meliputi kandungan senyawa penyusun
16

cita rasa, seperti aroma, flavor, body,dan bitterness. Kriteria pengujian cita rasa (cup

test) yang lain bisa menjadi indicator sebagai tolak ukur nilai kualitas adalah berbau

tanah (earthy), berbau jamur (mouldy), berbau busuk (fermented), dan berbau lumut

(musty) (Madi, 2010). Kandungan kafein terbukti tidak nyata berkorelasi positif

dengan komponen flavor (Nugroho et al.,2012) tetapi berpengaruh nyata terhadap

mutu kopi secara keseluruhan. Indikator lain adalah nilai keasaman yang tinggi pada

biji kopi Arabika akan berpengaruh juga pada kualitas aroma yang lebih baik, karena

adanya senyawa asam yang bersifat volatile seperti asam format, asam asetat, asam

propanoat, dan asam hexanoat. Senyawa volatil yang berpengaruh pada aroma kopi

sangria dibentuk dari reaksi Maillard atau reaksi browning non enzimatik, degradasi

asam amino bebas, degradasi trigonellin, degradasi gula, dan degradasi asam phenolik

(Almada, 2009).

Kondisi fisik wilayah akan berpengaruh pada komponen seperti tingkat

keasaman (acidity), rasa kopi (flavor), dan rasa yang tertinggal setelah kopi diminum

(after taste/finish). Faktor budidaya berpengaruh pada komponen dry fragrance,

aroma sebelum dan sesudah kopi (wet aroma), tingkat kekentalan kopi (body), rasa

manis (sweetness), rasa positif (clean cup), kombinasi rasa pada kopi

(complexity/balance), dan konsistensi kopi pada beberapa cangkir (uniformity)

(Asfirmanto et al.,2013).

2.8 Proses Natural

Proses natural ini juga dikenal dengan dry process. Proses ini termasuk

teknik paling tua yang ada dalam sejarah proses pengolahan kopi. Setelah dipanen,
17

ceri kopi akan ditebarkan di atas permukaan alas-alas plastik dan dijemur di bawah

sinar matahari. Beberapa produsen kopi kadang menjemurnya di teras bata atau di

meja-meja pengering khusus yang memiliki airflow (pengalir udara) di bagian

bawah. Ketika dijemur di bawah matahari, biji-biji kopi ini harus dibolak-balik secara

berkala agar biji kopi mengering secara merata, dan untuk menghindari

jamur/pembusukan.

Pada proses natural, buah kopi yang dikeringkan masih dalam berbentuk

buah/ceri, lengkap dengan semua lapisan-lapisannya. Prosesnya yang natural dan

alami ini akan membuat ceri terfermentasi secara natural pula karena kulit luar ceri

akan terkelupas dengan sendirinya.

Profil rasa umumnya: Proses natural ini dianggap mampu

memberi notes ala buah-buahan pada kopi, dengan hints umum seperti blueberry,

strawberry atau buah-buahan tropis. Kopi pun cenderung memiliki keasaman

(acidity) rendah, rasa-rasa yang eksotis dan body yang lebih banyak.

2.9 Proses FullWash

Ciptadi dan Nasution menyatakan bahwa untuk pengolahan basah, buah kopi

yang sudah dipetik selanjutnya dimasukan ke dalam pulper untuk melepaskan kulit

buahnya. Dari mesin pulper buah yang sudah terlepas kulitnya kemudian dibiarkan ke

bak dan direndam selama beberapa hari untuk fermentasi. Setelah direndam buah

kopi lalu di cuci bersih dan akhinya dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan

dijemur di panas matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Kemudian


18

dimasukan kemesin huller atau ditumbuk untuk menghilangkan kulit tanduknya dan

akhirnya dilakukan sortasi.

Perbedaan mengenai cara pengolahan kopi yang dilakukan oleh petani

(tradisional) dan yang dilakukan oleh perkebunan (modern) menyebabkan terjadinya

perbedaan mutu kopi yang dihasilkan. Biasanya pengolahan secara basah hanya

digunakan untuk mengolah kopi yang baik atau bewarna merah. (Rahardjo, 2012).

Proses ini disukai petani kopi karena kemungkinan gagalnya sangat kecil.

Kopi yang diolah secara basah (washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang

clean atau karakter rasa yang lebih jernih.

Tahapan dalam proses pasca panen kopi diantaranya :

a. Pengupasan Kulit Buah (Pulping)

Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin

pengupas kulit buah (pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat

dari tembaga/logam dan atau kayu. Air dialirkan ke dalam silinder bersamaan

dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas dasar

ukuran sebelum dikupas.

b. Fermentasi

Fermentasi umumnya dilakukan untuk penanganan kopi arabika,

bertujuan untuk menguraikan lapisan lendir yang ada di permukaan kulit tanduk

biji kopi. Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan mendorong

terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi arabika. sedangkan pada

kopi robusta fermentasi dilakukan hanya untuk menguraikan lapisan lendir yang

ada di permukaan kulit tanduk . Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah
19

dengan merendam biji kopi dalam bak air, atau fermentasi secara kering dengan

menyimpan biji kopi basah di dalam karung goni atau kotak kayu atau wadah

plastik yang bersih dengan lubang di bagian bawah dan ditutup dengan karung

goni. Waktu fermentasi berkisar antara 12 sampai 36 jam tergantung permintaan

konsumen. Agar proses fermentasi berlangsung merata, pembalikan dilakukan

minimal satu kali dalam sehari.

c. Pencucian (Washing)

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir hasil fermentasi

yang menempel di permukaan kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil, pencucian

dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar

perlu dibantu mesin pencuci biji kopi.

d. Pengeringan (Drying)

Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air biji kopi HS dari

sekitar 60 % menjadi maksimum 12,5 % agar biji kopi HS relatif aman dikemas

dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis. Cara

pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

 Penjemuran Penjemuran merupakan cara yang paling mudah dan murah

untuk pengeringan biji kopi. Penjemuran dapat dilakukan di atas para-para

atau lantai jemur. Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5 – 7 dengan

sudut pertemuan di bagian tengah lantai. Ketebalan hamparan biji kopi HS

dalam penjemuran sebaiknya 6 – 10 cm. Pembalikan dilakukan setiap jam

pada waktu kopi masih basah. Pada dataran tinggi, penjemuran selama 2-3

hari kadar air biji baru mencapai 25 - 27 %, untuk itu dianjurkan agar
20

dilakukan pengeringan lanjutan secara mekanis untuk mencapai kadar air

12,5 %.

 Pengeringan Mekanis. Pengeringan mekanis dapat dilakukan jika cuaca tidak

memungkinkan untuk melakukan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini

sebaiknya dilakukan secara berkelompok karena membutuhkan peralatan

dan investasi yang cukup besar dan operator yang terlatih. Dengan

mengoperasikan pengering mekanis secara terus menerus siang dan malam

pada suhu 45 – 500 C, dibutuhkan waktu 48 jam untuk mencapai kadar air

12,5 %. Penggunaan suhu tinggi di atas 600C untuk pengeringan kopi

arabika harus dihindari karena dapat merusak citarasa. Sedangkan untuk

kopi robusta, biasanya diawali dengan suhu lebih tinggi, yaitu 90 – 1000C

dengan waktu 20 – 24 jam untuk mencapai kadarair maksimum 12,5 %.

e. Pengupasan kulit kopi (Hulling)

Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk

untuk menghasilkan biji kopi beras dengan menggunakan mesin pengupas. Biji

kopi yang baru selesai dikeringkan harus terlebih dahulu didinginkan sampai

suhu ruangan sebelum dilakukan pengupasan.

Secara umum, kopi yang dihasilkan dari proses full wash memiliki karakter

yang lebih bersih, body cenderung ringan, light, tingkat keasaman lebih banyak, dan

memiliki sedikit cita rasa buah.

Tahapan proses pengolahan buah kopi dengan cara full wash :

1. Pisahkan buah kopi sesuai tingkat kematangannya, baik untuk kopi berkualitas

premium (specialty) ataupun kopi berkualitas reguler.


21

2. Cuci buah kopi dengan cara memasukkannya ke dalam wadah berupa ember

plastik besar atau kolam berisi air bersih. Cuci buah kopi hingga bersih dari

berbagai macam kotoran, seperti dedaunan atau ranting yang terbawa.

3. Ketika buah kopi dimasukkan ke dalam air, ada buah kopi yang tenggelam dan

ada yang mengapung. Buah kopi yang baik adalah buah kopi yang tenggelam dan

akan dapat diproses lebih lanjut. Sementara itu, buah kopi yang mengapung

adalah buah kopi yang tidak sempurna pertumbuhannya atau asa bagian yang

kosong.

4. Pisahkan buah kopi yang mengapung dengan buah kopi yang tenggelam. Jika

pemisahan tersebut terjadi ketika proses pencucian buah kopi yang sudah di

seleksi dan diarahkan untuk kopi premium, maka pisahkan buah kopi lain yang

diarahkan untuk diproses bersama buah kopi lain yang diarahkan sebagai kopi

reguler. Sementara itu, jika buah kopi yang mengapung muncul pada proses

pencucian buah kopi yang dimaksudkan untuk menghasilkan kopi reguler, buah

kopi yang mengapung tersebut tetap diikutkan dalam prosesnya.

5. Selanjutnya, tiriskan buah kopi.

6. Masukkan buah kopi ke dalam mesin pulper untuk mengupas kulit buah atau

memisahkan antara kulit buah paling luar dengan biji kopi. Namun, buah kopi

bagian dalam (cangkang) masih menempel pada biji kopi.

a. Tampak depan : kulit buah kopi paling luar.

b. Tampak belakang : biji kopi dengan kulit buah bagian dalam.

7. Rendam biji yang sudah terpisah dari kulit buahnya dalam air bersih selama 36

jam untuk menghilangkan lendir yang menempel pada biji kopi yang bisa
22

menimbulkan cacat cita rasa. Selama proses perendaman, setiap 10 jam lakukan

pembilasan dan ganti air perendaman dengan air bersih yang baru.

8. Setelah 36 jam, dihasilkan biji kopi berupa gabah basah. Tiriskan gabah basah,

lalu jemur selama 3-6 jam pada kondisi matahari yang terik.

9. Setelah kulit gabah basah pecah (kadar air masih diatas 25%), maka masukkan ke

dalam mesin hulleruntuk memisahkan kulit gabah dengan biji kopi.

a. Biji kopi dengan kulit buah bagian dalam

b. Biji kopi yang sudah terpisah dengan kulitnya.

10. Bersihkan biji kopi dari kulit gabahnya.

11. Jemur kembali biji kopi yang sudah terpisah dari kulit gabah selama 5-6 hari

pada kondisi matahari terik hingga kadar airnya tersisa 12-14 %. Selama proses

penjemuran, balik biji kopi secara berkala agar biji kopi matang merata.

12. Untuk menghasilkan biji kopi (green bean)specialty, lakukan sortasi terhadap biji

kopi setelah dilakukan penjemuran. Pilih biji kopi yang sempurna bentiknya dan

seragam ukurannya. Sementara itu, biji kopi yang bentuknya tidak sempurna,

terkikis oleh mesin, atau terdapat bekas serangan hama, bisa diolah menjadi

green bean reguler.

2.1 Standar Mutu Kopi

Standar mutu diperlukan sebagai tolak ukur dalam pengawasan mutu dan

merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi klaim dari konsumen dan dalam

memberikan umpan balik ke bagian pabrik dan bagian kebun. Standar Nasional
23

Indonesia Biji kopi yang telah dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional adalah

SNI No 01-2907-2008. Persyaratan umum mutu biji kopi dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.1
Syarat Mutu Umum

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

.
1. Kadar air (b/b) % Maks 12,5

2. Kadar kotoran berupa ranting,batu, % Maks 0,5

tanah, dan benda-benda asing lainnya


3. Serangga hidup - -

4. Biji berbau busuk dan berbau kapang - -

Sumber : (Direktorat Pasca Panen Dan Pembinaan Usaha, 2012)

Tabel 2.2
Syarat Mutu Khusus Kopi Arabika

Ukuran Kriteria Satuan Persyaratan


Besar Tidak lolos ayakan berdiameter % Maks lolos 5

6,5 mm (Sieve No. 16) Fraksi massa


Sedang Lolos ayakan diameter 6,5 mm, % Maks lolos 5

tiak lolos ayakan berdiameter 6 Fraksi massa

mm (Sieve No. 15)


Kecil Lolos ayakan diameter 6 mm, % Maks lolos 5

tidak lolos ayakan berdiameter 5 Fraksi massa

mm (Sieve No. 13)


Sumber : (Direktorat Pasca Panen Dan Pembinaan Usaha, 2012)

Tabel 2.3
Syarat Penggolongan Mutu Kopi
24

Mutu Syarat Mutu


Mutu 1 Jumlah nilai cacat maksimum 11
Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25

Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44

Mutu 4-a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60

Mutu 4-b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80

Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150

Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

Sumber : (Direktorat Pasca Panen Dan Pembinaan Usaha, 2012)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian yang telah dilakukan

mengenai analisis penyusutan. Penelitian terdahulu ini sebagai rujukan penelitian

yang penulis lakukan, beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut :

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

No
Peneliti Judul Metode Analisis Hasil
.
1 Fransisca Lia Sistem a. Analisis Sistem produksi yang dilakukan
Tomy Perdana Produksi deskriptif oleh PT Sinar Mayang Lestari
(2017) Agroindustri adalah sistem produksi make to
Kopi Arabika stock. Pada sistem produksi ini,
(Studi Kasus perusahaan memproduksi
PT. Mayang produknya tidak berdasarkan
Lestari, pesanan, melainkan dengan
Pangalengan melakukan peramalan terhadap
Kabupaten penjualan produk.
Bandung)
2 Oriza Sativa, Karakteristik a. Analisis Tahap panen kopi buah segar di
25

Yuwana dan Fisik Buah deskriptif desa Sindang Jati yang dimulai dari
Bonodikun(2014) Kopi, Kopi kualitatif cara panen, sortasi berdasarkan
Beras Dan b. Chi Square warna berat dan proporsi..
Hasil Olahan Test
Kopi Rakyat c. ANOVA
Di Desa dengan uji
Sindang Jati lanjutan
Kabupaten LDS (Least
Rejang Lebong Significant
Difference)
.
3 Nur Halimah Analisis a. Kualitatif Sistem pengadaan sarana produksi
Amir Usahatani Di b. Kuantitatif petani kopi di tempat penelitian
Elly Kelompok terdiri atas beberapa bagian,
Rasmikayanti Tani Hutan diantanya adalah produksi sendiri,
Bobby Rachmat Giri Senang membeli dari toko pertanian, serta
Saefudin Desa Giri adanya beberapa bantuan dari pihak
(2017) Mekar Pemerintah yang disalurkan melalui
Kabupaten kelompok tani.
Bnadung
4 Lya Aklimawati, Karakteristik a. Analisis Untuk mengetahui karakteristik
Yusianto dan Mutu Dan secara agribisnis, mutu, serta masalah pada
Surip Mawardi Agribisnis kualitatif agribisnis kopi Robusta rakyat,
(2014) Kopi Robusta b. Tabulasi maka pengembangan analisis yang
di Lereng silang dilakukan adalah analisis dalam dan
Gunung c. Analisis isi analisis luar. Analisis dalam
Tambora, ditujukan untuk mengidentifikasi
Sumbawa. dan menjelaskan secara deskriptif
mengenai keragaan usahatani kopi,
rantai pasok, kelembagaan petani,
aksesibilitas terhadap faktor
produksi dan permasalahan yang
dihadapi petani.
5 Reska risdaniar Analisis a. Analisis dengan adanya tahapan pengolahan
(2019) kehilangan deskriptif fullwashmempunyai pengaruh yang
pascapanen kualitatif sangat kuat terhap besarnya
kopi arabika pendapatan yang akan diterima
menggunakan dalam bentuk rupiah. Dari harga
proses full awal Cherry sebesar Rp. 8000/kg
26

wasd terhadap ketika sudah melawati tahapan dan


green bean menjadi Green Bean mempunya
hargayang cukup tinggi yaitu
Rp.100.000/ kg.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu tersebut, maka kesimpulan yang

membedakan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah (1) Lokasi

penelitian, (2) Populasi yang diambil berdasarkan anggota kelompok tani kopi, (3)

menghitung nilai pendapatan petani, (4) Pengaruh kehilangan hasil terhadap

pendapatan petani yang dibantu dengan menggunakan program SPSS.

Anda mungkin juga menyukai