BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dari penangan hasil sampai dengan proses yang menghasilkan produk setengah jadi.
tingkat kerusakan, dan daya simpan untuk suatu komoditas untuk memperoleh nilai
tambah.
kualitas hasil tanaman disebabkan oleh penyakit tanaman, jika dilihat dari prosesnya,
dicermati dalam menilai kehilangan hasil tanaman, yakni penyakit tanaman itu
sendiri, seperti keberadaan penyakit, biasanya didahului oleh luka pada tanaman, dan
luka sudah jelas mengakibatkan kerusakan pada jaringan tanaman, dan pada
gilirannya luka inilah yang menjadi penyebab kehilangan hasil pada tanaman
(Setyono et al.,2008).
10
2.2 Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal dari
Afrika yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh
a. Arabika
Merupakan jenis kopi yang paling besar produksi dan pangsa pasarnya di
seluruh dunia, yaitu berkisar 70%. Pasalnya, arabika dianggap sebagai jenis
kopidengan cita rasa kopi terbaik diantarajenis kopi lainnya. Secara umum, kopi
mengandung kafein yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis kopi lainya
sehingga aman bagi penderita asam lambung. (Hamdan dan sontani. 2018).
b. Robusta
Produksi robusta sekitar 30% dari total produksi di dunia. Cita rasanya
yang dianggap lebih rendah dibandingkan dengan kopi arabika memebuat jenis
arabika.Dengan begitu biji kopi robusta seringkali di campurkan dengan biji kopi
arabika untuk mendapatkan cita rasa kopi yang lebih beragam. Jenis kopi robusta
11
dalam negeri ini memiliki cita rasa unggul, di antaranya robusta lampung, Toraja
c. Liberika
Meskipun jenis kopi ini memiliki ukuran buah paling besar, tetapi
keringnya sangat sedikit hanya 10% dari bobot basah, hal tersebut memebuat
karakter seperti arabika, yaitu tidak terlalu pahit. Namun, mutu kopi ini secara
umum berada di bawah arabika dan robusta.Jenis kopi liberika yang unggul
dalam negeri , diantaranya adalah liberoid meranti 1(LIM 1) dan liberoid meranti
2 (LIM 2) yang merupakan hasil seleksi pada populasi kopi liberoid di desa
Jenis kopi yang juga ditemukan di Afrika Barat ini sangat cocok
tanaman kopi. Bahkan, kopi ini mampu hidup di lahan gambut. Tinggi pohon
kopi excelsa dapat mencapai 20 meter, bentuk daunnya besar dan lebar dengan
kh/Ha pada setiap tahunhya. Kopi excelsa mempunyai cita rasa dan aroma kopi
yang kuat serta dominan pahit, namun di bandingkan dengan arabika dan robusta
presentase jumlah tanaman ini sangat sedikit. . (Hamdan dan sontani. 2018).
12
kromosom (2n=2x) diploids (Casasbuenas, 2017), Genus Coffea, dan Spesies Coffea
Arabica (Clifford dan Willson, 1985). Tanaman kopi Arabika memiliki akar tunggang
yang mengarah lurus kebawah, pendek, dan kuat dengan ukuran 45-50 cm. Setiap
akar tunggang yang tumbuh, memiliki akar samping yang berjumlah 4-8 batang
dengan panjang 1-2m dan akar cabang samping dengan panjang 0.5-0.1m yang
memiliki kedalaman ± 30 cm dan bercabang merata (PTPN XII 2013). Batang pokok
adalah batang utama yang tumbuh dari biji saat perkecambahan. Batang pokok pada
tanaman muda memiliki ruas-ruas yang tampak jelas dan tumbuh sepasang daun yang
berhadapan. Batang pokok menghasilkan cabang orthotrop (tegak lurus atau vertikal
dan dapat menggantikan kedudukan batang saat batang patah atau dipotong) dan
cabang plagiotrop (tumbuh kesamping atau horizontal) (PTPN XII 2013). Daun kopi
Arabika tumbuh berhadapan pada setiap ruas, berbentuk bulat sampai lonjong (oval),
dengan panjang 6-12 cm dan lebar 4-8 cm, serta daun berwarna hijau tua dan
Kopi Arabika memiliki daun yang lebih kecil, tipis, dan warna daun yang
bergelombang, kekar, dan meruncing di bagian ujung. Daun tumbuh dan tersusun
secara berdampingan di ketiak batang, cabang, dan ranting. Sepasang daun terletak di
bidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar (Panggabean, 2011).
13
Bunga berbentuk kuntum yang berjumlah 16-36 pada setiap buku, tersusun
dari 8-18 kuntum bunga setiap ketiak daun, 2-3 kelompok bunga setiap ketiak daun,
dan 34-6 kuntum bunga setiap kelompok bunga. Ukuran bunga kecil, dengan
mahkota yang berwarna putih dan kelopak yang berwarna hijau, serta beraroma
harum. Pangkal kelopak menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji.
Benang sari terdiri dari 5-7 tangkai berukuran pendek. Bunga kopi Arabika akan
mekar pada awal musim kemarau. Bunga berkembang menjadi buah dan siap dipetik
Buah kopi mentah akan berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi
hijau tua, kemudian menjadi kuning. Buah kopi matang (ripe) akan berwarna merah
atau merah tua. Diameter buah kopi Arabika berukuran sekitar 10-15mm. Buah kopi
terdiri dari beberapa lapisan, yakni kulit buah (eksokarp), daging buah (mesokarp),
mucilage, kulit tanduk (endokarp), kulit ari (spermoderm) dan biji (endosperm)
(Casasbuenas, 2017).
Kopi Arabika tidak menghendaki suhu panas berlebihan dan apabila suhu
lebih tinggi > 25°C tanaman menjadi kurang sehat. Menurut Permentan (2014) kopi
Arabika akan tumbuh baik pada suhu 15-25°C dan daerah tidak terjadi fros. Kopi
menentukan mutu biji kopi Arabika (Rubiyo, 2005). Manajemen sangat diperlukan
untuk memisahkan biji bermutu baik yang tercampur dengan biji muda atau cemaran
saat panen. Kopi Arabika yang bermutu baik berasal dari buah kopi petik merah,
bernas, dan sehat. Buah merah bertekstur lunak, berlendir, mengandung gula yang
relative tinggi sehingga manis. Panen buah merah memberikan beberapa keuntungan
disbandingkan panen buah hijau (muda) antara lain mudah diproses, rendemen hasil
tinggi, waktu pengeringan cepat, mutu fisik, dan cita rasa baik. Buah merah memiliki
kulit yang mudah terkelupas ketika digiling, memiliki perbandingan berat biji kopi
beras per berat buah segar tinggi, telah sampai pada kematangan fisiologi optimum
dan berkualitas. Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah, penundaan waktu
Buah yang terlalu matang mengandung gula dan pectin rendah akibat terurai saat
1,15.2% Kartika-1, 14% Kartika-2, 18% abesinia-3, 14.9% S-795, dan 18.9% USDA
Pengolahan buah kopi Arabika dibagi menjadi dua cara, yaitu pengolahan cara
kering dan pengolahan cara basah. Perbedaan ke dua cara pengolahan tersebut
terletak pada penggunaan air yang diperlukan untuk pengelupasan kulit buah atau
pencucian. Pengolahan cara kering akan bernilai baik jika dilakukan dengan
15
pengeringan lambat pada suhu rendah, yaitu suhu 40-50°C (Sulistyawati et al.,1996;
Biji kopi berkulit tanduk dikeringkan secara mekanis (vis drying) pada suhu
50-55ºC, sehingga kadar air yang semula 55% turun menjadi 12% selama 40jam.
Bahan bakar pengering adalah kayu yang diperoleh dari hasil pangkasan pohonpelin
dungtanaman. Kipas udara pengering di gerakkan oleh motor listrik atau motor di sel
Penyimpanan kopi juga menjadi tahap yang berperan dalam menjaga kualitas
kopi Arabika. Ruang penyimpanan yang baik adalah antara lantai dan dinding tidak
kedap air untuk menjaga kelembapan. Jarak atap dari lantai harus jauh dan terbuat
dari bahan yang tidak menghantarkan panas. Tumpukan karung kopi berjarak tidak
kopi priangan yang menjaga kualitas adalah 232 dan 45 hari pada suhu 10ºC, 113 dan
26 hari pada suhu 15ºC, 57 dan 16 hari pada suhu 20ºC, dan 29 hari serta 10 hari pada
suhu 25ºC pada kelembapan relative 80% dengan metode ASLT (Accelerated Shelf-
Life Testing).
Kualitas dan cita rasa adalah komponen yang sangat penting untuk menjaga
minat penikmat kopi Arabika. Kualitas kopi tersusun dari penampilan fisik dan
kandungan senyawa pada biji kopi. Penampilan fisik berupa bentuk, ukuran, warna,
dan keseragaman, sedangkan mutu cita rasa meliputi kandungan senyawa penyusun
16
cita rasa, seperti aroma, flavor, body,dan bitterness. Kriteria pengujian cita rasa (cup
test) yang lain bisa menjadi indicator sebagai tolak ukur nilai kualitas adalah berbau
tanah (earthy), berbau jamur (mouldy), berbau busuk (fermented), dan berbau lumut
(musty) (Madi, 2010). Kandungan kafein terbukti tidak nyata berkorelasi positif
mutu kopi secara keseluruhan. Indikator lain adalah nilai keasaman yang tinggi pada
biji kopi Arabika akan berpengaruh juga pada kualitas aroma yang lebih baik, karena
adanya senyawa asam yang bersifat volatile seperti asam format, asam asetat, asam
propanoat, dan asam hexanoat. Senyawa volatil yang berpengaruh pada aroma kopi
sangria dibentuk dari reaksi Maillard atau reaksi browning non enzimatik, degradasi
asam amino bebas, degradasi trigonellin, degradasi gula, dan degradasi asam phenolik
(Almada, 2009).
keasaman (acidity), rasa kopi (flavor), dan rasa yang tertinggal setelah kopi diminum
aroma sebelum dan sesudah kopi (wet aroma), tingkat kekentalan kopi (body), rasa
manis (sweetness), rasa positif (clean cup), kombinasi rasa pada kopi
(Asfirmanto et al.,2013).
teknik paling tua yang ada dalam sejarah proses pengolahan kopi. Setelah dipanen,
17
ceri kopi akan ditebarkan di atas permukaan alas-alas plastik dan dijemur di bawah
sinar matahari. Beberapa produsen kopi kadang menjemurnya di teras bata atau di
bawah. Ketika dijemur di bawah matahari, biji-biji kopi ini harus dibolak-balik secara
berkala agar biji kopi mengering secara merata, dan untuk menghindari
jamur/pembusukan.
Pada proses natural, buah kopi yang dikeringkan masih dalam berbentuk
alami ini akan membuat ceri terfermentasi secara natural pula karena kulit luar ceri
Ciptadi dan Nasution menyatakan bahwa untuk pengolahan basah, buah kopi
yang sudah dipetik selanjutnya dimasukan ke dalam pulper untuk melepaskan kulit
buahnya. Dari mesin pulper buah yang sudah terlepas kulitnya kemudian dibiarkan ke
bak dan direndam selama beberapa hari untuk fermentasi. Setelah direndam buah
kopi lalu di cuci bersih dan akhinya dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan
dimasukan kemesin huller atau ditumbuk untuk menghilangkan kulit tanduknya dan
perbedaan mutu kopi yang dihasilkan. Biasanya pengolahan secara basah hanya
digunakan untuk mengolah kopi yang baik atau bewarna merah. (Rahardjo, 2012).
Proses ini disukai petani kopi karena kemungkinan gagalnya sangat kecil.
Kopi yang diolah secara basah (washed) biasanya akan menghasilkan seduhan yang
pengupas kulit buah (pulper). Pulper dapat dipilih dari bahan dasar yang terbuat
dari tembaga/logam dan atau kayu. Air dialirkan ke dalam silinder bersamaan
dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi dipisahkan atas dasar
b. Fermentasi
bertujuan untuk menguraikan lapisan lendir yang ada di permukaan kulit tanduk
biji kopi. Selain itu, fermentasi mengurangi rasa pahit dan mendorong
terbentuknya kesan “mild” pada citarasa seduhan kopi arabika. sedangkan pada
kopi robusta fermentasi dilakukan hanya untuk menguraikan lapisan lendir yang
ada di permukaan kulit tanduk . Proses fermentasi dapat dilakukan secara basah
19
dengan merendam biji kopi dalam bak air, atau fermentasi secara kering dengan
menyimpan biji kopi basah di dalam karung goni atau kotak kayu atau wadah
plastik yang bersih dengan lubang di bagian bawah dan ditutup dengan karung
c. Pencucian (Washing)
dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar
d. Pengeringan (Drying)
sekitar 60 % menjadi maksimum 12,5 % agar biji kopi HS relatif aman dikemas
dalam karung dan disimpan dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis. Cara
atau lantai jemur. Profil lantai jemur dibuat miring lebih kurang 5 – 7 dengan
pada waktu kopi masih basah. Pada dataran tinggi, penjemuran selama 2-3
hari kadar air biji baru mencapai 25 - 27 %, untuk itu dianjurkan agar
20
12,5 %.
dan investasi yang cukup besar dan operator yang terlatih. Dengan
pada suhu 45 – 500 C, dibutuhkan waktu 48 jam untuk mencapai kadar air
kopi robusta, biasanya diawali dengan suhu lebih tinggi, yaitu 90 – 1000C
untuk menghasilkan biji kopi beras dengan menggunakan mesin pengupas. Biji
kopi yang baru selesai dikeringkan harus terlebih dahulu didinginkan sampai
Secara umum, kopi yang dihasilkan dari proses full wash memiliki karakter
yang lebih bersih, body cenderung ringan, light, tingkat keasaman lebih banyak, dan
1. Pisahkan buah kopi sesuai tingkat kematangannya, baik untuk kopi berkualitas
2. Cuci buah kopi dengan cara memasukkannya ke dalam wadah berupa ember
plastik besar atau kolam berisi air bersih. Cuci buah kopi hingga bersih dari
3. Ketika buah kopi dimasukkan ke dalam air, ada buah kopi yang tenggelam dan
ada yang mengapung. Buah kopi yang baik adalah buah kopi yang tenggelam dan
akan dapat diproses lebih lanjut. Sementara itu, buah kopi yang mengapung
adalah buah kopi yang tidak sempurna pertumbuhannya atau asa bagian yang
kosong.
4. Pisahkan buah kopi yang mengapung dengan buah kopi yang tenggelam. Jika
pemisahan tersebut terjadi ketika proses pencucian buah kopi yang sudah di
seleksi dan diarahkan untuk kopi premium, maka pisahkan buah kopi lain yang
diarahkan untuk diproses bersama buah kopi lain yang diarahkan sebagai kopi
reguler. Sementara itu, jika buah kopi yang mengapung muncul pada proses
pencucian buah kopi yang dimaksudkan untuk menghasilkan kopi reguler, buah
6. Masukkan buah kopi ke dalam mesin pulper untuk mengupas kulit buah atau
memisahkan antara kulit buah paling luar dengan biji kopi. Namun, buah kopi
7. Rendam biji yang sudah terpisah dari kulit buahnya dalam air bersih selama 36
jam untuk menghilangkan lendir yang menempel pada biji kopi yang bisa
22
menimbulkan cacat cita rasa. Selama proses perendaman, setiap 10 jam lakukan
pembilasan dan ganti air perendaman dengan air bersih yang baru.
8. Setelah 36 jam, dihasilkan biji kopi berupa gabah basah. Tiriskan gabah basah,
lalu jemur selama 3-6 jam pada kondisi matahari yang terik.
9. Setelah kulit gabah basah pecah (kadar air masih diatas 25%), maka masukkan ke
11. Jemur kembali biji kopi yang sudah terpisah dari kulit gabah selama 5-6 hari
pada kondisi matahari terik hingga kadar airnya tersisa 12-14 %. Selama proses
penjemuran, balik biji kopi secara berkala agar biji kopi matang merata.
12. Untuk menghasilkan biji kopi (green bean)specialty, lakukan sortasi terhadap biji
kopi setelah dilakukan penjemuran. Pilih biji kopi yang sempurna bentiknya dan
seragam ukurannya. Sementara itu, biji kopi yang bentuknya tidak sempurna,
terkikis oleh mesin, atau terdapat bekas serangan hama, bisa diolah menjadi
Standar mutu diperlukan sebagai tolak ukur dalam pengawasan mutu dan
merupakan perangkat pemasaran dalam menghadapi klaim dari konsumen dan dalam
memberikan umpan balik ke bagian pabrik dan bagian kebun. Standar Nasional
23
Indonesia Biji kopi yang telah dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional adalah
SNI No 01-2907-2008. Persyaratan umum mutu biji kopi dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.1
Syarat Mutu Umum
.
1. Kadar air (b/b) % Maks 12,5
Tabel 2.2
Syarat Mutu Khusus Kopi Arabika
Tabel 2.3
Syarat Penggolongan Mutu Kopi
24
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti Judul Metode Analisis Hasil
.
1 Fransisca Lia Sistem a. Analisis Sistem produksi yang dilakukan
Tomy Perdana Produksi deskriptif oleh PT Sinar Mayang Lestari
(2017) Agroindustri adalah sistem produksi make to
Kopi Arabika stock. Pada sistem produksi ini,
(Studi Kasus perusahaan memproduksi
PT. Mayang produknya tidak berdasarkan
Lestari, pesanan, melainkan dengan
Pangalengan melakukan peramalan terhadap
Kabupaten penjualan produk.
Bandung)
2 Oriza Sativa, Karakteristik a. Analisis Tahap panen kopi buah segar di
25
Yuwana dan Fisik Buah deskriptif desa Sindang Jati yang dimulai dari
Bonodikun(2014) Kopi, Kopi kualitatif cara panen, sortasi berdasarkan
Beras Dan b. Chi Square warna berat dan proporsi..
Hasil Olahan Test
Kopi Rakyat c. ANOVA
Di Desa dengan uji
Sindang Jati lanjutan
Kabupaten LDS (Least
Rejang Lebong Significant
Difference)
.
3 Nur Halimah Analisis a. Kualitatif Sistem pengadaan sarana produksi
Amir Usahatani Di b. Kuantitatif petani kopi di tempat penelitian
Elly Kelompok terdiri atas beberapa bagian,
Rasmikayanti Tani Hutan diantanya adalah produksi sendiri,
Bobby Rachmat Giri Senang membeli dari toko pertanian, serta
Saefudin Desa Giri adanya beberapa bantuan dari pihak
(2017) Mekar Pemerintah yang disalurkan melalui
Kabupaten kelompok tani.
Bnadung
4 Lya Aklimawati, Karakteristik a. Analisis Untuk mengetahui karakteristik
Yusianto dan Mutu Dan secara agribisnis, mutu, serta masalah pada
Surip Mawardi Agribisnis kualitatif agribisnis kopi Robusta rakyat,
(2014) Kopi Robusta b. Tabulasi maka pengembangan analisis yang
di Lereng silang dilakukan adalah analisis dalam dan
Gunung c. Analisis isi analisis luar. Analisis dalam
Tambora, ditujukan untuk mengidentifikasi
Sumbawa. dan menjelaskan secara deskriptif
mengenai keragaan usahatani kopi,
rantai pasok, kelembagaan petani,
aksesibilitas terhadap faktor
produksi dan permasalahan yang
dihadapi petani.
5 Reska risdaniar Analisis a. Analisis dengan adanya tahapan pengolahan
(2019) kehilangan deskriptif fullwashmempunyai pengaruh yang
pascapanen kualitatif sangat kuat terhap besarnya
kopi arabika pendapatan yang akan diterima
menggunakan dalam bentuk rupiah. Dari harga
proses full awal Cherry sebesar Rp. 8000/kg
26
membedakan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah (1) Lokasi
penelitian, (2) Populasi yang diambil berdasarkan anggota kelompok tani kopi, (3)