Anda di halaman 1dari 30

PEMULIAAN TANAMAN KOPI (Coffea sp.

LAPORAN

OLEH :
KELOMPOK 9
MUTHIA KANZA TARIGAN 180301224
DINA INDRIYANI SARAGIH 180301243
AYU MAYA SOVA SIDABUTAR 180301268
SABRI MUNIR LUBIS 180301272
FAHRUL RIZKI NASUTION 180301274
VALENTINO G. N DAMANIK 180301276
REZA ABDILLAH 180301281
DAVID R. P TAMPUBOLON 180301241
MUHAMMDAD HAFIZ KURNIAWAN 180301270
AGRONOMI 2018

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pemuliaan Tanaman Kopi

(Coffea sp.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memenuhi komponen

penilaian di Mata kuliah Pemuliaan Tanaman Perkebunan Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak

Dr. Ir. Emmy Harso Kardhinata M.Sc. sebagai dosen penanggung jawab

praktikum serta abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat

kesalahan.

Oleh sebab itu penulis menerima segala kritik dan saran dari semua

pihak yang bermanfaat bagi penulis. Akhir kata penulis mengucapkan

terimakasih, semoga laporan ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Medan, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

PENDAHULUAN

Latar Belakang .................................................................................................................................... 1

Tujuan Praktikum. .............................................................................................................................. 2

Kegunaan Penulisan. ........................................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani kopi (Coffea sp.) ....................................................................................................................... 3

Syarat Tumbuh.................................................................................................................................... 7

Iklim…..................................................................................................................................... 7

Tanah. ....................................................................................................................................... 8

PEMULIAAN TANAMAN CACAO (Theobroma cacao L

Jenis kopi (Coffea sp.) ........................................................................................................................ 9

Pemuliaan kopi (Coffea sp.))Secara Konvensional .............................................................................. 16

Pemuliaan kopi (Coffea sp.) Secara Modern. ........................................................................................19

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan spesies tanaman berbentuk pohon

yang tergolong kedalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman tergolong

sebagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

pada berbagai daerah dengan berbagai ketinggian tempat. Namun demikian, lokasi

terbaik untuk pertumbuhan dataran rendah sampai menengah adalah jenis kopi

robusta sedangkan pada daerah dataran tinggi umumnya lebih cocok digunakan

jenis kopi arabika.Tingkat konsumsi kopi per kapita masyarakat Indonesia lebih

rendah dibandingkan dengan masyarakat Eropa yang rata-rata mengkonsumsi

kopi diatas 5 kg/kapita/thn sedangkan Amerika Serikat di atas 4 kg/kapita/thn.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan industri serta tingginya kebutuhan

akan konsumsi kopi global yang trend nyasemakin meningkat, maka produksi

kopi secara nasional perlu mendapat kandorongan dalam peningkatan produksi

(Dirjen Perkebunan, 2014).

Ekspor kopi Indonesia padatahun 2013 tercatat sebanyak 448,6ribu ton

dengan nilai US$ 1.249,5 juta. Angka tersebut menempatkan Indonesia menjadi

eksportir ketiga terbesar setelah Brasil dan Vietnam (Aryani 2013; Wijayadi,

2013).

Kopi mempunyai 103 species, akan tetapi yang banyak dibudidayakan

hanyadua yaitu; kopi Arabika (Coffeaarabica) dan kopi Robusta

(Coffeacanephora) (Priyono, 2013). Kopi Arabika memiliki kualitas cita rasa yang

lebih baik dibandingkan kopi Robusta, sehinggadalam dunia perdagangan

harganya relatif lebihtinggi. Bertolak belakang dengan kebutuhan dunia, ekspor


kopi Indonesia justrudi dominasi oleh kopi Robusta (80-90%) dan hanyasebagian

kecil kopi Arabika (10-20 %) (AEKI, 2015).

Rendahnya produktivitas kopi Indonesia salah satunya disebabkan karena

95% kopi Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Produktivitas kopi rakyat

tersebut masih rendah yakni hanya 50-60% dari potensi produksi yang

seharusnya. Salah satu penyebabnya, adalah karenaumumny apetani belum

menggunakan bibit kopi unggul. Disamping itu teknik budidaya yang

diaplikasikan juga masih sederhana sehingga perawatan tidak intensif, lambatnya

peremajaan tanaman, serta minimnya sarana dan prasarana pendukung. Kondisi

tersebut mengakibatkan rendahnya mutu kopi Indonesia (Dirjen Perkebunan,

2014).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui

dan memahami tentang pemuliaan tanaman Kopi (Coffea sp.) baik secara

konvensional maupun non konvensional

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi komponen penilaian Laboratorium Praktikum Pemuliaan Tanaman

Perkebunan, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kopi (Coffea sp.)

Klasifikasi kopi berdasarkan tingkatan taksonomi, dapat dijelaskan sebagai

berikut: Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisi :

Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas :

Asteridae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea L. Spesies : Coffea

canephora Pierre ex Froehner (USDA, 2018).

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal

dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal

oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah

asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012).

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan

berenergi. Pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar

3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat

ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh

berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih

dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik,

kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu

empedu, dan berbagai penyakit jantung (Danarti dan Najayati, 2004).

Morfologi Tanaman Kopi (Coffea sp.)

a. Akar

Tanaman kopi berakar tunggang, lurus kebawah, pendek dan kuat. Panjang

akar tunggang ini kurang lebih 45-50 cm, yang pada dasarnya terdapat 4-8 akar
samping yang menurun ke bawah sepanjang 23 cm. Selain itu banyak pula akar

cabang samping yang panjang 1-2 m horizontal, sedalam ±30 cm, dan bercabang

merata, masuk ke dalam tanah lebih dalam lagi (Juanda, 2002).

Tanaman kopi mempunyai akar tunggang. Penyebaran akar tanaman kopi

relatif dangkal. Perakaran tanaman kopi pada dasarnya peka terhadap kandungan

bahan organic, perlakuan tanah dan saingan rumput. Akar tanaman kopi yang

kekurangan air atau udara akan menjadi kerdil ( Rukmana 2014).

b. Batang

Tanaman kopi mempunyai batang tegak, bercabang dan tinggi. Tunas

tanaman kopi ada dua tipe yaitu tunas seri dan tunas legitim. Pertumbuhan

vegetatif tanaman kopi menunjukan sifat dimorfisma, yaitu pertumbuhan arah

menegak (orthotrop) dan pertumbuhan kesamping (plagiotrop). Cabang orthotrop

merupakan cabang yang tumbuh tegak seperti batang utama, Cabang plagiotrop

merupakan cabang yang tumbuhnya kesamping, cabang inilah yang menghasilkan

bunga. ( Suwarto dan Octavianty 2012).

Batang tanaman kopi memiliki dua tipe percabangan yaitu cabang yang

tumbuh tegak (orthotrop) dan cabang yang tumbuh yang mendatar (plagiatrop).

Cabang plagiatrop berfungsi sebagai penghasil bunga, sedangkan cabang

orthotrop tumbuhnya pesat dengan ruas yang relative panjang sehingga banyak

digunakan sebagai sumber stek (Van Steenis et al., 2008).

Batang yang tumbuh dari biji disebut batang pokok. Batang pokok

memiliki ruas-ruas yang tampak jelas pada saat tanaman itu masih muda. Pada

tiap ruas tumbuh sepasang daun yang berhadapan, selanjutnya tumbuh dua macam

cabang, yakni cabang orthotrop (cabang yang tumbuh tegak lurus atau vertikal
dan dapat menggantikan kedudukan batang bila batang dalam keadaan patah atau

dipotong) dan cabang plagiotrop (cabang atau ranting yang tumbuh ke samping

atau horizontal) (PTPN XII 2013).

c. Daun

Pada tanaman kopi, daunnya berbentuk jorong dan tumbuh di bagian

batang, cabang serta ranting tanaman dimana tersusun secara berdampingan pada

bagian ketiak. Tanaman kopi sendiri memiliki daun berwarna hijau, memiliki

bentuk daun runcing pada bagian ujungnya, sedangkan pada bagian pangkalnya

memiliki tepi yang tidak pernah bertemu, hal disebabkan terpisah oleh pangkal

ujung tangkai daun yang bentuknya tumpul (Aulia, 2017).

Tanaman kopi sendiri memiliki tulang daun yang menyirip dimana tulang

daun ini terbentang dari pangkal hingga ujung daunnya. Pada bagian tepi daun

tanaman kopi memiliki bentuk berombak, dan daunnya memiliki permukaan yang

licin serta mengkilat. Namun ciri morfologi dari daun kopi bisa beragam tergantu

dari jenis varietas kopinya (Aulia, 2017).

Daun kopi memiliki bentuk bulat telur, bergaris ke samping,

bergelombang, hijau pekat, kekar, dan meruncing di bagian ujungnya. Daun

tumbuh dan tersusun secara berdampingan d ketiak batang, cabang dan ranting.

Sepasang daun terletak dibidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh

mendatar. Kopi Arabika memiliki daun yang lebih kecil dan tipis apabila

dibandingkan dengan spesies kopi Robusta yang memiliki daun lebih lebar dan

tebal. Warna daun kopi Arabika hijau gelap, sedangkan kopi Robusta hijau

terang.Daun kopi berbentuk bulat telur dan ujungnya agak meruncing sampai

bulat yang tumbuh pada batang. cabang dan ranting tersusun berdampingan pada
ketiak. Pada daun kopi robusta, tepi daun agak bergelombang sedangkan pada

kopi ekselsa lurus dan lebih memanjang (Anggari, 2018).

d. Bunga

Bunga kopi tersusun dalam kelompok, masing-masing terdiri dari 4–6

kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun dapat menghasilkan 2–3 kelompok bunga

sehingga setiap ketiak daun dapat menghasilkan 8–18 kuntum bunga atau setiap

buku menghasilkan 16–36 kuntum bunga. Bunga kopi berukuran kecil, mahkota

berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya

menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5–

7 tangkai berukuran pendek. Bunga kopi biasanya akan mekar pada awal musim

kemarau. Bunga berkembang menjadi buah dan siap dipetik pada akhir musim

kemarau (Anggari, 2018).

Bunga kopi tumbuh pada ketiak-ketiak cabang primer yang tersusun

berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang bertangkai

pendek. Pada tiap ketiak daun akan tumbuh 3-4 kelompok bunga dan setiap buku

terdapat ± 30 kuntum bunga atau lebih dan dapat keluar ribuan kuncup bunga

(Fery etal, 2015).

Tanaman kopi bisa disebut dengan plantamultiflora karena

kemampuannya dalam menghasilkan bunga yang banyak. Bunga tanaman kopi

sendiri letaknya berada pada ketiak daun dimana bunganya membentuk suatu

rangkaian yang bergerombol. Rangkaian inilah yang biasa disebut dengan bunga

majemuk. .Bunga tanaman kopi juga termasuk bunga sempurna karena memiliki

alat kelamin jantan yaitu benang sari dan alat kelamin betina yaitu putik, dan
termasuk golongan berumah satu karena bunga jantan dan bunga betinanya

terdapat pada satu batang tumbuh (Fery etal, 2015).

e. Buah dan Biji

Buah kopi juga memiliki karakteristik yang membedakan dengan biji kopi

lainnya. Secara umum, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat,

10 lengkungan bijinya yang lebih tebal dibandingan kopi arabika dan garis tengah

dari atas ke bawah hampir rata (Panggabean 2011). Daging buah terdiri atas 3

bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan

kulit tanduk (endokarp) yang tipis dan keras. Buah kopi menghasilkan dua butir

biji tetapi da juga yang tidak menghasilkan Biji kopi terdiri atas kulit biji dan

lembaga. Secara morfologi, biji kopi berbentuk bulat telur, berstekstur keras dan

berwarna kotor (Najiyati dan Danarti, 2012)

Syarat Tumbuh

Iklim

Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga hingga menjadi buah.

Untuk arabika, jumlah curah hujan yang masih bisa ditolerir sekitar 1.000-1.500

mm/tahun. Sementara itu, curah hujan untuk kopi robusta maksimum 2.000

mm/tahun. Penanaman atau pembangunan perkebunan kopi di suatu daerah perlu

melihat data klimatologi daerah tersebut selama 5 tahun terakhir. Daerah yang

berada di atas ketinggian 1.000 meter dpl dan memiliki curah hujan yang baik

umumnya justru memiliki musim kering relatif pendek. Sebaliknya, tanaman kopi

membutuhkan musim kering yang agak panjang untuk memperoleh produksi yang

optimal.

Selain curah hujan, lingkungan memegang peranan penting untuk


pembentukan bunga menjadi buah. Kopi arabika mampu beradaptasi dengan suhu

rata-rata 16-22̊C. Untuk kopi robusta, tanaman ini dapat tumbuh dan beradaptasi

pada suhu 20-28̊C. Karena itu, investor atau petani kopi perlu mengetahui kondisi

suhu suatu daerah yang ingin dijadikan perkebunan kopi.

Tanah
Tanah digunakan sebagai media tumbuh tanama kopi. Salah satu ciri tanah

yang baik adalah memiliki lapisan topsoil yang tebal. Umumnya, kondisi tanah

di dataran tinggi memiliki kandungan organik yang cukup banyak dan tidak

terlalu banyak terkontaminasi polusi udara. Tanaman kopi sebaiknya ditanam di

tanah yang memiliki kandungan hara dan organik yang tinggi. Rata-rata pH tanah

yang dianjurkan 5-7. Jika pH tanah terlalu asam, tambahkan pupuk Ca(PO)2 atau

Ca(PO3)2 (kapur atau dolomit). Sementara itu, untuk menurunkan pH tanah dari

basa ke asam, tambahkan urea. Caranya taburkan kapur atau urea secukupnya

sesuai kondisi tanah, lalu periksa keasaman tanah dengan pH meter. T

Jenis- jenis kopi (Coffea sp.)

Secarah umum dikenal 4 jenis kopi yaitu Kopi Arabika (Coffee Arabica),

Kopi Liberika (Coffee Liberica), Kopi Robusta (Coffee Cannephora), Kopi

Excelsa (Coffee Dewevrei).Diantara keempat ini best of the best nya adalah kopi

Liberika.(Soetriono et al.,2007)

A. Kopi arabika (Coffea arabica)

Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai

karena rasanya dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di

ketinggian 1000-2100 meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian

diatas 800 meter dpl. Bila ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini

sangat rentan terhadap penyakit HV.Arabika akan tumbuh optimal pada kisaran
suhu 16-20oC. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, kopi arabika

membutuhkan bulan kering sekitar 3 bulan/tahun. Arabika mulai bisa dipanen

setelah berumur 4 tahun. Dengan produktivitas rata-rata sekitar 350-400

kg/ha/tahun. Namun bila dipelihara secara intensif bisa menghasilkan hingga

1500-2000 kg/ha/tahun.Apabila telah matang, buah arabika berwarna merah

terang. Buah yang telah matang mudah sekali rontok, jika dibiarkan buah tersebut

akan menyerap bau-bauan yang ada ditanah sehingga mutunya turun. Arabika

sebaiknya dipanen sebelum buah rontok ke tanah. Rendemen atau prosentase

antara buah yang panen dengan biji kopi (green bean) yang dihasilkan sekitar 18-

20%.Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah.

Meski memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tapi mutu biji kopi yang

dihasilkan jauh lebih baik.(Aulia, 2017)

B. Kopi Robusta (Coffea canephora)

Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun

1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan Universitas

Sumatera Utara memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang

produksinya jauh lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan

mendesak kopikopi lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi

Indonesia terdiri atas kopi Robusta (Prastowo et al., 2010).

Karakter morfologi yang khas pada kopi robusta adalah tajuk yang lebar,

perwatakan besar, ukuran daun yang lebih besar dibandingkan daun kopi arabika,

dan memiliki bentuk pangkal tumpul. Selain itu, daunnya tumbuh berhadapan

dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Biji kopi robusta juga memiliki

karakteristik yang membedakan dengan biji kopi lainnya. Secara umum, biji kopi
robusta memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan kopi arabika. Selain

itu, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat, lengkungan bijinya

yang lebih tebal dibandingan kopi arabika, dan garis tengah dari atas ke bawah

hampir rata (Panggabean 2011).

Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan

budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400-800 m dpl dengan suhu

21-24oC. Buididaya jenis kopi ini sangat cocok dilakukan didataran rendah

dimana kopi arabika rentan terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada

serangan penyakit HV yang masif, pemerintah kolonial mereplanting tanaman

kopi arabika dengan kopi robusta.Jenis kopi robusta lebih cepat berbunga

dibanding arabika. Dalam waktu sekitar 2,5 tahun robusta sudah mulai bisa

dipanen meskipun hasilnya belum optimal. Produktivitas robusta secara rata-rata

lebih tinggi dibanding arabika yakni sekitar 900-1.300 kg/ha/tahun. Dengan

pemeliharaan intensif produktivitasnya bisa ditingkatkan hingga 2000

kg/ha/tahun.Untuk berbuah dengan baik, jenis kopi robusta memerlukan waktu

panas selama 3-4 bulan dalam setahun dengan beberapa kali hujan. Buah robusta

bentuknya membulat dan warna merahnya cenderung gelap. Buah robusta

menempel kuat di tangkainya meski sudah matang. Rendemen kopi robusta cukup

tinggi sekitar 22%.Para penggemar kopi menghargai robusta lebih rendah dari

arabika. Karena harganya yang murah, para petani seringkali mengolah biji kopi

robusta dengan proses kering yang lebih rendah biaya.(Santosa,2016).

C. Kopi liberica

Kopi liberica adalah jenis kopi yang berasal dari negara Liberia di Afrika

bagian barat. Kopi ini dapat tumbuh sampai tingginya 9 meter. Abad ke 19 jenis
kopi ini di datangkan ke negara Indonesia untuk menggantikan kopi arabica yang

mudah terserang oleh hama penyakit. Kopi jenis liberica termasuk tanaman hutan

yang banyak terdapat di pedalaman Kalimantan dan sudah berabad lamanya

menjadi minuman tradisional suku Dayak yang merupakan penduduk asli

kalimantan. Terakhir adalah jenis kopi excelsa, kopi excelsa ditemukan pada

tahun 1904. Dikembangkan karena lebih tahan penyakit yang umum menyerang

tanaman kopi. Kopi liberica dibudidayakan di dataran rendah dan kering, yaitu

daerah yang tidak sesuai untuk jenis kopi lain seperti arabica dan robusta

(Rachmawati, 2015).

Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik didataran rendah

dimana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada

penyakit HV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan

kopi liberika. Ukuran daun, percabangan dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih

besar dari arabika dan robusta.Kopi liberika mutunya dianggap lebih rendah dari

robusta dan arabika. Ukuran buahnya tidak merata, ada yang besar ada yang kecil

bercampur dalam satu dompol. Selain itu rendemen kopi liberika juga sangat

rendah yakni sekitar 12%. Hal ini yang membuat para petani malas menanam

jenis kopi ini.Produtivitas jenis kopi liberika ada pada kisaran 400-500

kg/ha/tahun. Liberika dapat berbunga sepanjang tahun dan cabang primernya

dapat bertahan lebih lama. Dalam satu buku bisa berbunga lebih dari satu kali. Di

Indonesia, jenis kopi ini ditanam di daerah Jawa dan Lampung.(Sianipar.2017)

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2013) mengatakan bahwa

terdapat berbagai jenis kopi yang ditanam di Indonesia diantaranya yaitu kopi

Arabika, kopi Robusta, dan kopi Liberika. Dari berbagai jenis kopi tersebut, kopi
Liberika mempunyai keunggulan yaitu dari segi citarasa, hasil analisis kafein

ternyata kopi Liberika memiliki kadar kafein relatif rendah berkisar antara 1,1-

1,3% hampir sebanding dengan kadar kafein kopi Arabika berkisar antara 0,9-

1,8%. Dengan demikian pemanfaatan kopi Liberika sebagai minuman penyegar

serupa dengan kopi Arabika yang relatif aman bagi konsumen yang sensitif

Universitas Sumatera Utara terhadap kafein. Citarasa kopi Liberika Tanjabar juga

lebih baik dibanding kopi Robusta yang ditanam pada ketinggian tempat sama (10

m dpl.) dengan nilai kesukaan 7,5 dibandingkan nilai kesukaan kopi Robusta

sekitar 6,5-7,0. Diantarapenciri khas citarasa kopi Liberika adalah dried fruit,

sebagian panelis menyebutnya aroma jack fruit (buah nangka) sehingga kopi

Liberika seringkali disebut sebagai kopi nangka. Berdasarkan hasil tersebut maka

pengembangan kopi Liberika akan memiliki daya saing yang lebih baik

dibandingkan kopi Robusta, meskipun kualitas citarasanya tidak sebaik kopi

Arabika sehingga produk kopi Liberika saat ini mulai dikenal dan banyak diminati

oleh konsumen sehingga permintaan biji kopi Liberika cenderung meningkat.

Secara agronomis kopi Liberika memiliki keunggulan dapat tumbuh baik pada

lahan-lahan marjinal, khususnya pada lahan gambut, dan juga memiliki kriteria

toleran atau tahan terhadap penyakit karat daun dan terhadap serangan penggerek

buah kopi (PUSLITKOKA Indonesia, 2014).

Nama ilmiah untuk kopi liberika adalah Coffea liberica var. Liberica. Pada

awalnya tanaman ini digolongkan kedalam spesies yang sama dengan kopi

Robusta dengan nama ilmiah Coffea canephora var. liberica. Namun pada

pengelompokkan terbaru menyatakannya sebagai spesies tersendiri dengan nama

Coffea liberica. Karena secara morfologi dan sifat-sifat lainnya berbeda dengan
robusta. Selain kopi Liberika, terdapat varietas lain dalam spesies Coffea liberica

yakni kopi excelsa dengan nama ilmiah Coffea liberica var. Dewevrei.

PUSLITKOKA Indonesia (2014) menyatakan terdapat perbedaan yang menonjol

antara kopi Liberika dengan kopi Ekselsa yaitu terletak pada ketebalan daging

buah dan warna pupus daun (flush). Kopi Liberika daging buahnya tebal dan

pupus daunnya berwarna hijau atau hijau sedikit kecokelatan, sedangkan kopi

Ekselsa daging buahnya tipis mirip kopi Arabika dan pupus daun bagian

permukaan bawah daun berwarna merah kecokelatan.

Suatu jenis kopi dapat dibedakan dengan melihat bentuk bijinya. Kopi

Arabika memiliki karakteristik biji bentuknya agak memanjang, bidang cembung

tidak terlalu tinggi, lebih bercahaya dari jenis lainnya, dan celah tengah (center

cut) di bagian datar tidak lurus memanjang ke bawah, tetapi berlekuk. Kopi

Robusta memiliki karakteritik biji bentuknya agak bulat, lengkungan biji lebih

tebal dibandingkan jenis Arabika, dan garis tengah (parit) dari atas ke bawah

hampir rata atau lurus (Panggabean, 2011).

D. Kopi excelsa (Coffea excelsa)

Kopi excelsa (Coffea excelsa) merupakan salah satu jenis kopi yang paling

toleran terhadap ketinggian lahan. Kopi ini bisa tumbuh dengan baik didataran

rendah mulai 0-750 meter dpl. Selain itu, kopi excelsa juga tahan terhadap suhu

tinggi dan kekeringan.Pohon kopi excelsa bisa menjulang hingga 20 meter.

Bentuk daunnya besar dan lebar dengan warna hijau keabu-abuan. Kulit buahnya

lembut, bisa dikupas dengan mudah oleh tangan. Kopi excelsa memiliki

produktivitas rata-rata 800-1.200 kg/ha/tahun. Kelebihan lain jenis kopi excelsa

adalah bisa tumbuh di lahan gambut. Di Indonesia, excelsa ditemukan secara


terbatas di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi.(Sianipar,2017)

F. Kopi Catimor

Kopi Catimor merupakan persilangan dari Kopi Arabika dan Kopi

Robusta. Uniknya, dari segi bentuk, kopi ini menyerupai dengan Kopi Arabika,

dari segi rasa, kopi ini menyerupai Kopi Robusta.

G. Kopi Kolombia

Kopi Kolombia ini masuk ke dalam jenis Kopi Arabika. Tetapi, kopi ini

hanya dikembangkan di Kolombia. Rasanya juga lebih nikmat dari Kopi Arabika

biasa, Toppers. Di beberapa negara, harga jenis kopi yang satu ini juga lebih

mahal.

H. Kopi Gayo

Dari namanya saja, tentu kamu sudah tahu kalau kopi ini berasal dari

Tanah Gayo, Aceh. Aromanya yang harum dan rasanya yang gurih, cita rasanya

kelas dunia. Kopi ini berasal dari pohon kopi yang ditanam di dataran tinggi. Kopi

asal Indonesia ini populer di beberapa negara, loh, seperti Amerika Serikat dan

Eropa.

I. Kopi Toraja

Jenis kopi yang satu ini juga berasal dari Indonesia, tepatnya Tanah Toraja,

Sulawesi. Cita rasa yang dimiliki kopi ini adalah beri dan rempah. Aromanya

didominasi rempah dan kayu manis, Toppers. Setelah menikmati Kopi Toraja ini,

aftertaste yang bisa kamu rasakan adalah rasa dark chocolate.

J. Kopi Gesha

Kopi Gesha adalah varian kopi yang sangat unik dan menarik, Toppers. Menurut

para pecinta kopi jenis kopi yang satu ini memiliki cita rasa yang super dan luar
biasa. Kopi ini menghasilkan aroma jasmine dengan rasa buah-buahan seperti

blueberry. Mangga, pepaya, dan jeruk.


PEMULIAAN TANAMAN KOPI (Coffea sp.)

Pemuliaan Secara Konvensional

Pemuliaan tanaman merupakan kegiatan untuk mengubah susunan genetic

tanaman secara tetap (baka) sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai

dengan tujuan yang diinginkan pelakunya/pemulianya. Seperti dikemukakan

Widodo (2003) bahwa pemuliaan tanaman dapat diartikan sebagai ilmu dan seni

yang mempelajari adanya pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang

diwariskan pada suatu populasi baru dengan sifat genetic yang baru. Pemuliaan

tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.

Dasar pengetahuan mengenai prilaku biologi tanaman dan pengalaman dalam

budidaya diperlukan dalam kegiatan ini.

Pada pemuliaan secara konvensional teknik persilangan yang diikuti

dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dilakukan, dalam

inovasi perakitan kultivar unggul baru. Populasi dasar dengan variasi genetic

yang tinggi merupakan bahan pemuliaan yang penting untuk perakitan varietas

unggul. Populasi dasar yang memiliki variasi genetic tinggi akan memberikan

respon yang baik terhadap seleksi, karena variasi genetic yang tinggi akan

memberikan peluang besar untuk mendapatkan kombinasi persilangan yang tepat

dengan gabungan sifatsifat yang baik (Suprapto & Khairudin, 2007).

Hibridisasi

Persilangan langsung antara C. arabica dengan C. canephora biasanya

menghasilkan tipe triploid dan steril. Meskipun demikian, di kepulauan Timor

telah ditemukan Hibrido de Timor (HdT) yang bersifat fertil dan diyakini

merupakan hibrida alami antara kedua spesies tersebut (Vinod dan Suryakumar,
2004). Tipe HdT kemudian dijadikan sebagai salah satu tetua persilangan di

Brazil hingga diperoleh hibrida Catimor (Waller et al., 2007).

Hibrida alami antara C. arabica dengan C. liberica telah muncul di pulau

Jawa yang menunjukkan ketahanan terhadap penyakit karat. Penampilan fenotipik

hibrida tersebut merupakan perpaduan antara kedua tetuanya (Cramer, 1957). Di

India, hasil seleksi hibrida alami antar kedua spesies tersebut dikenal dengan

nomor S.288 (Prakash et al., 2002) yang kemudian disilangkan dengan Arabika

tipe Kent sehingga menghasilkan famili S-795 yang menunjukkan ketahanan

terhadap beberapa ras penyakit karat (Waller et al., 2007).

Spesies C. liberica saat ini mulai banyak dimanfaatkan dalam program

perbaikan sifat jenis C. canephora karena memiliki sifat kemasakan buah

serempak dalam satu dompol, bobot buah tinggi, dan kandungan kafein rendah

(N’Diaye et al., 2005). Dengan adanya hibrida alami antara kedua spesies kopi

tersebut akan meringankan tugas pemulia tanaman dalam menyediakan materi

genetik untuk program perakitan varietas unggul baru. Identifikasi secara

fenotipik (phenotyping) dan genotipik (genotyping) perlu dilakukan untuk

mengetahui pola pewarisan dari sifat-sifat yang diinginkan

Teknik Hibridisasi Buatan

Persiapan

Sebagai persiapan untuk melakukan kastrasi dan penyerbukan silang perIu

disediakan alat-alat antara lain: pisau keeil yang tajam, gunting keeil, pinset

dengan ujung yang runeing, jarum yang panjang dan lurus, alkohol (75-85%) atau

spiritus dalam botol keeil untuk mensterilkan alat-alat tersebut, wadah untuk

tempat benang sari, sikat keeil untuk mengeluarkan serbuk sari dari benang sari,
kuas untuk meletakkan serbuk sari di atas kepala putik dan kaea pembesar untuk

memeriksa kebersihan kepala putik. Untuk membungkus bunga sebelum dan

sesudah dilakukan penyerbukan dapat dipakai kantong dari kain, kelambu,

kantong plastik yang telah diberi lubang-Iubang keeil untuk pemafasan (peredaran

udara) atau isolatif, sesuai dengan ukuran bunga. Selain itu perIu disediakan label

dari kertas yang tebal dan kedap air. Label-label tersebut diberi nomor umt

menggunakan pinsil atau bolpoint yang tintanya tidak luntur karena air. Untuk

keperluan penyerbukan silang antara jenis-jenis tertentu sebaiknya kertas label

mempunyai wama tertentu, misalnya untuk persilangan A X B wama labelnya

merah, untuk A X C wama labelnya putih, untuk D X B wamanya hijau dan

seterusnya dengan wama lain.

Kastrasi

Kastrasi adalah kegiatanmembersihkan bagian tanaman yang ada di

sekitar bunga yang akan diemaskulasi dari kotoran, serangga, kuneup-kuneup

bunga yang tidak. dipakai serta organ tanaman lain yang mengganggu kegiatan

persilangan. Membuang mahkota dan kelopak juga termasuk kegiatan kastrasi.

Kastrasi umwnnya menggunakan gunting, pisau atau pinset.

Emaskulasi

Emaskulasi adalah kegiatan membuang alat kelamin jantan (stamen)

pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan

sendiri. Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman berumah satu yang

hermaprodit dan fertil. Cara emaskulasi tergantung pada morfologi bunganya

(Syukur, dkk., 2009. )


Isolasi

bunga yang telah dilakukan penyerbukan dikerodong untuk menghindari

kontaminasi serbuk sari yang tidak dikehendaki. Pengerodongan menggunakan

tabung plastik yang salah satu ujungnya terbuka agar dapat dilekatkan pada

batang tanaman dan sisi ujung lainnya ditutup dengan kain kassa sehingga masih

memungkinkan adanya aliran udara masuk ke dalam tabung plastik. Celah yang

terbentuk antara kerodong dan permukaan batang ditutup dengan parafin/selotip.

Pengamatan keberhasilan persilangan dilakukan berdasarkan persentase pentil

(buah muda) hasil persilangan yang terbentuk, yang dilakukan secara periodik

dengan interval 1 minggu selama 6 minggu setelah peryerbukan.Interpretasi

kompatibilitas menyerbuk sendiri dengan persilangan buatan ini ditentukan

berdasarkan persentase buah yang terbentuk. melalui waktu tersebut polen telah

jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. Jika

antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak

bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan membedakan

waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua akan siap

dalam waktu yang bersamaan.

Pemuliaan Non Konvensional

Menurut Suryowinoto (1991), kultur adalah budidaya dan jaringan

adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi,

kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi

tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya. Metode kultur jaringan

dikembangkan untuk m em bantu perbanyakan tanam an, khususnya untuk

tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Kultur jaringan


termasuk jenis pengembangbiakan vegetatif yang prinsip dasarnya sama dengan

setek. Bagian tanaman yang akan dikultur (eksplan) dapat diambil dari

akar,pucuk, bunga, daun, batang, meristem dan serbuk. sari. Pada kultur

jaringan tanaman kopi biasanya menggunakan eksplan daun muda (flush)

sebagai bahan induksi untuk mem bentuk kalus yang kemudian akan

membentuk embrio.

Teknik Kultur Jaringan Kopi


Secara umum ada dua teknik kultur jaringan kopi yang lazim digunakan,
yaitu :
1. Kultur padat
Kultur padat digunakan untuk menghasilkan kalus kem udian kalus

dipindah ke dalam media diferensiasi untuk menumbuhkan akar dan tunas

sehingga kalus dapat terdiferensiasi menjadi planlet. Media kultur padat

mengandung semua unsur kimia yang dibutuhkan tanaman lalu dipadatkan

dengan menambahkan zat pemadat, berupa agar-agar yang khusus ditujukan

untuk m edia padat dalam kultur jaringan. Media yang terlalu padat akan

mengakibatkan akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan

media yang terlalu lem bek m enyebabkan kegagalan dalam pekerjaan.

Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam. Eksplan yang

tenggelam tidak dapat tumbuh menjadi kalus sebab tempat area kalus yaitu

pada irisan (jaringan yang luka) tertutup oleh media. Kultur padat dapat

digunakan untuk metode kloning, menum buhkan protoplas setelah diisolasi,

menumbuhkan planlet dari protokormus setelah dipindahkan dari suspensi sel, dan

menumbuhkan planlet dari protoplas yang sudah difusikan

(digabungkan).
2. Kultur cair
Penggunaan kultur cair ini lebih ditekankan untuk suspensi sel yaitu

untuk menumbuhkan “plb” ( protocorm like bodies). Dari protokormus ini akan

tum buh m enjadi planlet apabila dipindahkan ke dalam media padat yang

sesuai. Pembuatan media cair jauh lebih cepat dari pada media padat karena tidak

perlu memanaskannya untuk melarutkan agar-agar. Media cair tidak

memerlukan zat pemadat sehingga keadaannya tetap berupa larutan nutrien

A. Tahapan Kultur Jaringan Kopi


1.Pembuatan media

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan kultur jaringan

tanaman kopi. Media yang digunakan terdiri dari garam mineral, vitamin,

hormon, agar, gula, dan lain-lain. Media ditempat kan pada tabung reaksi atau

botol-botol kaca atau erlenmeyer (untuk media cair).

2. Pengambilan eksplan

Bagian tanaman yang sering digunakan untuk perbanyakan adalah

daun yang masih muda (jaringan meristematis).

3. Sterilisasi

Proses pem bebasan dari m ikroorganisme terhadap eksplan, media,

dan peralatan yang

akan digunakan dalam kegiatan kultur jaringan. Peralatan logam dan gelas

disterilkan dalam autoclave pada suhu 121OC dengan tekanan 1 atm. Alat

tanam seperti pinset, gunting dan scalpel dapat disterilkan dengan pembakaran

atau dengan pemanasan pada suhu 250O C dan dengan pencelupan dalam

alkohol. Alat-alat kultur jaringan yang perlu disterilisasi adalah pinset,

gunting, gagang scalpe, kertas saring, petridish, botol-botol kosong,


erlenmeyer, dan pipet. Peralatan juga harus disterilkan dengan menggunakan

etanol yang disemprotkan secara merata. Sterilisasi juga dilakukan pada eksplan

yang akan dikulturkan menggunakan bahan deterjen, kemudian merendamnya

dalam larutan klorok 30%, larutan benlate, dan alkohol (1 menit) kemudian

dicuci dengan air steril agar tidak terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.

4. Inisiasi kultur

Tahapan menanam eksplan pada media kultur. Kegiatan ini dilakukan di

dalam laminar air- flow untuk menghindari kontam inasi mikro- organisme

yang dapat menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Dalam tahap ini

dapat dilakukan pem ilihan bagian tanam an yang tum buhnya paling baik

untuk perbanyakan(multiplikasi) tahap selanjutnya. Tabung reaksi atau botol

kultur yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan

di tempat yang steril dengan suhu kamar.

5. Pemeliharaan eksplan

Eksplan yang telah ditanam, agar tumbuh menjadi kalus dan m enjadi

planlet, membutuh-kan pemeliharaan yang tepat dan kontinyu. Eksplan atau

kalus yang sudah waktunya untuk dipindahkan ke dalam media tanam yang

baru harus segera dikerjakan, tidak boleh terlam bat. Keterlam batan pem

indahan eksplan dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan atau kalus terhenti

atau bahkan mengalami browning dan terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.

6. Pengamatan eksplan

Kegiatan ini dilakukan pada fase saat eksplan menunjukkan

pertumbuhan tunas dan akar. Tahap ini berarti proses kultur jaringan telah

berhasil dilakukan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk


melihat pertumbuhan dan perkembangan tunas dan akar serta untuk melihat

adanya kontaminasi oleh bakteri atau jamur. Eksplan yang terkontaminasi

menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau hitam dengan adanya bulu-

bulu halus (disebabkan jamur) atau cairan busuk (disebabkan bakteri).

7. Aklimatisasi

Tahap akhir pemindahan planlet yang telah bertunas dan berakar dari

kondisi in vitro kepembibitan (bedengan). Pemindahan dilakukan secara hati-

hati dan menggunakan sungkup.Sungkup berf ungsi untuk m elindungi bibit

dari udara luar dan serangan hama/penyakit karena bibit hasil kultur jaringan

sangat peka terhadap serangan hama dan penyakit. Setelah bibit mampu

beradaptasi dengan lingkungan baru, sungkup dilepaskan secara bertahap,

selanjutnya pemeliharaan bibit dilakukan sesuai standar pemeliharaan bibit

konvensional.

B. Marka Molekuler
Pada program pemuliaan kopi, sifat kuantitatif pada buah dan biji kopi

memegang peranan penting dalam seleksi fenotip. Kematangan buah, ukuran,

berat dan bentuk dari biji kopi merupakan sifat yang diinginkan dalam program

pemuliaan. Saat ini telah dilakukan beberapa studi QTL, antara lain yang

mengontrol waktu pematangan, sifat hasil dan kematangan buah dan biji kopi

(Priyono dan Sumirat, 2012).

1. Analisis molekuler dilakukan dengan menggunakan marka mikrosatelit

berdasarkan QTL yang terkait dengan kematangan buah kopi yaitu ukuran

dan berat buah dan biji kopi (Priyono and Sumirat, 2012)

2. Marka molekuler berdasarkan expressed sequence tag (EST) yang terkait

dengan perkembangan buah dan proses pematangan yang selanjutnya


disebut marka fenologi (Pazzopane et al., 2012). Penggunaan marka

molekuler berdasarkan expressed sequence tag (EST) yang terkait dengan

perkembangan buah dan proses pematangan yang selanjutnya disebut

marka fenologi buah kopi. Gen α -galactosidase digunakan sebagai marka

terkait tahap perkembangan awal buah (green stage) yaitu marka GAL,

gen caffeine synthase sebagai markatransisi dari tahap perkembangan

green ke tahap yellowish-green yaitu (CS), dan gen isocitrate lyase (ICL)

dan ethylene receptor 3(ETR) sebagai marka pada pematangan lanjut.

Menurut Pazzopane et al., (2012) Aplikasi Marka Molekuler Pada Buah

dan Biji Kopi primer ETR (ethylene reseptor) dan primer ICL (Isocitrate lyase)

merupakan primer yang terkait dengan saat kematangan akhir pada buah kopi.

Primer ETR dan ICL berhasil mengamplifikasi dan didapatkan pola pita yang

sama dari genotipegenotipe kopi yang dievaluasi pada kedua primer tersebut.

Namun pada studi ini tidak dilakukan analisis transkripsi gen dan profil ekspresi

buah kopi pada gen reseptor etilen3 (ETR) dan isocitrate lyase (ICL) sehingga

tingkat kematangan buah kopi berdasarkan karakter tersebut belum dapat

dikaitkan dengan marka EST pada genotipe kopi yang dievaluasi.


KESIMPULAN

1. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi

2. Jenis- jenis kopi yaitu arabica, robusta, liberica, Kopi excelsa dan

sebagainya

3. Pada pemuliaan secara konvensional teknik persilangan yang diikuti

dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dilakukan,

dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru

4. Pemuliaan konvensional menggunakan hibridisasi dan seleksi

5. Pemuliaan non konvensionl menggunakan kultur jaringan,marka

molekuler dan sebagainya


DAFTAR PUSTAKA
[AEKI] AsosiasiEksportirdanIndustr i Kopi Indonesia. 2015. Eksport kopi Indonesia Perjenis
Kopi. AsosiasiEksportirdanIndustri Kopi Indonesia. http://www.aekiaice.org.
Diakses 6 juni 2015.
Anggari, R. 2018. Identifikasi Morfologi Kopi Lanang Dan Kopi Biasa Robusta
Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Aryani N. 2013. PeningkatanProduksi, Produksivitas, danMutu Kopi yang Berkelanjutan.
Di dalamRubiyo, Harni R, Wardana E, Towaha J, editor.Prosiding Seminar
NasionalInovasiTeknologi Kopi, PeranInovasitekonogi Kopi Menuju Green
Economy Nasional. Bogor. 28 Agustus
2013.BadanPenelitiandanpengembanganPertanian. Jakarta (ID). IAARD
Press.hlm 1-10.
Aulia, A. 2017. Identifikasi dan Karakterisasi Morfologi Kopi Arabika (CoffeaArabica
L.) di Kabupaten Solok. Skripsi. Universitas Andalas. Padang.
Aulia, A. 2017. Identifikasi dan Karakterisasi Morfologi Kopi Arabika (Coffea arabica
L.) di Kabupaten Solok. Skripsi. Universitas Andalas. Padang
Direktorat Jendral Perkebunan, 2014. Statistik Perkebunan Indonesia 2013-
2015.Desember. Jakarta.
Ferry, Y.,Supriadi, H dan Meynarti, S. D. I. 2015. Teknologi Budidaya Tanaman Kopi
Aplikasi pada Perkebunan Rakyat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. ISBN 978-602-344-129-7.
Juanda, 2000. Kopi ( Budidaya Tanaman Kopi). Kanisius. Yogyakarta.
N’Diaye, A., V. Poncet, J. Louarn, S. Hamon, and M. Noirot. 2005. Genetic
differentiation between Coffea liberica var. liberica and C. liberica var. Dewevrei
and comparison with C. canephora. Pl. Syst. Evol. 253: 95–104
Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta Selatan: PT. Agro Media Pustaka
Pazzopane CG, N Bonturi, FO Guerreiro, JL Favarin and MP Maluf. 2012. Gene
expression profile during coffee fruit development and identification of
candidate markers for phenological stages. Brazilian Journal of
Agricultural Research 47, 972-982
Prastowo, B ., Karmawati, E., Rubijo., Siswanto., Indrawanto, C dan Joni, M. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. ISBN
Priyono and U Sumirat. 2012. Mapping of Quantitative Trait Loci (QTLs) Controlling
Cherry and Green Bean Characters in the Robusta Coffee (Coffea canephora
Pierre). Journal of Agricultural Science and Technology 2, 1029- 1039.
Priyono. 2013. The Relationships and Genetic Diversity Among Species In The Genus
Coffea. Review Penelitian Kopi danKakao. 1 (1) : 1-11.
PT. Perkebunan Nusantara XII. 2013. Pedoman Pengelolaan Budidaya Tanaman
Kopi Arabika. Surabaya (ID): PTPN XII.
Rachmawati, M. 2015. Penyutradaraan Dokumenter Laporan Perjalanan Taste Of Coffee.
Skripsi. Fakultas Seni Media Rekam. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Yogyakarta.
Rukmana.2014. Untung Selangit Dari Agribisnis Kopi. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Santosa, H. R., Suherman, C dan Santi, R. 2016. Respons Pertumbuhan Tanaman Kopi
Robusta (Coffea robusta L.) Tercekam Aluminium di Lahan Reklamasi Bekas
Tambang Batubara Bervegetasi Sengon (Periode El Nino). Universitas
Padjadjaran. Bandung. Jurnal Agrikultura 27(3):124- 131.
Sianipar, H. 2017. Keragaman Genetik Populasi Kopi Liberika (Coffea liberica W. Bull
Ex. Hiera) di Kecamatan Betaraberdasarkan Karakter Buah dan Biji. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. Jambi.
Soetriono., Hidayat, A., Marta, F dan Dwi, R. 2017. Daya Saing Agribisnis Kopi
Robusta. Intimedia. Malang ISBN: 978-602-1507-50-6
Suprapto and Kairudin. 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan
Genetik Kedelai (Glycine max Merrill) Pada Ultisol. Jurnal IlmuIlmu Pertanian
Indonesia. Vol. 9 (2).
Suryowinoto, M. 1991. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Kanisius. Yogyakarta.
Suwarto dan Octavianty, Yuke. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanarnan. Bagian
Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB.
Bogor. 284 hal.
Van Steenis, C. G. G. J., Hoed, G. D. dan Eyma, P. J. 2008. Flora Untuk Sekolah
di Indonesia. Jakarta : PT Pradnyya Paramita.
Waller, J. M., M. Bigger, and R. J. Hillocks. 2007. Coffee Pest, Diseases & Their
Management
Widodo, I. 2003. Penggunaan marka Molekuler pada Seleksi Tanaman. Makalah Pribadi
Tidak Diterbitkan. Program pasca sarjana. Bogor. IPB.
Wijayadi. 2013. PeningkatandayaSaing kopi Indonesia di PasarInternasional. Di
dalamRubiyo, Harni R, Wardana E, Towaha J, editor.Prosiding Seminar
NasionalInovasiTeknologi Kopi, PeranInovasitekonogi Kopi Menuju Green
Economy Nasional. Bogor. 28 Agustus
2013.BadanPenelitiandanpengembanganPertanian. Jakarta (ID):IAARD Press. hlm
11-18.

Anda mungkin juga menyukai