Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang

berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut WHO definisi remaja adalah usia 10-19 tahun

antara 15-24 tahun. Definisi remaja ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu secara

kronologis (remaja yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun), secara fisik

(remaja yang ditandai oleh perubahan fisik/badan), dan secara psikologis ( remaja yang

mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, social, dan moral). Masa

remaja adalah masa yang paling utama dalam perjalanan kehidupan manusia dan

perubahan masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung

jawab (Kusmiran, 2014).

Remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa peralihan

dari masa kanal-kanak ke masa dewasa, yang meliputi semua tahap perkembangan yang

dialami sebagai persiapan memasuki tahap masa dewasa (Kumaidi & Amperaningsih,

2015)

2. Batasan Usia Remaja

Menurut buku ini (Hurlock, 2013) Remaja di bagi 3 kelompok usia tahap

perkembangan sebagai berikut :

a. Early Adolescene (Remaja Awal)


Rentang usia remaja awal yaitu 12 sampai 15 tahun adalah masa yang negatif

karena pada masa ini adanya perasaan pada lawan jenis sifat yang belum terlihat

dalam masa kanak-kanak, timbulnya rasa binggung, cemas dan gelisah. Masa ini

biasanya menstruasi pertama kali.

b. Middle Adolescene (Remaja Pertengahan)

Rentang usia remaja pertengahan yaitu 15 sampai 18 tahun merupakan masa ini

individu mampu berfikir abstrak makin berkembang dan cari –cari sesuatu.

c. Late Adolescene (Remaja Akhir)

Rentang usia remaja akhir yaitu usia 18 sampai 21 tahun adalah individu memiliki

gambaran terhadap dirinya dan remaja mulai menyiapkan pendirian terhadap cita-cita.

3. Karakteristik Perubahan Fisik pada Remaja

Menurut (KEMENKES, 2018a), Perubahan fisik pada remaja terjadinya

pertumbuhan fisik pada organ reproduksi atau organ seksual menuju kematangan.

Perubahan ini dilihat dari ciri-ciri seks primer dan seks sekunder. Ciri-ciri pada seks

primer yaitu berhubungan langsung dengan organ inti seperti menstruasi dan mimpi

basah. Sedangkan cirri-ciri seks sekunder pada remaja laki-laki terjadinya perubahan pita

suara, tumbuhnya jakun, alat kelamin dan testis bertambah besar, timbulnya kumis dan

rambut-rambut halus disekitar kemaluan dan ketiak. Sedangkan pada remaja wanita

adalah payudara menonjol, bagian pinggul melebar, dan bagian kemaluan tumbuh

rambut-rambut halus.

B. Pernikahan

1. Definisi Pernikahan
Menurut Ensiklopedia Indonesia (t.t) perkataan perkawinan yaitu nikah sedangkan

menurut Purwadarminta (1976) kawin yaitu perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi

suami isteri:nikah:perkawinan yaitu pernikahan. Dalam perkawinan adanya ikatan batin

pada seorang suami dan isteri , bahwa yang diikat lahir dan batin berarti perkawinan

perlu adanya ikatan tersebut kedua-duanya. Ikatan lahir adalah ikatan yang menampak

atau ikatan formal yang sesuai dengan perturan perundang-undangan yang ada (Walgito,

2004).

Menurut UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan bahwa usia minimum untuk

melakukan pernikahan adalah 16 tahun bagi laki-laki dan perempuan, kemudian UU

tersedia direvisi kembali sehingga pada tahun 2019 Pemerintah mengeluarkan UU No 16

tahun 2019 tentang perubahan atas UU No 1 tahun 1974 yang menetapkan usia minimum

untuk melakukan pernikahan hanya diizinkan apabila pihak laki-laki dan perempuan

adalah 19 tahun (KEMENAG, 2019)

2. Tujuan Pernikahan

Menurut penelitian (Femilanda, 2017), tujuan pernikahan adalah :

a) Membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal mendasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Meningkatkan ibadah kepada Allah.

c) Untuk meresmikan suatu hubungan seksual antara seorang pria dan wanita secara

hukum (sah).

3. Pernikahan Dini

Pernikahan dini (early marriage) merupakan pernikahan yang dilakukan sah dan tidak

sah pada usia di bawah 18 tahun (Desiyanti, 2015). Menurut Badan Kependudukan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN,2017) usia ideal untuk menikah adalah 21 tahun

bagi perempuan dan usia 25 tahun bagi laki-laki, karena usia tersebut dianggap sudah

matang dalam berumah tangga. Menurut UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan bahwa

usia minimum untuk melakukan pernikahan adalah 16 tahun bagi laki-laki dan

perempuan, kemudian UU tersedia direvisi kembali sehingga pada tahun 2019

Pemerintah mengeluarkan UU No 16 tahun 2019 tentang perubahan atas UU No 1 tahun

1974 yang menetapkan usia minimum untuk melakukan pernikahan hanya diizinkan

apabila pihak laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun (KEMENAG, 2019) .

C. Dampak Pernikahan Usia Dini

Dampak pernikahan dini menyebabkan kerentanan sebuah rumah tangga yang tidak

unggul baik dari kesehatan reproduksi, kesiapan psikologi maupun ekonomi keluarga,

sehingga menimbulnya dampak rentan terjadi perceraian, dan terlantarnya pendidikan tinggi

anaknya. Kurangnya kematangan psikologi, dalam penyelesaian kurang berfikir panjang,

kurang maksimal dalam melakukan pekerjaan rumah. Dalam menyelesaikan masalah rumah

tangga menggunakan sikap emosi (Julijanto, 2015).

Beberapa aspek dampak pernikahan dini sebagai berikut:

1) Aspek Kesehatan

Menurut WHO batas usia remaja yaitu 10-20 tahun. Sedangkan menurut

Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum

menikah. Perempuan apabila di usia 10-20 tahun yang sudah menikah dapat

berpengaruh pada kesehatan remaja tersebut, hal ini dikarenakan terjadinya suatu

perubahan fisik termasuk di dalamnya pertumbuhan organ seksual (reproduksi)


untuk mencapai fungsi reproduksi (Kumalasari & Andhyantoro, 2012). Beberapa

risiko terhadap kesehatan perempuan dan risiko dalam kehamilan yaitu:

a. Bayi Berat Lahir Rendah

Peningkatan risiko berat badan lahir rendah merupakan aspek medis yang

paling penting pada kasus kehamilan pada remaja. Semakin muda usia remaja

yang hamil maka semakin besar kemungkinan akan melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah. Selain berat badan lahir rendah banyak faktor

diyakini menjadi penyebab peningkatan kematian dan kesakitan bayi dan ibu

usia remaja, seperti jarak kelahiran anak, status social ekonomi, ras, tingkat

pendidikan, ketersedian sarana prasarana kesehatan (Sharoon J.Reeder, 2011).

b. Anemia

Anemia pada ibu hamil di usia muda disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan ibu akan petingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Hal ini

disebabkan seorang ibu yang mengalami anemia memerlukan tambahan zat

besi dalam tubuh, fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah

dalam membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Sehingga lama

kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi

anemia(Rohan & Siyoto, 2013)

c. Kanker Serviks

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang banyak

menyerang wanita di seluruh dunia. Salah satu faktor yang berhubungan

dengan kanker mulut rahim adalah aktivitas seksual yang terlalu muda (< 16

tahun). Sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasma selama usia
dewasa dengan demikian, wanita yang berhubungan intim sebelum usia 18

tahun akan beresiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi Imam,

2010).

d. Persalinan Sulit

Persalinan yang lama disebababkan karena adanya komplikasi ibu maupun

janin. Penyebab dari persalinan lama dipengaruhi oleh kelainan panggul,

kelainan HIS kekuatan saat melahirkan. Hal ini dikarenakan reproduksi

perempuan belum siap untuk membuahi sehingga dapat menimbulkan bebagai

komplikasi (Rohan & Siyoto, 2013).

2) Aspek Psikologi

Aspek psikologis berpengaruh dalam perubahan psikologis pada ibu hamil

terhadap janin. Jika maslah ini terjadi saat trimester pertama akan berpengaruh

fatal pada proses pembentukan organnya. Ketika mengalami trauma dan stress

berkepanjangan dapat penyebabkan anak hiperaktif dan janin tidak berkembang

(Rohan & Siyoto, 2013). Sejalan dengan penelitian Aisah (2018) mengatakan

secara psikis anak yang belum siap serta memahami tentang intim, sehingga

memunculkan trauma yang berkelanjutan dalam jiwa anak serta susah dipulihkan,

anak hendak sedih hati serta menyesali hidupnya yang berakhir dengan pernikahan

yang ia sendiri tidak paham atas keputusan hidupnya, keluarga mengalami untuk

menjadi keluarga yang berkualitas.


3) Aspek Sosial

Kejadian social ini sering terjadi dimasyarakat berkaitan dengan faktor budaya

yang menetapkan perempuan pada posisi rendah dan beranggapan perempuan

hanya untuk pelampiasan seks bagi laki-laki. Kondisi ini bertentangan dengan

ajaran dan norma agama. Menimbulkan pertengkaran biasanya banyak dialami

oleh pasangan yang sudah menikah, pertengkaran ini disebabkan adanya kurang

sepaham dalam mengambil keputusan bersama.

4) KDRT dan Perceraian

Sependapat juga dengan hasil penelitian haswati (2019) menyebutkan tanpa

kesiapan mental dari pasangan mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT). Kekerasan adalah melakukan tenaga dan kekuatan memukul dengan

tangan memakai senjata, menendang dan membanting. Kekerasan dalam rumah

tangga menurut UU No. 23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutamaperempuan, yang berakibat timbulnya penderitaansecara fisik,

psikologis dan pelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan

pemaksaan,perampasan secara melawan hukum dalam rumah tangga (Hasfah,

Syahmedi, & Muslim, 2015).

KDRT memicu terjadinya karena keegoisan, adanya beda pendapat, tidak mau

mengalah, ingin menang sendiri saat berbicara sehingga dapat menyebabkan

KDRT antara sepasang suami istri. Karena belum bisa menyelesaikan suatu

masalah yang terjadi dalam rumah tangga, belum memilki pemikiran yang matang
kedewasaan secara mental, kekerasan fisik, dan batin dalam sepasang suami istri

yang terjadi pernikahan dini (Lezi Yovita Sari & Umami, 2020).

Masalah KDRT sebagai penyebab perceraian, namun KDRTnbukanlah suatu

hal yang baru terjadi pada masyarakat,namunnsudah ada sejak awal sejarah

permulaan manusia berbagi belahan dunia perceraian dapat terjadi karena

disebabkan beberapahal diantaranya karena pernikahan yang dilakukan pada usia

yang masih terlalu muda atau bisa disebut usia dini. Tidak bisa akui bahwa pada

pasangan yang telah dilangsungkan pernikahan dini tidak tau hak dan kewajiban

sebagai sepasang suami dan istri yang timbul karena belum kesiapan dalam metal

dan masih memiliki sifat egois yang tinggi. Sehingga menyebabkan seperti

pertengkaran karena tidak sesame pendapat yang mengakibatkan perceraian

(Zuhrina, 2020).

D. Faktor-Faktor Pernikahan Usia Dini

Dari faktor-faktor dibawah ini yang akan dijelaskan tentang 3 (tiga) variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Pengetahuan, Pendidikan dan status ekonomi.

Berdasarkan teori Lawrence Green, lebih lanjut model preced (Policy, Regulatory,

Organitational Construct in Educational and Enviromental) yang merupakan arahan dalam

perencanaan, implementasi, dan evaluasi pendidikan promosi kesehatan, hal ini diuraikan

bahwa perilaku ditentukan atau dibentuk oleh 2 faktor yang dihubung berdasarkan faktor-

faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada remaja putri (Notoatmodjo, 2011):

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan
Berdasarkan penelitian Aisah (2018) tingkatan pengetahuan seorang

mempengaruhi terhadap sikap. Tingkatan pengetahuan dapat di mempengaruhi oleh

sebagian faktor ialah pembelajaran, pengalaman serta umur. Terus menjadi besar

tingkatan pembelajaran seserang terus menjadi besar pula tingkatan pengetahuannya

.Penelitian Handayani (2015) mengatakan pengetahuan remaja berhubungan karena

akibat dengan perkawinan umur dini. Pengetahuan remaja yang rendah

mempengaruhi peristiwa perkawinan dini 2 kali dibanding dengan remaja yang

mempengaruhi besar.

Sedangkan menurut penelitian (Pohan, 2017) Sebagian besar dari remaja putri

di Kecamatan Na IX – X yang masih dibawah 20 tahun kurangnya pengetahuan

dikarenakan pola pikir yang masih belum matang dan belum dewasa mengambil

keputusan dalam menerima informasi. Dan kurangnya peran dalam promosi

kesehatan ke masyarakat dan disekolah - sekolah yang masih menjadi masalah dalam

keputusan merekan untuk menikah usia dini.

Berdasarkan hasil penelitian (Fitrianis, 2017) menyebutkan remaja yang

memiliki pengetahuan kurang lebih banyak di bandingkan yang memilki pengetahuan

baik, permasalahan ini terjadi karena sebagian besar remaja pendidikan terkahir yang

ditempuh adalah SMP dan mereka dalam mendapatkan informasi tentang pernikahan

dini perempuan kurang mengerti tentang akibat resiko yang akan timbul dari menikah

muda. Oleh sebab itu pengetahuan sangat mempengaruhi dalam kemungkinan

kenidupan, terhadap remaja perempuan karena kurangnya pengetahuan yang dapat

mengakibatkan terjadinya pernikahan usia dini.


Menurut buku (Arikunto, 2013) ,rumus yang digunakan perentase dari jawaban

yang di dapat dari kuisioner dan hasil ukur pengetahuan seseorang menjadi tiga

kategori yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut:

Persentase =

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya 76%- 100%

2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56%-75%

3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang < 55%

b. Pendidikan

Menurut Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang menyebutkan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,

masyarakat, dan bangsa (KEMENDIKBUD, 2003).

Pendidikan adalah suatu usaha dengan kesadaran sendiri untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tahapan pendidikan ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan

kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan


dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan adalah suatu

kondisi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseotang melalui pendidikan formal

yang dipakai oleg pemerintah serta di sahkan oleh departemen pendidikan (Valensia,

2020).

Penelitian Hutauruk (2018) juga menyebutkan pendidikan berhubungan dengan

faktor hal yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Minimnya pendidikan

dikarenakan tingkat pendidikan keluarga, putus sekolah dan tingkat pendidikan

masyarakat. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pada masyarakat tentang

arti pernikahan yang cenderung menikahkan anaknya dalam usia muda dan tingkat

pendidikan menyeluruhi rendah SD-SMP, tinggi SMA- PT.

Penelitian Femilanda (2017) menyebutkan kedudukan pembelajaran anak- anak

sangat memiliki kedudukan yang besar. Seorang anak putus sekolah pada umur harus

sekolah, setelah itu mengisi waktu dengan bekerja. Dikala ini anak tersebut telah

merasa sanggup buat menghidupi diri sendiri. Perihal yang sama pula bila anak yang

putus sekolah tersebut menganggur. Kekosongan waktu tanpa pekerjaan, membuat

mereka kesimpulannya melalakukan hal- hal yang tidak produktif. Salah satunya

merupakan menjalakan ikatan dengan lawan tipe, yang diluar kontrol membuat

kehamilan diluar nikah. Sedangkan penelitian Murcahya (2019) mengatakan rendahnya

tingkatan pembelajaran ataupun pengetahuan orang tua, anak serta warga,

menimbulkan terdapatnya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih dibawah

usia.

Banyaknya kasus pernikahan dini di Keacamatan Lamboro Angan di karenakan

oleh rendahnya tingkat pendidikan mereka yang ketidakmampuan untuk melanjutkan


jenjang pendidikan yang membuat orang tua menikahkan anaknya pada usia muda

dan sebaliknya jika anak mendapatkan pendidikan yang baik maka akan berfokus

pada kegiatan mereka dibandingkan dengan menikah. Oleh karena itu pendidikanlah

yang membuat perempuan di perdesaan cenderung lebih cepat dibandingkan di

daerah perkotaan (Anwar & Ernawati, 2017).

c. Hamil di Luar Nikah

Kejadian hamil diluar nikah sering kali ditemui dimasyarakat, karena adanya

media TV maupun surat kabar yang berisi tentang seks, seperti berita pemerkosaan,

pelecehan seksual dan lain-lainnya. Berkembangnya informasi secara membuat

video-video porngrafi dan menontonya. Apabila anak tidak mempunyai kecerdasan

emosional timbulnya rasa penasaran dan ingin mencoba hal baru seperti melakukan

hubungan intim diluar nikah Penelitian Hutauruk (2018) menyebutkan orang tua

akan menikahkan anak peempuannya yang hamil di luar nikah karena hal ini

dilakukan agar terhindar malu dari tetangga. Tanpa memperhatikan usia anak

keputusan diambil untuk segera menikah.

2. Faktor Eksternal

a) Status Ekonomi

Pendapatan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh para anggota

masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor

produksi yang mereka sumbangkan dalam turut serta membentuk produk

nasional. Pendapatan keluarga adalah jumlah penghasilan (Suparyanto, 2014).


Masalah ekonomi merupakan salah satu faktor terjadinya pernikahan

dini.Pernikahan umur muda disebabkan kondisi keluarga yang hidup di garis

kemiskinan, buat meringankan beban orang tuanya hingga anak wanitanya

dikawinkan dengan orang yang dikira sanggup (Murcahya, 2010). Karena tidaka

adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan masyarakat beranggap lebih baik

menikah daripada menganggur (Khaerani, 2019).

Penelitian Aisah (2018) juga menyebutkan rata-rata seluruh kegiatan manusia

terpaut dengan ekonomi, sebab pada biasanya seluruh kegiatan manusia berkaitan

dengan pemenuhan kebutuhan( needs) dalam kehidupnya. Disisi lain pula nampak

kalau apapun profesi serta pekerjaan yang dicoba seorang tujuannya tidak terlepas

dari pemenuhan keperluan hidup baik saat ini ataupun masa depan, baik buat

keperluan sendiri ataupun generasi baerikutnya. Orang tua menikahkan anaknya

buat meringankan beban ekonomi keluarga. anak wanita dinikahkan apalagi pria

yang umurnya jauh diatasnya yang memilki status ekonomi lumayan, sehingga

dapat membiayai keluarga wanita (Aisah, 2018).

Menurut keputusan Gubernur Lampung Nomor : G/535/V.08/HK/2020

tentang Petetapan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Lampung Tengah Tahun

2021 sebesar Rp. 2.442.513,12/bulan (Disnaker, 2020) Menurut (Suparyanto, 2014)

tingkat pendapatan keluarga dibagi menjadi 2 tingkatan yaitu :

a. Tingkat pendapatan rendah adalah ≤ Rp. 2.442.513,12/bulan

b. Tingkat pendapatan tinggi adalah ≥ Rp. 2.442.513,12/bulan

b) Sosial Budaya
Penelitian Rofika & Hariastuti (2018) mengatakan Faktor budaya merupakan

faktor yang mempengaruhi kejadian pernikahan usia muda karena dijodohkan

oleh oang tua, tujuan orang tua untuk memperbaiki keturunan, adanya praktik

guna-guna dan memanipulasi umur dianggap sah-sah saja. Praktik nikah sirih

mengakibatkan banyaknya pernikahan usia anak dengan dengan mengganti usia

anak agar di setujui dan di catat secara hukum dan agama oleh KUA (Rofika &

Hariastuti, 2018).

E. KERANGKA TEORI

Kerangka teori adalah gambaran atau batasan teori tentang teori-teori yang dgunakan

sebagai landasan atau dasar masalah penelitian. Dengan demikian, dapat memberikan

kerangka pemikiran bagi peneliti dan memberikan dasar yang kuat dalam menjelaskan

hubungan antarvariabel (Hidayat, 2017).

Kerangka Teori

Remaja

Faktor Internal: Faktor Eksternal :

1. Pengetahuan 1. Status Ekonomi


2. Pendidikan 2. Social Budaya
3. Hamil di Luar Nikah

Pernikahan Usia Dini

Dampak pernikahan dini:

 Aspek Kesehatan
 Aspek Psikologi
 Aspek Sosial
Sumber : (Murcahya, 2010), (Haswati, 2019; Khaerani, 2019; Kumalasari & Andhyantoro,
2012; Rohan & Siyoto, 2013) ,(Notoatmodjo, 2014), (Handayani, 2015), (Femilanda, 2017),
(Hutauruk, 2018),(Rofika & Hariastuti, 2018),(Valensia, 2020)

Berdasarkan kerangka teori, maka variable independen yang akan diteliti meliputi : status

ekonomi orang tua, pengetahuan responden, dan pendidikan responden. Sedangkan variable

dependen adalah pernikahan usia dini.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dsn visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya atau variable yang satu dengan variable yang lain dari

masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Pernikahan dini

Variable independen Variable dependen

 Faktor status ekonomi


orang tua
 Faktor pengetahuan Pernikahan dini
responden
G. Hipotesis
 Faktor pendidikan
responden
Hipotesis dalam suatu penelitian merupakan jawaban sementara penelitian, patokan

duga atau dalil sementara yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut

(Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :


Ha : ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden, tingkat pedidikan responden dan

status ekonomi orang tua dengan kejadian pernikahan usia dini di Kecamatan Way Seputih

Kabupaten Lampung Tengah tahun 2021.

Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden, tingkat pedidikan responden

dan status ekonomi orang tua dengan kejadian pernikahan usia dini di Kecamatan Way

Seputih Kabupaten Lampung Tengah tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai